PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haid (menstruasi) merupakan peristiwa perdarahan secara periodik dan
siklik (bulanan) yang disertai pelepasan selaput lendir (endometrium) rahim.
Peristiwa ini merupakan peristiwa yang alami pada seorang wanita normal.
Dikatakan periodik karena datangnya haid pada seorang wanita mempunyai
periodeperiode tertentu, dimana haid pertama kali (menarche) datang pada usia
sekitar 12 tahun yang bisa saja belum teratur, kemudian mulai teratur saat usia
reproduksi (20-35 tahun), mulai jarang saat mendekati menopause (klimakterik),
dan berhenti saat menopause (49-50 tahun).
Bagi seorang wanita datangnya masa haid merupakan saat yang selalu
dinantikan. Sebab apabila haid terlambat datang, maka akan timbul kekhawatiran,
jangan-jangan telah terjadi sesuatu pada tubuh wanita tersebut. Haid merupakan
ketetapan Allah SWT atas setiap wanita, sebagaimana hadits di bawah ini:
- -
}
{
Kami keluar (dari Madinah), tidak ada yang kami tuju kecuali untuk
berhaji. Maka ketika kami berada di tempat yang bernama Sarif, aku haid.
Rasulullah SAW masuk menemuiku yang ketika itu sedang menangis.
Maka beliau bersabda : Ada apa denganmu, apakah engkau ditimpa
haid? Aku menjawab : Ya. Beliau bersabda : Sesungguhnya haid ini
adalah perkara yang Allah tetapkan atas anak-anak perempuan
keturunan adam. Kerjakanlah sebagaimana layaknya orang berhaji.
Akan tetapi, janganlah engkau melakukan thawaf di Baitullah. (HR.
Bukhari dari Aisyah r.a.)
Haid yang secara alamiah datang secara periodik dan siklik, namun dengan
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) haid dapat ditunda maupun
dimajukan kedatangannya. Penundaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan maupun lainnya. Praktek semacam ini sebenarnya sudah berjalan
cukup lama dikalangan masyarakat. Bagi seorang wanita penundaan haid
1
ingin
masyarakat
yang
menanyakannya.
Terlebih
lagi
dikalangan
KH Sudjari Dahlan dan Sardjana Sp.OG, Kontroversi Pil Tunda Haid Selama Haji,
Pontianak Post hari Selasa, 8 April 2008 , hlm. 2
2
Al-Amidi, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (tt.: Dar al-Fikr, 1981), Juz III, hlm. 204.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin, blog.re.or.id, Makna Haid dan Hikmahnya.
Usia dan Masa Haid, 23-04-2011
4
Rizkanaya.Blogspot.com, Penggunaan KB dan Pil Penunda Haid, 21-04-2011
5
M. Quraisy Syihab, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut
Anda Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1, Hal. 3.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Menurut bahasa, haid berarti sesuatu yang mengalir. Dan menurut istilah
syara' haid ialah darah yang terjadi pada wanita secara alami, bukan karena
suatu sebab, dan pada waktu tertentu.6 Jadi haid adalah darah normal, bukan
disebabkan oleh suatu penyakit, luka, keguguran atau kelahiran. Oleh karena ia
darah normal, maka darah tersebut berbeda sesuai kondisi, lingkungan dan
iklimnya, sehingga terjadi perbedaan yang nyata pada setiap wanita.
Seperti yang kita ketahui, darah haid berasal dari penebalan dinding rahim
untuk mempersiapkan proses pembentukan janin yang nantinya berfungsi sebagai
sumber makanan bagi janin yang ada dalam kandungan seorang ibu. Oleh
karenanya, seorang wanita yang hamil, tidak akan mendapatkan haid lagi, Begitu
juga dengan wanita yang menyusui, biasanya tidak akan mendapatkannya
terutama diawal masa penyusuan.
Adapun hikmah yang bisa kita petik didalamnya adalah Maha Mulia
Allah, Dialah sebaik-baiknya pencipta, yang telah menciptakan gumpalan darah di
rahim seorang ibu sebagai sumber makanan instant bagi janin didalamnya, yang
tentu saja dia belum bisa mencerna makanan apalagi mendapatkan makanan dari
luar kandungan. Maha Bijaksana Allah Subhanahu wa taala yang telah
mengeluarkan darah tersebut dari rahim seorang wanita yang tidak hamil melalui
siklus haid karena memang tidak membutuhkannya. Dengan begitu, kondisi rahim
seorang wanita akan selalu siap bila ada janin didalamnya.
Adapun hal-hal yang dilarang bagi wanita yang sedang haid adalah
sebagai berikut:
6
Kata Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah dalam Al Muhalla (2/162) : Haid adalah
darah hitam yang kental beraroma tidak sedap. Kapan saja tampak darah ini dari kemaluan wanita,
maka tidak halal baginya untuk shalat, puasa, dan thawaf di Baitullah serta tidak boleh bagi
suaminya atau tuannya (bila wanita tersebut berstatus budak, pent.) untuk menyetubuhinya kecuali
bila wanita itu melihat ia telah suci. Al Imam Al Qurthubi rahimahullah : Darah haid adalah
darah hitam yang kental, mendominasinya warna merah. (Lihat Jami Ahkamin Nisa halaman
129), Selain wanita, di antara jenis hewan ada juga yang mengalami haid seperti yang dikatakan
oleh Al Jahidh dalam Kitab Al Hayawan : Yang mengalami haid dari kalangan makhluk hidup
ada empat yaitu wanita, kelinci, dlaba (sejenis anjing hutan), dan kelelawar. Dan haidnya kelinci
ini masyhur dalam syair-syair Arab. (Jami Ahkamin Nisa halaman 128)
1.
Shalat
{ }
Dari Aisyah r.a. berkata, Nabi SAW bersabda: apabila datang masa
haid, maka tinggalkanlah shalat. (HR. Muttafaq Alaih) 7
Juga hadits yang diriwayatkan dari Muadzah, dimana ia bercerita:
{ }
Aku pernah bertanya kepada Aisyah, bagaimana hukum wanita yang
mengqadha puasa dan tidak mengqadha shalat? Aisyah bertanya: apakah
engkau wanita merdeka? Aku menjawab: tidak, akan tetapi aku hanya sekedar
bertanya. Lalu Aisyah berkata: kami pernah menjalani haid pada masa
Rasulullah, maka kami diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan
mengqadha shalat (HR. Muttafaq Alaih)
2.
Puasa
At-Turmuz}i, Sunan At-Turmz}i, hlm 82, nomor hadis : 126, bab ma> inna al
mustahad}ati tatawadau li kulli salatin, hadis ini dari Qutaibah dari Syarik dari Abi Yaqdah dari
Ibnu Sabit dari kakeknya dari Nabi SAW
8
Muslim, Sahih Muslim; Kitab al-Haid bab wuju q}ad}ai as-saum ala> al-Haiddina ass}alah (Bandung : Dahlan t.t) 1: 150. hadis muazah dari Aisyah.
dirinya suci sesaat sebelum fajar, maka dia wajib puasa (puasa wajib) walaupun
baru mandi suci setelah fajar.
3.
Membaca Al-Quran.
Walaupun tidak ada dalil qathi yang melarang wanita haid untuk
membaca Al-quran, tetapi banyak ulama yang mengharamkannya. Syaikh
utsaimin mengomentari perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang hal ini
dengan mengatakan bahwa lebih utama bagi wanita haid tidak membaca AlQuran secara lisan, kecuali jika diperlukan. Misalnya seorang guru yang sedang
mengajar murid-muridnya, atau siswa yang sedang belajar dikelas. Adapun
aktivitas dzikr yang lain diperbolehkan bahkan dianjurkan.
{ }
Dari Ibnu Umar, dari Rasulullah SAW bersabda: wanita yang tengah
haid dan juga dalam keadaan junub tidak boleh sama sekali membaca al-Quran.
(HR. Turmudzi)9
Membaca Al Quran bagi wanita haid itu sendiri, jika dengan mata atau
dengan hati tanpa diucapkan dengan lisan maka tidak apa-apa hukumnya, 10
misalnya mushaf atau lembaran Al Quran diletakkan lalu matanya menatap ayatayat seraya hatinya membaca. menurut An Nawawi dalam kitab Syarh Al
Muhadzdzab Juz 2 hal : 362, hal ini boleh tanpa ada perbedaan pendapat.
Adapun jika wanita haid itu membaca Al Quran dengan lisan, maka
banyak ulama mengharamkannya dan tidak membolehkannya. Tetapi Al Bukhari,
Ibnu Jarir At Thabari dan Ibnul Mundzir membolehkannya. Juga boleh membaca
ayat Al Quran bagi wanita haid menurut Imam Malik dan Asy syafii dalam
pendapatnya yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari,
serta menurut Ibrahim An Nakhai sebagaimana diriwayatkan Al Bukhari.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Fatawa kumpulan Ibnu Qasim
mengatakan : Pada dasarnya tidak ada hadits yang melarang wanita haid
9
Thawaf
"
"
lakukanlah apa saja yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan
melakukan thawaf di Kabah sebelum kamu suci11
11
Al-Bukhri, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail, Shih al-Bukhri, (Beirut : Dr alFikr, t.t.), hadis nomor 294.
"
"
Diperintahkan kepada jamaah haji saat saat terakhir bagi mereka
berada di baitullah (malakukan thawaf wada), hanya saja hal ini tidak
dibebankan kepada wanita yang sedang haid ( hadits muttafaq alaih).
Dan tidak disunnatkan bagi wanita yang sedang haid ketika hendak
bertolak, mendatangi pintu Masjidil Haram dan berdoa. karena hal ini tidak ada
dasarnya dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam, sedangkan seluruh ibadah harus
berdasarkan pada ajaran ( sunnah ) nabi shollallohu alaihi wa sallam. Bahkan,
menurut ajaran Nabi shollallohu alaihi wa sallam adalah sebaliknya.
Sebagaimana disebutkan dalam kisah Shafiyah Radhiyallahi anha ketika dalam
keadaan haid setelah thawaf ifadhah Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda
kepadanya : kalau demikian, hendaklah ia berangkat ( hadits muttafaq alaih ) .
dalam hadits ini, Nabi tidak menyuruhnya mendatangi pintu Masjidil Haram.
Andaikata hal itu disyariatkan, tentu nabi sudah menjelaskannya.
Adapun thawaf untuk haji dan umrah tetap wajib bagi wanita
yang sedang haid, dan dilakukan setelah suci.
5.
Diharamkan bagi wanita yang sedang haid berdiam dalam masjid, bahkan
diharamkan pula baginya berdiam dalam tempat shalat Ied. Berdasarkan hadits
Ummu Athiyah Radhiyallahu anha bahwa ia mendengar Nabi shollallohu alaihi
wa sallam bersabda :
" , "
"
Agar keluar para gadis, perawan dan wanita haid tetapi wanita yang
sedang haid menjahui tempat shalat ( muttafaq alaih )
6.
Jima (senggama)
Al-Hafidh Ibn Hajar al-Asqalani, Terjemah Bulg al-Marm min Adillah al-Ahkam,
Alih bahasa oleh Muh. Syarief Suikandi (Bandung : Al-Maarif, 1986),1: 49, hadis Nomor :141
dari Annas RA. diriwayatkan oleh Shahih Muslim
10
"Pemberian
pil
hormon
justru
memacu
kanker, karenanya
Divisi
Imunoendokrinologi
Departemen
Obgin
Fakultas
untuk
pengaturan
haid,
pil
progesteron
seperti
Di kalangan shahabat Nabi SAW ada Ibnu Umar r.a. yang diriwayatkan
oleh Said bin Mansur bahwa beliau telah ditanya orang tentang hukum seorang
wanita haid yang meminum obat agar tidak mendapat haid, lantaran agar dapat
mengerjakan tawaf. Maka beliau membolehkan hal tersebut. Muhibbuddin
Thabari berkata, jika terhentinya haid dalam keadaan seperti ini dapat diakui,
maka hendaklah diakui pula terhentinya itu dalam menghitung berakhirnya massa
iddah dan bentuk-bentuk kasus lainya. Demikian pula jika meminum obat yang
merangsang munculnya haid, berdasarkan persamaan diantara keduanya. 13
b.
12
masyarakat umum (orang banyak). Pendapat ini sejalan dengan pendapat Syeh
Abdul Aziz.
c.
2)
3)
Alasan itu didasarkan kepada tidak adanya nas yang sarih melarang
penundaan haid.
e.
penggunaan obat penunda haid untuk kepentingan ibadah haji dan puasa.
2.
: .32
:
13
:
:
:
:
.
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya : Saya seorang wanita yang mendapatkan
haid di bulan yang mulia ini, tepatnya sejak tanggal dua lima Ramadhan hingga
akhir bulan Ramadhan, jika saya mendapatkan haid maka saya akan kehilangan
pahala yang amat besar, apakah saya harus menelan pil pencegah haid karena saya
telah bertanya kepada dokter lalu ia menyatakan bahwa pil pencegah haid itu tidak
membahayakan diri saya?
Beliau menjawab: Saya katakan kepada wanita-wanita ini dan wanitawanita lainnya yang mendapatkan haid di bulan Ramadhan, bahwa haid yang
mereka alami itu, walaupun pengaruh dari haid itu mengharuskannya
meninggalkan shalat, membaca Al-Qur'an dan ibadah-ibadah lainnya, adalah
merupakan ketetapan Allah, maka hendaknya kaum wanita bersabar dalam
menerima hal itu semua, maka dari itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda kepada Aisyah yang kala itu sedang haid : "Artinya : Sesungguhnya
haid itu adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan kepada kaum wanita". Maka
kepada wanita ini kami katakan, bahwa haid yang dialami oleh dirinya adalah
suatu yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita, maka hendaklah wanita itu
bersabar dan janganlah menjerumuskan dirinya ke dalan bahaya, sebab kami
telah mendapat keterangan dari beberapa orang dokter yang menyatakan bahwa
pil-pil pencegah kehamilan berpengaruh buruk pada kesehatan dan rahim
penggunanya, bahkan kemungkinan pil-pil tersebut akan memperburuk kondisi
janin wanita hamil.
: .33
:
. :
14
.
Syekh al-Utsaimin ditanya oleh seseorang: Apakah boleh seorang wanita
menggunakan pil penunda haid pada bulan Ramadlan dan lainnya?
Beliau menjawab: Menurut hemat saya dalam masalah ini agar para
wanita tidak menggunakannya baik dibulan Ramadlan maupun lainnya, karena
menurut para dokter hal itu menimbulkan bahaya yang sangat besar bagi rahim,
urat syaraf dan darah. Dan segala sesuatu yang menimbulkan bahaya adalah
dilarang. Padahal nabi SAW telah bersabda, "Janganlah kamu melakukan
tindakan yang membahayakan dirimu dan orang lain." Dan kami telah
mengetahui dari mayoritas wanita yang menggunakannya bahwa kebiasaan haid
mereka berubah, dan menyibukkan para ulama membicarakan masalah tersebut.
Maka yang paling benar adalah tidak menggunakan obat tersebut selamanya
baik di bulan Ramadlan maupun lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
15
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan tidak ada larangan bagi
wanita Muslimah mengkonsumsi obat tersebut selama penggunaannya benarbenar dijamin aman. Dalam hal ini, sebaiknya berkonsultasi kepada dokter yang
ahli.
Para ulama masa kini juga sepakat bahwa penggunaan obat penunda haid
tidak ada larangan karena tidak didapatkan satu dalil pun yang melarangnya, baik
berupa qiyas, apalagi yang bersifat qathi. Dalam hal ini berlaku sebuah ketentuan
hukum, karena asal hukumnya adalah halal, sedangkan dalil yang mengharamkan
tersebut tidak ada, maka hukumnya kembali ke asal, yaitu halal. Maka puasa
wanita yang mengkonsumsi obat penunda haid itu sah dan tidak perlu diqadha
pada hari yang lain.
Adapun bagi Muslimah yang masih gadis, menurut hemat saya sebaiknya
menghindari obat-obat semacam itu. Bagaimanapun juga mereka lebih baik
menjalankannya secara alamiah saja
DAFTAR PUSTAKA
1. KH Sudjari Dahlan dan Sardjana Sp.OG, Kontroversi Pil Tunda Haid Selama
Haji, Pontianak Post hari Selasa, 8 April 2008
16
2. Al-Amidi, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (tt.: Dar al-Fikr, 1981), Juz III.
3. Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin, blog.re.or.id, Makna Haid dan
Hikmahnya. Usia dan Masa Haid, 23-04-2011
4. Rizkanaya.Blogspot.com, Penggunaan KB dan Pil Penunda Haid, 21-04-2011
5. M. Quraisy Syihab, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang
Patut Anda Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), Cet. Ke-1.
6. Kata Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah dalam Al Muhalla (2/162) :
dalam syair-syair Arab. (Jami Ahkamin Nisa)
7. At-Turmuz}i, Sunan At-Turmz}i, hlm 82, nomor hadis : 126, bab ma> inna al
mustahad}ati tatawadau li kulli salatin.
8. Muslim, Sahih Muslim; Kitab al-Haid bab wuju q}ad}ai as-saum ala> alHaiddina as-s}alah (Bandung : Dahlan t.t)
9. Az-Zukhruf (43) : 13+
10. At-Turmu, Sunan at- Turmu, II :
11. Al-Bukhri, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail, Shih al-Bukhri, (Beirut
: Dr al-Fikr, t.t.)
12. Al-Hafidh Ibn Hajar al-Asqalani, Terjemah Bulg al-Marm min Adillah alAhkam, Alih bahasa oleh Muh. Syarief Suikandi (Bandung : AlMaarif, 1986)
13. Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunah, (Beirut: ), Juz I, hlm.
14. Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqh Wanita., alih bahasa anshori Umar,
Semarang :
15. al-Qarad}a>wi>, Yusuf, Awa>mil al Sa>ah wa al-Muruna>h fi as Syariah alIsla>miyyah, alih bahasa Said Husein al-Munawwar, (Semarang :
Dian Ilmu , 1993).
16. Al-Rifai, Abdullah, Tuntutan Haid, Nifas Dan Darah Penyakit Tinjauan
Fiqh Dan Medis, (Jakarta : Mustaqim, 2003).
17. Annis, Muhammad Ahmad, Islam dan Masa Depan Biologis Umat
Manusia ; Etika Gender Teknologi (Bandung : Mizan, 1992),
hlm.87
17
18