Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1.1. Abortus
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada seperlima dari
seluruh kehamilan dan hampir separuh dari jumlah tersebut mengalami keguguran.
Kejadian aborsi spontan diperkirakan mencapai sekitar 15-22% dari seluruh
kehamilan (Hollyngwort, 2012).
Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan <20
minggu atau berat janin <1000 gram. Menurut Kusmiyati (2009) ada bebrapa jenis
abortus:
a.
Abortus Imminens
Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa
berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b.
Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat
masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi
sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan
mempertahankan kehamilan pada keadaan ini ,merupakan kontraindikasi.
c.
Abortus inkomplitus
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka
karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi
sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa
kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali.
d.
Abortus Komplitus
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam
masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan
segera menutup kembali.
e.
Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi
berpotensi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan mola adalah:
a. Mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah
b. Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau perdarahan
hebat mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas bercampur darah,
cenderung berwarna merah dari pada coklat yang terjadi secara terus menerus.
c. Ukuran uterus besar
d. Sesak nafas
e. Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar
f. Tidak ada denyut jantung janin
g. Tidak ada aktivitas janin
h. Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin
i. Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia kehamilan
24 minggu.
2.2.1.3.
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil
Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari morning sickness, rasa
mual ini tak membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi
makanan secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita
yang
mengalami mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di
cerna (Page, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal
yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya
ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat
terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi (Varney, 2007).
Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit,
dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Menurut
Fadlun (2011) penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu
sebagai berikut:
a. Tingkat 1
Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah
kering dan mata cekung.
b. Tingkat 2
Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik,
kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa
pernafasan.
c. Tingkat 3
Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun
dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun,
komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental,
dan ikterik.
2.2.3. Hipertensi
Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik
melebihi 140 mmHg atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang
mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak
15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa kejang eklamtik
dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki tekanan darah dibawah
140/90 mmHg (Cunningham,2013).
Menurut Billington (2010) gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi
ke dalam dua kelompok walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai
defenisi yang tepat:
a. Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar 12%
kehamilan
meliputi:
pre
eklamsi
dan
elamsi,
hipertensi
akibat
darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilantanpa gambaran lain
pre eklamsi.
b. Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis diperkirakan
terjadi antara 3 dan 5% wanita usia subur, dan dapat disebabkan oleh proses
penyakit yang mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, atau yang
lebih umum terjadi hipertensi esensial.
Pra eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi
setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema.
Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2
spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih.
Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada
kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang
dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat
termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg
atau lebih dalam seminggu (Wijayarini, 2012).
Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang
wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu
pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28
minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan
untuk mendeteksi dini preeklamsi (Fadlun, 2011).
2.3.
plasenta
yang
berimplantasi
rendah
sehingga
menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada
dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejalanya
adalah:
a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba
dan kapan saja.
b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah
rahim sehingga bagian terndah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
c. Pada plasenta previa,ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih
sering disertai kelainan letak.
Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar
atau perdarahan tampak.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia,
untuk itu lakukan pemeriksaan edema pada muka/tangan, periksa tekanan darah,
protein urine dan refleks.
2.3.3. Penglihatan Kabur
Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada ibu hamil disebabkan oleh
pengaruh hormonal, keadaan ini mengancam jika perubahan visual terjadi secara
mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini
mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan prereklamsi.
2.3.4. Bengkak di Wajah
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi.
2.3.5. Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air tersebut bisa jadi
bersal dari ketuban yang pecah. Pecaahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung,
normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.
2.3.6. Gerakan Janin tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6,
beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi tidur maka
gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya tanda dan gejala
nya adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.
2.3.7. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal,
nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang menganccam keselamatan
jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa
berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta,
ISK atau infeksi lain.
2.3.8. Anemia
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin
(Hb) <11 g/dL (7,45 mmol/L) dan hematokrit < 0,33. Anemia jelas menjadi momok
karena memiliki dampak yang signifikan bagi mortalitas dan morbiditas maternal dan
perinatal di seluruh dunia, terlebih di negara berkembang (Hollingworth, 2012).
Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
eitrosit turun di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, kondisi ini sering disebut
kurang darah karena kadar sel darah merah (hemoglobin ata Hb) di bawah nilai
normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan gizi untuk pembentukan darah,
misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B 12 (Mangkuji, 2013).
c.
d.
Langkah I : Mengumpulkan data dasar yaitu berupa data subjektif dan objektif,
berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu
sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan
fisik, penimbangan berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan
laboratorium.
2.
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau
upaya mengatasi masalah tersebut (Tyastuti dkk, 2009).
Konseling asuhan kehamilan adalah satu proses bantuan oleh bidan kepada
ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan
tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya,
pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan
rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
(Mandriwati, 2012).
Menurut Prawirohardjo (2000), tujuan konseling kesehatan reproduksi adalah:
1.
2.
3.
Membantu pasien atau klien untuk membantu pilihan salah satu metode
kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai dengan keinginan
mereka.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
Persalinan tindakan.
Menurut Salmah dkk (2006) ada beberapa hak ibu dalam komunikasi dan
konseling, hak ibu harus diberi tanpa memandang suku bangsa, usia, agama, status
sosial-ekonomi, status perkawinan, partai politik, kehidupan seksual, ataupun jumlah
anak dalam keluarga. Ibu mempunyai hak antara lain:
1.
Memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang dialami. Isi
dan waktu pemberian informasi sangat bergantung pada kondisi ibu dan jenis
tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung
kepada ibu dan keluarga.
2.
Bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang
mereka hadapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap
memadai. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya
diantara kedua belah pihak.
3.
Dilayani secara pribadi. Ibu harus diberi tahu siapa dan apa peran mereka
masing-masing (dokter, bidan dan perawat).
4.
5.
kehamilan yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif.
b. Menyiapkan alat-alat peraga sesuai kebutuhan
c. Menyiapkan alat tulis, catatan sesuai kebutuhan.
2. Tahap pelaksanaan
G=Greet=Menyapa ibu beserta suami (bila ibu didampingi suami), dengan
memberi salam sesuai dengan kondisi, kemudian mempersilahkan duduk
berhadapan dengan bidan pada tempat yang sudah disediakan. Setelah duduk
secara
perinci
keadaan
ibu
tentang
permasalahan
ibu
memilih
cara
yang
tepat
untuk
mengatasi
kesepakatan
dengan
berikutnya/kunjungan
ulang
mengevaluasi
untuk
ibu
untuk
pertemuan
keberhasilan
cara-cara
2.5. Pengetahuan
2..5.1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom (1997) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah
melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah
diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokkan ke dalam ranah koqnitif,
afektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama
karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan
ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprefension), penerapan (application), analisa
(analysis), sintesa (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi orang melakukan pengindraan
terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).
2.5.2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2007) ada 6 tingkatan pengetahuan
yaitu:
1.
Tahu (know)
Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah
diketahuinya.
2.
Memahami (comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menguraikan materi tersebut secara benar.
3.
Menerapkan (application)
Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
dari suatu situasi ke situasi lain.
4.
Analisis (analysis)
Mampu untuk menerapkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk
pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnya.
5.
Sintesis (syntesis)
Mensisntesis adalah mampu untuk menyusun kembali bentuk semula maupun
bentuk lain.
6.
Evaluasi (evaluation)
Merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi dimana telah ada kemampuan
untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.
2.7.
Kerangka Teori
Dalam Saifuddin (2002) didefenisikan bahwa konseling adalah proses
diharapkan
menambah
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
kondisi
2.8.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari
kerangka teori yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
pengaruh konseling pada saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda
bahaya kehamilan.
Variabel Independen
Variabel Dependent
Pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan