Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan dalam rangka pencapaian
tujuan nasional yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahterana rakyat dan sekaligus sebagai sumber daya
manusia yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan juga sesuai
dengan visi dan misi kesehatan Jawa Barat, dimana visinya itu sendiri adalah
Jawa Barat Sehat 2008, sedangkan misinya adalah Mewujudkan Sumber
daya Manusia Yang Profesional dan Produktif Memiliki Sikap etis dan
Bermoral Tinggi
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering
terjadi walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling
sering orang dewasa muda, sehingga penulis merasa tertarik untuk
memberikan perawatan khususnya pada pasien dengan Apendisitis, dan juga
untuk kompetensi DIII Akademi Keperawatan mata kuliah Medikal Bedah I
Semster Tiga.
1.2. Tujuan Penulisan
Secara

umum

penulisan

laporan

kasus

ini

bertujuan

untuk

memberikan informasi tentang penyakit Apendisitis dan penatalaksanaani


secara khusus untuk : Menerapkan teori yang diterima, memberikan asuhan
keperawatan,
mengidentifikasi

mampu
masalah,

mengumpulkan
membuat

dan

menganalisa

perencanaan

mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang didapat

tindakan,

data,
dan

2
1.3. Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang digunakan dalamm penyusunan laporan kasus ini
adalah metode deskriptif analitik yang dilaksanakan dengan pendekatan
proses perawatan sedangkan teknik dalam pengumpulan data yang penulis
perlukan diperoleh dari data studi lapangan, wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, study literatur dan dokumenter.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri dari.
Bab I

: Menguraikan

pendahuluan

mengenai

Latar

Belakang

Masalah, Tujuan Penulisan, Metode dan Teknik Penulisan


serta dan Sistematika Penulisan
Bab II

: Menjelaskan tinjauan teoritis yang berisikan tentang teoriteori yang sesuai dengan judul

Bab III

Berisi tinjauan kasus, proses keperawatan pada pasien


dengan Apendisitis

Bab IV

Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering


terjadi walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling
sering orang dewasa muda. Sebelum era antibiotik mortalitas penyakit ini
tinggi.
2.1. PATOGENESIS
Apendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang pada
manusia fungsinya tidak diketahui apendiks merupakan tabung panjang,
sempit (sekitar 6 sampai 9 cm). Pada apendiks ini terdapat arteria
apendikularis yang merupakan end-artery. Pada posisinya yang normal
apendiks terletak pada dinding abdomen.
Apendisitis merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai
semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetrik promer diduga
karena obstruksi lumen.
Biasanya oleh fekolit (feses keras). Penyumbatan pengeluaran sekret
mukus mengakibatkan pembengkakan. Infeksi dan ulserasi. Peningkatan
tekanan intraluminal dapat menyebabkan oklusi end-artery apendikularis. Bila
keadaan ini dibiarkan berlangsung terus biasanya menyebabkan nekrosis
gangren dan ferfusi.
2.2. GAMBARAN KLINIS
Pada kasus apendisitis akut yang klasik, gejala-gejala permulaan
adalah nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umblikus diikuti oleh anoreksia
nausea dan muntah gejala-gejala ini umumnya berlangsung 1-2 hari.

4
Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan
mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik NC burney kemudian dapat timbul
spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan
leukositus moderat. Bila ruptur apendik terjadi nyeri seringkali hilang secara
dramatis untuk sementara.
2.3. KOMPLIKASI
a.

Perforasi
Terjadi pada 20% pasien rasa sakit yang bertambah demam tinggi
rasa nyeri yang menyebar dan jumlah leukosit yang tinggi merupakan
serta kemungkinan terjadinya perforasi.

b.

Peribritis
Difus atau umum peritoritis ini merupakan salah satu akibat perforasi
periroritis disertai rasa sakit yang hebat, rasa nyeri kembung, demam
serta keracunan.

c.

Abses Apendik
Merupakan sebab lain dari perforasi. Terasa suatu masa lunak
dikuadran kanan bawah atau di daerah peiris. Massa ini pula-pula
berupa piegme tetapi dapat berkembang menjadi rongga yang
mengandung nanah.

d.

Pileflebitis (tromboprebitis septik uera portas)

2.4. PENGOBATAN
a. Persiapan sebelum operasi
1.

Kalau diagnosis tak pasti maka pasien harus diamati dan


periksa abdomen serta pelvisnya pada interval waktu TH. Tak
ada yang boleh diberikan melewati mulut di tunda sampai ada
keputusan bila pasiennya tak merasa sakit hebat.

2.

Selang nasogastruk dimasukkan kalau abdomen kembung


atau kalau pasien mengalami keracunan (toksik)

5
3.

Anak muda yang mengalami appendiksitis sederhana sering


tidak perlu mendapatkan tambahan cairan IV elektrolit Baya
lanjut usia dan psien yang sakit parah harus diganti apa yang
kurang sebelum mereka mengalami operasi.

4.

Kalau diperkirakan ada operasi maka diberikan antibiotika


demam tinggi terutama pada anak kecil harus diturunkan
sebelum anak itu diberi anostesi.

b. Operasi
1.

Appendiktomi

merupakan

satu-satunya

pengobatan

appendiksitis sederhana atau appendiksitis perporesi yang


disertai peritonitis kalau tersedia fasilitasnya. Kalau tidak
diberikan gannya antibiotika IV dosis tinggi.
2.

Kalau appendik dibuang apabila appendiknya mengalami


porperasi bebas maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotika drainase tak berguna kecuali
terdapat abses yang berbatas tegas.

3.

Abses appendiks diobati dengan antibiotika IV masanya


mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase
dalam jangka waktu bebreapa hari. Appendiktomi dilakukan
apabila abses drainase dilakukan operasi efektif sesudah 6
minggu-3 bulan.

c. Perawatan sesudah operasi


1.

Appendiksitis sedrhana pada hari pertama pasien sudah


mulai berjalan tak perlu dilakukan pengisapan nasogastrik
antibiotika tidak diperlukan. Cairan IV dihentikan kalau cairan
oral sudah mulai diberikan pada hari ke 2 atau ke 3. dIet
diberikan dengan cepat.

6
Pasien bisa meninggalkan rumah sakit atau keluar dari
perawatan RS dalam 3-5 hari sesudah operasi dan sudah
dapat aktif kembali seperti semula dalam jangka waktu 3
minggu.
2.

Appendiksitis perforasi pengobatan tergantung dari berat


tidaknya penaykit biasanya dilakukan pengisapan nasogastrik
antibiotika untuk 5-7 hari dan pemberian cairan IV untuk
jangka waktu yang lama. Pasien yang penyakitnya kritis
memerlukan perawatan yang insentif.

d.

Komplikasi
Infeksi terjadi pada 10% atau lebih penderita appendisitis
yang mengalami perperasi kalau insisi pada kulit ditutup primer
abses abdomen khususnya di daerah pelvis dan subfrenik
diakibatkan karena perperasi yang disertai dengan pentonitis.
Penyumbatan usus halus akibat adhesi dapat juga terjadi abses
hati merupakan akibat plebhitis.

2.5.

PROGNOSIS
Angka kematian 0-0,3% pada appendiksitis sederhana dan df atau

lebih pada yang sudah mengalami porferasi pada anak kecil dan orang tua
porferasi dapat menyebabkan kematian sekitar 10-15%. Porferasi dan
kematian diakibatkan karena pasien terlambat memeriksakan diri atau karena
keterlambatan ahli bedah atau dokter yang bersangkutan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN APPENDIKCITIS AKUT
DI RUANG PERAWATAN I RUMAH SAKIT DUSTIRA
CIMAHI

3.1.

Pengkajian

A.

Biodata

B.

Nama klien

: Tn.K

Umur

: 36 tahun

Jenis klamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sunda / Indonesia

Alamat

: Kmplek babakan Cianjur 02/IV Ngamprah

No. Registrasi

: 2858 / HI / VI / 2005

Tanggal masuk

: 8-6-2005

Tanggal pengkajian

: 9-6-2005

Riwayat Penyakit
1.

Alasan masuk Rumah Sakit


Sejak 2 hari yang lalu klien merasa nyeri perut kanan bawah
dan mual.

8
2.

Keluhan utama *P

: Paliatiu/Provokatiu
Klien tidak mengetahui secara pasti penyebab dari
penyakitnya keluhan bertambah bila klien melakukan
aktivitas dan terasa berkurang jika klien menarik
nafas panjang.

: Qualitas
Nyeri pada perut kanan bawah

: Region
Nyeri dimulai dari ulu hati menjalar ke bawah dan
kemudian menutup ke prut kanan bawah

: Skala
Nyeri

mendadak

pada

perut

kanan

bawah

mengganggu aktivitas
T

: Time
Nyeri terasa bila melakukan aktivitas dan berkurang
bila tidak melakukan aktivitas

3.

Riwayat penyakit yang lalu


Klien belum pernah merasakan keluhan seperti ini, klien belum
pernah di operasi

4.

Riwayat penyakit sekarang


Sejak 2 hari lalu klien merasa nyeri perut kanan bawah, mual

5.

Riwayat kesehatan keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama

6.

Struktur Keluarga
Klien merupakan anakan bungsu dari 4 bersaudara dan telah
menikah dikarunia 5 orang anak. Anak pertama telah menikah
dan sekarang kien tinggal bersama istri 4 orang anaknya yang
belum menikah.

9
GENOGRAM KELUARGA Tn.K

KETERANGAN

:
Laki-laki
Perempuan
Klien
Hubungan Pernikahan
Tinggal Serumah
Meninggal

10
C.

Pola Kehidupan Sehari-hari

NO
POLA
1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
Jenis
Nafsu makan
Pantangan

2.

3.

4.

D.

DI RUMAH

DI RUMAH SAKIT

3x/hari
3x/hari
Nasi, sayur dan lauk ML
1 porsi habis
porsi habis
Tidak ada
Tidak ada

b. Minum
Frekuensi
Jenis
Keluhan

6-7 gelas/hari
Air putih
Tidak ada

6-7 gelas/hari
Air putih
Alkohol dan asem

Pola Eliminasi
a.
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Keluhan

1 x/hari
Lembek
Kuning tengguli
Tidak ada

1 x/hari
Lembek
Kuning tengguli
Tidak ada

Pola Istirahat dan


Tidur
a.Siang
Jam 14.00-15.00
b.Malam
Jam 22.00-04.00

Jam 14.00-15.00
Jam 22.00-04.00

Personal Hygiene
a. Mandi
b.Gosok gigi
c.Keramas

2 x/hari pakai sabun


2 x/hari pakai odol
2 x/minggu

2 x/hari pakai sabun


2 x/hari pakai odol
2 x/minggu

Pemeriksaan fisik
1.

Keadaan umum

: Agak lemah

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda Vital

TD

: 130/90 mmHg

: 20 x/menit

: 80 x/menit

BB

: 59 kg

: 37 oC

TB

: 160 cm

11
2.

Kepala
a.

b.

Rambut

: Hitam dan tidak rontok

Kebersihan

: Nampak bersih

Alopesia

: Tidak ada kebotakan

Distribusi

: Lebat merata

Mata
Bentuk

: Simetris kanan dan kiri

Konjungtiva

: Tidak anemis

Skelera

: Tidak kretik

Palpebra

: Tidak ada oedema

Fungsi penglihatan : Baik


Alat bantu
c.

d.

e.

: Tidak menggunakan alat bantu

Hidung
Bentuk

: Simetris kanan dan kiri

Sekret

: Tidak ada sekret

Polip

: Tidak ada polip

Suara nafas

: Terdengar suara nafas vasiculer

Alat bantu

: Tidak pakai alat bantu

Telinga
Bentuk

: Simetris kanan dan kiri

Kebersihan

: Tidak ada serumen

Kelainan

: Tidak ada kelainan

Fungsi

: Normal, nafas terdengar baik

Mulut
Bentuk

: Simetris atas dan bawah

Kebersihan

: Tampak bersih

Kelainan

: Tidak ada kelainan

Alat bantu

: Tidak menggunakan alat bantu

12
Bibir
Warna

: Kemerahan

Lesi

: Tidak ada lesi

Mukosa

: Lembab

Gigi
Caries

: Tidak ada caries

Gigi palsu

: Tidak memakai gigi palsu

Kelainan

: Tidak ada

Lidah

f.

Warna

: Kemerahan

Lesi

:Tidak Ada

Tonsil

: Tidak ada pembengkakan

Pharinx

: Tidak ada peradangan

Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak teraba pembesaran

g.

Pembesaran jugalaris

: Tidak teraba pembesaran

Kelainan pada leher

: Tidak ada kelainan

Dada
Thorax

: Bentuk unlercostal datar dan


simetris

Pernafasan
h.

: Diafragma

Abdomen
Bentuk

: Simetris

Acites

: Tidak ada

13
Luka operasi

: Luka operasi apendiks

Nyeri tekan

: Ya, terdapat pad abdomen kanan


bawah

i. Genetalia

j.

Testis

: Ada

Lesi

: Tidak ada

Kelainan penis

: Tidak ada kelainan

Pemasangan kateter

: Tidak terpasang

Ekstremitas atas dan bawah


Kelemahan

: Tidak ada

Kelumpuhan

: Tidak ada

Fraktur

: Tidak ada

Amputasi

: Tidak ada

Varises

: Tidak ada

Infus

: Terpasang infus pada tangan kiri

k. Kulit
Warna

: Sawo matang

Kbersihan

: Bersih

Turgor

: Baik, tidak nampak kelainan pada


kulit

E.

Data Penunjang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH

NORMAL

HB

13,6 gr%

13-16 gr%

Al

7,0 rb/mm3

4,0-10,0 rb/mm3

At

40%

38-47%

14
PEMERIKSAAN URINE
Leukosit

5-8

Eritrosit

2-3

Epitel

3-6

Co Oxalat

2-5

Warna

Jernih kuning muda

THERAPY
Infus NaCl
Amoxilin

3x1 gr

Posntand
F.

Data Psikososial
Interaksi klien terhadap perawat, dokter baik. Klien dapat beradaptasi
dengan lingkungan.

G.

Data Spiritual
Klien beraga Islam taat menjalankan ibadah dan selalu berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.

15
3.2.
NO
1.

Analisa Data
DATA

ETIOLOGI
Terputusnya jaringan

Klien mengatakan nyeri

akibat operasi

Ds. :
pada

daerah

lokal

MASALAH
Gangguan
rasa

nyaman

nyeri
Terasa nyeri

operasi
Do :
Klien tampak kesakitan
dan klien gelisah
2.

Klien post ops

Ds :
Klien

tidak

bisa

Gangguan
aktivitas

Tidak bisa melakukan

melakukan aktivitas

aktivitas sehari-hari

Do :
Klien bedrest dan dalam
aktivitas dibantu
3.

Balutan belum diganti

Ds :
Klien mengatakan rasa
gatal dan oanas pada
daerah

operasi

terjadi infeksi
Balutan tampak kotor

serta

luka belum diobati

Terasa gatal dan panas

Do :

pada daerah lokal ops

Gaas belum diganti dan


tampak kotor

Potensial

16
Prioritas Masalah
1.

Gangguan rasa nyaman nyeri

2.

Gangguan aktivitas sehari-hari

3.

Potensial terjadinya infeksi

3.3.

Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan perubahan nyaman nyeri sehubungan dengan


terputusnya jaringan ditandai dengan klien tampak kesakitan
dan tidak bisa tidur

2.

Gangguan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan klien post


ops yang ditandai dengan klien bedrest dan dalam aktivitas
klien dibantu

3.

Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan luka belum diobati


pembalut belum diganti dan tampak kotor

17

3.4.

NO
1

Proses Keperawatan
DIAGNOSA

PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONALISASI

IMPLEMENTASI
EVALUASI
TUJUAN
KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyman nyeri -Klien
merasa Atur posisi tidur Dengan mengatur Menidurkan
Klien
tenang
sehubungan

dengan nyaman

dan dan

terputusnya jaringan yang tenang


ditandai

dengan

klien -Klien

tampak

kesakitan

gelisah
Gangguan aktivitas sehari- Aktivitas
post

sehubungan
ops

tidak terganggu

jangan

merasa

dan nyaman

banyak

bergerak

yang

tidak
sehari- Bantu

klien Pasien

dengan hari terpenuhi

untuk

ditandai

melakukan
aktivitas

aktivitas, klien selalu dibantu

hari(BAB,

terjadi

infeksi Tidak

sehubungan dengan adanya infeksi

dapat Membantu untuk Klien

dpt memenuhi aktivitas melakukan

dengan klien bed rest dalam

Potensial

luka bekas operasi terlentang

tidak

dan
3

tidur dan

kesakitan
-Klien

hari

pergerakan

dan tampak

gelisah

kurangi posisi tidur klien, klien

sehari-hari

sehari

seperti mandiri

BAB, BAK dan

personal

hygiene)
terjadi -Ganti balutan

melakukan

aktivitas sehari- aktivitas dengan


hari

BAK

dapat

personal
-Dengan

hygiene
-Mengganti

dengan -Bersihkan luka mengganti balutan balutan

Infeksi

tidak

terjadi dan luka

18

rasa rasa panas dan gatal kriteria :

dan

daerah luka

betadine

-Luka berih
-Tidak

ada

berikan diharapkan
tidak
gatal

klien -Membersihkan

mengeluh luka dengan anti


dan

panas septik

tanda-tanda

pada daerah luka

infeksi

ops.
-Dengan
membersihkan luka
diharapkan
cepat kering

luka

dapat kering

3.5.

Catatan Perkembangan

NO.
1

TANGGAL
2

CATATAN PERKEMBANGAN
3

4-6-2002

S : Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi


O : Klien tampak kesakitan dan gelisah
A : Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan
terputusnya jaringan
P : Rasa nyeri dapat teratasi dengan kriteria :
- Atur posisi tidur
- Kurangi aktivitas
I : Sesuaikan dengan rencanai
E : Klien tidak merasakan sakit
R : Intervensi dihentikan

4/6/2002

S : Klien tidak bisa melakukan aktivitas


O : Klien bes rest dan aktivitas dibantu
A : Gangguan aktivitas sehubungan dgn post ops
P : Aktivitas terpenuhi, bantu klien melakukan
aktivitas sehari-hari
I : Sesuaikan dengan rencana
E : Aktivitas sehari-hari terpenuhi
R : Lanjutkan intervensi

4/6/2002

S : Klien mengatakan gatal dan panas pada


daerah ops serta luka belum diobati
O : Gaas belum diganti dan tampak kotor
A : Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan
rasa gatal dan panas serta gaas belum ganti
P : Infeksi tidak terjadi :
- Mengganti balutan
- membersihkan luka dengan anti septik
I
: Sesuaikan dengan rencana
E : Luka kering dan bersih
R : lanjutkan intervensi

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKCITIS

PARAF
4

19

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.

Kesimpulan
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi

walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering
orang dewasa muda. Sebelum era antibiotik mortalitas penyakit ini tinggi.
Pembahasan kasus lebih ditekankan pada riwayat kesehatan klien,
riwayat kesehatan keluarga, data biologis, pemeriksaan fisik, data psikologis,
menganalisa data dan melaksanakan tindakan keperawatan hingga pada
tahap evaluasi dan catatan perkembangan. Tujuan pemulangan adalah :
a.

Pasien menghadapi situasi yang ada secara realistik.

b.

Cedera dicegah.

c.

Komplikasi dihilangkan atau diminimalkan.

d.

Rasa sakit dihilangkan atau dikontrol.

e.

Luka sembuh / prosedur pembedahan, prognosis dan regimen


terapeutik dipahami dan sebelum dan sesudah operasi
dilakukan penyuluhan mengenai nutrisi dan perawatan post
Apendisitis.

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKCITIS

20

4.2.

Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Apendisitis

hendaknya diperhatikan dan ditekankan pada perawatan post operasi


Apendisitis. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya infeksi dan
pendarahan serta komplikasi lain.
Mengidentifikasi rasa nyeri penting mengingat nyeri akan menimbulkan
ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi organ-organ lain dan
mengganggu aktivitas dari pasien.

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKCITIS

21

DAFTAR PUSTAKA

1.

Anderson M.D. Cliford, (1975), Petunjuk Modern Kepada Kesehatan


Indonesia, Publishing House, Bandung.

2.

Arif Maesoer, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, EKUI,


Jakarta.

3.

Carpenito, Lynda Juan, (1998),

Diagnosa Keperawatan, ECG,

Jakarta.
4.

Doerges E. Marlyn, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, ECG,


Jakarta.

5.

Junaedi Purnawan Soesmaseto, (1982), Kapita Selekta Kedokteran,


Edisi II, EKUI, Jakarta.

6.

Long C. Barbara, (1996), Perawatan Medik di Bedah Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan, Pajajaran Bandung.

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKCITIS

22

Anda mungkin juga menyukai