Wrap Up b15 Sken 2 Neoplasia
Wrap Up b15 Sken 2 Neoplasia
SKENARIO 2
NYERI PERUT KANAN ATAS
Kelompok B-16
Ketua
: Rizal Fadhlurrahman
1102012250
1102011157
1102012180
1102012187
Novita Fitri
1102012201
Relanfa Farando
1102012234
1102012242
1102012293
Rizka Metya
1102010250
SKENARIO 2
NYERI PERUT KANAN ATAS
KATA-KATA SULIT
1.
2.
3.
4.
Hepatitis
AFP
Hepatoprotektor
Karsinoma Hepatoseluler
Jawab :
1. Hepatitis
Istilah yang dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati , yang bisa
disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional),
konsumsi alcohol, lemak yang berlebihan dan penyakit autoimmune. Ada 5 jenis hepatitis
virus yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.
2. AFP (Alpha feto Protein)
Protein serum normal yang disintesis oleh hati selulosa sebagai petanda untuk adanya
tumor.
3. Hepatoprotektor
Senyawa obat yang diberikan untuk perlindungan hati dari kerusakan yang ditimbulkan
oleh racun atau obat.
4. Karsinoma Hepatoseluler
merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit.
PERTANYAAN :
1. Apakah ada hubungannya atau tidak penyakit hepatitis menjadi karsinoma ?
2. Apakah ada pemeriksaan laboratorium lain untuk kasus ini ?
3. Kenapa SGOT & SGPT meningkat padahal bilirubinnya normal ?
3
Jawab :
1. Ada hubungannya karena hepatitis kronik dapat menjadi karsinoma hepatoseluler.
2. Pemeriksaan Lab lain :
- Prothrombin time
- Vitamin K
- Sintesis Albumin
Pemeriksaan Penunjang :
- Ct Scan
- MRI
- USG
3. SGOT & SGPT meningkat dan bilirubinnya normal, karena adanya kerusakan hati serta
karena tidak ada gangguan pada jalur bilirubin.
4. Hubungannya dengan alkohol adalah karena alkohol merupakan penyebab yang dapat
menimbulkan serosis hati.
5. Dilihat dari stadiumnya.
Stadium awal : Kemoterapi dan operasi
Stadium Terminal : simptomatik
6. Karena adanya pembesaran hati kemudian mendesak saluran gastrointestinal maka akan
menyebabkan perut terasa penuh.
7. Riwayat lain : Asites, anemia, sindrom paraneoplastik (hiperkalsemia, hipoglikemia,
polisitemia), perdarahan pada saluran gastrointestinal, dan splenomegali.
8. AFP meningkat menunjukkan adanya tumor.
Anti HCV +adanya riwayat hepatitis.
9. Nyeri hilang timbul karena pertumbuhan tumor yang cepat sehingga menambah regangan
pada kapsul hati.
10. Karena terjadinya kerusakan dan fungsi hati mengalami gangguan serta kerja hati
menjadi semakin keras.
11. Indikasi transplantasi : Sirosis hati dan HCC stadium terminal.
12. Hukum melakukan transplantasi yaitu mendahulukan yang hidup daripada mati. Menurut
ulama berbeda pendapat, ada yang membolehkan dan ada pula yang mengharamkan,
4
seiring dengan pemahaman tentang batasan berobat dengan menggunakan organ manusia.
Dan boleh dilakukan apabila kondisinya darurat pada saat pengobatan.
13. Gejala lain dari HCC : Asites, anemia, sindrom paraneoplastik (hiperkalsemia,
hipoglikemia, polisitemia), perdarahan pada saluran gastrointestinal, dan splenomegali.
HIPOTESIS
Faktor-faktor resiko (Alkohol, Hepatitis B, C)
Virus
Infeksi Kronik
5
Jaringan Fibrosis
Sirosis
HCC
1.9 Komplikasi
1.10 Prognosis
1.11 Pencegahan
2. Memahami dan Menjelaskan Transplantasi Menurut Pandangan Islam
Negara
Argentina
Brazil, Recife
Brazil, Sao Paulo
Mozambique
South Africa, Cape:
Black
South Africa, Cape:
White
Senegal
Nigeria
Gambia
Burma
Japan
Korea
China, Shanghai
India, Bombay
India, Madras
Great Britain
France
Italy, Varese
Norway
Spain, Navarra
112.9
26.3
30.8
8.4
1.2
0.6
25.6
15.4
33.1
25.5
7.2
13.8
34.4
4.9
2.1
1.6
6.9
7.1
1.8
7.9
9
3.2
12.6
8.8
2.2
3.2
11.6
2.5
0.7
0.8
1.2
2.7
1.1
4.7
1.3 Etiologi
Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis multifaktor dan multifasik,
melalui inisiasi, akselerasi, dan transformasi, serta peran onkogen dan gen terkait. Walaupun
penyebab pasti hepatoma belum diketahui, tetapi sudah dapat diprediksi factor risiko yang
memicu hepatoma, yaitu:
1
penjamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berintegrasi dengan gen hati. Pada dasarnya,
perubahan hepatosit dari kondisi inaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi
menentukan tingkat karsinogenitas hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung
oleh kompensasi proliferatif merespons nekroinflamasi sel hati, atau akibat dipicu oleh
2
ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV.
Virus hepatitis C (HCV)
Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas nekroinflamasi kronik
dan sirosis hati. Dalam meta analisis penelitian, disimpulkan bahwa risiko terjadinya
hepatoma pada pengidap infeksi HCV adalah 17 kali lipat dibandingkan dengan risiko
(HCC).
Diabetes mellitus
Pada penderita DM, terjadi perlemakan hati dan steatohepatis non-alkoholik (NASH). Di
samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth
hormone faktors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker
Alkohol
10
disease
Kontrasepsi oral
Senyawa kimia : thorotrast, vinil klorida, nitrosamine, insektisida organoklorin, asam
tanik
1.4 Klasifikasi
Tumor ganas pada hati di bagi dua :
1. Tumor Ganas Hati Primer
Berasal dari sel Hepatosit = HCC,fibrolamelar dan hepatoblastoma
Berasl dari sel epitel bilier : kolangiokarsinoma dan sistoadenokarsinoma
Berasal dari sel mesenkim : angioksarkoma dan leiomiosarkoma
2. Tumor ganas Hati Sekunder
Berasal dari metastasis sel tumor ganas lain
11
STAGING
Table. Fibrosis score
Table.
Histologic
12
Massif multifocal : tumor berukuran besar dan menempati salah satu lobus. Kadang
menyebabkan pendarahan spontan dalam rongga perut karena pecahnya simpai tumor
Gambaran mikroskopik :
Bentuk trabekular atau sinusoid, sedangkan bentuk lain seperi pseudoglandular atau
asiner yang jarang ditemukan. Bentuk fibrolamelar biasanya ditemukan pada
penderita muda dan tidak berhubungan dengan sirosis.
13
1.5 Patofisiologi
Klasifikasi Child-Pugh
Metastasis intrahepati dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe atau infiltrasi
langsung. Metastasis Ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatica, vena porta atau
vena kava. Dapat terjadi metastasis pada varises oesophagus dan di paru. Metastasis
sistemik seperti ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang terjadi, dan dapat
juga sampai di mediastinum. Bila sampai di peritoneum, dapat menimbulkan asites
hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal.
14
fase
klinis
tergolong
hepatoma
stadium
sedang,
lanjut,
Nyeri abdomen kanan atas: hepatoma stadium sedang dan lanjut sering datang berobat
karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar di abdomen kanan atas. Nyeri
umumnya bersifat tumpul atau menusuk intermitten atau terus-menerus, sebagian merasa
area hati terbebat kencang, disebabkan tumor tumbuh dengan cepat hingga menambah
15
regangan pada kapsul hati. Jika nyeri abdomen bertambah hebat atau timbul akut
hati.
Anoreksia: timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran gastrointestinal.
Letih, mengurus: dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan berkurangnya asupan
makanan.
Demam: timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor, jika tanpa
eritema, lingua hepatik, spider nevi, venadilatasi dinding abdomen, dll. Pada stadium
akhir hepatoma sering timbul metastasis paru, tulang, dan banyak organ lain.
Sindroma paraneoplastik : hipoglikemia (akibat konsumsi glukosa oleh tumor, sekresi
insulin-like growth factor II oleh HCC dalam waktu kurang dari 5% kasus), eritrositosis
(akibat produksi eritropoietin oleh HCC), hiperkalsemia (sekresi parathyroid hormonerelated protein), diare berair/watery (karena sekresi peptida intestinal vasoaktif dan
peptida gastrointestinal lainnya) atau hipertensi arteri (akibat produksi angiotensinogen
oleh HCC).
16
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati
Indonesia), yaitu:
1 Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2 AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3 Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT Scann),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission
Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.
4 Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5 Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu
kriteria empat atau lima.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan pembesaran hati yang lembut, kadang-kadang
dengan massa yang dapat di palpasi. Di Afrika, presentasi khas pada pasien muda adalah
massa yang berkembang pesat pada perut. Hepatomegali adalah tanda dari fisik yang paling
umum, terjadi pada 50-90% pasien. Bruit perut dicatat dalam 6-25%, dan asites terjadi pada
30-60% pasien. Auskultasi mungkin mengungkapkan bruit pada tumor atau friction rub
ketika prosesnya telah meluas ke permukaan hati. Ascites harus diperiksa oleh bagian
sitologi. Splenomegali terutama karena hipertensi portal. Berat badan dan wasting otot yang
umum, terutama dengan tumor yang tumbuh dengan cepat atau besar. Demam ditemukan
pada 10-50% pasien, dari penyebab yang tidak jelas. Tanda-tanda penyakit hati kronis dapat
hadir, termasuk sakit kuning, dilatasi vena abdomen, eritema palmar, ginekomastia, atrofi
testis, dan edema perifer.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a
Alphafetoprotein
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60% 70%, artinya
hanya pada 60% 70% saja dari penderita kanker hati ini menunjukkan peninggian nilai
AFP, sedangkan pada 30% 40% penderita nilai AFP nya normal. Spesifitas AFP hanya
berkisar 60% artinya bila ada pasien yang diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi,
belum bisa dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab AFP juga dapat meninggi
pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan hepatitis kronik, kanker
testis, dan terratoma.
terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju
tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi
yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan
bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
c
Gambaran Radiologi
Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga kemajuan dalam
bidang radiologi baik peralatannya maupun teknologinya dan memaksa dokter spesialis
radiologi untuk mengikuti training dan workshop baik di dalam ataupun di luar negeri
sehingga dengan demikian menghantarkan radiologi berada di barisan depan dalam
penanggulangan penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat
penting untuk mendeteksi kanker hati. Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam
hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah, dua buah atau lebih atau
bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati
kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.
Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter spesialis radiologi
yang berpengalaman sudah terjamin dapat mendeteksi tumor dengan diameter kurang
dari 1 cm dan dapatlah menjawab semua pertanyaan seputar kanker ini antara lain berapa
banyak nodule yang dijumpai, berapa segment hati-kah yang terkena, bagaimana aliran
darah ke kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih ganas), apakah sedang
(tidak begitu ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang penting lagi apakah ada sel
tumor ganas ini yang sudah berada di dalam aliran darah vena porta, apakah sudah ada
sirrhosis hati, dan apakah kanker ini sudah berpindah keluar dari hati (metastase) ke
organ-organ tubuh lainnya. Kesemua jawaban inilah yang menentukan stadium
kankernya, apakah pasien ini menderita kanker hati stadium dini atau stadium lanjut dan
juga menentukan tingkat keganasan kankernya sehingga dengan demikian dapatlah
ditaksir apakah penderita dapat disembuhkan sehingga bisa hidup lama ataukah sudah
memang tak tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6 bulan.
Radiologi mempunyai banyak peralatanan seperti Ultrasonography (USG), Color
Doppler Flow Imaging Ultrasonography, Computerized Tomography Scann (CT Scann),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, Scintigraphy dan Positron Emission
Tomography (PET) yang menggunakan radio isotop. Pemilihan alat mana saja yang akan
digunakan apakah dengan satu alat sudah cukup atau memang perlu digunakan beberapa
alat yang dipilih dari sederetan alat-alat ini dapat disesuaikan dengan kondisi penderita.
Ultrasonography (USG)
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang
normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). Bila ada kanker
langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (nodule) berwarna kehitaman, atau
berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi pada tiap pasien bisa
satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada seluruh hati, ataukah satu
nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya USG conventional
hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hati diameter 2 cm 3 cm saja. Tapi
bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik system bisa
18
USG karsinoma hepatoseluler, tampak nodul hipoecoic dengan diameter 2,3cm pada
pasien laki-laki umur 67 th.
CT Scan
20
Angiografy
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil pemeriksaan
USG dan CT scann diperkirakan masih ada tindakan terapi bedah atau non-bedah
masih yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien
yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan angiografi.
Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang
kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa
saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan
ukuran kanker yang sebenarnya. Lebih lengkap lagi bila dilakukan CT angiography
yang dapat memperjelas batas antara kanker dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga
ahli bedah sewaktu melakukan operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di
mana harus dibuat batas sayatannya.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Bila CT scann mengunakan sinar X maka MRI ini menggunakan gelombang
magnet tanpa adanya Sinar X. CT angiography menggunakan zat contrast yaitu zat
yang diperlukan untuk melihat pembuluh darah. Tanpa zat ini pembuluh darah tak
dapat dilihat. Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada
gambaran CT scann yang meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya
radiasi sinar X dan pada penderita yang ada kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian
zat contrast sehingga pemeriksaan CT angiography tak memungkinkan padahal
diperlukan gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi dengan perangkat
lunak Magnetic Resonance Angiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan
dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini. Sayangnya ongkos pemeriksaan
21
dengan MRI dan MRA ini mahal, sehingga selalu CT scan yang merupakan pilihan
pertama.
22
Tampak FGD mengelilingi tumor, kemudian divalidasi dengan US Color Dopler dan
histologi
PEMERIKSAAN LAINNYA
Pungsi hati mengambil jaringan tumor untuk pemeriksaan patologi, biopsi kelenjar limfe
supraklavikular, biopsi nodul sub-kutis, mencari sel ganas dalam asites, perito-neoskopi
dll. juga mempunyai nilai tertentu pada diagnosis hepatoma primer.
DIAGNOSIS BANDING
1 Hemangioma
Hemangioma merukapakan tumor terlazim dalam hati, tumor ini biasanya subkapsular
pada konveksitaslobus hepatis dexter dan kadang-kadang berpedunkulasi. Ultrasonografi
memperlihatkan bercak-bercak ekogenik soliter dengan batas licin berbatas tegas. Pada
foto polos biasanya memperlihatkan kapsul berkalsifikasi.
2
Abses hepar
Sangat sukar dibedakan anatara abses piogenik dan amebik. Biasanya sangat besar,
kadang-kadang multilokular. Struktur eko rendah sampai cairan (anekoik) dengan adanya
bercak-bercak hiperekoik (debris) di dalamnya. Tepinya tegas, irregular yang makin lama
makin bertambah tebal.
23
Abses hepar
3
Tumor metastasis
Hepar adalah organ yang paling sering menjadi tempat tumor metastasi setelah kelenjar
limfe. Gambaran eko bergantung pada jenis asal tumor primer. Jadi dapat berupa struktur
eko yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada jaringan hati normal.
Tumor tahap awal dapat berhasil diobati dengan menggunakan berbagai teknik, termasuk
reseksi bedah, ablasi lokal (thermal atau radiofrekuensi), dan terapi injeksi lokal (etanol
atau asam asetat). Banyak juga yang memiliki penyakit hati yang signifikan yang
mendasari dan tidak dapat mentolerir terapi bedah karena kehilangan parenkim hati,
namun mungkin mereka memenuhi persyaratan untuk transplantasi hati orthotopic
(orthotopic liver transplant = OLTX) di masa yang akan datang. Prinsip penting dalam
perawatan tahap awal HCC adalah dengan menggunakan perawatan hati-hemat dan
berfokus pada pengobatan baik tumor maupun sirosis.
a
Eksisi Bedah
Risiko hepatectomi utama adalah tinggi (mortalitas 5-10%) diakibatkan oleh
penyakit hati yang mendasari dan potensi untuk menjadi gagal hati. Oklusi vena
portal preoperative kadang-kadang dapat dilakukan untuk menyebabkan atrofi lobus
HCC yang terlibat dan hipertrofi kompensasi dari hati yang masih normal.Pada pasien
sirosis, operasi hati besar dapat mengakibatkan kegagalan hati. Klasifikasi ChildPugh dari gagal hati dapat menentukan prognosis untuk toleransi operasi hati yang
dapat diandalkan, dan hanya Child A yang dapat dipertimbangkan untuk reseksi
bedah. Pasien dengan Child B dan C dengan tahap I dan II HCC harus dirujuk untuk
OLTX jika sesuai, seperti pada pasien dengan asites atau riwayat pendarahan varises.
Meskipun terapi bedah eksisi terbuka merupakan terapi yang paling dapat diandalkan,
namun pasien mungkin lebih baik ditawarkan dengan pendekatan secara laparoskopi
untuk reseksi, menggunakan RFA atau injeksi etanol perkutan (percutaneous ethanol
injection=PEI).
d Transplantasi Hepar
25
Sebuah pilihan yang layak untuk HCC Stadium I dan II pada tumor dengan sirosis
adalah OLTX, dengan kelangsungan hidup mendekati pada kasus-kasus nonkanker.
OLTX dapat digunakan pada pasien dengan lesi tunggal 5 cm atau 3 nodul atau
kurang, setiap 3 cm, menghasilkan kelangsungan hidup yang bagus tanpa tumor (70%
selama 5 tahun). Untuk HCC lanjut, OLTX telah ditinggalkan karena adanya tingkat
kekambuhan tumor yang tinggi. Prioritas skoring untuk OLTX sebelumnya
menyebabkan pasien HCC menunggu terlalu lama untuk dilakukan OLTX, sehingga
beberapa tumor menjadi lebih parah selama pasien menunggu hati yang
disumbangkan. Berbagai terapi yang digunakan sebagai "jembatan" untuk OLTX,
ialah RFA, PEI, dan chemoembolization transarterial (TACE).
e
Terapi Adjuvant
Peran kemoterapi ajuvan bagi pasien setelah reseksi atau OLTX masih belum
jelas. Telah ditemukan bahwa tidak ada manfaat yang jelas dalam kelangsungan hidup
dalam keadaan bebas penyakit atau secara keseluruhan baik untuk pendekatan
adjuvant maupun neoadjuvant, meskipun suatu meta-analisis beberapa percobaan
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam keadaan bebas penyakit dan secara
keseluruhan. Analisis dari uji coba kemoterapi ajuvan pasca operasi sistemik tidak
menunjukkan manfaat ketahanan hidup dalam keadaan bebas penyakit atau secara
keseluruhan, namun studi tunggal TACE dan neoadjuvant -ethiodol telah
menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup setelah dilakukan reseksi.
Kemoterapi sistemik
Sejumlah besar studi klinis terkendali dan tidak terkendali telah dilakukan pada
sebagian besar kelompok utama kemoterapi kanker. Tidak ada obat tunggal atau obat
kombinasi yang diberikan secara sistemik berpengaruh baik, bahkan hanya mengarah
ke tingkat respons sebesar 25% atau hanya sedikit berpengaruh kepada kelangsungan
hidup.
b Kemoterapi Regional
26
Berbeda dengan hasil buruk pada kemoterapi sistemik, berbagai agen yang
diberikan melalui arteri hepatik memiliki aktivitas yang terbatas pada HCC (Tabel
2.6). Dua uji terkontrol acak telah menunjukkan keunggulan untuk bertahan hidup
untuk TACE dalam subset yang dipilih pasien. Satu digunakan doxorubicin dan
lainnya menggunakan cisplatin. Terlepas dari kenyataan bahwa terjadi peningkatan
ekstraksi hepatik dari kemoterapi untuk obat sangat sedikit, beberapa obat seperti
cisplatin, doxorubicin, C mitomycin, dan mungkin neocarzinostatin menghasilkan
respon yang cukup besar bila diberikan secara regional. Hanya sedikit data yang
tersedia pemberiannya melalui infus arteri secara terus-menerus untuk HCC,
meskipun studi utama dengan cisplatin telah menunjukkan respon yang baik.
Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi hati
normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien sirosis
diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal hati yang dapat
menurunkan angka harapan hidup. Kontra indikasi tindakan ini adalah metastasis
ekstrahepatik, hepatoseluler karsinoma difus atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan
penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi.
27
Kontraindikasi absolut bagi reseksi adalah adanya metastasis jauh, trombosis vena porta
utama, atau adanya trombosis vena cava inferior. Penyebab tersering mortalitas
pascaoperasi adalah kegagalan hati, perdarahan, serta komplikasi sepsis, yang dapat
diperkecil kemungkinannya dengan seleksi pasien secara baik. Pengembangan teknik
operasi memungkinkan diangkatnya jaringan hepar yang mengandung nodul HCC secara
selektif dengan teknik segmentektomi, atau bahkan secara superselektif dengan
subsegmentektomi (tindakan ini dapat dikerjakan dengan panduan USG intraoperasi,
yang dikenal sebagai prosedur Makuuchi)
2
Transplantasi Hati
Transplantasi hati memberikan kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan
menggantikan parenkim hati yang mengalami disfungsi. Kematian pasca transplantasi
tersering disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplant. Tumor
yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan dengan tumor
yang diameternya lebih dari 5 cm. Untuk seleksi pasien HCC calon penerima transplan,
secara umum digunakan kriteria Milan, yaitu pasien dengan lesi tunggal berukuran 5
cm, atau lesi kurang dari 3 buah dan masing-masing berukuran 3 cm. Di Eropa,
Barcelona Clinic Liver Cancer Staging and Treatment Approach telah menyusun bagan
alur klasifikasi HCC beserta penatalaksanaannya. Berdasarkan kriteria BCLC, pasien
HCC dibagi menjadi stadium sangat dini, dini, menengah, lanjut, dan terminal.
Transplantasi hati diperuntukkan pasien HCC stadium sangat dini dengan peningkatan
tekanan vena porta dan stadium dini tanpa penyulit. Pasien HCC penerima transplantasi
hati sesuai algoritma ini dilaporkan memiliki angka survival lima tahun sebesar 60-70%.
A Terapi Lokal
1 Ablasi radiofrekuensi (RFA)
Ini adalah metode ablasi local yang paling sering dipakai dan efektif dewasa ini.
Elektroda RFA dimasukkan ke dalam tumor, melepaskan energi radiofrekuensi hingga
jaringan tumor mengalami nekrosis koagulatifn panas, denaturasi, jadi secara selektif
membunuh jaringan tumor. Satu kali RFA menghasilkan nekrosis seukuran bola
berdiameter 3-5 cm sehingga dapat membasmi tuntas mikrohepatoma, dengan hasil
kuratif.
2
adanya asites yang masif, koagulopati, atau ikterus obstruksi, yang semua dapat
meningkatkan risiko perdarahan dan peritonitis bilier pasca-tindakan. Angka survival 3
tahun bagi pasien sirosis dengan nodul tunggal HCC yang ditangani dengan PEI
dilaporkan sebesar 70%.
B Kemoembolisasi arteri hepatik perkutan
Kemoembolisasi arteri hepatik transketer (TAE, TACE) merupakan cara terapi yang sering
digunakan untuk hepatoma stadium sedang dan lanjut yang tidak sesuai dioperasi reseksi.
Hepatoma terutama mendapat pasokan darah dari arteri hepatik, setelah embolisasi arteri
hepatik, nodul kanker menjadi iskemik, nekrosis, sedangkan jaringan hati normal mendapat
pasokan darah terutama dari vena porta sehingga efek terhadap fungsi hati secara
keseluruhan relative kecil. Sesuai digunakan untuk tumor sangat besar yang tak dapat
direseksi, tumor dapat direseksi tapi diperkirakan tak tahan operasi, hepatoma rekuren yang
tak dapat direseksi, hepatoma rekuren yang tak dapat direseksi, pasca reseksi hepatoma,
suksek terdapat residif, dll.
C Kemoterapi
Hepatoma relatif kurang peka terhadap kemoterapi, efektivas kemoterapi sistemik kurang
baik. Yang tersering dipaki adalah 5FU, ADR, MMC, karboplatin, MTX, 5-FUDR, DDP,
TSPA, kamtotesin, dll.
Kemoterapi Sistemik
Banyak studi yang meneliti terapi sistemik untuk HCC, khususnya pada pasien yang
inoperabel, dan banyak pula yang hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Terapi kemoterapi
sistemik yang diberikan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, antara lain:
Kemoterapi sitotoksik (meliputi etoposide, doxorubicin, epirubicin, cisplatin, 5fluorouracil, mitoxantrone, fludarabine, gemcitabine, irinotecan, nolatrexed)
Terapi hormonal
Estrogen secara in vitro terbukti memiliki efek merangsang proliferasi hepatosit, dan
secara in vivo bisa memicu pertumbuhan tumor hepar. Obat antiestrogen, tamoxifen,
dipakai karena bisa menurunkan jumlah reseptor estrogen di hepar. Namun hasil studi
random fase III yang dilakukan oleh Barbare ternyata tidak menunjukkan peningkatan
survival.
Terapi dengan thalidomide (sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan epirubicin
atau interferon)
Thalidomide yang awalnya dikembangkan pada tahun 1960-an sebagai sedatif, barubaru ini dievaluasi ulang perannya untuk obat antikanker. Penggunaannya pada pasien
HCC lanjut terutama berdasarkan efek anti-angiogeniknya. Studi fase II telah dibuat
29
Terapi interferon
Interferon yang biasa dipakai untuk terapi hepatitis viral telah dicobakan untuk
pengobatan HCC. Mekanisme terapinya ada beberapa, meliputi efek langsung antivirus,
efek imunomodulasi, serta efek antiproliferasi langsung maupun tak langsung.Beberapa
studi awal menunjukkan pemberian interferon dosis tinggi meningkatkan angka
survival, namun ada toksisitas karena obat pada penerimanya. Penelitian lain
menunjukkan bahwa pemberian interferon dosis rendah tidak menunjukkan efek
perbaikan yang bermakna.
D Radioterapi
Radioterapi eksternal sesuai untuk pasien dengan lesi hepatoma yang relatif terlokalisasi,
medan radiasi dapat mencakup seluruh tumor, selain itu sirosis hati tidak parah, pasien dapat
mentolerir radioterapi. Radioterapi umumnya digunakan secara bersama metode terapi lain
seperti herba, ligasi arteri hepatik, kemoterapi transarteri hepatik, dll. Sedangkan untuk
kasus metastasis stadium lanjut dengan metastasis tulang, radiasi lokal dapat mengatasi
nyeri. Dapat juga memakai biji radioaktif untuk radioterapi internal terhadap hepatoma.3
Klasifikasi Radioterapi:
Terapi Radiasi Eksterna
Terapi Radiasi Interna menggunakan selective internal radiotherapy (SIRT) dengan
radioisotop
SIRT dengan 90Ytrium microsphere
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna
bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal
adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati,
30
hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah.
Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
Kebanyakan pasien dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) meninggal dalam waktu
1 tahun setelah didiagnosis. Kelangsungan hidup tergantung pada ukuran tumor dan
penyakitnya saat didiagnosis. Pasien dengan sirosis memiliki kelangsungan hidup
yang lebih pendek. Penatalaksanaan secara bedah dapat menyembuhkan hanya
kurang dari 5% pasien. Penyebab kematian ialah perdarahan (varises, intraperitoneal)
dan cachexia.
1.10 Prognosis
Biasanya hasilnya tidak ada harapan. Prognosis tergantung atas stadium penyakit dan
penyebaran pertumbuhan tumor. Tumor kecil (diameter < 3 cm) berhubungan dengan
kelangsungan hidup satu tahun 90.7%, 2 tahun 55% dan 3 tahun 12.8%. kecepatan
pertumbuhan bervariasi dari waktu kewaktu. Pasien tumor massif kurang mungkin
dapat bertahap hidup selama 3 bulan. Kadang-kadang dengan tumor yang tumbuh
lambat dan terutama yang berkapsul kecil, kelanngsungan hidup 2-3 tahun atau
bahkan lebih lama. Jenis massifperjalanannya lebih singakat dibandingkan yang
nodular. Metastasis paru dan peningkatan bilirubin serum
mempengaruhi
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang sudah
terpapar faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain
dengan
a Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga pada
generasi berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis (faktorfaktor
risiko kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat dicegah melalui perilaku
hidup sehat.
c. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol karena alkohol
akan meningkatkan resiko terkena kanker hati.
d. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karena berisiko
mengandung jamur Aspergillus flavus yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya kanker hati.
e. Membatasi konsumsi sumber radikal bebas agar dapat menekan perkembangan
sel kanker dan meningkatkan konsumsi antioksidan sebagai pelawan kanker
sekaligus mangandung zat gizi pemacu kekebalan tubuh.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang sudah sakit
agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap penderita
kanker hati melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen
pendukung
penyembuhan kanker, dan cara hidup sehat agar dapat mencegah Kekambuhan setelah
operasi
34
DAFTAR PUSTAKA
Rifai A., 1996. Karsinoma Hati. dalam Soeparman (ed). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1
edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Singgih B., Datau E.A., 2006, Hepatoma dan Sindrom Hepatorenal. Diakses dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_150_HepatomaHepatorenal.pdf/08_150_Hepato
maHepatorenal.html
Jacobson
R.D.,
2009.
Hepatocelluler
Carcinoma.
Diakses
dari
http://emedicine.medscape.com/article/369226-overview
Anonym,
2009.
Kanker
Hati.
Diakses
dari
http://www.totalkesehatananda.com/kankerhati.html
Abdul Rasyad. 2006. Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini dan
Pengobatan Kanker Hati Primer. USU Press. Sumatra.
Tariq Parvez., Babar Parvez., and Khurram Parvaiz et al. Screening for Hepatocellular
Carcinoma. Jounal JCPSP September 2004 Volume 14 No. 09.
Rasyid A. Temuan Ultrasonografi Kanker Hati Hepato Selular (Hepatoma). The Journal
of Medical School University of Sumatera Utara. Vol 39. No 2 Juni 2006.
Richard L. Baron, M.D. and Mark S. Peterson M.D. Screening the Cirrhotic Liver for
Hepatocellular Carcinoma with CT and MR Imaging: Opportunities and Pitfalls. RSNA
2001 Volume 21: 117 132.
S. D. Ryder. Guidelines for the diagnosis and treatment of hepatocellular carcinoma
(HCC) in adults. Gut 2003; 52 56.
Abdul Rasyid. Satu Kasus Karsinoma Hepato Selular Diameter Lebih dari 10 cm
Diagnostik dan Terapi. Majalah Radiologi Indonesia Thn III No. 1 1994.
Rasad S., 2005. Radiologi Diagnostik. FKUI; Jakarta.
35