BAB I
PENDAHULUAN
Halaman 1
elektronik
terhadap
Halaman 2
pendukung,
antara
lain
Halaman 3
yang
menggunakan
prosesor
J umlah
CTC
Stasiun
Tasikmalaya-Banjar 7 stasiun Tasikmalaya
Antara
Daop 3 Cirebon
Luwung-Songgom
Daop 5 Purwokerto
Daop 6 Yogyakarta
Montelan-Patukan
8 stasiun
8 stasiun
Cirebon
Yogyakarta
Halaman 4
Tabel 1.
1.2
Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan ini terbagi dalam enam bab
dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I.
PENDAHULUAN
Halaman 5
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peralatanperalatan yang mendukung sistem persinyalan
WESTRACE antara lain; sistem power supply,
sistem komunikasi, centralized traffic control (CTC).
BAB V.
PERENCANAAN DESAIN/MODIFIKASI
SISTEM PERSINYALAN WESTRACE
Pada
bab
ini
akan
dijelaskan
mengenai
perencanaan sistem persinyalan WESTRACE dalam
hal desain atau modifikasi yang antara lain meliputi
penomoran dan penempatan peralatan luar, serta
prosedur modifikasi sistem persinyalan WESTRACE.
BAB II
Halaman 6
Signalling
Outputs
Logic
processing
Signalling
Inputs
Power Supplies
Halaman 7
2.
Tabel 2.
2.2
C irebo n-Kroya-Yogyakarta
R esignalling P roject
Tasikmalaya-B anjar-Kroya
R esignalling P ro ject
P L.101/8/I/DRP D/93
13 April 1993
A UD. 127.997.193,5
AUD. 77.090.765,40
Westinghouse Brake&Signal
Co (Australia) Ltd
Westinghouse Brake&Signal
Co (Australia) Ltd
Bantuan
P emerintah Australia
Halaman 8
2)
3)
4)
5)
6)
Configuration
System
Manual,
yang
menjelaskan penggunaan Configuration Sub
System dan Configuration Check Sub System.
7)
First
Line
Maintenance
Manual,
menjelaskan pemeliharaan sistem.
yang
Halaman 9
Halaman 10
WESTRACE HOUSING
DIAGNOCSTIC
MODULE
PSU
LOCAL CONTROL
PANEL
PANEL
PROCESSOR
DETEKSI
MOTOR WESEL
TRACK RELAY
SYSTEM
LOGIC AND
CONFIGURATION
MOTOR
WESEL
RELAY SUPPLY
VLM
TELEMETRY
LINE INTERFACE
(MODEM ETC)
VTC
LINE INTERFACE
LINE INTERFACE
VTC
tambahan
jika
diperlukan
MODUL I/O
TAMBAHAN
JIKA
DIPERLUKAN
HVLM
OPC
OPCR
VPIM
VROM
NVC
VTC
REMOTE
CONTROL
CENTRE
KE INTERLOCKING
STASIUN SEBELAH
Keterangan
VTC
OPCR
INTERLOCKING LAIN
EVENT
RECORDER
TECHNICIAN'S
TERMINAL
DATA
PREPARATION
SIMULATOR
24 VOLT dc
SUPPLY
LOCAL
POWER
SUPPLIES
VITAL
LACHES
RWR
Halaman 11
VROM
NVC
VPIM
NVC
VITAL
TIMERS
KONTROL
MOTOR WESEL
NWR
OPC
2.3
Sistem Interlocking
2.3.1
Hardware
2.
Halaman 12
Penggunaan
mnemonic
yang
Timer
didefinisikan
sebagai
FUNGSI
VLM
HVLM
Mnemonics
963
2500
Internal Latches
384
2057
Timers
96
200
Halaman 13
4.
5.
6.
7.
Halaman 14
9.
Event Recorder
Untuk dapat berhubungan dengan event
recorder
eksternal
maka
WESTRACE
dilengkapi suatu port komunikasi serial.
Spesifikasi logic memungkinkan pemilihan
beberapa input, output atau bagian eksternal
dari port tersebut untuk kepentingan analisa
interlocking.
10.
Halaman 15
12.
Halaman 16
Halaman 17
2.3.2
Rele Interface
Hardware
interlocking
sistem
persinyalan
WESTRACE tidak secara langsung menggerrakkan
peralatan persinyalan yang berada di lapangan.
Supaya peralatan luar tersebut dapat bekerja, maka
digunakan rele interface untuk menghubungkan
antara hardware interlocking dengan peralatan luar.
Rele interface yang dipergunakan adalah rele seri
Q yang merupakan produk Westinghouse.
Rele seri Q adalah rele plug-in yang didesain
untuk memenuhi kebutuhan rele plug-in dalam
persinyalan kereta api dan penggunaan lainnya.
Rele seri Q terdiri dari berbagai macam tipe, tetapi
ada 3 macam tipe dasar dari rele Q, yaitu:
a. Jenis QN1 d.c rele netral, yaitu rele tunggal
yang mempunyai sampai dengan 16 kontak dan
rangkaian tembaga dengan ukuran standard.
b. Jenis QN3 d.c rele sensitiv netral, yaitu rele
tunggal yang mempunyai sampai dengan 12
kontak dan ukuran rangkaian tembaga yang
besar.
c. Jenis QNN1 d.c rele netral, yaitu suatu unit
kembar yang terdiri dari 2 rele, dimana masingmasing rele mempunyai 8 kontak.
Dari ketiga tipe dasar rele tersebut, ada beberapa
variasi dari masing-masing rele tersebut seperti: a.c
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 18
J enis
Rele
QNN1
Tegangan I ndependent
Penggunaan
Nominal
Contacts
50 V dc
2X4F-4B
Aspect Control
Kontrol arah genta
Deteksi arah bunyi genta
Track Repeat Relay
QN1
50 V dc
8F-8B
QECX1
110 V ac
4F-2B
Lamp proving
QECX11
QBCA1
110 V ac
50 V dc
4F-2B
2HD 4F-4B
QBBA1
50 V dc
2X4F-4B
QT1
50 V dc
2F
QN3
110 V dc
2F-2B
Ket:
F = Front contacts ;
B = Back contacts
Halaman 19
Tabel 4.
2.3.3
Software
Halaman 20
Halaman 21
Gambar 6.
Halaman 22
Mempunyai space
kurangnya 40 Mb.
Gambar 7.
2.
hard
disk
sekurang-
Halaman 23
Prosesor
486DX
33
MHz
menggunakan Pentium 100
prosesor yang lebih cepat);
Mempunyai space
kurangnya 40 Mb.
hard
disk
(disarankan
MHz atau
sekurang-
Halaman 24
3.
Interlogic
Halaman 25
Mempunyai space
kurangnya 2 Mb.
hard
disk
sekurang-
Halaman 26
Halaman 27
BAB III
2.1
Sinyal Cahaya
Sinyal cahaya dalam sistem persinyalan WESTRACE
terdiri dari:
Sinyal darurat
Sinyal blok.
Halaman 28
J enis Sinyal
Tipe
Sinyal Berangkat
R2 Mark 4
Sinyal Masuk
R2 Mark 4
Sinyal Blok
R2 Mark 4
Sinyal Muka
R2 Mark 4
Sinyal Langsir
PLS Mark II
Sinyal Darurat
Sinyal Pembatas Kecepatan
Sinyal Penunjuk Arah
Tabel 5.
PJ 1
Lampu
12V 24W SL Series
12V 24W SL Series
12V 24W SL Series
12V 24W SL Series
110V 40W
110V 60W
10V 50W
(Tungsten Halogen)
12V SL Series
Halaman 29
Halaman 30
2.2
2.2.1
Halaman 31
Halaman 32
Halaman 33
WDU 1
WDU 2
WDU 3
WDU 4
WDU 5
EU
A
AzGrT(A)
EU
B
AzGrT(B)
Cl(A)
AzGrT(A)
Cl(B)
AzGrT(B)
Cl(A)
AzGrT
Cl
: Clear indication
EU
: Evaluation unit
WDU
Cl(B)
Halaman 34
Spesifikasi
Ukuran
Lebar
P anjang
Tinggi
P emancar
P enerima
114 mm
137 mm
225 mm
114 mm
137 mm
225 mm
12 Volt
12 Volt
400 mA
700 mA
Tegangan output
4 Volt/25 ohm
Impedansi output
6 ohm
Output
Decoding
Transfo rmer
Unit
114 mm
137 mm
225 mm
114 mm
137 mm
225 mm
Halaman 35
mengolah
data
yang
diterimanya
menggunakan dua saluran (channel).
dengan
Halaman 36
Mikrocomputer 1
Mikrocomputer 2
Data input
INPUT
INPUT
DATA EXCHANGE
DATA EXCHANGE
Processor
and
Memory
Processor
and
Memory
OUTPUT
Channel 1
SYNCHRO
NISATION
SYNCHRO
NISATION
COMPARI
SON
COMPARI
SON
OUTPUT
Channel 2
Gambar 15.
Bagan representasi SIMIS dengan
konfigurasi 2 dari 2
Halaman 37
WDU 1
WDU 2
Block
A
EU
AzGrT
C/OI
Block
B
Clear indication point
Gambar 16.
transmisi blok
AzGrT
EU
Evaluation Unit
C/OI
Clear/occupied indication
Transmission equipment
WDU
Block
B
EU
Block
A
Axle indication point
2.3
Motor Wesel
Halaman 38
sistem
Thrust
Operating time
Operating stroke
: 140 mm
: 95%
Berat
: 205 kg
Halaman 39
Gambar 17.
Sistem Komunikasi
Dalam sistem komunikasi pertukaran informasi
dapat dilakukan baik dalam bentuk analog maupun
dalam bentuk digital.
Penggunaan teknik analog untuk pertukaran
informasi umumnya sering digunakan untuk
transmisi suara. Hal ini dalam persinyalan sudah
bertahun-tahun digunakan yaitu dengan melalui
telepon, dan sampai dengan saat ini masih tetap
digunakan pada sistem persinyalan modern dalam
Halaman 40
Komunikasi suara
Halaman 41
Transmission Medium
Voice Frequency
WB & S
Interface
WB & S
Interface
Signalling
Gambar 18.
3.1.2
Komunikasi Suara
Komunikasi Data
Halaman 42
Transmission Medium
WB & S
Modem
WB & S
Modem
Data
Data
Modulated Data
MO dulate
DEM
o dulate
MO DEM
Gambar 19.
Komunikasi Data
Halaman 43
3.2
3.3
Peralatan
changeover
kontrol
Alternator (Genset)
Batteries
Transformer
untuk
mains/standby
Mimic Panel.
Halaman 44
Perangkat RFS
berikut ini:
terdiri
dari
Gambar 20.
3.3.1
komponen-komponen
Halaman 45
Mimic panel.
3.3.2
3.3.3
Halaman 46
Operator EOI
Supervisor EOI
Maintainer EOI
3.3.4
CTC
tidak
saling
Mimic Panel
Halaman 47
BAB V
PERENCANAAN DESAIN/MODIFIKASI
SISTEM PERSINYALAN WESTRACE
Dalam perencanaan suatu persinyalan elektronik terdapat
beberapa hal mendasar yang perlu diuraikan, antara lain
sistem penomoran peralatan luar, penempatan peralatan
luar, dan pengelompokan sistem.
5.1
1.
Halaman 48
Barat
Timur
Apabila Terdapat
Intermediate Block
(Sinyal Blok)
nomor
sepurnya
dan
sebagai
acuan
menggunakan arah dari barat ke timur,
sehingga sebelah kiri sepur I (main line)
berurutan adalah genap, dan sebelah kanan
berurutan adalah ganjil.
5.1.1
Halaman 49
14BT
15T
16T
10AT
tersebut
10BT
14AT
2. Di stasiun
Track circuit diberi nomor yang terdiri
dari dua angka dan diakhiri dengan
huruf T.
a. Angka puluhan menunjukkan nomor
jalan rel yang bersangkutan.
1) Angka ganjil digunakan untuk
sepur utama (main line) dan
sepur-sepur di sebelah kanan
yang sejajar dengan sepur utama.
2) Angka genap digunakan untuk
sepur-sepur di sebelah kiri yang
sejajar dengan sepur utama.
3) Angka
satuan
menunjukkan
nomor area dimana track circuit
tersebut diletakkan.
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 50
5.1.2
Penomoran Sinyal
1. Di petak jalan
Apabila di petak jalan terdapat sinyal
maka penomoran sinyal tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan awalan
B yang menunjukkan bahwa sinyal
tersebut adalah merupaka sinyal blok
antara
(intermediate
block)
yang
kemudian diikuti dengan nomor track
circuit yang ada di depannya.
B16
14BT
14AT
15T
MB15
2.
MB16
16T
10AT
B15
Di stasiun
Penomoran sinyal-sinyal di stasiun
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
awalan
J
yang
menunjukkan bahwa sinyal tersebut
adalah
sinyal
jalan,
L
yang
menunjukkan bahwa sinyal tersebut
adalah sinyal langsir, dan sebagainya
yang kemudian diikuti dengan nomor
track circuit dimana sinyal tersebut
berada.
Halaman 51
10BT
JENIS SINYAL
PENOMORAN SINYAL
Sinyal langsir
5.1.3
Penomoran Wesel
1. Wesel-wesel
diberi
nomor
sesuai
dengan nomor track circuit dimana
wesel tersebut berada.
2. Apabila dalam satu track circuit
terdapat lebih dari satu wesel, maka
penomoran wesel harus diikuti oleh
huruf A, B, dan seterusnya.
Halaman 52
22T
11T
11B
12T
13B
11A
13A
32T
5.2
13T
Penempatan Sinyal
Dalam pengendalian operasi kereta api, sinyal
merupakan peralatan luar yang berperan sangat
penting sebagai media komunikasi antara operator
pengendali perjalanan kereta api dan masinis yang
mengemudikan kereta api. Dengan perantara aspek
yang ditunjukkan oleh sinyal tersebut, masinis
dapat mengetahui kapan ia harus menambah
kecepatan kereta apinya, mengurangi kecepatan
kereta
apinya,
atau
kapan
ia
harus
memberhentikan kereta apinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam
melaksanakan perencanaan persinyalan elektrik
penempatan sinyal harus disesuaikan dengan jarak
tampak sinyal tersebut dan sedapat mungkin
ditempatkan di tempat yang bebas pandang
sehingga aspek yang ditunjukkan dapat dilihat oleh
masinis dengan jelas. Dalam penentuan jarak
tampak suatu sinyal dipengaruhi oleh kecepatan
dan karakteristik pengereman kereta api serta
kondisi geografis jalan kereta api. Semakin cepat
suatu kereta api maka semakin lama waktu yang
diperlukan oleh kereta api untuk melakukan proses
pengereman sehingga jarak tampak suatu sinyal
akan bertambah. Dengan pertimbangan hal-hal
tersebut
diharapkan
masinis
dapat
Halaman 53
JT = JR + JPB + 50
JPB
JR
50 m
JT
JR
JPB
JP
JT = JP
5.2.1
Halaman 54
50 m
350 m
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan
tersebut di atas, maka penempatan
sinyal masuk di suatu stasiun diatur
sebagai berikut:
a. Apabila wesel terujung di stasiun
merupakan wesel yang dilalui kereta
api masuk dari arah depan, maka
sinyal masuk harus ditempatkan 350
meter dari ujung wesel tersebut.
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 55
2. Sinyal Berangkat
Sinyal berangkat dipasang pada sepur
kereta api yang digunakan sebagai
tempat mulai berangkatnya kereta api.
a. Apabila wesel pertama yang akan
dilalui kereta api adalah wesel yang
dilalui kereta api dari arah depan,
maka penempatan sinyal berangkat
adalah 20 meter dari ujung lidah
wesel yang bersangkutan.
b. Apabila wesel pertama yang akan
dilalui kereta api adalah wesel yang
dilalui kereta api dari arah belakang,
maka penempatan sinyal berangkat
Halaman 56
50
meter
dari
tempat
pemberhentian kereta api tersebut.
3. Sinyal Blok
Sinyal blok dipasang di titik tempat
masuknya kereta api ke dalam blok.
Apabila di tempat tersebut telah
dipasang sinyal berangkat atau sinyal
masuk, maka sinyal blok tidak perlu
dipasang karena dalam keadaan ini
sinyal berangkat atau sinyal masuk yang
bersangkutan berfungsi juga sebagai
sinyal blok.
4. Sinyal Langsir
Halaman 57
akan
wesel
maka
jarak
lidah
5. Sinyal Muka
Sinyal muka dipasang pada jarak
minimum 900 meter dari sinyal masuk.
Apabila
karena
kondisi
geografis
sehingga menyebabkan jarak tampak
sinyal masuk yang terkait dengan sinyal
muka tidak memenuhi syarat yang
ditentukan, maka penempatan sinyal
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 58
5.3
Pembagian Sistem
Pembagian sistem suatu persinyalan elektrik dalam
perencanaan persinyalan elektrik dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu sistem yang terdapat:
1.
Di emplasemen
2.
Di petak jalan
3.
Di perlintasan sebidang
Halaman 59
5.3.1
Di Emplasemen
1. Interlocking
a. Rute
1) Persyaratan untuk rute kereta
api, rute darurat dan rute langsir
dinyatakan
dalam
tabel
interlocking.
2) Rute dapat terbentuk dan sinyal
akan
dapat
menunjukkan
indikasi aman apabila:
Wesel-wesel
yang
bersangkutan telah terkunci
pada
kedudukan
yang
dikehendaki.
Bagian-bagian
track
yang
termasuk dalam rute yang
bersangkutan
dalam
kedudukan aman.
Overlap
aman
dalam
kedudukan
Halaman 60
Penjaga
samping
telah
terkunci dalam kedudukan
sebagaimana mestinya.
Halaman 61
6) Untuk
stasiun
kecil
dapat
dilengkapi dengan fasilitas rute
otomatis sehingga apabila stasiun
tersebut akan terjadi persilangan,
pembentukan
rute
dapat
dilakukan sebelum kedatangan
kereta api, dan sinyal masuk
yang bersangkutan akan berubah
menunjukkan aspek hijau secara
otomatis oleh kereta api yang
memasuki
stasiun
tersebut
terlebih dahulu.
b. Luncuran
1) Luncuran adalah bagian jalan rel
yang terletak di belakang sinyal
jalan dengan panjang tertentu
dimana suatu sinyal jalan tidak
akan
dapat
menunjukkan
indikasi aman apabila bagian
jalan rel tersebut tidak aman.
2) Luncuran
diperlukan
untuk
semua rute kereta api dimana
persyaratan
yang
diperlukan
tertera dalam tabel interlocking.
3) Pada setiap saat harus diberi
kemungkinan
untuk
dapat
merubah luncuran rute kereta
api yang telah terbentuk, tanpa
menyebabkan sinyal ditempat
Halaman 62
c. Penjaga samping
1) Penjaga samping adalah suatu
cara untuk memisahkan suatu
jalan yang sedang digunakan oleh
suatu gerakan bakal pelanting
dengan maksud agar gerakan
tersebut terhindar dari bahaya
atau pengaruh yang ditimbulkan
oleh gerakan bakal pelanting
yang sedang berlangsung di jalan
lain yang saling terhubung.
2) Penjaga samping dapat dilakukan
dengan menggunakan :
Wesel
Perintang
Sinyal
Track Circuit
Halaman 63
d. Sinyal
1) Aspek sinyal yang dipergunakan
harus sesuai dengan aspek sinyal
yang telah baku.
2) Sistem harus dilengkapi dengan
pengaturan
tegangan
lampu
sinyal sehingga pada malam hari
tegangan lampu sinyal dapat
dikurangi
untuk
mencegah
terlalu terangnya cahaya yang
dipancarkan oleh sinyal-sinyal di
emplasemen yang bersangkutan.
3) Semua sinyal utama kecuali
sinyal langsir dan sinyal darurat
dilengkapi
dengan
filament
switching
sehingga
apabila
filamen utama lampu sinyal yang
bersangkutan putus maka aspek
sinyal akan ditunjukkan oleh
filamen cadangan lampu sinyal
yang bersangkutan dan putusnya
filamen utama lampu sinyal
tersebut akan ditunjukkan oleh
indikator
pada
meja
pengendalian.
Halaman 64
e. Wesel
1) Pelayanan mesin penggerak wesel
dapat dilakukan secara otomatis
yang
terpusat
pada
meja
pengendalian.
2) Pada wesel terlayan tempat yang
dilengkapi
dengan
pembebas
kunci dan terletak pada rute
dideteksi dalam kedudukan biasa
dengan menggunakan pendeteksi
kedudukan wesel.
3) Pada wesel terlayan tempat yang
dilengkapi dengan perintang dan
terletak pada rute dideteksi
dalam kedudukan biasa dengan
menggunakan
pendeteksi
kedudukan wesel.
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 65
f.
Otomatis
kereta api
oleh
Penghapusan
manual
pergerakan
rute
secara
Penghapusan
rute
secara
manual
dapat
dilakukan
secara langsung apabila rute
yang telah terbentuk belum
diduduki oleh kereta api atau
approach
track
belum
diduduki kereta api untuk
rute masuk.
Penghapusan
rute
dapat
dilakukan
dengan
waktu
lambat 30 90 detik dimana
aspek sinyal akan kembali
menunjukkan indikasi tidak
aman tetapi rute masih tetap
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 66
Halaman 67
5.3.2
Di Petak Jalan
Untuk mengendalikan perjalanan kereta api
di petak jalan perlu adanya pengamanan
perjalanan kereta api di petak jalan tersebut.
Apabila jarak tempuh petak jalan tersebut
terlalu jauh, maka petak jalan tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa blok dimana
perjalanan kereta api di blok yang satu
dengan blok lainnya diamankan dengan
sinyal blok. Jadi yang dimaksud dengan blok
Halaman 68
Halaman 69
2. Berdasarkan sistem
a. Sistem blok manual, adalah suatu
blok atau sederetan blok berurutan
yang dilindungi oleh sinyal blok yang
pelayanannya
dilakukan
secara
manual yang sebelumnya dilakukan
pertukaran
informasi
dengan
menggunakan telepon atau alat
komunikasi lainnya.
b. Sistem
blok
manual
dengan
pengamat, adalah suatu blok atau
sederetan blok yang berurutan yang
dilindungi oleh sinyal blok dimana
pelayanannya
dilakukan
sebagaimana blok manual dan
keadaan
blok
tersebut
diamati
dengan
menggunakan
alat
pendeteksi sepur.
c. Sistem
blok
otomatis,
adalah
sederetan blok yang berurutan dan
dilindungi dengan sinyal blok yang
bekerja secara otomatis karena
gerakan
kereta
api
yang
bersangkutan.
d. Sistem
blok
dengan
pengubah
jurusan, adalah sistem blok otomatis
yang berlaku untuk dua jurusan.
Prepared by Moch. Ridwan
Halaman 70
jalan
rel
dan
N=
1440
T+C1+C2
Dimana:
N
Halaman 71
T
= Waktu tempuh rata-rata kereta api
(menit)
C1
C2
= Waktu pelayanan perangkat sinyal
(menit)
Halaman 72
Vmax
Vi
JP
JP
5.3.3
Di Perlintasan Sebidang
Untuk mencegah kecelakaan diperlintasan
yang paling ideal adalah dengan membuat
Halaman 73
Halaman 74
5m
Bebas Pandang
Perlintasan sebidang
5m
Bebas Pandang
Gambar 23.
sebidang
Jarak
tampak
perlintasan
Jarak Tampak
Halaman 75
sebagaimana
tabel 8.
yang
ditunjukkan
pada
>5
< 15
4000 6300
450
15 30
3700 6200
420
30 50
3300 6000
380
50 100
2500 5200
300
100 150
2300 4000
280
150 200
2100 3200
260
200 300
2000 2500
240
> 300
Kepadatan Lalu-lintas J
Tiap Hari
2000
Halaman 76
Halaman 77
meter
untuk
jalan
raya
yang
memungkinkan mobil dapat berjalan
dengan kecepatan 30 km/jam).
Tabel 9.
Kepadatan Lalu-linta
Per Jam
3 10
2.400
10 15
2.200
15 20
1.800
20 25
1.400
25 30
1.100
30 40
750
40 50
500
Di atas 50
360
Halaman 78
Q
=
P
x
T
Dimana:
Q
Halaman 79
5.4
Prosedur Modifikasi
Sistem persinyalan WESTRACE didesain sedemikan
rupa dengan memberikan berbagai feature sehingga
dapat mempermudah engineer persinyalan, baik itu
software engineer maupun hardware engineer dapat
melakukan modifikasi apabila terjadi perubahan
layout suatu stasiun. Dalam melakukan modifikasi
sistem
persinyalan
WESTRACE
diperlukan
beberapa dokumen yang digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan modifikasi. Dokumen-dokumen
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Halaman 80
Pelaksanaan
modifikasi
sistem
persinyalan
WESTRACE didasarkan pada perubahan kondisi
sistem persinyalan di stasiun, baik itu perubahan
layout suatu stasiun maupun perubahan peralatan
persinyalan di lapangan. Pelaksanaan modifikasi
juga
dilakukan
apabila
terjadi
perubahan
operasional perjalanan kereta api di suatu stasiun.
Modifikasi sistem persinyalan WESTRACE meliputi
obyek-obyek sebagai berikut:
Perubahan
instalasinya;
peralatan
luar
termasuk
Halaman 81
Signalling
Plan
Signalling
Principles
Signalling
Team
Write
Layout Data
Prepare
simulator
program
Error
Signalling
Engineer
Design s/w
Error
Check
Data
Check
Design
Check Rules
& Data via
Simulator
Generate
Application s/w
System
Integration
Test
Error
Error
Error
Check
S/W
Function
Check to
Control Table
Commision
Sign "Job"
to use
Halaman 82
Check
Simulator
Gambar 24.
Jenis
Kapasitas Maksimum Peralatan Persinyalan
Juml. Inpu
I/O Module
Input
Output
Yang Dikendalikan
VPIM 50 VROM 5
VPIM 50
VROM 50
NVC
12
48
8
64
Sinyal Berangkat
Sinyal Masuk
Sinyal Langsir
Wesel
Electric Lock
Track Circuit
Track Block
Level Crossing
Route
Halaman 83
2
3
1
3
1
6
2
4
1
3
1
5
2
diperlukan
persinyalan.
untuk
mengendalikan
peralatan
Halaman 84