Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Karsinoma tiroid tergolong slow growing tumor, dengan insiden di
Indonesia berdasarkan Pathological Based Registration menduduki tempat ke
sembilan dari kesepuluh kanker tersering (4,3%) (Djokomoeljanto, 2009).
Tetapi diantara kelenjar endokrin, keganasan tiroid termasuk jenis keganasan
yang paling sering ditemukan. Kelenjar tiroid merupakan bagian tubuh yang
jarang mengalami keganasan, terjadi 0,85% dan 2,5% dari seluruh keganasan
pada laki-laki dan perempuan. Insidennya meliputi 90% dari keseluruhan kanker
endokrin. Kanker tiroid secara umum termasuk kelompok keganasan dengan
prognosis relatif baik.
Tahun 2004, American Cancer Society memperkirakan 22.500 kasus baru
kanker tiroid ditemukan di Amerika Serikat, dengan perbandingan perempuan dan
laki-laki 3:1. Sekitar 1,7% dari seluruh kanker pada perempuan adalah kanker
tiroid, dibandingkan hanya 0,5% kanker pada laki-laki. Laporan angka kejadian
kanker tiroid bervariasi antara 0,5 sampai 10 tiap 100.000 penduduk, serta
merupakan 1% dari seluruh kejadian kanker dan 0,5% dari kematian karena
kanker (Djokomoeljanto, 2009).
Meskipun termsuk keompok dengan prognosis baik dan angka kematian
karsinoma tiroid rendah tetapi perlu adanya deteksi dini dan penanganan secara
cepat dan tepat karena baik tumor jinak mapun ganas akan mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Gambaran klinis tumor tiroid seperti kista bisa cepat

membesar, nodul jinak perlahan, nodul ganas agak cepat, dan nodul anaplastik
cepat sekali dalam hitungan minggu, tanpa nyeri. Tumor ini dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman akibat gangguan mekanis di daerah leher
seperti gangguan menelan atau perasaan sesak bahkan perasaan sesak dan
batuk-batuk yang disertai dahak berdarah jika tumor bermetastasis ke paruparu (Mansjoer, Suprohaita, Wahyu, & Wiwiek, 2008). Oleh karena itu,
diharapkan penanganan yang cepat dan akurat agar dapat menekan
morbidibitas yang menyebabkan kondisi pasien semakin memburuk dan dan
mortilitas akibat karsinoma tiroid.
B. Tujuan

Laporan pendahuluan ini bertujuan agar mahasiswa yang berpraktik di Rumah


Sakit pada stase bedah dapat mengetahui gambaran terkait tumor tiroid baik
dari definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, pengkajian fokus, diagnosa keperawatan dan fokus
intervensi yang nantinya akan membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan yang t epat pada pasien dengan tumor tiroid.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Tumor adalah pembengkakan atau pembesaran abnormal yang dapat diartikan
sebagai neoplasma. Neoplasma merupakan pertumbuhan baru jaringan
multiplikasi sel yang tidak terkontrol dan progresif (Dorlan, 2011). Tumor
dapat terdeteksi dengan adanya benjolan termasuk benjolan yang ada dileher.
Benjolan leher adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat
yang timbul di segitiga anterior atau posterior leher di antara klavikula pada
bagian inferior, dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior.
Diagnosa banding benjolan leher 50% benjolan berasal dari tiroid, 40 %
disebabkan karena keganasan (80% merupakan metastasis; 20% neoplasma
primer: limfoma, tumor, kelenjar saliva), dan 10 % berasal dari peradangan
atau kelainan kongenital (Grace & Neil, 2006).
Karsinoma tiroid adalah keganasan kelenjar tioroid yang memiliki
empat tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler. Kelenjar tiroid
termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, tetapi di antara
kelenjar endokrin, termasuk jenis keganasan kelenjar endokrin yang paling
sering ditemukan, dengan prognosis relatif baik. Karsinoma tiroid tergolong
slow growing tumor (Djokomoeljanto, 2009).
B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan prasangka jinak atau ganas menurut Mansjoer, et al.,
(2008) yaitu:
1. Kelainan yang bukan karena neoplasma.
2. Neoplasma jinak
Pertumbuhannya lambat, tumbuh sebagai massa sel yang kohesif dan
ekspansif pada temnpat asalnya dan tidak mempunyai kemampuan
menginfiltrasi, invasi atau penyebaran ke tempat lain. Tumor jinak ini akan
tumbuh dan menekan secara perlahan-lahan dan biasanya dibatasi dengan
jaringan ikat yang berbentuk kapsul yang memisahkan jaringan tumor
dengan jaringan sehat sehingga memiliki batas yang jelas dan tegas.
Tumor jinak ini tidak dapat bermetastasis.
3. Neoplasma ganas
Pertumbuhannya cepat dan memperlihatkan pusat-pusat daerah nekrosis
atau iskemik. Tumor ganas tumbuh progresif, invasif dan merusak jaringan
sekitarnya. Pada dasarnya terbatas tidak jelas dan tidak tegas dari jaringan

sekitarnya, namun ekspansi lambat untuk terdorong ke jaringan sekitarnya


yang sehat. Kebanyakan tumor ganas invasif dan dapat menembus dinding
dan alat tubuh berlumen seperti usus, dinding pembuluh darah, limfa atau
ruang perineural.
Klasifikasi Klinik sistem TNM American Joint Comitte on Cancer (AJCC)
dalam Mansjoer, et al., (2008) yaitu:
a

T
Tx
T0
T1
T2
T3

T4
T4a
T4b
T4a*
T4b*

Tumor Primer
Tumor primer tidak dapat dinilai
Tidak didapat tumor primer
Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang masih terbatas
pada tiroid
Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih
dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada
tiroid atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid
yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak
peritiroid)
Tumor telah keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut
jaringan lunak subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus
Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau
arteri karotis
(karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas
pada tiroid#
(karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) berekstensi
keluar kapsul tiroid$

Catatan :
Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran
terbesar menentukan klasifikasi), contoh : T2(m)
*Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4
#Karsinoma anaplastik intratiroid resektabel secara bedah
$Karsinoma anaplastik ekstra tiroid irresektabel secara bedah
b

N
Nx
N0
N1
N1a

N1b

Kelenjar Getah Bening Regional


Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
Metastasis pada kelenjar getah bening cervical Level VI
(pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan
Delphian)
Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral,
bilateral
atau kontralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal
atas/superior
Metastasis jauh

Mx
M0
M1

Metastasis jauh tidak dapat dinilai


Tidak terdapat metastasis jauh
Terdapat metastasis jauh
Terdapat empat tipe histopatologi mayor :
- Papilar karsinoma
- Folikular karsinoma
- Medular karsinoma
- Anaplastik karsinoma

Stadium klinis (National Cancer Institute, 2014):


No
1.
2.

3.

Stadium
T
N
M
Karsinoma Tiroid Papilar atau Folikular Umur < 45 th
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M1
Papilar atau Folikular umur > 45 tahun dan Medular
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1,T2,T3
N1a
M0
Stadium IVA
T1,T2,T3
N1b
M0
T4a
N0,N1
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
Tiap T
Tiap N
M1
Anaplastik (Semua kasus stadium IV)
Stadium IVA
T4a
Tiap N
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
TiapT
Tiap N
M1

Berdasarkan histopatologinya karsinoma tiroid dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :


karsinoma papilar, karsinoma folikular, karsinoma medular, dan karsinoma
anaplastik (American Thyroid Association, 2005)
1. Karsinoma Papilar
Karsinoma papilar adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering
ditemukan (75-85%) yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau awal
kehidupan dewasa. Merupakan karsinoma tiroid yang terutama berkaitan
dengan riwayat terpapar radiasi pengion. Faktor yang mempengaruhi
prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis histologik
dominan papilar. Hampir semua kasus dibawah usia 40 tahun sembuh,
dan pada usia lanjut prognosisnya baik atau lumayan, hanya satu persen
yang meninggal karena kanker tersebut. Kanker tersebut prosesnya pelan

maka jarang sekali dianjurkan tindakan operasi segera, jadi bukan suatu
kegawatan, masih ada waktu untuk berpikir bagi pasien dan keluarga.
Penyebaran melalui kelenjar limfe dan mempunyai prognosis yang
lebih baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya. Sifat biologik daripada
tumor jenis papilar ini yakni tumor atau tumor primer yang kecil bahkan
mungkin tidak teraba tetapi metastasis ke kelenjar getah bening dengan
massa atau tumor yang besar atau nyata. Tumor ini sering tampil sebagai
nodul tiroid soliter dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus, dengan angka ketahanan hidup
10 tahun mencapai 95%. Secara mikroskopis, karsinoma papilar berupa
tumor yang tidak berkapsul dengan struktur berpapil dan bercabang. Sel
karakteristik dengan inti sel yang berlapis-lapis dan sitoplasma yang
jernih.
2. Karsinoma Folikular
Karsinoma folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan biasa
ditemukan pada usia dewasa pertengahan atau diatas 40 tahun. Pada kasus
yang jarang, tumor ini mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis). Insiden
karsinoma folikular meningkat di daerah dengan defisiensi yodium
(Livolsi, 2004). Diagnosis tumor ini secara sitologi sulit dibedakan
dengan adenoma folikular, diagnosis pasti dengan pemeriksaan frozen
section pada durante operasi atau dengan pemeriksaan histopatologi
untuk melihat adanya invasi ke kapsul atau pembuluh darah. Karsinoma
folikular bermetastasis terutama melalui pembuluh darah ke paru, tulang,
hati dan jaringan lunak. Karsinoma folikular diterapi dengan tiroidektomi
total diikuti pemberian iodin radioaktif. Juga karena sel karsinoma ini
menangkap yodium maka radioterapi dengan Y131 dapat digunakan
dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang
digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor.
Angka ketahanan hidup 10 tahun mencapai 85% (Livolsi, 2004).
3. Karsinoma Medular
Karsinoma medular meliputi sekitar 5% keganasan tiroid dan berasal dari
sel parafolikular atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Karsinoma ini
timbul secara sporadik (80%) dan familial (20%), dimana tumor ini
diturunkan sebagai sifat dominan autosom yang berhubungan dengan

MEN-2a atau MEN-2b atau endokrinopati lainnnya (Livolsi, 2004).


Massa tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan, pada tumor yang
lebih luas tampak daerah nekrosis dan perdarahan dan dapat meluas
sampai ke kapsul. Mikroskopis tampak kelompokan sel-sel bentuk
poligonal sampai lonjong dan membentuk folikel atau trabekula. Tampak
adanya deposit amiloid pada stromanya yang merupakan gambaran khas
pada karsinoma tipe medular ini (Livolsi, 2004).
4. Karsinoma Anaplastik
Karsinoma anaplastik tiroid merupakan salah satu keganasan pada
manusia yang paling agresif dan jarang dijumpai yaitu kurang dari 5%.
Karsinoma anaplastik ini berkembang dengan menginfiltrasi ke jaringan
sekitarnya. Tumor ini terutama timbul pada usia lanjut, terutama di daerah
endemik gondok dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kasus
muncul dengan riwayat pembengkakan yang cepat membesar pada leher,
disertai dengan adanya kesulitan bernafas dan menelan, serta suara serak
karena infiltrasi ke nervus rekurens. Pertumbuhannya sangat cepat
walaupun diterapi. Metastasis ke tempat jauh sering terjadi, tetapi
umumnya kematian terjadi dalam waktu kurang dari setahun. Angka
ketahanan hidup 5 tahun < 5% (Endocrine Surgery, 2014).
Tampak massa tumor yang tumbuh meluas ke daerah sekitarnya.
Gambaran mikroskopis, tampak sel-sel anaplastik (undifferentiated)
dengan gambaran morfologi yang sangat pleomorfik, serta tidak
terbentuknya gambaran folikel, papil maupun trabekula (Livolsi, 2004).
Berdasarkan tingkat keganasan karsinoma tiroid dibagi atas tiga kategori :
1. Tingkat keganasan rendah :
a. Karsinoma papiler.
b. Karsinoma folikuler (dengan invasi minimal)
2. Tingkat keganasan menengah :
a. Karsinoma folikuler (dengan invasi luas),
b. Karsinoma meduler,
c. Limfoma maligna,
d. Karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk.
3. Tingkat keganasan tinggi :
a. Karsinoma tidak berdiferensiasi.
b. Haemangioendothelioma maligna (angiosarcoma).
C. Etiologi

Etiopatogenesis kanker tiroid secara umum berdasarkan pendekatan


biomolekuler disebutkan bahwa pada akhirnya semua jenis kanker termasuk
kanker tiroid

disebabkan oleh kelainan pada gen, yang dapat berupa

hilangnya gen supresor tumor (tumor suppressor gene), aktivasi suatu


onkogen, kerusakan pada mekanisme perbaikan (repair) DNA, atau kombinasi
ketiga faktor tersebut. Sebagian besar kanker tiroid bersifat sporadik dan
belum dapat diidentifikasikan satu penyebab tunggal. Beberapa faktor
dianggap mempunyai peranan atau terkait dengan etiopatogenesis kanker
tiroid seperti : radiasi, defisiensi iodium, hormon reproduksi dan faktor
genetik. Radiasi (eksternal) merupakan faktor paling penting yang dapat
menimbulkan kerusakan gen (Djokomoeljanto, 2009).
Sedangkan menurut Mansjoer, et al., (2008) etiologi tumor tiroid
belum diketahui. Yang berperan khussunya untuk jenis papilar dan folikular
adalah radiasi dan daerah endemis yang banyak terdapat kelainan kelenjar
gondok. Sedangkan untuk yang medular dan anaplastik belum diketahui pasti
karsinogen yang berperan untuk kanker tersebut. Diperkirakan kanker tiroid
anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdeferensiasi baik (papilar
dan folikular) dengan kemungkinan jenis folikular dua kali lebih besar.
Menurut Wijaya dan Yessie (2013) faktor risiko timbulnya tumor pada leher
termasuk tumor tiroid adalah merokok, konsumsi alkohol, paparan sinar
radioaktif, virus atau bakteri, agen kimia dan agen biologi. Selain itu juga
penggumpalan limfosit dan juga lemak jenuh berlebih yang menggumpal pada
leher akibat konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh.
D. Manifestasi klinis
Gambaran klinis tumor tiroid menurut Mansjoer, et al., (2008) yaitu:
1. Kista bisa cepat membesar, nodul jinak perlahan, nodul ganas agak cepat,
dan nodul anaplastik cepat sekali dalam hitungan minggu, tanpa nyeri.
2. Merasakan adanya gangguan mekanis di daerah leher seperti gangguan
menelan yang menunjukan desakan esofagus atau perasaan sesak yang
menunjukan adanya desakan atau infiltrasi ke trakhea.
3. Adanya pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher (mungkin
terjadi metastasis).
4. Penonjolan atau kelainan pada tempurung kepala (metastasis ke
tengkorak).

5. Perasaan sesak dan batuk-batuk yang disertai dahak berdarah (metastasis


keparu-paru bagi jenis folikular).
6. Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Pemeriksaan tiroid. Nodul soliter pada tiroid kemungkinan ganasnya
15-20% sedang nodul multipel mempunyai kemungkinan 5%.
b. Pemeriksaan pada tempat-tempat kemungkinan terdapatnya
penyebaran tumor (pembesaran kelenjar getah bening dan organorgan). Metastasis jauh karsinoma tiroid adalah paru-paru, tulang
(pelvis, vertebra, sternum, tengkorak, dan humerus), hati, ginjal, dan
otak.
E. Patofisiologi
Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium Radio aktif dibandingkan
dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Teknik
diagnostik lain yang dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid
adalah ekografi tiroid. Teknik ini memungkinkan membedakan dengan cermat
antara massa padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat,
sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak. Karsinoma tiroid
harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula yang
teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat
dibedakan menjadi kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan
kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi,
dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya :
papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik (Price dan Lorraine, 2005).
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras,
tunggal, dingin pada scan isotop, dan padat pada ultrasonografi tiroid,
yang sangat berbeda dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Kira-kira 10%
karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai pembesaran kelenjar
getah bening leher. Jarang, akan perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista
pada nodul ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna
yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari kista
murni yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa

sengaja sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar


yang diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves.
Kanker jenis papilar ini biasanya meluas dengan metastasis dalam
kelenjar dan dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal.
Pada pasien tua, mereka bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal
kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke
paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam
pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang luas.
Pada beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat
akan mulai tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik.
Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma
papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat
digunakan sebagai tanda metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil
walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak
dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau
invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar dan
menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi
pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara
mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur
sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering
tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk
membentuk tiroglubulin dan jarang mensintesis T3 dan T4. Karakteristik ini
membuat tumor-tumor ini ada kemungkinan terhadap pengobatan iodin
radioaktif dengan hasil baik. Pada penderita yang tidak diobati, kematian
disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti
aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang
berasal dari badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin,
histaminase, prostaglandin, serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara
mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh
substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin
yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain

amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau proteinprotein lain yang dideposit dengan suatu pola fibri. Karsinoma medular lebih
agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi tidak seagresif kanker
tiroid undifferentiated. Kanker ini meluas secara lokal ke kelenjar getah
bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa menginvasi limfatik dan
pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan visera. Kalsitonin dan
antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi
oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosis.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk
karsinoma sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada
pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba
dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan menghasilkan
gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat
perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini
sangat resisten terhadap pengobatan.

F. Pathway

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler. Pemeriksaan rutin kadar
kalsitonin dalam serum pada pasien dengan nodul tiroid dapat digunakan
untuk diagnosis preoperatif dari karsinoma tiroid meduler. Pemeriksaan T3
dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin Tera (HTG)
dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi
baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano).
Pengukuran kadar serum Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
dilakukan untuk menyingkirkan disfungsi tiroid, namun pemeriksaan ini
tidak berguna untuk membedakan jenis jinak atau ganas.
2. Pencitraan
a. Scintisgrafi
Peran skintigrafi tiroid dalam evaluasi diagnostik dari nodul tiroid bisa
digunakan untuk membedakan antara nodul hangat, yang biasanya
adalah jinak, dan nodul dingin yang dicurigai tumor ganas.
Pemeriksaan skintigrafi ini memiliki sensitifitas yang rendah utntuk
mendeteksi nodul tiroid yang kecil dan tidak berguna untuk nodul yang
bersifat kistik.
b. Ultrasonografi (USG)
USG tiroid yang dilakukan dengan frekuensi tinggi (7,5-13 MHz),
menjadi banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk evaluasi dari
sebuah nodul. USG dapat mendeteksi adanya nodul padat yang
berukuran 3 mm dan kistik nodul yang berukuran 2 mm. Dengan
teknik pencitraan dari USG juga dapat membedakan komponen dari
nodul, yaitu padat, kistik, atau campuran, serta dapat memperkirakan
ukuran dari nodul tersebut. Beberapa ciri yang didapatkan dari hasil
dari USG dapat mengarah menuju keganasan, seperti misalnya nodul
yang hipoekoik, tepi yang ireguler, adanya mikrokalsifikasi dan
hipervaskularisasi. Akan tetapi nilai prediktif dari USG tidak terlalu

tinggi, sehingga semua nodul tiroid harus dilakukan biopsi jarum halus
untuk menentukan diagnosis secqara lebih akurat.
c. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dapat terlihat
kalsifikasi halus, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada
metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray
juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada tulang. Apabila ada
keluhan disfagia, maka foto X-Ray ini dapat untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus.
d. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor pada leher dan
kepala, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor
ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus/Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi aspirasi jarum halus adalah pengambilan sejumlah kecil bagian dari
sel atau cairan dari tiroid nodul menggunakan jarum yang sangat kecil.
Prosedur ini aman untuk dilakukan. Sel-sel yang telah diambil akan
dianalisa menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi dan kemudian dapat
dikategorikan menjadi jinak atau ganas. Pemeriksaan ini sering disebut
dengan pemeriksaan patologi anatomi (PA).
H. Pengkajian fokus
Pengkajian pada tumor tiroid menurut Wijaya dan Yessie (2013) yaitu:
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
a. Sistem pulmonari
b. Sistem pencernaan
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem muskuloskeletal

e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis


f. Sistem reproduksi
g. Metabolik
5. Pemeriksaan fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
disekitar leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher
b. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
c. Parastesia dan reflek tendon menurun
d. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
e. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri
klien.
7. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau
Hipertiroidisme
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut Menurut Mansjoer, Suprohaita, Wahyu, dan
Wiwiek (2008) yaitu :
a. Pembedahan Tiroid.
1) Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada
pada ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.
2) Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan
sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian
posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
3) Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid seluruhnya pada satu sisi. Operasi ini dilakukan
pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid
satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan
FNA menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan
histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid,
maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup
pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.

4) Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan

tiroid

disekitarnya

pada

kedua

sisi,

dengan

meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid


normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan
jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
5) Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid
beserta

seluruh

jaringan

tiroid

pada

satu

sisi

disertai

pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral


dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut. Operasi ini
dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh
jaringan tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid
kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum
melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid
bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini
harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid
menggunakan yodium radioaktif.
6) Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta
seluruh jaringan tiroid. Operasi ini dikerjakan pada karsinoma
tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor prognostik
yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe
anaplastik yang masih operabel
b. Non Pembedahan
1) Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran
sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan mengontrol
pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan sebagai terapi
kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga
mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang
menjadi risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah
penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau
merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.

Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya


sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
a) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan
radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan
pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
b) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya
penyembuhan,

radioterapi

berguna

untuk

mengontrol

pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker


menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
c) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker,
radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada
penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup
penderita lebih nyaman.
d) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan
kemoterapi yang sering disebut sebagai adjuvant therapy
atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
a) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi
pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang
digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.
Radiasi eksterna, memberikan hasil cukup baik
untuk tumor-tumor anaplastik yang tidak berdeferensiasi
dengan I|3|. Sebaiknya dengan sinar elektron 15-20 MW
dengan dosis 4000 rad. Sum-sum tulang harus dilindungi.
Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif bagi
tumor yang telah bermetastase.
b) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan
cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus
adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati

neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine- 131


untuk mengobati kanker tiroid.
Radiasi interna dengan I|3|. Hanya tumor-tumor yang
berdeferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap I|3|
tertama yang folikuler. Radiasi interna dilakukan dengan
syarat jaringan tiroid normal yang afinitasnya lebih besar
harus dihilangkan dulu dengan operasi atau ablasio dengan
pemberian I|3| dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid
normal rusak semua, baru sisa I|3| bisa merusak jaringan
tumor. Radiasi ini juga diberikan pada tumor-tumor yang
bermetastasis atau terdapat sisa tumor.
2) Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan
sel kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker
dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak
selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan
yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya
dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel
untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan
cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga
perlu bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup
cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut
dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan
menyebabkan efek samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah,
kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan
sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko
infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan
rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung
jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau
dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin
dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari

makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau
yang sangat panas atau sangat dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau
lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat
kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat).
Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang
rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia
atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau
darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika
thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
3) Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif.
Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler
tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi,
yaitu:
a) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
b) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal.
c) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin

sebagai

petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid.


Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah
tiroidektomi total, kadar hormone tiroid diturunkan dengan
menghentikan

obat

L-tiroksin,

sehingga

TSH

endogen

terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.


4) Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade
sebelum dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada
kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena
keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok
risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a.Diagnosa keperawatan
Dx sebelum operasi
1) Ansietas
2) Nyeri
3) Hambatan komunikasi verbal
4) Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dx setelah operasi
1)
2)
3)
4)
b.
1)

Nyeri akut/kronis
Kerusakan integritas kulit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Risiko infeksi
Intervensi
Ansietas
NOC: Anxiety Level dengan indikatornya yaitu gelisah, mondarmandir, tangan gemetar, otot tegang, wajah tegang, mudah
tersinggung, sulit konsentrasi, TTV dalam batas normal,
penurunan produktivitas.
NOC: Anxiety Self Control dengan indikatornya yaitu mampu
merencanakan strategi koping, menggunakan strategi koping,
mengidentifikasi dan mengungkapkan kecemasan, penggunan
teknik relaksasi dan tidur menjadi adekuat.
NIC: Anxiety Reduction
a) Gunakan pendekatan dan komunikasi terapeutik.
b) Nayatakan dengan jelas harapan psien.
c) Dorong keluarga untuk menemani pasien.
d) Jelaskan prosedure dan apa yang akan dirasakan selama

prosedur.
e) Dengarkan kecemasan pasien dengan penuh empati.
f) Instruksikan penggunaan teknik relaksasi.
2) Nyeri akut/kronis
NOC: Pain Level dengan indikatornya yaitu mengungkapkan
nyeri berkurang, episode nyeri, ekspresi wajah menahan nyeri,
merintih, gelisah, frekuensi nyeri, otot tegang, perubahan TTV,
intoleransi makanan.
NOC: Pain Control dengan indikatornya yaitu mampu mengenali
nyeri PQRST, menggunakan teknik nonfarmakologi dalam
menahan nyeri, melaporkan nyeri berkurang.
NIC: Pain Management
a) Gunakan pendekatan dan komunikasi terapeutik.

b)
c)
d)
e)

Lakukan pengkajian nyeri PQRST.


Observasi reaksi nonverbal pasien.
Kaji kebiasaan yang mampu meningkatkan nyeri.
Kontrol lingkungan yang mampu meningkatkan nyeri seperti

kebisingan, cahaya terang dan suhu ruangan.


f) Pilih dan lakukan penangan nyeri dengan

teknik

nonarmakologi.
g) Kolaborasi pemberian analgesik.
h) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
3) Kerusakan Komunikasi Verbal
Hasil yang diharapkan :
Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji fungsi bicara secara periodic
b) Pertahankan komunikasi sederhana
c) Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai
d) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin
4) Bersihan jalan nafas tak efektif
Hasil yang diharapkan :
Tidak ada kesulitan pernafasan, Secret mudah keluar, Tidak
mengeluh sesak nafas, Respirasi dalam batas normal (16-20)
Intervensi Keperawatan :
a) Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
b) Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi
c) Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis
d) Perhatikan kualitas pernafasan
e) Latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi
f) Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan
dengan hati-hati sesuai indikasi
g) Kolaborasi pemberian therapi Ogsigen bila perlu
5) Kerusakan integritas kulit
NOC: Tissue integrity: skin and mocous membran dengan
indikatornya yaitu perfusi jaringan normal, ketebalan dan tekstur
jaringan normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, pus/purulen, dan
menunjukan terjadinya proses penyembuhan yang baik.
NIC: Prresure ulcer prevention wound care
a) Anjurkan keluarga dan pasien untuk menjaga kulit tetap
b)
c)
d)
e)
f)

kering dan bersih.


Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
Monitor kulit akan adanya tanda-tanda infeksi.
Oleskan minyak pada daerah yang tertekan ketika badrest.
Monitor status nutrisi pasien.
Memandikan pasien dengan air hangat dan sabun.

g) Observasi kondisi luka.


h) Lakukan perawatan

luka

dengan

metode

aseptik

menggunakan cairan NaCl.


i) Kolaborasi ahli gizi untuk program diit TKTP.
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC: Nutritional status dengan indikatornya yaitu intake nutrisi,
intake makanan, intake minuman, energy, BB/TB, Hematokrit,
Tonus otot, dan Hidrasi.
NIC: Nutritional management
a) Kaji adanya alergi makanan.
b) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit.
c) Yakinkan diit tinggi serat untuk menghindari konstipasi.
d) Monitor jumlah intake makanan dan intake cairan pasien.
e) Berikan informasi terkait kebutuhan nutrisi dan pentingnya
intake nutrisi saat ini
NIC: Nutritional management
a) Monitor BB pasien.
b) Monitor turgor kulit pasien.
c) Monitor mula dan muntah.
d) Monitor biochemical seperti albumin, total protein, Hb dan
Ht.
7) Risiko infeksi
NOC: Knowledge: infection management dengan indikatornya
yaitu mengetahui faktor yang berkontribusi dalam timbulnya
infeksi, berpartisipasi dalam pencegahan infeksi, mengetahui tanda
dan gejala infeksi, penggunaan teknik cuci tangan dan handscrubs,
strategi untuk management stress, dan keluarga ikut berpartisipasi
dalam pencegahan infeksi.
NIC: Infection control
a) Bersihkan ruangan dan lingkungan yang digunakan pasien.
b) Batasi pengunjung.
c) Instruksikan kepada pengunjung untuk cuci tangan saat dan
setelah berkunjung.
d) Gunakan sabun antimikroba.
e) Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan keperawatan.
f) Gunakan alat pelindung diri (APD) saat dilakukannya
g)
h)
i)
j)
k)

tindakan keperawatan.
Pertahankan lingkungan aseptik.
Dorong pasien untuk meningkatkan intake nutiris.
Berikan antibiotik bila perlu.
Berikan perawatan luka dengan teknik steril.
Dorong pasien untuk istirahat.

l) Ajarkan pasien terkait penyebab, tanda dan gejala infeksi.


m) Ajarkan cara menghindari infeksi.
n) Instruksikan kepada pasien dan keluaraga jika dicurigai
adanya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Dorlan
Djokomoeljanto. (2009). Buku ajar tiroidologi klinik. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Grace, P. A., & Nei R. B. (2006).At a glance ilmu bedah. Edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wahyu I. W., dan Wiwiek S. (2008). Kapita selekta
kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI.
Matsuzuka, F., Isamu N., Hiroshi I., Kanki K., dan Masahiro S. (2009). Clinical
Aspects of Primary Thyroid Lymphoma: Diagnosis and Treatment Based on Our
Experience of 119 Cases 1993; 3(2):3(2): 93-9.

Anda mungkin juga menyukai