Anda di halaman 1dari 4

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) seringkali dikaitkan dengan menara besar, dengan

ketinggian mencapai 550 kaki dan berbentuk hyperboloid. Menara besar tersebut bukanlah
sebuah reaktor nuklir, melainkan sebuah menara pendingin. Berdasarkan Clean Water Act tahun
1972 seluruh pembangkit listrik baru berkapasitas 100 megawatt atau lebih harus merekayasa
buangan air pendinginnya agar tidak menimbulkan kerusakan ekosistem akuatik. Oleh karena itu
dibangun menara pendingin sehingga mampu menjaga polusi termal yang dikeluarkan dari
pembangkit.

Mekanisme
Pembangkit listrik tenaga batu bara, panas bumi, dan nuklir menggunakan steam untuk
menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik. Steam yang telah melewati turbin akan menuju
ke condenser.

Condenser memiliki ratusan pipa kecil didalamnya. Air dari menara pendingin dipompa melalui
bagian dalam pipa kondensor, dengan tekanan rendah dan suhu rendah steam dari turbin akan
melalui bagian luar pipa kondensor. Air di dalam pipa jauh lebih dingin dari steam luar pipa,
sehingga steam akan mengembun menjadi fase cair. Air yang terkondensasi akan di panaskan
kembali oleh boiler (reaktor) untuk membuat steam kembali. Ketika steam dari turbin
dikondensasikan, volumenya berkurang sekitar faktor 20 yang mengakibatkan tekanan di dalam
kondensor mendekati nol (vakum). Air yang mengalir di dalam pipa condenser akan mengalami
peningkatan suhu sekitar 28F dibandingkan sebelum memasuki condenser. Air yang mengalami
peningkatan suhu ini kemudian akan dikirim melewati pipa-pipa besar menuju menara pendingin
dan kemudian disemprotkan dari bawah menara.

Akibatnya,sebagian dari panas akan terlepas yang memungkinkan sebagian fase cair akan
berubah fase menjadi uap. Sisa panas yang dilepaskan dalam menara sebagai membentuk tetesan

air turun melewati serangkaian lapisan logam (atau kayu), yang disebut "fill", memungkinkan
penguapan lanjut. Air yang didinginkan kemudian akan kembali ke basin di bawah menara. Air
yang berada pada basin nantinya akan dipompa kembali ke pipa-pipa condenser.

STRUKTUR HIPERBOLOID
Bentuk menara pendingin yang hyperboloid tidak ada hubungannya dengan aliran udara di dalam
menara. Aliran udara di dalam menara disebabkan oleh adanya perbedaan densitas antara udara
yang panas dan lembab di dalam menara dengan udara yang relatif lebih dingin di luar menara.
Perbedaan densitas ini menimbulkan aliran udara bergerak dari temperature lebih tinggi ke
temperature lebih rendah. Peristiwa ini sering disebut juga dengan efek cerobong (chimney or
stack effect).
Pada mulanya, menara pendingin didesain berbentuk silindris, hingga akhirnya mengalami
perkembangan ke bentuk hiperboloid dikarenakan kebutuhan kapasitas yang semakin besar,

selain itu bentuk hiperboloid memiliki struktur yang lebih kuat dan ketahanan terhadap angin.

Uap yang dibuang radioaktif?


Ada dua macam tipe PLTN, Pressurized Water System (PWR) dan Boiling Water System (BWR).
Pada PWR, air dipanaskan di reaktor, dijaga pada tekanan tinggi agar tidak menguap. Air reaktor
yang dipanaskan tadi dipompa menuju boiler melewati pipa-pipa kecil untuk memanaskan air
(bukan air pada reaktor) sampai menguap dan steam tersebut menggerakan turbin. Air reaktor
bersifat radioaktif sedangkan steam yang digunakan untuk menggerakkan turbin tidak bersifat
radioaktif.
Pada tipe BWR, air yang melewati reaktor dibiarkan menguap dan dialirkan untuk
menggerakkan turbin. Steam ini bersifat radioaktif.
Terlepas dari tipe pembangkit yang digunakan, dua hukum alam membuatnya hampir mustahil
untuk membuat air menara pendingin lebih radioaktif dari kondisi alaminya. Hukum yang
pertama, fluida bertekanan tinggi akan selalu mengalir ke fluida bertekanan rendah dan tidak
akan pernah terbalik. Ketika pembangkit beroperasi, steam dari turbin memiliki tekanan vakum
dialirkan ke condenser dan didinginkan oleh air dari menara pendingin dengan tekanan atmosfer.
Jika pipa di condenser mengalami kebocoran, air pendingin secara alami akan mengalir ke
tekanan lebih rendah (uap dari turbin). Pada BWR, steam yang mengelilingi condenser bersifat
radioaktif, mengacu pada hukum tersebut, steam radioaktif (vakum) tidak akan mengalir ke luar.
Hukum kedua adalah hukum alami atom. Hanya radiasi neutron yang bisa membuat material lain
bersifat radioaktif. Satu-satunya radiasi neutron pada pembangkit hanya berada pada reaktor.
Sedangkan uap yang mengalir pada tipe BWR bersifat radioaktif, namun hampir seluruhnya
berupa pancaran radiasi alfa dan beta, serta sejumlah kecil radiasi gamma. Tiga bentuk radiasi
tersebut tidak akan membuat material lain menjadi radioaktif. Jadi, air dari menara pendingin
yang mengalir ke lingkungan radioakif (uap turbin BWR) tidak akan bersifat lebih radioaktif dari
sifat alaminya sehingga uap yang dibuang dari menara pendingin memiliki tingkat radioaktif
yang sama dengan sifat alaminya.
Sumber: http://www.hiroshimasyndrome.com/the-nuclear-cooling-tower.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Clean_Water_Act
http://wiki.answers.com/Q/Why_Cooling_tower_are_hyperbolic_in_shape

Anda mungkin juga menyukai