Tinea Korporis PDF
Tinea Korporis PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak
berambut (glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan
lipat paha (Verma dan Heffernan,2008).
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton.
Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang
menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur
golongan
dermatofita
adalah
tinea
korporis
(Verma
dan
Heffernan,2008).
2.2. Etiologi
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton.
Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi
kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita
adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,2008).
2.3 Epidemiologi
Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan
menyerang 20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk
infeksi kulit tersering (Rezvani dan Sefidgar,2010). Penyakit ini
tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan
kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering
terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi)
dan sering terjadi eksaserbasi (Havlickova et al,2008).
Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di
Amerika Serikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum,
dan
Tricophyton
violaceum
(Verma
dan
Heffernan,2008).
Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di
Jakarta adalah T. rubrum 57,6%, E. floccosum 17,5%, M. canis 9,2%,
T.mentagrophytes var. granulare 9,0%, M. gypseum 3,2%, T.
concentricum 0,5% (Made,2001).
Di RSU Adam malik/Dokter Pirngadi Medan spesies jamur
penyebab adalah dermatofita yaitu: T.rubrum 43%, E.floccosum
12,1%,
T.mentagrophytes
4,4%,
dan
M.canis
2%,serta
2.5 Patogenesa
Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang
filament terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding. Dinding sel
jamur merupakan karakteristik utama yang membedakan jamur, karena
banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin. Struktur
bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom,
retikulum endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan
fungsi dan peranannya masing-masing. Benang-benang hifa bila
bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium (Ryan,2004).
Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau
membentuk spora, baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu
alat reproduksi yang dibentuk hifa, besarnya antara 1-3, biasanya
bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. Spora dalam
pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk
hifa. terdapat 2 macam spora yaitu spora seksual (gabungan dari dua
hifa) dan spora aseksual (dibentuk oleh hifa tanpa penggabungan)
(Hay dan Moore,2004).
Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen
jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada stratum korneum.
Pada saat perlekatan, jamur dermatofita harus tahan terhadap rintangan
seperti
sinar
ultraviolet,
variasi
temperatur
dan
kelembaban,
masuknya
jamur
ke
epidermis
(Verma
dan
Heffernan,2008).
Masuknya dermatofita ke epidermis menyebabkan respon imun
pejamu baik respon imun nonspesifik maupun respon imun spesifik.
Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama melawan
infeksi jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti
gizi, keadaan hormonal, usia, dan faktor khusus seperti penghalang
mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi permukaan dan respons
radang.
Respons
radang
merupakan
mekanisme
pertahanan
Komponen
kimia
ini
antara
lain
ialah
spesifik.
pengenalan
dan
Sel-sel
ini
mengingat
mempunyai
organism
mekanisme
asing,
termasuk
sehingga
terjadi
tengah lesi relatif lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tandatanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan daerah
hiperpigmentasi saja (Verma dan Heffernan,2008). Gejala subyektif
yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang terlihat
erosi dan krusta akibat garukan (Fransisca,2000).
Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau
dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena
kontak dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi.
Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian,
perabot dan sebagainya (M.Goedadi dan H.Suwito,2001).
Gambar 2.1
Gambar 2.2
pemeriksaan
laboratorium
mikroskopis,
kultur,
pemeriksaan
histopatologi,
pemeriksaan
serologi,
antara
lampu
dan
lain
wood,
pemeriksaan
biopsi
pemeriksaan
dan
dengan
dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi
oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat
dilihat dengan memberi warna (fluoresensi). Beberapa jamur yang
memberikan fluoresensi yaitu M.canis, M.audouini, M.ferrugineum
dan T.schoenleinii. (Hay dan Moore2004).
2.9 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium yaitu mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan
Heffernan,2008).
2.10 Pengobatan
Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non
medikamentosa dan pengobatan medikamentosa.
2.10.2 Medikamentosa
Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan
pengobatan sistemik. Pada tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup
diberikan obat topikal. Lama pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu
bergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal
diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. Anti jamur topikal
yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat, haloprogin
dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang
disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres
basah secara terbuka (Vermam dan Heffernan,2008).
Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi
antijamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat
perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien (Verma dan
Heffernan,2008).
1. Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat
topikal dipengaruhi oleh mekanisme kerja,viskositas, hidrofobisitas
dan asiditas formulasi obat tersebut. Selain obat-obat klasik, obatobat derivate imidazole dan alilamin dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang
Griseofulvin
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama.
Dosis untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan
dewasa 500-1000 mg/hari
Ketokonazol
Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis
yang resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal.
Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3 minggu.
2.11 Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan adalah hasil tahu dari
manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.Yang sekadar
menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa
alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan
apa sesuatu itu.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehension)
kemudian
mencari
hubungan
antara
komponen-
mengelompokkan,
membuat
diagram
terhadap