Chapter II Bentos
Chapter II Bentos
Sungai
Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai
peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehinggga kondisi suatu sungai sangat
dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan. Perairan sungai
mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk
ekosistem yang saling mempengaruhi. Komponen ekosistem sungai akan
terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan
mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Junaidi dkk., 2010).
Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya
yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang
mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah
penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktivitas dan
perilaku penghuninya (Wiwoho, 2005).
Sungai berperan sebagai jalur transportasi terhadap aliran permukaan yang
mampu mengangkut berbagai jenis bahan dan zat. Sungai merupakan habitat bagi
berbagai jenis organisme
5
Universitas Sumatera Utara
maksimum.
organisme
yang
termasuk
makrozoobentos
6
Universitas Sumatera Utara
kondisi nutrisi lingkungan dan dapat digunakan sebagai biota indikator akan
kondisi lingkungan diwilayah perairan (Andri dkk., 2012).
Makrozoobenthos
memiliki
sifat
istimewa
di
mana
kondisi
umumnya
sangat
sensitif
terhadap
perubahan
7
Universitas Sumatera Utara
8
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan suhu air yang demikian akan berakibat pada percepatan masa
perkembangan hewan sampai 3 kali lipat (Barus, 2004).
Disolved Oxygen (DO)
Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu
perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting dalam ekosistem
perairan terutama untuk proses respirasi bagi sebagian besar organismeorgannisme air (Barus, 2004).
Oksigen terlarut didalam air dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan
air dan udara yang masuk melalui proses difusi yang secara lambat menembus
permukaan air. Kelarutan oksigen di dalam air bergantung pada keadaan suhu,
pegolakan di permukaan air, luasnya permukan air yang terbuka bagi atmosfer
dan persentase oksigen di udara sekelilingnya (Sinaga, 2009).
Menurt Sastrawijaya (1991) kehidupan oganisme dapat bertahan jika ada
oksigen terlarut minimal sebanyak 5 mg/l seta selebihnya tergantung pada
ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemaran, temperatur dan
sebaliknya.
Biochemical Oxigen Demand (BOD)
Nilai BOD (Biochemichal Oxgen Demand) menyatakan jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisma aerobi dalam proses penguraian senyawa
organik, yang diukur pada temperatur 20C. Untuk menguraikan senyawa organik
yang terdapat di dalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisma
membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20
hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran, beberapa hasil penelitian
diketahui bahwa pengukuran 5 hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah
9
Universitas Sumatera Utara
mencapai kurang lebih 70%, maka pengukuran yang umum dilakukan adalah
setelah 5 hari (BOD5). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran BOD
adalah jumlah senyawa organik yang akan diuraikan, tersedianya mikroorganisme
anaerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya
jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian (Barus, 2004).
Nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih
tergolong baik dimana apabila konsumsi O2 selama periode 5 hari berkisar sampai
5 ml/l O2 maka perairan tersebut tergolong baik apabila konsumsi O2 berkisar 10
ml/l-20 mg/l O2 akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang
tinggi dan untuk air limbah nilai BOD umumnya lebih dari 100 mg/l (Brower
dkk., 1990).
Bahan Organik
Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar perairan merupakan
sumber makanan bagi hewan bentos. Bahan tersebut biasanya berasal dari
dekomposisi organisme yang masuk ke sungai. Substrat yang kaya bahan organik
dapat melimpahkan hewan bentos yang didominasi oleh deposit feeder. Karakter
substrat suatu perairan sangat menentukan keberadaan makrozoobentos di
perairan tersebut. Substrat dasar perairan berupa batuan-batuan didominasi oleh
makrozoobentos yang mampu menempel dan melekat. Substrat dasar perairan
yang lunak dan selalu berubah-ubah biasanya membatasi makrozoobentos untuk
berlindung. Substrat berpasir biasanya kandungan oksigennya lebih tinggi
dibandingkan dengan substrat yang lebih halus, hal ini disebabkan pada substrat
yang ukuran partikelnya lebih besar akan memungkinkan terjadinya pertukaran air
10
Universitas Sumatera Utara
yang lebih intensif, pertukaran air ini akan mengakibatkan terjadinya distribusi
oksigen kandungan oksigen terlarut lebih tinggi (Setiawan, 2008).
pH
Derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor
kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di
suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam
beberapa faktor yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garamgaram karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar
perairan (Sutika, 1989).
Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai
nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah.
Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara
7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Kenaikan pH di atas netral akan
meningkatkan konsentrasi amonia yang bersifat sangat toksik bagi organisme
(Barus, 2004).
Substrat Dasar
Kadar organik adalah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan
makrozoobentos, dimana kadar organik ini adalah sebagai nutrisi bagi
makrozoobentos tersebut. Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya
akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan bentos dan sebagai
organisme dasar, bentos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka
11
Universitas Sumatera Utara
pada perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi
hewan bentos (Koesoebiono, 1979).
Substrat batu menyediakan tempat bagi spesies yang melekat sepanjang
hidupnya, juga digunakan oleh hewan yang bergerak sebagai tempat perlindungan
dari predator. Substrat dasar yang halus seperti lumpur, pasir dan tanah liat
menjadi tempat makanan dan perlindungan bagi organisme yang hidup di dasar
perairan (Lailli dan Parsons, 1993 diacu oleh Sinaga, 2009). Dasar perairan yang
berupa pasir dan sedimen halus merupakan lingkungan hidup yang kurang baik
untuk hewan bentos (Koesoebiono, 1979). Substrat dasar yang berupa batu-batu
pipih dan batu kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik bagi
makrozoobentos sehingga bisa mempunyai kepadatan dan keanekaragaman yang
besar (Odum, 1994).
Arus
Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran yang deras, kecepatan
arus mempengaruhi keadaan substrat dasar yang merupakan faktor yang sangat
menentukan komposisi hewan benthik. Substrat berbatu dapat menyediakan
permukaan lingkungan hidup yang baik bagi makrozoobentos (Simamora, 2009).
Kecepatan arus air dari suau badan air ikut menentukan penyebaran
organisme yang hidup di badan air tersebut, penyebaran organisme paling
ditentukan oleh aliran air. Tingkah laku hewan air juga ikut ditentukan oleh aliran
air. Selain itu, aliran air juga ikut berpengaruh terhadap terhadap kelarutan udara
dan garam-garam dalam air, sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kehidupan organisme air (Suin, 2002).
12
Universitas Sumatera Utara