PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Karsinoma tiroid tergolong slow growing tumor, dengan insiden di
Indonesia berdasarkan Pathological Based Registration menduduki tempat ke
sembilan dari kesepuluh kanker tersering (4,3%) (Djokomoeljanto, 2009).
Tetapi diantara kelenjar endokrin, keganasan tiroid termasuk jenis keganasan
yang paling sering ditemukan. Kelenjar tiroid merupakan bagian tubuh yang
jarang mengalami keganasan, terjadi 0,85% dan 2,5% dari seluruh keganasan
pada laki-laki dan perempuan. Insidennya meliputi 90% dari keseluruhan kanker
endokrin. Kanker tiroid secara umum termasuk kelompok keganasan dengan
prognosis relatif baik.
Tahun 2004, American Cancer Society memperkirakan 22.500 kasus baru
kanker tiroid ditemukan di Amerika Serikat, dengan perbandingan perempuan dan
laki-laki 3:1. Sekitar 1,7% dari seluruh kanker pada perempuan adalah kanker
tiroid, dibandingkan hanya 0,5% kanker pada laki-laki. Laporan angka kejadian
kanker tiroid bervariasi antara 0,5 sampai 10 tiap 100.000 penduduk, serta
merupakan 1% dari seluruh kejadian kanker dan 0,5% dari kematian karena
kanker (Djokomoeljanto, 2009).
Meskipun termsuk keompok dengan prognosis baik dan angka kematian
karsinoma tiroid rendah tetapi perlu adanya deteksi dini dan penanganan secara
cepat dan tepat karena baik tumor jinak mapun ganas akan mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Gambaran klinis tumor tiroid seperti kista bisa cepat
membesar, nodul jinak perlahan, nodul ganas agak cepat, dan nodul anaplastik
cepat sekali dalam hitungan minggu, tanpa nyeri. Tumor ini dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman akibat gangguan mekanis di daerah leher
seperti gangguan menelan atau perasaan sesak bahkan perasaan sesak dan
batuk-batuk yang disertai dahak berdarah jika tumor bermetastasis ke paruparu (Mansjoer, Suprohaita, Wahyu, & Wiwiek, 2008). Oleh karena itu,
diharapkan penanganan yang cepat dan akurat agar dapat menekan
morbidibitas yang menyebabkan kondisi pasien semakin memburuk dan dan
mortilitas akibat karsinoma tiroid.
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tumor adalah pembengkakan atau pembesaran abnormal yang dapat diartikan
sebagai neoplasma. Neoplasma merupakan pertumbuhan baru jaringan
multiplikasi sel yang tidak terkontrol dan progresif (Dorlan, 2011). Tumor
dapat terdeteksi dengan adanya benjolan termasuk benjolan yang ada dileher.
Benjolan leher adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat
yang timbul di segitiga anterior atau posterior leher di antara klavikula pada
bagian inferior, dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior.
Diagnosa banding benjolan leher 50% benjolan berasal dari tiroid, 40 %
disebabkan karena keganasan (80% merupakan metastasis; 20% neoplasma
primer: limfoma, tumor, kelenjar saliva), dan 10 % berasal dari peradangan
atau kelainan kongenital (Grace & Neil, 2006).
Karsinoma tiroid adalah keganasan kelenjar tioroid yang memiliki
empat tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler. Kelenjar tiroid
termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, tetapi di antara
kelenjar endokrin, termasuk jenis keganasan kelenjar endokrin yang paling
sering ditemukan, dengan prognosis relatif baik. Karsinoma tiroid tergolong
slow growing tumor (Djokomoeljanto, 2009).
B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan prasangka jinak atau ganas menurut Mansjoer, et al.,
(2008) yaitu:
1. Kelainan yang bukan karena neoplasma.
2. Neoplasma jinak
Pertumbuhannya lambat, tumbuh sebagai massa sel yang kohesif dan
ekspansif pada temnpat asalnya dan tidak mempunyai kemampuan
menginfiltrasi, invasi atau penyebaran ke tempat lain. Tumor jinak ini akan
tumbuh dan menekan secara perlahan-lahan dan biasanya dibatasi dengan
jaringan ikat yang berbentuk kapsul yang memisahkan jaringan tumor
dengan jaringan sehat sehingga memiliki batas yang jelas dan tegas.
Tumor jinak ini tidak dapat bermetastasis.
3. Neoplasma ganas
Pertumbuhannya cepat dan memperlihatkan pusat-pusat daerah nekrosis
atau iskemik. Tumor ganas tumbuh progresif, invasif dan merusak jaringan
sekitarnya. Pada dasarnya terbatas tidak jelas dan tidak tegas dari jaringan
T
Tx
T0
T1
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4a*
T4b*
Tumor Primer
Tumor primer tidak dapat dinilai
Tidak didapat tumor primer
Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang masih terbatas
pada tiroid
Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih
dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada
tiroid atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid
yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak
peritiroid)
Tumor telah keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut
jaringan lunak subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus
Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau
arteri karotis
(karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas
pada tiroid#
(karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) berekstensi
keluar kapsul tiroid$
Catatan :
Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran
terbesar menentukan klasifikasi), contoh : T2(m)
*Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4
#Karsinoma anaplastik intratiroid resektabel secara bedah
$Karsinoma anaplastik ekstra tiroid irresektabel secara bedah
b
N
Nx
N0
N1
N1a
N1b
Mx
M0
M1
3.
Stadium
T
N
M
Karsinoma Tiroid Papilar atau Folikular Umur < 45 th
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M1
Papilar atau Folikular umur > 45 tahun dan Medular
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1,T2,T3
N1a
M0
Stadium IVA
T1,T2,T3
N1b
M0
T4a
N0,N1
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
Tiap T
Tiap N
M1
Anaplastik (Semua kasus stadium IV)
Stadium IVA
T4a
Tiap N
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
TiapT
Tiap N
M1
maka jarang sekali dianjurkan tindakan operasi segera, jadi bukan suatu
kegawatan, masih ada waktu untuk berpikir bagi pasien dan keluarga.
Penyebaran melalui kelenjar limfe dan mempunyai prognosis yang
lebih baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya. Sifat biologik daripada
tumor jenis papilar ini yakni tumor atau tumor primer yang kecil bahkan
mungkin tidak teraba tetapi metastasis ke kelenjar getah bening dengan
massa atau tumor yang besar atau nyata. Tumor ini sering tampil sebagai
nodul tiroid soliter dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus, dengan angka ketahanan hidup
10 tahun mencapai 95%. Secara mikroskopis, karsinoma papilar berupa
tumor yang tidak berkapsul dengan struktur berpapil dan bercabang. Sel
karakteristik dengan inti sel yang berlapis-lapis dan sitoplasma yang
jernih.
2. Karsinoma Folikular
Karsinoma folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan biasa
ditemukan pada usia dewasa pertengahan atau diatas 40 tahun. Pada kasus
yang jarang, tumor ini mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis). Insiden
karsinoma folikular meningkat di daerah dengan defisiensi yodium
(Livolsi, 2004). Diagnosis tumor ini secara sitologi sulit dibedakan
dengan adenoma folikular, diagnosis pasti dengan pemeriksaan frozen
section pada durante operasi atau dengan pemeriksaan histopatologi
untuk melihat adanya invasi ke kapsul atau pembuluh darah. Karsinoma
folikular bermetastasis terutama melalui pembuluh darah ke paru, tulang,
hati dan jaringan lunak. Karsinoma folikular diterapi dengan tiroidektomi
total diikuti pemberian iodin radioaktif. Juga karena sel karsinoma ini
menangkap yodium maka radioterapi dengan Y131 dapat digunakan
dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang
digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor.
Angka ketahanan hidup 10 tahun mencapai 85% (Livolsi, 2004).
3. Karsinoma Medular
Karsinoma medular meliputi sekitar 5% keganasan tiroid dan berasal dari
sel parafolikular atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Karsinoma ini
timbul secara sporadik (80%) dan familial (20%), dimana tumor ini
diturunkan sebagai sifat dominan autosom yang berhubungan dengan
amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau proteinprotein lain yang dideposit dengan suatu pola fibri. Karsinoma medular lebih
agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi tidak seagresif kanker
tiroid undifferentiated. Kanker ini meluas secara lokal ke kelenjar getah
bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa menginvasi limfatik dan
pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan visera. Kalsitonin dan
antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi
oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosis.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk
karsinoma sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada
pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba
dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan menghasilkan
gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat
perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini
sangat resisten terhadap pengobatan.
F. Pathway
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler. Pemeriksaan rutin kadar
kalsitonin dalam serum pada pasien dengan nodul tiroid dapat digunakan
untuk diagnosis preoperatif dari karsinoma tiroid meduler. Pemeriksaan T3
dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin Tera (HTG)
dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi
baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano).
Pengukuran kadar serum Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
dilakukan untuk menyingkirkan disfungsi tiroid, namun pemeriksaan ini
tidak berguna untuk membedakan jenis jinak atau ganas.
2. Pencitraan
a. Scintisgrafi
Peran skintigrafi tiroid dalam evaluasi diagnostik dari nodul tiroid bisa
digunakan untuk membedakan antara nodul hangat, yang biasanya
adalah jinak, dan nodul dingin yang dicurigai tumor ganas.
Pemeriksaan skintigrafi ini memiliki sensitifitas yang rendah utntuk
mendeteksi nodul tiroid yang kecil dan tidak berguna untuk nodul yang
bersifat kistik.
b. Ultrasonografi (USG)
USG tiroid yang dilakukan dengan frekuensi tinggi (7,5-13 MHz),
menjadi banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk evaluasi dari
sebuah nodul. USG dapat mendeteksi adanya nodul padat yang
berukuran 3 mm dan kistik nodul yang berukuran 2 mm. Dengan
teknik pencitraan dari USG juga dapat membedakan komponen dari
nodul, yaitu padat, kistik, atau campuran, serta dapat memperkirakan
ukuran dari nodul tersebut. Beberapa ciri yang didapatkan dari hasil
dari USG dapat mengarah menuju keganasan, seperti misalnya nodul
yang hipoekoik, tepi yang ireguler, adanya mikrokalsifikasi dan
hipervaskularisasi. Akan tetapi nilai prediktif dari USG tidak terlalu
tinggi, sehingga semua nodul tiroid harus dilakukan biopsi jarum halus
untuk menentukan diagnosis secqara lebih akurat.
c. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dapat terlihat
kalsifikasi halus, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada
metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray
juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada tulang. Apabila ada
keluhan disfagia, maka foto X-Ray ini dapat untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus.
d. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor pada leher dan
kepala, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor
ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus/Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi aspirasi jarum halus adalah pengambilan sejumlah kecil bagian dari
sel atau cairan dari tiroid nodul menggunakan jarum yang sangat kecil.
Prosedur ini aman untuk dilakukan. Sel-sel yang telah diambil akan
dianalisa menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi dan kemudian dapat
dikategorikan menjadi jinak atau ganas. Pemeriksaan ini sering disebut
dengan pemeriksaan patologi anatomi (PA).
H. Pengkajian fokus
Pengkajian pada tumor tiroid menurut Wijaya dan Yessie (2013) yaitu:
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
a. Sistem pulmonari
b. Sistem pencernaan
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem muskuloskeletal
4) Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan
tiroid
disekitarnya
pada
kedua
sisi,
dengan
seluruh
jaringan
tiroid
pada
satu
sisi
disertai
radioterapi
berguna
untuk
mengontrol
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau
yang sangat panas atau sangat dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau
lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat
kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat).
Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang
rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia
atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau
darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika
thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
3) Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif.
Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler
tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi,
yaitu:
a) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
b) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal.
c) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin
sebagai
obat
L-tiroksin,
sehingga
TSH
endogen
2. Penatalaksanaan keperawatan
a.Diagnosa keperawatan
Dx sebelum operasi
1) Ansietas
2) Nyeri
3) Hambatan komunikasi verbal
4) Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dx setelah operasi
1)
2)
3)
4)
b.
1)
Nyeri akut/kronis
Kerusakan integritas kulit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Risiko infeksi
Intervensi
Ansietas
NOC: Anxiety Level dengan indikatornya yaitu gelisah, mondarmandir, tangan gemetar, otot tegang, wajah tegang, mudah
tersinggung, sulit konsentrasi, TTV dalam batas normal,
penurunan produktivitas.
NOC: Anxiety Self Control dengan indikatornya yaitu mampu
merencanakan strategi koping, menggunakan strategi koping,
mengidentifikasi dan mengungkapkan kecemasan, penggunan
teknik relaksasi dan tidur menjadi adekuat.
NIC: Anxiety Reduction
a) Gunakan pendekatan dan komunikasi terapeutik.
b) Nayatakan dengan jelas harapan psien.
c) Dorong keluarga untuk menemani pasien.
d) Jelaskan prosedure dan apa yang akan dirasakan selama
prosedur.
e) Dengarkan kecemasan pasien dengan penuh empati.
f) Instruksikan penggunaan teknik relaksasi.
2) Nyeri akut/kronis
NOC: Pain Level dengan indikatornya yaitu mengungkapkan
nyeri berkurang, episode nyeri, ekspresi wajah menahan nyeri,
merintih, gelisah, frekuensi nyeri, otot tegang, perubahan TTV,
intoleransi makanan.
NOC: Pain Control dengan indikatornya yaitu mampu mengenali
nyeri PQRST, menggunakan teknik nonfarmakologi dalam
menahan nyeri, melaporkan nyeri berkurang.
NIC: Pain Management
a) Gunakan pendekatan dan komunikasi terapeutik.
b)
c)
d)
e)
teknik
nonarmakologi.
g) Kolaborasi pemberian analgesik.
h) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
3) Kerusakan Komunikasi Verbal
Hasil yang diharapkan :
Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji fungsi bicara secara periodic
b) Pertahankan komunikasi sederhana
c) Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai
d) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin
4) Bersihan jalan nafas tak efektif
Hasil yang diharapkan :
Tidak ada kesulitan pernafasan, Secret mudah keluar, Tidak
mengeluh sesak nafas, Respirasi dalam batas normal (16-20)
Intervensi Keperawatan :
a) Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
b) Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi
c) Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis
d) Perhatikan kualitas pernafasan
e) Latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi
f) Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan
dengan hati-hati sesuai indikasi
g) Kolaborasi pemberian therapi Ogsigen bila perlu
5) Kerusakan integritas kulit
NOC: Tissue integrity: skin and mocous membran dengan
indikatornya yaitu perfusi jaringan normal, ketebalan dan tekstur
jaringan normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, pus/purulen, dan
menunjukan terjadinya proses penyembuhan yang baik.
NIC: Prresure ulcer prevention wound care
a) Anjurkan keluarga dan pasien untuk menjaga kulit tetap
b)
c)
d)
e)
f)
luka
dengan
metode
aseptik
tindakan keperawatan.
Pertahankan lingkungan aseptik.
Dorong pasien untuk meningkatkan intake nutiris.
Berikan antibiotik bila perlu.
Berikan perawatan luka dengan teknik steril.
Dorong pasien untuk istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Dorlan
Djokomoeljanto. (2009). Buku ajar tiroidologi klinik. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Grace, P. A., & Nei R. B. (2006).At a glance ilmu bedah. Edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wahyu I. W., dan Wiwiek S. (2008). Kapita selekta
kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI.
Matsuzuka, F., Isamu N., Hiroshi I., Kanki K., dan Masahiro S. (2009). Clinical
Aspects of Primary Thyroid Lymphoma: Diagnosis and Treatment Based on Our
Experience of 119 Cases 1993; 3(2):3(2): 93-9.