Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah
satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal
dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia prasekolah (Proverawati dan wati, 2010).
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita sebaiknya
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu
menerima jumlah makanan dalam sekali makan.
Pada usia prasekolah akan menjadi konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh
keadaan psikologis, kesehatan dan sosial anak. Oleh karena itu keadaan
lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya (Proverawati dan wati, 2010).
2.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan pada Balita
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian makan pada balita diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Genetik
Genetik menentukan bentuk tubuh. Pada tubuh tinggi dan lebar akan
memerlukan energi yang lebih besar dari pada yang pendek dan kurus. Hal ini
disebabkan karena pada tubuh yang permukaan lebih luas diperlukan suplai

sel-sel untuk tumbuh dan berkembang lebih dari pada yang kurang lebar
permukaan tubuhnya.
b. Kecenderungan pada Tahap Perkembangan
Pada tahap perkembangan anak balita cenderung sulit untuk mendapatkan
makanan yang sesuai keinginan sehingga mencoba memilih-milih makanan
yang disukainya saja.
c. Hormon
Kelenjar hormon mempengaruhi pertumbuhan tubuh.
d. Gizi
Kebutuhan kalori anak balita bahkan juga manusia berbeda-beda sesuai
dengan tahap perkembangan.
e. Kecenderungan Sekuler
Ada kecenderung saat ini anak-anak tumbuh lebih tinggi dibanding era
sebelumnya. Hal seperti ini disebut dengan istilah kecenderungan sekuler.
f. Status Sosial Ekonomi
Jenis makanan sangat ditentukan oleh kemampuan daya beli. Oleh karena
itu biasakan membeli bahan yang murah dengan kandungan yang sama
dengan yang mahal.
g. Tingkat Aktivitas
Pada anak yang aktif akan banyak membakar lemak, sebaliknya lemak
akan menumpuk dan bisa jadi kegemukan.
h. Penyakit
Pengaruh buruk penyakit, malas makan, nafsu makan berkurang oleh
karena itu anak yang sakit segera diobati pada tenaga kesehatan agar dapat
ditanggulangi sedini mungkin (Angria R, dkk, 2012).
2.3 Kebutuhan Gizi Balita
Setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap balita
memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan
dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada anak
balita kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka pertumbuhan dan
perkembangan anak balita akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika pemberian
nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan kegemukan yang

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita terganggu (Asydhad,


2006).
Kebutuhan energi dan protein anak balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) rata-rata perhari yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi IV (2004) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari
No. Golongan

1.
2.
3.
4.

Berat

Tinggi

Energi

Protein

Umur

Badan Badan

(Kkal)

(Gr)

(Tahun)
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun

(Kg)
6,0
8,5
12
17

550
650
1.000
1.550

10
16
25
39

(Cm)
60
71
90
110

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi IV, 2004.


Energi atau kalori sangat dibutuhkan untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Apabila terjadi
kekurangan energi maka akan dapat menghambat pertumbuhan, penurunan berat
badan serta kerusakan jaringan (Almatsier, 2004).
Protein merupakan zat pembangun utama yang sangat diperlukan oleh balita
untuk pembuatan sel-sel baru serta merupakan unsur pembentuk berbagai struktur
organ tubuh (Asydhad, 2006).

2.4 Menu Balita Seimbang


Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam

tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang
penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh.
Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi juga mempengaruhi
kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan
mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang (Ellya Sibagariang, 2010).
Menu seimbang balita tidak jauh berbeda dengan menu seimbang orang
dewasa, hanya saja balita membutuhkan lebih banyak lemak dan lebih sedikit
serat. Menu seimbang untuk balita yaitu :
a. Gula dan Garam
Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimal orang
dewasa sehari atau kurang dari 1 gram.
b. Porsi Makan
Porsi makan anak balita berbeda dengan orang dewasa. Mereka
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih
kecil namun
sering.
c. Kebutuhan Energi dan Nutrisi
Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari.
d. Susu Pertumbuhan
Susu merupakan salah satu sumber kalsium sehingga penting juga
dikonsumsi oleh balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 ons per hari. Susu
pertumbuhan merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi anak usia 12 tahun keatas (Angria R, dkk, 2012).
2.3. Geographic Information System (GIS)
Perencanaan yang baik dan pengambilan keputusan yang tepat seharusnya
berdasarkan pada realita data yang menyeluruh dan data terkini. Dengan didukung
oleh Sistem Informasi Geografis (SIG/GIS), Sistem Informasi Kesehatan akan
lebih mudah digunakan pengambilan keputusan. Dalam pemanfaatan GIS sebagai
bagian dari Sistem Informasi Kesehatan, data yang disajikan dalam bentuk spasial

membantu dalam menampilkan dan membandingkan distribusi hubungan dari


letak objek. Dalam hal ini memudahkan dalam memberikan gambaran letak atau
lokasi kesehatan, penyebaran penyakit, kondisi dan ketersediaan alat kesehatan,
tenaga kesehatan, jumlah pasien dan lain-lain. Visualisasi dalam bentuk data
spasial berpotensi secara signifikan untuk memperbaiki perencanaan (Fikri, et al
2009).
Secara umum Geographic Information System (GIS), yang di- Indonesia-kan
menjadi Sistem Informasi Geografis (SIG), merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi
geografis (Aronoff, 1989). GIS dapat juga didefinisikan sebagai suatu sistem
terkomputerisasi yang memfasilitasi beberapa fase dari entry data, analisis data,
dan presentasi data (Fikri, et al 2009).
Secara umum pengertian GIS sebagai berikut:
Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif
untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam
suatu informasi berbasis geografis .
GIS

dapat

merepresentasikan

dunia

nyata

pada

monitor

komputer

sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas.


Namun GIS memiliki kelebihan dan flexibilitas daripada lembaran kertas karena
dapat menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsur peta sebagai atributatribut di dalam suatu basis data. Sebagian besar data yang akan ditangani dalam
GIS merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis,
memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua
bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi
(spatial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini : (Fikri, et
al 2009).
1. Informasi lokasi (spatial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
informasi datum dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (attribute) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Komponen Dasar GIS

Anda mungkin juga menyukai