Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI F-MIPA


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
PERCOBAAN I
ANALISIS KATION DAN ANION

Disusun Oleh:
Alfina Novianti
J1E114221
Kelompok I

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI F-MIPA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PERCOBAAN 1
ANALISIS KATION DAN ANION

Asisten

(A. Hadi Azhari)


(Rizky Hardianti)

Nilai Laporan Awal

Nilai Laporan Akhir

Tanggal Prak :

Tanggal Dikumpul :

12 Maret 2015

15 Maret 2015

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015
PERCOBAAN I

ANALISIS KATION DAN ANION


I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan kation golongan I, golongan II, golongan III, golongan
IV, dan golongan sisa.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis anion yang terkandung dalam suatu
larutan dengan analisis kualitatif pada larutan sampel menggunakan
metode pemanasan, penyaringan, pemisahan serta mengidentifikasinya
dengan menggunakan pereaksi yang spesifik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang
yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh.
Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel
atau contoh (Underwood,1986).
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis kualitatif. Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat
fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif modern
menggunakan sifat fisika seperti

warna, spektrum absorpsi,

spektrum emisi, atau medan magnet untuk mengidentifikasi ion


pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga
dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan
suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat

yang

sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium. Sifat fisika


yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya
gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang
berguna untuk analisis selanjutnya (Vogel, 1985).
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi
kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zatzat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering
ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan

kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi


semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi
dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan
terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan
perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan
dengan cara basah (Vogel, 1985).
Tujuan

analisis

kulitatif

sistematik

kation-kation

diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation


itu terhadap bebrapa reagensia. Dengan memakai reagensia
golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya
golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongangolongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation
bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi
kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut (Vogel, 1985).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongangolongan ini adalah sebagai berikut. Golongan I, kation golongan
ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbel, merkurium I (raksa), dan perak.
Golongan II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam
klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam
suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium(II),

tembaga,

bismut,

kadmium,

arsenik(III),

arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II), dan timah (III) (IV).


Golongan III, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam
klorida encer ataupun hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium
sulfida, dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation
golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III),
kromium(III), alumunium, zink, dan mangan(II). Golongan IV,

kation golongan ini tak bereaksi dengan reaggensia golongan I, II,


dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium
karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral
atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium,
strontium,dan barium. Golongan V, kation-kation yang umum, yang
tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya.
Merupakan golongan kation yang terakhir yang meliputi ion-ion
magnesium, natium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen
(Vogel, 1985).
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.

Anion sederhana seperti O2-, F-, atau CN-.

2.

Anion oksodiskret seperti NO-3, atau SO4-.

3.

Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat


terkondensasi.

4.

Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang


mengandung

anion

berbasa

banyak

seperti

oksalat,

misalnya[CO(C2O4)2]3-.
(Wilkinson, 1976).
Beberapa diantaranya seperti ion oksida O2- atau sebagian
besar anion silikat hanya berada dalam keadaan padat. Anion
lainnya seperti ion klorida, Cl- , dapat berada dalam larutan.
Beberapa unsur yang membentuk anion terutama halogen, O,
dan S dapat terikat pada unsur lain secara kovalen seperti pada
PCl3

atau

NO2.

Banyak

anion

kompleks

seperti

dithiokarbonat, R2CS-, atau asetil asetonat, CH3COCHCOCH3, yang terutama ada dalam bentuk senyawaan koordinasi
(Wilkinson, 1976). Asam organik yang memiliki gugus
fungsional COOH, OH phenolat maupun oH alkoholit,
mempunyai peluang untuk membentuk kompleks dengan
ion logam (Priyadi et al.,2013).
II.2

Uraian Bahan
1. Perak Nitrat
Nama Resmi
Nama lain
Struktur Kimia

: Argenti Nitras
: Perak Nitrat
: AgNO3

Pemerian

: tidak berwarna atau putih, bila dibiarkan


terpapar

cahaya

dengan

adanya

zat

organik, menjadi berwarna abu-abu atau


hitam keabu-abuan.
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, agak sukar


larut dalam etanol

Indikasi

: Antiseptikum ekstern

BM

: 169,87

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup rapat,


tidak tembus cahaya
(Depkes R.I., 1995).

2.

Asam Klorida
Nama Resmi
Nama lain
Struktur Kimia

: Acidium Hydrochloridium
: Asam Klorida
: HCL

Pemerian

:cairan

tidak

berwarna,

berasap,

bau

merangsang
Kelarutan

: larut dalam air dan etanol

Indikasi

: khasiat dan penggunaan zat tambahan

BM

: 36,46

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup rapat


(Depkes R.I., 1995).

3.

Kalium Kromat
Nama Resmi
Nama latin

: Kalii Cromat
: Kalium Kromat

Struktur Kimia

: K2CrO4

Pemerian

: berwarna kuning

Kelarutan

: sangat mudah larut dalam air, larutan jernih

Indikasi

: sebagai pereaksi

BM

: 194,19

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup


(Depkes R.I., 1979).

4. Kalium Iodida
Nama Resmi
Nama lain

: Kalii Iodidum
: Kalium Iodida

Struktur Kimia

: KI

Pemerian

:hablur heksahedral, transparan atau tidak


berwarna atau agak buram dan putih atau
serbuk granul putiih, agak higroskopik.
Larutan menunjukan reaksi netral atau basa
terhadap lakmus.

Kelarutan

:Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam


air mendidih, mudah larut dalam gliserin,
larut dalam etanol.

Indikasi

: sebagai pereaksi

BM

: 166,00

Penyimpanan

: Pennyimpanan dalam wadahtertutup baik.


(Depkes R.I., 1995).

5. Amonia
Nama Resmi

: Ammonia

Nama lain

: Amonia

Struktur Kimia

: NH3

Pemerian

:cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,


menusuk kuat.

Kelarutan

: mudah larut dalam air

Indikasi

: sebagai pereaksi

BM

: 17,03

Penyimpanan

:Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat,


pada suhu tidak lebih dari 25OC.
(Depkes R.I., 1995).

6. Kalium Heksasianoferat (II)


Nama Resmi

: Kalii Hexacyanoferat

Nama Lain

: Kalium Heksasianoferat (II)

Struktur Kimia

: K4Fe(CN)6

Pemerian

: serbuk hablur, kuning

Kelarutan

: larut dalam air

Indikasi

: Pereaksi

BM

: 422,39

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup


(Depkes R.I., 1979).

7. Asam Sulfat
Nama Resmi

: Acicum Sulfuricum

Nama Lain

: Asam sulfat

Struktur Kimia

: H2SO4

Pemerian

: Cairan jernih, seperti minyak, tidak


berwarna bau sangat tajam dan korosif.

Kelarutan

: bercampur dengan air dan dengan etanol,


dengan menimbulkan panas.

Indikasi

: sebagai zat tambahan

BM

: 98,07

Penyimpanan

: Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.


(Depkes R.I., 1995).

8. Asam Asetat
Nama Resmi

: Acidum Aceticum

Nama Lain

: Asam Asetat

Struktur Kimia

: CH3COOH

Pemerian

: cairan jernih, tida berwarna, bau khas,


menusuk, dan rasa asam yang tajam.

Kelarutan

: dapat bercampur dengan air, dengan etanol


dan dengan gliserol.

Indikasi

: sebagai pereaksi

BM

: 60,05

Penyimpanan

: penyimpana dalam wadah tertutup rapat.


(Depkes R.I., 1995).

9. Amonium karbonat
Nama Resmi

: Ammonium Carbonat

Nama Lain

: Amonium karbonat

Struktur Kimia

: (NH4)2CO3

Pemerian

: serbuk hablur, keras, transparan

Kelarutan

: larut dalam empat bagian air, sebagian larut


dalam etanol

Indikasi

: sebagai pereaksi

BM

: 48,00

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup

(Depkes R.I., 1979).


10. Bismut Subnitrat
Nama Resmi

: Bismuth subnitras

Nama Lain

: Bismut Subnitrat

Struktur Kimia

: Bi(NO3)3

Pemerian

: serbuk hablur renik: putih,tidak berbau,


tidak berasa,berat.

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air dan dalam


Pelarut organik.Larut sempurna dalam
asam klorida p dan dalam asam nitrat p.

Indikasi

: penggunaan adstringen saluran pencernaan

BM

: 1461,99

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik.


(Depkes R.I., 1979).

11. Barium Hidroksida


Nama Resmi

: Barii Hydroxydum

Nama Lain

: Barium Hidroksida

Struktur Kimia

: Ba(OH)2

Pemerian

: tidak berwarna

Kelarutan

: larut dalam air, terjadi larutan yang agak


keruh

Indikasi

: sebagai sampel

BM

: 315,47

Penyimpanan

: penyimapanan dalam wadah tertutup


(Depkes R.I., 1995).

12. Amonium Hidroksida


Nama Resmi

: Ammonium Hydroxydum

Nama Lain

: Ammonium Hidroksida

Struktur Kimia

: NH4OH

Pemerian

: larutan dengan bau merangsang

Kelarutan

: larut baik dalam air

Indikasi

: sebagai sampel

BM

: 35

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

(Depkes R.I., 1995).


13. Besi (II) Sulfat
Nama Resmi

: Ferrosi Sulfas

Nama Lain

: Besi (II) Sulfat

Struktur Kimia

: FeSO4

Pemerian

:granul berwarna hijau kebiruan, pucat, tidak


berbau dan rasa seperti garam. Merekah di
udara kering.

Kelarutan

: mudah larut dalam air, tidak larut dalam


etanol, sangat mudah larut dalam air
mendidih.

Indikasi

: anemia defisiensi besi

BM

: 278,01

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.


(Depkes R.I., 1995).

14. Timbal Asetat


Nama Resmi

: Plumbi Acetas

Nama Lain

: Timbal asetat

Struktur Kimia

: Pb(CH3COO)2

Pemerian

: prisma monoklinik, kecil, tembus cahaya,


atau massa hablur, berat, putih.

Kelarutan

: larut dalam dua bagian air

Indikasi

: sebagai zat tambahan

BM

: 379,33

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup


(Depkes R.I., 1979).

15. Besi (III) Klorida


Nama Resmi

: Ferros Chloridum

Nama Latin

: Besi (III) Klorida

Struktur Kimia

: FeCl3

Pemerian

:hablur

atau

serbuk

berwarna

kehijauan, oleh pengaruh lembab


berubah menjadi jingga.
Indikasi

:sebagai sampel

hitam
udara

Kelarutan

:larut dalam air

BM

:162,5

Penyimpanan

:dalam wadah tertutup rapat


(Depkes R.I., 1995).

16. Kalsium Hidroksida


Nama Resmi

: Calcii Hidroxidum

Nama Lain

: Kalsium Hidroksida

Struktur Kimia

: Ca(OH)2

Pemerian

: Serbuk putih, bersifat basa,rasa agak pahit

Kelarutan

: sukar larut dalam air, larut dalam gliserin


dan dalam sirop, tidak larut dalam etanol.

Indikasi

: sebagai zat tambahan

BM

: 74,09

Penyimpanan

: Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat

17. Fenolftalein
Nama Resmi

: Phenolphthaleinum

Nama Lain

: fenolftalein

Struktur Kimia

: C20H14O4

Pemerian

: serbuk hablur , putih atau putih kekuningan


lemah, tidak berbau, stabil diudara.

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air, larut dalam


etanol, agak sukar larut dalam eter.

Indikasi

: sebagai indikator

BM

: 318,33

Penyimpanan

: penyimpanan dalam wadah tertutup baik.


(Depkes R.I., 1995).

18. Natrium Karbonat


Nama Resmi

: Natrii carbonas

Nama Lain

: Natrium Karbonat

Struktur Kimia

: Na2CO3

Pemerian

: hablur tidak berwarna

Kelarutan

: mudah larut dalam air

Indikasi

: murni pereaksi

BM

: 124,00

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik


(Depkes R.I., 1979).

III.

PROSEDUR PENETAPAN KADAR


1. Perak Nitrat
Serbukan lebih kurang 1g, keringkan dengan gelap diatas silica gel p
selama 4 jam. Timbang seksama lebih kurang 700 mg, larutkan dalam
50 ml air, tambahkan 2ml asam nitrat P dan 2 ml besi (III) ammonium
sulfat LP, titrasi dengan ammonium tiosianat 0,1 LV (Depkes R.I.,
1995).
2. Asam Klorida
Timbang sekdama lebih kurang 3ml di dalam labu bersumbat kaca
berisi lebih kurang 20 ml air yang telah ditara. Encerkan dengan lebih
kurang 25 ml air, titrasi dengan natrium hidroksida 1N LV
menggunakan indicator merah metil LP (Depkes R.I., 1995).
3. Kalium Kromat
Lebih kurang 3g yang ditimbang seksama larutkan dalam air bebas
karbondioksida p dan encerkan hingga 25o ml. pipet 25 ml ke dalam
labu bersumbat kaca, tambahkan 2 g kalium iodide p dan 10 ml asam
klorida p. Biarkan ditempat gelap selama 10 menit, tambahkan lebih
kurang 200 ml air bebas karbondioksida p. Titrasi dengan natrium
tiosulfat menggunakan indicator larutan kanji p. (Depkes R.I., 1979).
4. Kalium Iodida
Timbang seksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam lebih kurang
10 ml air, tambahkan 35 ml asam klorida P dan 5 ml kloroform p.
Titrasi dengan kalium iodat 0,05 M LV hingga warna ungu iodum
hilang dari lapisan kloroform. Mendekati titik akhir tambahkan kalium
iodat 0,05 M LV tetes demi tetes, kocok dengan kuat terus-menerus.
Setelah kloroform tidak berwarna, biarkan selama 5 menit. Jika
kloroform berwarna ungu, titrasi lebih lanjut dengan kaloum iodat
0,05 M LV (Depkes R.I., 1995). .
5. Amonia
Masukan dengan cepat sejumlah zat ke dalam adah tertutup,
berdinding tebal (gunakan bototl tahan tekanan) hingga tinggi cairan
lebih kurang 20 cm,tutup. Kemudian dinginkan wadah dan diisi

hingga suhu 10o atau lebih rendah. Timbang seksama labu Erlenmeyer
125 ml bersumbat kaca yang berisi 35,0 ml asam sulfat 1 N LV.
Masukan pipet ukur 10 ml ke dalam ammonia yang telah
didiinginkan, biarkan cairan naik ke dalam pipet tanpa dihisap, angkat
pipet dan bersihkan cairan yang menempel dan buang 1 ml larutan
pertama. Letakan ujung pipet tepat tepat di atas permukaan asam
sulfat 1 N dalam labu Erlenmeyer, dan alirkan lebih kurang 2 ml ke
dalam labu, tutup labu. Campurkan dan timbang kembali untuk
memperoleh bobot contoh. Titrasi dengan kelebihan asam dengan
natrium hidroksida 1 N LV, menggunakan indicator merah metil LP.
Lakukan penetapan blangko seperti yang tertera pada titrasi residual
dalam titrimetri (Depkes R.I., 1995)..
6. Kalium Heksasianoferat(II)
Larutkan lebih kurang 11 g yang ditimbang seksama dalam 200 ml air,
tambahkan 10 ml asam sulfat p. titrasi dengan kalium permangat 1 N
(Depkes R.I., 1979).
7. Asam Sulfat
Timbang seksama labu bersumbat kaca yang berisi 20 ml air, masukan
lebih kurang 1ml zat uji,timbang lagi untuk mendapatkan zat uji.
Encerkan dengan lebih kurang 25 ml air, dinginkan dan tambahkan
jingga metil LP, titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV (Depkes
R.I., 1995).
8. Asam Asetat
Timbang seksama lebih kurang 6 ml dalam labu Erlenmeyer yang
telah ditara. Tambahkan 40 ml air dan titrasi dengan natrium
hidroksida 1 N LV menggunakan indicator fenolftalein LP. (Depkes
R.I., 1995).

9. Ammonium Karbonat
seksama lebih kurang 2 g, larutkan dalam 50 ml asamsulfat 1 N,
encerkan dengan 50 ml air, didihkan dinginkan. Titrasi dengan
natrium hidroksida 1 N menggunakan indicator larutan metil p
(Depkes R.I., 1979).
10. Bismut subnitrat

Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam campuran 2 ml asam nitrat


p dan 4 ml air, tambahkan 50 ml air, 20 ml gliserol p dan 200 mg asam
sulfanat p, biarkan selama 1 menit, tambahkan 200 ml air dan 0,3 ml
larutan ungu katekol p, jika terjadi warna ungu, tambahkan tetes demi
tetes ammonia encer p hingga terjadi warna biru (Depkes R.I., 1979).
11. Barium hidroksida
Timbang larutan 500 mg dalam 5 ml asam asetat ppb dan 40 ml air,
didihkan

perlahan-lahan

untuk

menghilangkan

karbondioksida,

dinginkan, tambahkan ammonia ppb, hingga bereaksi alkalis


tambahkan 2 tetes natrium sulfida ppb; hanya boleh agak berwarna
(Depkes R.I., 1995).
12. Besi (II) Sulfat
Timbang seksama lebih kurang 1 g. larutkan dalam campuran 25 ml
asam sulfat 2 N dan 25 ml air bebas karbon dioksida P. tambahkan
ortofenantrolin LP, segera titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV.
Lakukan penetapan blangko (Depkes R.I., 1995).
13. Timbal Asetat
Lebih kurang 800 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam
campuran 100 ml airdan 2 ml asam asetat p , tambahkan 5 g
heksamina p. Titrasi dengan natrium edetat 0,05 M menggunakan
indicator 0,2 ml larutan jingga xilenol p hingga larutan berwarna
kuning terang pucat (Depkes R.I., 1979).
14. Besi (III) klorida
Larutkan garam besi (II) larutkan 2,0 g dalam 100 ml air, tambahkan
2 ml asam fosfat p. Titrasi dengan kalium permangat 0,1 N hingga
warna merah jambu, diperlukan tidak lebih dari

0,1 ml kalium

permangat 0,1 N (Depkes R.I., 1995).


15. Kalsium Hidroksida
Timbang seksama lebih kurang 1,5 g, masukan ke dalam gelas piala,
tambahkan 30 ml asam klorida 3 N sedikit demi sedikit hingga larut
sempurna. Masukan larutan ke dalam labu terukur 500 ml, cuci gelas
piala, tambahkan cairan cucian ke dalam labu, encerkan dengan air. 50
ml larutan masukan ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 100 ml
air , 15 ml natrium hidoksida 1 N dan 300 mg biru hindroksi naftol P.

titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna


biru tua (Depkes R.I., 1995).
16. Fenolftalein
Timbang seksama lebih kurang 3 g, masukan ke dalam labu terukur
100 ml, larutan dan ekuivalen dengan etanol p. Sampul tanda ukur
serapan ultraviolet larutan ini pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 405 mm menggunakan etanol p, sebagai
blanko serapan kurang dari 0,150 (Depkes R.I., 1995).
17. Natrium Karbonat
Larutkan sisa yang yang diperoleh pada kadar air dalam 50 ml air.
Titrasi dengan asam sulfat 1 N menggunakan indikator larutan jingga
metal p (Depkes R.I., 1979).
IV.

PRINSIP
IV.1

Prinsip Reaksi
A. Pemeriksaan Kation
1. Pemeriksaan kation golongan I (kation Ag+)
Ag++Cl- AgCl
2Ag+ + CrO42- AgCrO4
Ag++ I- AgI
2. Pemeriksaan kation golongan II (katrion BI3+)
Bi3+ + NO3- + 2NH3 + 2H2O Bi(OH)2NO3 + 2NH4
Bi3+ + 3NO3- + 3KI BiI3 + 3KNO3
3. Pemeriksaan kation golongan III (kation Fe3+)
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3NH4+
Fe3+ +3[ Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3
4. Pemeriksaan kation golongan IV (kation Ba2+)
Ba2+ + SO42- BaSO4
Ba2+ + CrO42- BaCRO4
2CrO4 + 2CH3COOH Cr2O72- + 2CH3COO- + H2O
5. Pemeriksaan kation golongan sisa (kation NH4+)
NH4+ + Cl- BaCO3
B. Pemeriksaan Anion
1.

Pemmeriksaan ion NO3


2 NO3-+ 4H2SO4 + ^FeSO4 6Fe + 2NO2 + 4SO42- + H2O

2.

Pemmeriksaan ion ClCl- + Ag+ AgCl


Cl- + Pb2+ PbCl2

3.

Pemeriksaan Ion Fe(CN)643K4[ Fe(CN)6] + 4FeCl3 Fe4[ Fe(CN)6]3 + 2KCl


K4[ Fe(CN)6] + 2FeSO4 Fe2[ Fe(CN)6] + 2K2SO4

4.

Pemmeriksaan ion CO32Na2CO3 + HCl NaCl + H2CO3


Na2CO3 + Ca(OH)2 2NaOH +CaCO3
CO32- + 2Ag+ Ag2CO3
CO2 + CO32- + H2O 2HCO3-

5.

Pemmeriksaan ion SCNKSCN + HCl HSCN +KCl


3 SCN- + Fe3+ Fe(SCN)3

IV.2

Prinsip Kerja
A. Pemeriksaan Kation
1. Pemeriksaan kation golongan I (kation Ag+)
Mengendap apabila direaksikan dengan HCl encer
2. Pemeriksaan kation golongan II (katrion BI3+)
Mengendap apabila direaksikan dengan larutan KI
3. Pemeriksaan kation golongan III (kation Fe3+)
Mengendap dengan larutan ammonium sulfida
4. Pemeriksaan kation golongan IV (kation Ba2+)
Mengendap

apabila

direaksikan

dengan

larutan

ammonium karbonat
5. Pemeriksaan kation golongan sisa (kation NH4+)
Tidak mengendap dengan larutan HCl, KI, ammonium
sulfide dan ammonium karbonat
B. Pemeriksaan Anion
1.

Pemmeriksaan ion NO3


Bereaksi dengan asam sulfat encer

2.

Pemmeriksaan ion ClBereaksi dengan larutan perak nitrat

3.

Pemmeriksaan ion Fe (CN)64Bereaksi dengan larutan senyawa klorida, sulfat, dan

fluida
4.

Pemmeriksaan ion CO32-+


Dapat menghilangkan warna larutan kalium permangat
dalam suasana asam sulfat

5.

Pemmeriksaan ion CNSTidak bereaksi dengan asam sulfat encer, perak nitrat,
dan senyawa klorida.

V. ALAT DAN BAHAN


V.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Batang pengaduk
2. Bunsen
3. Kertas saring
4. Penjepit
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur
7. Pro pipet
8. Rak tabung
9. Sendok tanduk
10. Tabung reaksi
V.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.

Fenolftalein

2.

Larutan AgNO3

3.

Larutan ammonium karbonat

4.

Larutan Ba(OH)2

5.

Larutan Bi3+

6.

Larutan Ca(OH)2

7.

Larutan CH3COOH

8.

Larutan FeCl3

9.

Larutan FeSO4

10.

Larutan HCL encer

11.

Larutan HCL 2 N

12.

Larutan H2SO4 pekat

13.

Larutan H2SO4 2 N

14.

Larutan K2CrO4

15.

Larutan K4Fe(CN)6

16.

Larutan KI

17.

Larutan Na2CO3

18.

Larutan NH3

19.

Larutan SCN-

VI. CARA KERJA


VI.1 Pemeriksaan Kation
1. Pemeriksaan Kation Golongan I (kation Ag+)
Sampel Ag+

-Dimasukan ke dalam 3 tabung reaksi


yang berbeda
.

Larutan HCl encer


-Direaksikan pada tabung reaksi 1.

Larutan K2CrO4

Larutan KI

Hasil

-Direaksikan pada tabung reaksi 2.


-Direaksikan pada tabung reaksi 3.
-Diamati dan dicatat reaksi yang
terjadi.

2. Pemeriksaan Kation Golongan II (katrion BI3+)


Sampel BI3+)
-Dimasukan dalam dua tabung reaksi
yang berbeda
Larutan NH3
-Direaksikan pada tabung reaksi 1.
Larutan KI
-Direaksikan pada tabung reaksi 2.
Hasil

-Diamati dan dicatat reaksi yang

terjadi.
3. Pemeriksaan Kation Golongan III (Fe3+)
Sampel Fe3+)

-Dimasukan dalam 2 tabung reaksi..

NH3

- Direaksikan pada tabung reaksi 1

Larutan K4Fe(CN)6
- Direaksikan pada tabung reaksi 2
Hasil

-Diamati reaksi yang terjadi

4. Pemeriksaan Kation Golongan IV (Ba2+)


Sampel (Ba2+)
-Dimasukan dalam 3 tabung reaksi
Larutan H2SO4

yang berbeda
-Direaksikan H2SO4 pada tabung
reaksi1

Larutan CH3COOH

dan K2CrO4
-Direaksikan pada tabung reaksi 2.
Larutan ammonium
karbonat
-Direaksikan pada tabung reaksi 3.
Hasil

-diamati reaksi yang terjadi .

5. Pemeriksaan Kation Golongan Sisa (NH4+)


Sampel NH4+

Batang pengaduk

-Dimasukan ke dalam tabung reaksi


-Dimasukan batang pengaduk yang
telah
dibasahi HCl
-Diamati dan dicatat reaksi yang

Hasil

terjadi.

VI.2 Pemeriksaan Anion


1.

Pemeriksaan Ion NO3


NO3

- Diteteskan pada kertas saring.


- Ddiamati reaksi yang terjadi.
- Dimasukan ke dalam tabung.

FeSO4 dan H2SO4


pekat
- Ditambahkan ke dalam tabung.
- Diamati reaksi yang terjadi.
Hasil
2.

Pemeriksaan Ion ClSampel Cl-

AgNO3

-Dimasukan Cl- ke dalam tabung.


-Ditambahkan

AgNO3

ke

dalam

tabung
Hasil

Sampel Cl-

-Diamati reaksi yang terjadi.


-Dimasukan Cl- ke dalam tabung.

Pb Asetat

-Ditambahkan Pb asetat ke dalam


tabung

Hasil

3.

-Diamati reaksi yang terjadi.

Pemeriksaan Ion Fe(CN)64K4Fe(CN)64FeCl3

-Dimasukan ke dalam tabung.


-Ditambahkan
tabung.

Hasil
Hasil 4K4Fe(CN)
6

FeCl3

ke

dalam

-Diamati reaksi yang terjadi.


-Dimasukan ke dalam tabung.
FeSO4

-Ditambahkan

FeSO4

ke

dalam

tabung
-Diamati reaksi yang terjadi.

4.

Pemeriksaan Ion CO32Na2CO3

HCl

-Dimasukan ke dalam tabung.


-Ditambahkan HCl ke dalam tabung.

Ca(OH)2
-Ditambahkan Ca(OH)2 ke dalam
HCl

tabung.

Hasil
-Diamati reaksi yang terjadi.
Na2CO3

-Dimasukan

Na2CO3

ke

dalam

ke

dalam

tabung
AgNO3

-Ditambahkan

AgNO3

tabung
Hasil
-Diamati reaksi yang terjadi.
Na2CO3

-Dimasukan

Na2CO3

ke

tabung.
fenolftelein

-Ditambahkan indicator PP.


-Diamati reaksi yang terjadi.

Hasil

dalam

5.

Pemeriksaan Ion CNSCNS-

-Dimasukan CNS-ke dalam tabung.

HCl 2N
-Ditambahkan HCl 2N ke dalam
FeCl3

tabung.
-Ditambahkan

FeCl3

ke

dalam

tabung.
Hasil

-Diamati reaksi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, R., 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
Depkes, R.I., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehata
Republik Indonesia. Jakarta

Depkes, R.I., 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta
Priyadi S., Purnama D., Umar S., & Pudji H., 2013. Khelasi Plumbum (Pb) dan
Cadmium (Cd) Menggunakan Asam Sitrat Pada Biji Kedelai.
AGRITECH, Vol. 33, No. 4.
Underwood, A., (1993), Analisis Kimia Kualitatif Edisi IV. Erlangga. Jakarta.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Wilkinson. 1976. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai