BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Tuberkulosis
3.1.1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru.1,2
3.1.2. Klasifikasi dan Tipe Penderita Tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan definisi kasus, yaitu:
Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA
negatif;
16
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya: TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. TB Ekstra Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin.2,6
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, penderita TB dapat
digolongkan atas tipe kasus baru, kambuh, pindahan, lalai, gagal dan kronis.
1. Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
17
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
18
3.1.3. Epidemiologi
Lebih dari 5,7 juta TB kasus baru (TB paru dan TB ekstra paru) dilaporkan
ke World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 95% kasus dilaporkan
dari negara berkembang. Namun, karena deteksi kasus yang tidak efisien dan
kurang lengkap, kasus yang dilaporkan hanya menunjukkan dua per tiga dari total
perkiraan kasus. WHO memperkirakan sekitar 9 juta (8,6 9,4 juta) TB kasus
baru terjadi di seluruh dunia pada tahun 2013, 95% kasus dilaporkan dari negara
berkembang di Asia (5 juta), Afrika (2,6 juta), Timur Tengah (0,7 juta), dan
Amerika Latin (0,3 juta). Diperkirakan juga terdapat 1,49 juta (1,32 1,67 juta)
kematian akibat TB pada tahun 2013, termasuk 0,36 juta pada penderita TB
dengan HIV positif, 96% kasus dilaporkan dari negara berkembang. Perkiraan
angka kejadian TB pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
19
Kematian akibat TB pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
20
efektivitas
kerja antibiotik.
Molekul lain
di dinding sel
21
anggota
keluarga,
kepadatan
penduduk,
konsentrasi
kuman,
ketersediaan cahaya matahari, dll. Sedangkan masalah perilaku sehat antara lain
akibat dari meludah sembarangan, batuk sembarangan, kedekatan anggota
keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dll. Untuk sarana pelayanan
kesehatan, antara lain menyangkut ketersediaan obat, penyuluhan tentang
penyakit dan mutu pelayanan kesehatan.2
Faktor Risiko
Risiko terinfeksi TB sebagian besar adalah faktor risiko external, terutama
adalah faktor lingkungan seperti rumah tak sehat, pemukiman padat & kumuh.
Sedangkan risiko menjadi sakit TB, sebagian besar adalah faktor internal dalam
tubuh penderita sendiri yg disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam
tubuh penderita seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan
immunosupresan dan lain sebagainya.2
22
Batuk 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala
batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya
batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra
paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang
nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.6
2. Gejala sistemik
Demam
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah
batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan.2
Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.
23
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang
baik.
Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria
atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda
cairan dalam abdomen.2
Gejala mata
-
Conjunctivitis phlyctenularis
24
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya
tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta
daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum.6
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada
auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan. 6
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadangkadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold
abscess. 6
3.1.6. Patofisiologi
Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena
kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M.tuberculosis. Kuman
tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih
di daerah apeks karena pO2 alveolus paling tinggi.6
Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi
jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel
makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa
sebukan sel radang, baik sel leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit
mononukleus. Kuman berproliferasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel
fagosit. Sementara itu sel mononukleus bertambah banyak dan membentuk
agregat. Kuman berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman)
mati, sel fagosit mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang
baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel fagosit mononukleus yang intensif dan
25
26
27
Meninggal 6
28
Kavitas bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
healed cavity, atau kavitas menyembuh dengan membungkus diri,
akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang
terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).6
29
Gambar 4. Alur diagnosis dan tindak lanjut TB Paru pada pasien dewasa
(tanpa kecurigaan/ bukti: hasil tes HIV (+) atau terduga TB Resisten Obat)
(Dimodifikasi dari: Treatment of Tuberculosis, Guidelines for national
Programme, WHO, 2003)
30
Gambaran klinik
Meliputi gejala umum dan gejala khusus pada anak.
Milier
Atelektasis/kolaps konsolidasi
Konsolidasi (lobus)
Kalsifikasi
Bronkiektasis
Kavitas
Destroyed lung
Uji tuberculin
Uji ini dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan dengan cara intra
kutan) Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB dan
kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif
pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat,
pemberian imunosupresif, dan lain-lain).
31
3.1.8. Penatalaksanaan
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal (pengobatan
diberikan setiap hari) dan tahap lanjutan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah
komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah
satu upaya paling efisisen untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.
Berikut ini adalah OAT lini pertama yang dapat dilihat pada Tabel 1.4
Tabel 1. OAT Lini Pertama
Dosis OAT line pertama pada pasien dewasa dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Kisaran Dosis OAT Lini Pertama pada Pasien Dewasa
32
Catatan: Pemberian streptomisin untuk pasien yang berumur >60 tahun atau
pasien dengnan berat badan <50 kg mungkin tidak dapat mentoleransi dosis
>500mg/hari. Beberapa buku rujukan menganjurkan penurunan dosis menjadi 10
mg/kg/BB/hari.4
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah:
Kategori 1
: 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2
: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang):
-
Pasien kambuh
33
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up)
Tabel
5.
Dosis
Paduan
OAT
KDT
Kategori
2:
2(HRZE)S/
(HRZE)/5(HR)3E3
Tabel
6.
Dosis
Paduan
OAT
Kombipak
Kategori
2:
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Kategori anak
34