Anda di halaman 1dari 20

Abstrak:

Proses pencernaan sangat penting untuk memberi nutrisi pada sel sel tubuh kita, jika tidak
ada nutrisi yang masuk, maka kita akan menjadi lemas karena setiap aktivitas kita
memerlukan nutrisi. Proses pencernaan melibatkan beberapa organ pencernaan dan enzim
pencernaan. Yang akan dibahas dalam skenario ini terutama gaster dan alat alat sekitarnya.
Gaster merupakan organ yang penting dan memiliki ciri khas yaitu bersifat asam. Asam
bersifat korosif, maka gaya hidup yang tidak baik akan merusak gaster itu sendiri. Gaster
sangat rentan mengalami gangguan, terutama bila kita tidak makan dengan teratur.

Kata kunci : lambung, mual,nyeri


Abstract
The process of digestion is very important for members of nutrients to the cells of our body
cells, if there is no incoming nutrients, then we'll limp because every activity we need
nutrients. The digestion process involves several organs of digestion and digestive enzymes.
Which will be discussed in this scenario, especially gastric and tools surrounding the tool.
Gaster is a vital organ and has a characteristic that is acidic. Acid is corrosive, it is not a
good lifestyle will damage the stomach itself. Gaster very susceptible to interference,
especially when we do not eat regularly.
Keywords: stomach, nausea, pain

Pendahuluan
Proses pencernaan sangat penting untuk memberi nutrisi pada sel-sel tubuh kita, jika tidak
ada nutrisi yang masuk, maka kita akan lemas karena setiap aktivitas kita memerlukan nutrisi.
Misalnya glukosa hasil pemecahan karbondioksida yang merupakan bahan untuk melakukan
respirasi dan oksidasi, jika glukosa tidak ada, maka kita tidak bisa memproduksi energi untuk
aktivitas tubuh. Proses pencernaan melibatkan beberapa organ pencernaan dan enzim
pencernaan. Yang akan dibahas dalam skenario ini terutama gaster dan alat-alat sekitarnya.
Gaster merupakan organ yang penting dan memiliki ciri khas yaitu bersifat asam. Asam
1

bersifat korosif, maka gaya hidup yang tidak baik akan merusak gaster itu sendiri. Gaster
sangat rentan mengalami gangguan, terutama bila kita tidak makan dengan teratur. Selain
makanan yang teratur kita juga harus memperhatikan komposisi makanan yang kita makan,
kita harus memperhatikan nutrisi yang terkandung dalam makanan itu.
Isi
Struktur makro organ pencernaan
Oesophagus
Oesophagus merupakan sebuah saluran otot yang relative lurus dan dapat kolaps, panjangnya
sekitar 25 cm, yang menghubungkan pharynx dengan gaster. Sebagian besar oesophagus
terletak di dalam rongga thorax. Oesophagus masuk ke abdomen melalui hiatus oesophagei.
Setelah berjalan sekitar 1,25 cm, oesophagus masuk ke lambung di sebelah kiri garis tengah.
Oesophagus pars cervical dimulai dari cervical 6. Pada sisi anterior berbatasan dengan
trachea dan glandula thyroidea, posteriornya berbatasan dengan fascia prevertebralis, pada
sisi lateral terdapat a. carotis communis dan n. reccurens. Khusus di bagian sebelah kiri
terdapat a. subclavia dan ductus thoracicus. Kemudian oesophagus pars thoracalis terbentang
dari torakal 1 sampai torakal 10, pada sisi anterior nya berbatasan dengan trachea, bronchus
kiri, pericardium, atrium kiri, dan diaphragma. Sisi posterior berbatasan dengan vertebra
thoracalis, ductus thoracicus, v.azygos, dan ao.descendens. Lateral kiri terdapat arcus aorta, n.
reccurens kiri, a. subclavia kiri, pleura, ductus thoracicus. Disebelah kanan terdapat vena
azygos dan pleura.1,2
Pada oesophagus terdapat beberapa penyempitan yang terjadi karena berkenaan dengan alat
lain, terdapat 4 penyempitan, antara lain: (1) pada cervical 6, terdapat sfingter oesophagus
atas. (2) pada torakal 3-4, terdapat penyempitan yang disebabkan oleh arcus aorta, (3) pada
torakal 5, penyempitan yang terjadi karena tertekan bifurcation trachea, dan yang terakhir, (4)
pada torakal 10, yaitu pada hiatus oesophagei. Pendarahan oesophagus adalah cabang-cabang
dari a. gastrica sinistra. Venae dialirkan ke v. gastrica sinistra, cabang vena porta.
Persarafannya adalah n. gastrica anterior dan posterior (nervus vagus) dan cabang-cabang
simpatis pars thoracalis truncus symphaticus.1,3
Gaster

Gambar 1. Gaster1

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis
sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah
costae. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium cardiacum
dan ostium pyloricum dan dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor.1,2
Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut: Fundus gastricum berbentuk kubah, menonjol
ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara.
Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan
yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang dari
incisura angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular.
Dinding otot pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus
dinamakan canalis pyloricus.1
Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum
sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus. Curvatura
major jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium
cardiacum, melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus,
sedangkan omentum majus terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon
transversum.1
Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 2,5 cm. Tunica
muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan
membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak
pada planum transpyloricum, sebelah kanan lumbal 1, dan posisinya dapat dikenali dengan
adanya sedikit kontriksi pada permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus mengatur
kecepatan pengeluaran isi gaster ke duodenum. Jika kita membuka gaster, maka kita akan

menemukan lipatan lipatan mukosa yang dinamakan plica gastrica. Pada curvature minor,
terdapat plica gastrica yang lurus, dinamakan canalis gastric atau magenstrasse waldeyer.1
Pada bagian luar, yaitu pada tunika muskularis externa, ditemukan 3 lapisan otot yang
menyebabkan gaster dapat berkontraksi, dari luar ke dalam: longitudinal, circular, oblique.
Vaskularisasi gaster oleh a. gastric sinistra dan dextra, a.gastroepiploica dextra dan sinistra,
dan a. gastric brevis yang khusus memperdarahi fundus. Vena pada gaster memiliki nama
yang sama seperti pembuluh nadinya. Persarafan gaster untuk parasimpatis berasal dari
nervus vagus (X), N.X dextra untuk bagian posterior dan N.X sinistra untuk bagian anterior.
Kemudian untuk persarafan simpatis, serabut preganglionic berasal dari N. sphlanicus
thoracalis dan serabut postganglionic berasal dari plexsus coeliacus. Kemudian untuk
pembuluh getah bening dari gaster yaitu nnll. Gastric superior, nnll. pancreatico lienale, dan
nnll. Pyloricum.1,3
Intestinum tenue
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus. Panjang duodenum sekitar 25 cm.
Duodenum memiliki fungsi utama untuk mengabsorpsi produk-produk pencernaan yang
berasal dari gaster. Duodenum memiliki beberapa bagian, antara lain (1) pars superior
duodeni yang panjangnya 5 cm (2) pars descendens duodeni yang panjangnya 10 cm. Pada
bagian ini, dapat ditemukan papilla duodenalis mayor dan papilla duodenalis minor yang
berupa penonjolan kecil. Pada struktur ini juga ditemukan tempat masuk dari duktus biliaris
dan duktus pankreatikus Wirsungi. Tempat masuk ini dijaga oleh Sfingter Oddi. (3) pars
inferior/horizontal duodeni yang panjangnya 7,5 cm dan dilewati oleh pangkal mesenterium
beserta pembuluh darah mesenterika superior (4) pars ascenden duodeni yang panjangnya 2,5
cm. Bagian ini akan berakhir sebagai sambungan duodenojejunal dan membentuk sudut yang
dinamai flexura duodenojejunalis. Ujung bawah duodenum ditandai oleh lipatan periotenal
yang meregang dari sambungan crus dextra diafragma yang melapisi ligamentum
suspensorium Treitz. Walaupun ukuran duodenum relatif pendek, area permukaan
penyerapannya sangat diperluas dengan keberadaan mukosa berlipat-lipatnya yang disebut
villi intestinales yang hanya terlihat secara mikroskopik. Pada lapisan submukosanya,
terdapat kelenjar yang khas untuk duodenum yaitu kelenjar duodenalis Brunneri. Duodenum
diperdarahi

oleh Aa.

Pancreaticoduodenalis

superior

anterior

dan

posterior

dari

a.gastroduodenalis, dan aa. Pancreaticoduodenalis inferior anterior dan posterior dari a.


mesenterica superior. Drainase vena duodenum mengalir ke sistem vena porta.1,2

Sedangkan usus kecil merupakan usus halus tanpa keberadaan duodenum. Intestinum tenue
ini terdiri atas jejunum dan ileum. Dua perlima proksimal bagiannya ialah jejunum, dan tiga
perlima distal sisanya ialah illeum. Lingkaran-lingkaran dari jejunum cenderung mengisi
region umbilikalis, sedangkan lingkaran-lingkaran ileum cenderung mengisi bagian bawah
abdomen dan pelvis. Lapisan mukosa dari intestinum tenue ini memiliki lipatan sirkular yang
disebut plica circulares. Lipatan ini lebih jelas terlihat pada jejunum dibandingkan pada
illeum. Diameter dari jejunum cenderung lebih besar dibandingkan illeum. Mesenterium
jejunum cenderung lebih tebal dibandingkan illeum. Pembuluh darah yang memperdarahi
jejunum dan illeum berasal dari percabangan arteri mesenterika superior, yaitu a. jejunalis
untuk jejunum dan a. ilealis untuk illeum. Cabang-cabang pembuluh darah ini mengalami
anastomosis membentuk 2 jenis percabangan, yaitu vasa recta dan arcade. Vasa recta
merupakan pembuluh darah yang bercabang lurus, sedangkan arcade ialah pembuluh darah
yang bercabang melengkung. Jejunum dan illeum dapat dibedakan berdasarkan kedua jenis
percabangan ini. Jejunum memiliki arcade hanya setingkat dan vasa rectanya cenderung
panjang, sedangkan illeum memiliki arcade yang bertingkat-tingkat dan vasa rectanya
cenderung pendek.1,3
Pankreas

Gambar 2. Pancreas 1

Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri atas
caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, korpus dan cauda. Pembuluh darah
mesenterika superior lewat di belakang pancreas, kemudian di anterior, di atas prosessus
uncinatus dan bagian ketiga duodenum menuju pangkal mesenterium usus halus. Vena cava
inferior, aorta abdominalis, plexus coeliaca, ginjal kiri (dan pembuluh darahnya), serta
kelenjar adrenal sinistra merupakan batas posterior pankreas. Selain itu, vena porta terbentuk
di belakang collum pankreas dari gabungan vena lienalis dan vena mesenterika superior.
Gaster adalah batas anterior pankreas. Pada pankreas, duktus pancreaticus Wirsungi berjalan
5

sepanjang kelenjar kemudian bercabang menjadi dua, yang besar akan mengalirkan sekretny
ke ampula Vateri, bersama dengan duktus biliaris atau choledocus. Dan cabang kecilnya,
duktus aksesorius (Santorini) mengalirkan sekresi pankreas dari prosesus uncinatus pankreas,
memiliki pintu agak di proksimal ampula ke bagian kedua duodenum (pars descenden
duodeni). 1
Pankreas memiliki bagian-bagiannya sendiri yang menghasilkan produk berbeda. Insulin
diproduksi oleh pulau Langerhaans, enzim-enzim diproduksi oleh sel asinus, dan natrium
bikarbonat disekresi oleh kedua duktulus kecil dan duktus lebih besar yang berasal dari
asinus. Produk kombinasi ini kemudian mengalir melalui duktus pankreatikus yang panjang,
yang biasanya bergabung dengan duktus hepatica tepat sebelum mengeluarkan isinya ke
duodenum. 1,3
Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Hepar
bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan atap
diaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar
terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai bagian diaphragma sinistra. Permukaan atas hepar
yang cembung melengkung di bawah kubah diaphragma. Facies visceralis, atau
posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya
menjadi tidak beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus,
gaster, duodenum, flexura coli dextra, ren dextra dan glandula suprarenalis dextra, serta
vesica biliaris.1,2
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister yang
kecil oleh perikatan ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus
quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava
inferior, dan fissura ligamenti venosi.
Ligamentum falciforme, yang merupakan lipatan ganda peritoneum, berjalan ke atas dari
umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mempunyai pinggir bebas berbentuk bulan sabit dan
mengandung ligamentum teres hepatis yang merupakan sisa vena umbilicalis. Ligamentum
falciforme berjalan ke permulaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan
akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum
coronarium; lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian
kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Perlu
6

diketahui bahwa lapisan peritoneum yang membentuk ligamentum coronarium terpisah satu
dengan yang lain, meninggalkan sebuah daerah yang tidak diliputi peritoneum. Daerah ini
disebut area nuda.1
Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah a. hepatica propria
(30%) dan v. portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang kaya
oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme
pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke
vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. V. centrales mengalirkan
darah ke v. hepatica dextra dan sinistra, dan vena- vena ini meninggalkan pars posterior hepar
dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior. Inervasi hepar berasal dari plexsus
hepaticus, persarafan simpatis dari plexsus coeliacus dan parasimpatis dari tractus vagalis
anterior dan posterior.1,3
Kantung empedu
Vesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan
bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum.
Fundus vesicae biliaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo inferior
hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung cartilago costalis IX dextra. Corpus vesicae biliaris terletak dan
berhubungan dengan facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum
vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus, yang berbelok ke dalam omentum
minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus communis untuk membentuk
ductus choledochus. Vaskularisasi vesica biliaris dari av. Cysticus, dan inervasi dilakukan
oleh plexsus coeliacus.1
Struktur mikro organ pencernaan terkait
Gaster

Gambar 3. Gaster fundus dan korpus5

Gaster secara mikroskopik terdiri atas beberapa tunika, yaitu: Tunika mukosa gaster terdiri
atas lapisan epitel, lamina propria dan mukosa muskularis. Lumen mukosa ini ditutupi oleh
epitel selapis silindris. Kelenjar gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati
seluruh tebal mukosa. Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika. Tunika
mukosa gaster juga berupa selaput lendir yang berlipat-lipat disebut plica gastricae. Kelenjarkelenjar yang terdapat di mukosa lambung berfungsi untuk menghasilkan pepsin, HCl dan
lendir.4,5
Tunika submukosanya berupa jaringan ikat kuat dan dapat pula ditemui pembuluh darah.
Tunika muskularis gaster terdiri atas serat-serat otot yang longitudinal, oblik, sirkularis. Pada
bagian pylotus, serat otot ini menebal dan membentuk M.sphincter pylorica. Beberapa sel
yang terdapat pada gaster: (1) Kelenjar kardia ditemukan di regio mulut kardia dan berfungsi
mensekresikan mucus. (2)Kelenjar fundus terdiri atas 3 jenis sel, yaitu: Sel chief (zimogenik)
mensekresikan pepsinogen, prekursor enzim pepsin. Kelenjar ini mensekresi pula lipase dan
renin gaster. Sel parietal mensekresikan asam klorida dan faktor intrinsic. Sel leher mukosa
ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Berfungsi mensekreskan barrier
mukus dan melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCl atau autodigesti. Dan
kelenjar pylorus, terletak pada regio antrum pylorus. Berfungsi mensekresikan mukus dan
gastrin, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.4
Usus halus sama halnya dengan gaster juga memiliki beberapa tunika, antara lain tunika
mukosa (yang terdiri atas mukosa, lamina propria dan muskularis mukosa), tunika
8

submukosa, tunika muskularis (yang umumnya terbagi menjadi serat otot sirkularis dan
longitudinalis), tunika serosa. Walaupun begitu, duodenum, jejunum, dan illeum memiliki
beberapa cirri khusus yang membuat ketiganya dapat dibedakan secara mikroskopik.4
Histologi duodenum bagian bawah, jejunum, dan illeum serupa dengan duodenum bagian
atas. Pada duodenum, ciri khas spesifiknya ialah ditemukannya kelenjar duodenal Brunneri
pada tunika submukosanya. Pada illeum, ciri khas spesifiknya ialah ditemukannya kumpulan
limfonoduli yang disebut plak Peyeri dengan interval tertentu. Pada jejunum, tidak ditemukan
kelenjar Brunneri dan plak Peyeri namun satu hal yang dapat ditandai dari jejunum ialah
bentukan plika sirkularisnya yang tinggi-tinggi.4,5
Hepar
Hepar terdiri atas satuan heksagonal disebut lobulus hati. Di pusat setiap lobulus, terdapat
sebuah vena sentral dilapisi endotel, yang dikelilingi lempeng-lempeng sel hati berbentuk
poligonal disebut hepatosit. Jaringan ikat disini membentuk triad porta atau sering disebut
segitiga Kiernan yang merupakan tempat cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan
cabang duktus biliaris. Terdapat kapiler sinusoid di antara hepatosit, pada dinding sinusoid
terdapat makrofag tetap, yaitu Sel Kupffer. Darah di dalam sinusoid yang mengandung
eritrosit dan leukosit mengalir ke dalam vena sentral.4,5
Vesica fellea
Dinding kandung empedu terdiri atas mukosa, lapisan fibromuskular, lapisan jaringan ikat
perimuskular, dan serosa pada semua permukaannya.
Mukosa vesica velea terbentuk dari epitel selapis silindris tinggi dengan sitoplasma terpulas
pucat dan inti di basal. Lamina propria mengandung jaringan ikat longgar dan beberapa
jaringan limfoid difus. Serat otot polos di dalam lapisan fibromuskular berbaur dengan
lapisan-lapisan jaringan ikat longgar yang kaya serat elastin. Berbeda dengan organ lain yang
mempunyai serosa atau adventisia menutupi lapisan muskular, kandung empedu memiliki
lapisan lebar yang terdiri dari jaringan ikat longgar perimuskular yang mengandung
pembuluh darah, pembuluh limf, dan saraf. Pada tunika mukosa terdapat sinus rokistansky
aschoff. Sedangkan pada tunika perimuskular atau sub serosa terdapat ductus aberans
luschka.4
Pankreas
9

Pancreas terdiri atas eksokrin dan endokrin. Epitel ductus ekskretorius bervariasi dari torak
rendah ber sel goblet atau kubus. Duktus interkalar terbentuk dari sel selapis gepeng.
Kelenjar pancreas bersifat serosa murni. Ditemukan sentroductular yang merupakan saluran
keluar pertama. Pulau Langerhans adalah massa sel endokrin berbentuk bulat dengan
berbagai ukuran, yang dipisahkan dari jaringan asini eksokrin dis sekelilingnya oleh selapis
serat retikular halus. Pulau Langerhans biasanya lebih besar dari asini dan tampak sebagai
kelompok padat sel-sel epitelial yang ditembus oleh banyak kapiler.4,5
Mekanisme sistem pencernaan di lambung dan usus
Faring dan Esofagus
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Menelan adalah
keseluruhan proses memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke lambung.
Menelan dimulai ketika suatu bolus makanan yang telah dikunyah atau encer, secara sengaja
didorong ke belakang lidah menuju ke faring, sesampainya di faring, makan mekanoreseptor
akan mengaktifkan pusat menelan yang berada di medulla batang otak. Pada awalnya proses
menelan adalah tindakan volunteer, tetapi saat sudah berjalan, proses ini menjadi involunter.

Gambar 4. Proses menelan 2

Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring berlangsung
sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke
esofagus. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan
dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata
lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung,
atau masuk ke trakea. Kita harus menutup rongga yang tidak ingin dimasuki makanan, agar
makanan tidak kembali ke mulut, lidah menekan palatum durum. Uvula terangkat dan
menutup saluran hidung. Makanan dicegah masuk trakea dengan elevasi laring, kontraksi

10

glottis ( pita suara), kemudian bagian atas ditutup dengan epiglottis. Kemudian otot faring
berkontraksi untuk mendorong bolus ke oesophagus.2
Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter esofagus atas adalah sfingter
faringoesofagus, dan sfingter esofagus bawah adalah sfingter gastroesofagus.
Esophagus terpajan oleh tekanan subatmosferik, maka untuk menghambat udara masuk,
sfingter faringoesofagus dibuat selalu tertutup. Sewaktu menelan, sfingter ini terbuka dan
memungkinkan bolus masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus berada di dalam esofagus,
sfingter faringoesofagus menutup, saluran napas terbuka, dan bernapas kembali dilakukan.
Tahap orofaring selesai.2,6
Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang
peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di
depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. Gelombang peristaltik memerlukan
waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan
gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus.
Jika bolus yang tertelan besar atau lengket tidak dapat didorong mencapai lambung oleh
gelombang peristalsis primer, maka bolus yang tertahan tersebut akan meregangkan esofagus,
merangsang reseptor tekanan di dindingnya. Akibatnya, terjadi pengaktifan gelombang
peristaltik kedua yang lebih kuat, yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat peregangan. Gelombang peristaltik kedua ini tidak melibatkan pusat menelan, dan yang
bersangkutan tidak menyadari kejadiannya. Peregangan esofagus juga secara refleks meningkatkan sekresi liur. Bolus yang terperangkap akhirnya terlepas dan bergerak maju melalui
kombinasi pelumasan oleh liur tambahan yang tertelan dan gelombang peristaltik kedua yang
kuat. Sewaktu gelombang peristalsis berjalan menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus
melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk
ke lambung, proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi.2,6,7
Sekresi esofagus seluruhnya terdiri dari mukus. Mukus disekresikan di sepanjang saluran
cerna oleh sel kelenjar penghasil mukus di mukosa. Dengan menghasilkan pelumasan, mukus
esofagus mengurangi kemungkinan kerusakan esofagus oleh tepi-tepi tajam makanan yang
baru masuk. Selain itu, mukus melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim di getah
lambung jika terjadi refluks lambung. Keseluruhan waktu transit di faring dan esofagus hanya
sekitar 6 sampai 10 detik, terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau penyerapan di
bagian ini.2

11

Lambung
Lambung melakukan tiga fungsi utama, (1) fungsi terpenting lambung adalah menyimpan
makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang
sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal oleh usus halus yang menyerap dan
mencerna lebih lambat. (2) Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HC1) dan enzim
untuk mencerna protein. (3) Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan
dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan
kental yang dikenal sebagai kimus. Isi lambung harus diubah menjadi kimus sebelum dapat
dialirkan ke duodenum.2
Dimulai dari motilitas, lambung memiliki motilitas yang kompleks dan berada di bawah
banyak sinyal regulatorik. Empat aspek motilitas lambung adalah pengisian, penyimpanan,
pencampuran, dan pengosongan. Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml,
tetapi volume lambung dapat bertambah hingga sekitar 1 liter saat makan. Sewaktu makan,
lipatan lambung menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit melemas
setiap kali makanan masuk, seperti ekspansi bertahap kantung es yang sedang diisi. Relaksasi
refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini
meningkatkan kemampuan lambung menampung tambahan volume makanan dengan hanya
menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung.2,6
Sekelompok sel pemacu yang terletak di regio fundus bagian atas lambung menghasilkan
potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter
pilorus dengan frekuensi tiga kali per menit. Pola ritmik depolarisasi spontan ini terjadi terusmenerus dan mungkin disertai oleh kontraksi lapisan otot polos sirkular. Lapisan otot polos
ini dapat mencapai ambang oleh aliran arus dan mengalami potensial aksi, bergantung pada
tingkat eksitabilitas lapisan, saat tereksitasi, maka akan berkontraksi menyapu ke seluruh
lambung mulai dari fundus, korpus, kemudian antrum. Lapisan otot yang paling tebal adalah
di antrum, maka kontraksi paling kuat terjadi di antrum. Makanan yang masuk biasanya
disimpan di korpus, karena pada bagian korpus tenang tanpa pencampuran. Daerah fundus
hanya menyimpan gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum, tempat
berlangsungnya pencampuran.2
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk
menghasilkan kimus. Gelombang peristaltic antrum mendorong maju ke sfingter pylorus,
sedangkan sfingter pylorus nyaris tertutup, sehingga tidak bisa dilalui oleh kimus kecuali
antrum berkontraksi. Bahkan dari 30 ml kimus di antrum, hanya beberapa mili saja yang bisa
masuk. Sebelum lebih banyak kimus keluar, sfingter pylorus akan berkontraksi lebih
12

kencang, membuat kimus terpantul ke belakang, kemudian didorong lagi menuju sfingter
pylorus. Ini menyebabkan gerakan retropulsi, sehingga makanan tercampur merata.2

Gambar 5. Gerakan lambung 2

Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong untuk
mengosongkan isi lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum pada setiap gelombang
kontraksi sebelum sfingter pilorus menutup erat terutama bergantung pada kekuatan
peristalsis. Intensitas peristalsis antrum dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai
sinyal dari lambung dan duodenum; karena itu, pengosongan lambung diatur baik oleh faktor
lambung maupun duodenum. Faktor-faktor ini mempengaruhi eksitabilitas lambung dengan
sedikit mendepolarisasi otot polos lambung. Eksitabilitas ini adalah penentu derajat aktivitas
peristaltik antrum. Semakin besar eksitabilitas, semakin besar tingkat aktivitas peristaltik di
antrum, dan semakin cepat laju pengosongan lambung.2
Faktor utama di lambung yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di
lambung. Peregangan lambung memicu peningkatan motilitas lambung melalui efek langsung
peregangan pada otot polos serta melalui keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan
hormon lambung gastrin.2
Selain itu, derajat keenceran kimus di lambung mempengaruhi pengosongan lambung. Isi
lambung harus diubah menjadi bentuk cair kental merata sebelum disalurkan ke duodenum.
Semakin cepat tingkat keenceran yang sesuai tercapai, semakin cepat isi lambung siap
diturunkan.2
Faktor-faktor di duodenum sangat penting dalam mengontrol kecepatan pengosongan
lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung
dengan mengurangi aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap menampung lebih
banyak kimus. Bahkan jika lambung teregang dan isinya berada dalam bentuk cair, lambung
tidak dapat mengosongkan isinya sampai duodenum siap mengolah kimus.
13

Empat faktor duodenum terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah lemak,
asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adanya satu atau lebih rangsangan ini di duodenum
mengaktifkan reseptor duodenum yang sesuai, memicu respons saraf atau hormon yang
mengerem motilitas lambung dengan mengurangi eksitabilitas otot polos lambung.
Hal yang menyebabkan mengapa berbagai rangsang di duodenum ini perlu menunda
pengosongan lambung:2
1. Lemak. Lemak dicerna dan diserap paling lambat, lemak juga hanya diserap di
duodenum, maka ketika lemak ada di duodenum, maka usus akan menyelesaikan
lemak yang ada didalamnya terlebih dahulu sebelum menerima lemak selanjutnya.
2. Asam. Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HC1), maka kimus yang
masuk ke duodenum sangat asam. Kimus ini dinetralkan oleh natrium bikarbonat
yang disekresikan ke dalam lumen duodenum terutama dari pankreas. Asam yang
belum ternetralkan akan mengiritasi mukosa duodenum dan menginaktifkan enzimenzim pencernaan pankreas yang disekresikan ke dalam lumen duodenum. Karena itu,
jika asam yang belum ternetralkan di duodenum akan menghambat pengosongan lebih
lanjut isi lambung yang asam sampai netralisasi selesai.
3. Hipertonisitas. Sewaktu molekul-molekul protein dan KH dicerna di lumen duodenum
terjadi pembebasan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Kecepatan
pencernaan lebih cepat dari penyerapannya, jika penyerapan molekul asam amino dan
glukosa ini tidak mengimbangi kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat maka
sejumlah besar molekul akan tetap berada di kimus dan meningkatkan osmolaritas isi
duodenum. Karena dapat berdifusi bebas menembus dinding duodenum maka air
masuk ke lumen duodenum dari plasma jika osmolaritas duodenum meningkat. Air
dalam jumlah besar yang masuk ke usus dari plasma akan menyebabkan peregangan
usus dan gangguan sirkulasi karena berkurangnya volume plasma. Untuk mencegah
efek-efek ini, pengosongan lambung secara refleks dihambat jika osmolaritas isi
duodenum mulai meningkat.
4. Peregangan. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan menghambat pengosongan
isi lambung lebih lanjut agar duodenum memiliki waktu untuk memproses kelebihan
volume kimus yang sedang ditampungnya sebelum duodenum menerima kimus
tambahan.
Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa
lambung, yang dibagi menjadi dua daerah berbeda: mukosa oksintik, yang melapisi korpus
dan fundus; dan daerah kelenjar pilorus, yang melapisi antrum. Permukaan luminal lambung
14

berisi lubang-lubang kecil (foveola) dengan kantung dalam yang terbentuk oleh pelipatan
masuk mukosa lambung. Bagian pertama dari invaginasi ini disebut foveola gastrica, yang di
dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik melapisi bagian dalam invaginasi
ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin.2
Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel sekretorik
eksokrin lambung, yang pertama adalah sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk
kelenjar. Sel-sel ini mengeluarkan mukus encer. Kemudian bagian lebih dalam di kelenjar
lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell yang jumlahnya lebih banyak
menghasilkan prekursor enzim pepsinogen. Sedangkan, sel parietal (atau oksintik)
mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Tiga sel ini mensekresikan getah yang kemudian
bercampur membentuk getah lambung. Meskipun HCl sebenarnya tidak mencerna apapun,
namun zat ini melakukan fungsi-fungsi spesifik yang membantu pencernaan:2
a. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif, pepsin, dan membentuk
medium asam yang optimal bagi aktivitas pepsin.
b. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi ukuran partikel
makanan besar menjadi lebih kecil.
c. Menyebabkan denaturasi protein; yaitu, menguraikan bentuk final protein yang berupa
gulungan sehingga ikatan peptida lebih terkena pada enzim.
d. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang tertelan bersama
makanan.
Konstituen pencernaan utama sekresi lambung adalah pepsinogen, suatu molekul enzim
inaktif yang diproduksi oleh chief cell. Dari granula ini enzim tersebut dibebaskan secara
eksositosis dengan stimulasi yang sesuai. Ketika pepsinogen disekresikan ke dalam lumen
lambung, HC1 memutuskan sepotong kecil molekul, mengubahnya menjadi bentuk aktif
enzim, pepsin. Setelah terbentuk, pepsin bekerja pada molekul pepsinogen lain untuk
menghasilkan lebih banyak pepsin (autokatalitik).2
Pepsin memulai pencernaan protein dengan memutuskan ikatan-ikatan asam amino tertentu
untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida; enzim ini bekerja paling efektif dalam
lingkungan asam yang dihasilkan oleh HC1. Karena dapat mencena protein maka pepsin
harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif. Karena itu, pepsin dipertahankan
dalam bentuk inaktif pepsinogen sampai zat ini mencapai lumen lambung, tempat ia
diaktifkan oleh HCl yang disekresikan ke dalam lumen oleh jenis sel lain, yaitu sel parietal.
Permukaan mukosa lambung ditutupi oleh suatu lapisan mukus yang berasal dari sel epitel
permukaan dan sel mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif terhadap beberapa
15

bentuk cedera yang dapat mengenai mukosa lambung, seperti cedera mekanis, pencernaan
diri, dan berfungsi juga untuk menetralkan asam lambung. Lambung juga mensekresi faktor
intrinsic oleh sel parietal yang berfungsi untuk membantu mencerna vitamin b12 yang akan
diserap secara endositosis di ileum terminal.Selain itu lambung mensekresikan hormone
gastrin oleh daerah kelenjar pylorus yang akan diangkut oleh darah menuju mukosa oksintik
dan merangsang produksi HCl.2,6,7
Laju sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase-fase: sefalik, lambung, dan usus.
Fase sefalik sekresi lambung merujuk kepada peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen yang
terjadi melalui mekanisme umpan sebagai respons terhadap rangsangan yang bekerja di
kepala bahkan sebelum makanan mencapai lambung. Memikirkan, mencicipi, mencium,
mengunyah, dan menelan makanan meningkatkan sekresi lambung oleh aktivitas vagus
melalui dua cara. Pertama, stimulasi vagus terhadap pleksus intrinsic menyebabkan sekresi
ACh yang meningkatkan sekresi HCl dan pepsinogen. Kedua, vagus merangsang sel G
mensekresikan gastrin yang akan melepaskan histamine yang akan meningkatkan sekresi HCl
dan Pepsinogen.2
Fase lambung sekresi lambung berawal ketika makanan benar-benar mencapai lambung.
Rangsangan yang bekerja di lambung meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur
eferen yang tumpang tindih. Misalnya protein sebagai rangsangan terkuat, adanya protein di
lambung akan mengaktifkan pleksus intrinsic yang akan mensekresikan hormone gastrin
yang kemudian akan merangsang sekresi dari HCl dan Pepsinogen, selain itu gastrin juga
akan merangsang histamine yang akan semakin meningkatkan sel sel sekretori. Kemudian
protein juga akan mengaktifkan vagus ekstrinsik yang sama seperti pleksus intrinsic, akan
merangsang pengeluaran HCl dan pepsinogen. Kafein dan alcohol juga akan memperbanyak
sekresi asam lambung meskipun tidak ada makanan yang masuk.2
Fase sekresi usus mencakup faktor-faktor yang berasal dari usus halus yang mempengaruhi
sekresi lambung. Sementara fase-fase lain bersifat eksitatorik, fase ini inhibitorik. Fase usus
penting untuk menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir ke dalam
usus halus.2
Mekanisme pencernaan dan penyerapan KH, protein, lemak
Karbohidrat
Dalam diet normal manusia, ada tiga sumber utama karbohidrat, yaitu antara lain sukrosa
yang merupakan disakarida pada gula tebu; laktosa yang merupakan disakarida pada susu;
16

dan tepung/amilum yang merupakan polisakarida dan terdapat pada hampir semua makanan
bukan hewani, terutama pada bahan makanan berbahan dasar padi-padian. Diet juga
mengandung sejumlah selulosa, namun pada saluran cerna tidak ada satu pun enzim yang
mencernakan selulosa sehingga selulosa tidak dianggap sebagai bahan makanan manusia.
Pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut dengan bantuan saliva yang mengandung enzim
ptyalin (-amilase) yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ptialin ini
menghidrolisis polisakarida menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.
Makanan berada dalam mulut untuk waktu singkat, sehingga mungkin tidak lebih dari 5
persen dari semua tepung yang dimakan telah dihidrolisis saat makanan ditelan. Pencernaan
berlanjut di dalam korpus dan fundus dari gaster. Di sini kerja enzim ptialin dihambat
dikarenakan kondisi keasaman lambung yang rendah. Enzim ptialin akan inaktif pada pH 4,0
atau lebih rendah.
Pencernaan karbohidrat di usus halus dibantu oleh enzim amylase pankreas. Sekresi amylase
pankreas memiliki kekuatan beberapa kali lebih kuat dibanding amilase saliva sehingga
dalam waktu 15-30 menit setelah kimus dikosongkan dari gaster ke dalam duodenum dan
bercampur dengan getah pankreas, sebenarnya semua tepung telah tercerna. Enterosit yang
terletak pada vili usus halus mengandung empat jenis enzim disakaridase, yaitu lactase,
sukrase, maltase dan -dekstrinase. Keempat enzim ini mengubah molekul disakarida dan
polimer-polimer glukosa kecil menjadi monosakarida, bentukan yang siap diserap. Enzimenzim ini terletak di dalam membrane mikrovili brush border enterosit. Laktosa akan dipecah
menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa akan dipecah menjadi
satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa akan dipecah menjadi 2 molekul
glukosa. Semua hasil pemecahan ialah monosakarida. Glukosa dan galaktosa selanjutnya
akan diserap oleh kerja transport aktif sekunder, di mana pembawa kotranspor di membrane
luminal memindahkan monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Fruktosa
memiliki mekanisme yang sedikit berbeda, fruktosa diserap ke dalam darah melalui difusi
terfasilitasi. Kembung dan flatulens seringkali disebabkan oleh pembentukan gas
karbondioksida dan hidrogen dari sisa-sisa disakarida di dalam usus halus distal dan kolon.2,6,7
Protein
Pencernaan protein baik protein yang berasal dari makanan maupun protein endogen yang
berasal dari dalam tubuh akan dicerna di lambung. Sejumlah kecil protein plasma yang bocor
dari kapiler ke lumen saluran cerna juga akan ikut tercerna di dalam lambung. Protein
17

endogen harus ikut tercerna dan terserap bersama protein makanan untuk menghindari
terkurasnya simpanan protein di dalam tubuh. Asam-asam amino yang diserap dari protein
makanan dan endogen terutama digunakan untuk membentuk protein baru di tubuh.
Enzim pepsin yang terdapat pada lambung bekerja pada pH 2,0 sampai 3,0 dan inaktif pada
pH di atas 5. Oleh karena itu, agar enzim ini dapat melakukan pencernaan protein, kondisi
lambung harus dalam keadaan benar-benar asam. Sekresi HCl dilakukan oleh sel parietal
lambung, dan ketika HCl disekresikan kemudian bercampur dengan isi lambung dan sekresi
dari sel non-parietal maka tingkat keasaman lambung menjadi 2,0-3,0 yang sangat ideal
untuk pepsin. Enzim pepsin dapat mencernakan kolagen yang terutama menjadi penyusun
jaringan penyambung interselular daging, sehingga agar enzim pencernaan dapat mencerna
protein daging, terlebih dahulu serabut-serabut kolagen harus dicernakan. Enzim pepsin
hanya memulai proses pencernaan protein. Prosen selanjutnya berlangsung di usus halus.
Pencernaan protein di usus halus terutama terjadi di usus halus bagian atas, di dalam
duodenum dan jejunum oleh pengaruh enzim proteolitik pankreas. Ketika protein
meninggalkan lambung, beberapa masih dalam bentuk pepton, proteosa dan polipeptidapolipeptida besar. Setelah masuk ke usus halus, protein akan diserang oleh enzim proteolitik
pankreas seperti enzim tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, dan proelastase. Tripsin dan
kimotripsin

memecahkan

molekul

protein

menjadi

molekul

polipeptida

kecil,

karboksipeptidase memecahkan asam-asam amino tunggal dari ujung karboksil polipeptida.


Proelastase meningkatkan elastase yang mencerna serabut-serabut elastin yang menahan
daging. Kebanyakan protein yang dipecah masih dalam bentukan dipeptida, tripeptida dan
beberapa bahkan lebih besar.
Pencernaan terakhir protein terjadi di dalam lumen usus dicapai oleh enterosit (sel absorptif)
pada vili usus halus. Sel-sel ini memiliki brush border yang menghasilkan dipeptidase dan
aminopeptidase (memecah peptida kecil menjadi asam amino konstituennya). Keduanya akan
memecah sisa-sisa polipeptida besar menjadi tripeptida dan dipeptida. Molekul dipeptidase
dan tripeptidase ini selanjutnya akan ditransport aktif

ke dalam sel-sel usus halus dan

dihidrolisis oleh peptidase intraselular. Asam amino bebas akan diserap menembus sel usus
oleh kerja transport aktif sekunder yang sama dengan glukosa dan galaktosa. Pada dasarnya,
protein akan diserap oleh sel usus dalam bentuk asam amino tunggal yang selanjutnya akan
dibawa masuk ke dalam darah. Penyerapan asam amino berlangsung cepat do duodenu dan

18

jejunum, dan lambat di illeum. Asam-asam amino juga ada yang diangkut ke dalam cairan
ekstraseluler melalui difusi pasif dan difusi terfasilitasi.2,6,7
Lemak
Pencernaan lemak dimulai dan diakhiri di usus. Lemak memiliki masalah tersendiri karena
sifatnya yang tidak larut air. Pada mulanya globules lemak diubah menjadi emulsi lemak oleh
garam empedu, sifat ini disebut efek deterjen garam empedu. Pengubahan ini membuat luas
permukaan lemak meningkat untuk mempermudah aktifitas lipase pancreas. Bagian dalam
emulsi lemak bersifat lipofilik dan bagian luarnya hidrofobik. Kemudian pencernaan lemak
dilanjutkan di lumen usus halus oleh lipase pancreas mengubah lemak menjadi monogliserol
dan asam lemak bebas. Misel yang berfungsi mengangkut bahan yang tidak larut air
mengantar gliserol dan asam lemak bebas menuju sel epitel, di sel epitel monogliserol
bergabung dengan asam lemak bebas menjadi trigliserid, trigliserid dilapisi oleh lipid dan
protein menjadi kilomikron (granul zimogen)l, kilomikron ini akan diserap ke limfe secara
eksositosis menuju lacteal pusat. Kemudian misel dan garam empedunya tetap melanjutkan
perjalanan. Garam empedu akan diserap kembali di ileum terminal, dan dibawa kembali ke
hati melalui sistem enterohepatik.2
KESIMPULAN
Sistem pencernaan terdiri dari organ dan enzim pencernaan. Semua sistem harus
dijaga agar bekerja sempurna. Jika terdapat satu gangguan pada sebuah organ saja, maka
sistem pencernaan akan terganggu dan menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Oleh karena itu
kita harus menjaga porsi makan, frekuensi makan, dan juga nutrisi yang terkandung dalam
makanan yang kita makan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.641665.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.
4. Fiore M. Atlas histologi: Di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.
5. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC; 2003.h.148-.

19

6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-11. Jakarta: EGC; 2007.

20

Anda mungkin juga menyukai