BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persalinan
merupakan
kejadian
fisiologi
yang
luar.
Setiap
wanita
menginginkan
persalinannya
persalinan
kadang-kadang
dengan
yang
mengalami
operasi,
sedang
dihadapi
hambatan
baik
dan
karena
seorang
harus
ibu
dilakukan
pertimbangan
untuk
persalinan
terbagi
menjadi
dua,
yaitu
pada
dinding
perut
dan
dinding
rahim
dengan
dilakukan
dan
semakin
tinggi
tingkat
upaya
terakhir.
Pada
saat
ini
operasi
sesarea
sudah
yang
lebih
sempurna.
Hal
tersebut
menimbulkan
persalinan
atau
sekitar
22.8%
dari
seluruh
persalinan.
Angka kejadian seksio sesarea di RSUD Patut Patuh
Patju di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 berjumlah
322 operasi dengan partus lama 27 pasien, partus kasep 38
pre eklamsi
9 pasien
dengan lama
rawat rata-rata
dan
kerugian
yang
lebih
besar
seperti
risiko
dan
seperti
menghadapi
timbulnya
rasa
masalah
sakit,
fisik
pasca
perdarahan,
operasi
infeksi,
satu
adalah
persalinan
ini
perawatan
mengenai
menekankan
nifas
yang
mobilisasi.
pada
penting
Perawatan
mobilisasi
dini
dan
pasca
karena
tidur.
Setelah
cukup
beristirahat,
setelah
tidak
beberapa
berarti
hari.
Hal
ibu
ini
harus
berbaring
dimaksudkan
untuk
terus
selama
memperlancar
Mobilisasi
dini
adalah
pergerakan
yang
dilakukan
tubuh
berjalan.
untuk
melakukan
Menurut
Kasdu
peregangan
(2003)
dalam
atau
belajar
Bariah,(2010)
yang
membaik.
Pasien
yang
mengalami
operasi
pasien
post
dianjurkan
tubuhnya.
Gerak
operasi
untuk
tubuh
seksio
segera
yang
sesarea
menggerakkan
bisa
jam
anggota
dilakukan
adalah
secara
bertahap
sangat
berguna
untuk
proses
mempengaruhi
mobilisasi
secara
penyembuhan
teratur
dan
luka
operasi.
bertahap
yang
Jadi
diikuti
persalinan.
Dari
65
persalinan
terdapat
25
pasien
plasenta
seksio
sesarea
previa
5
pasien
pasien
(20%),
(16%),
riwayat
indikasi
post
lain-lain
pasien (2%).
Dalam pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post
operasi seksio sesarea telah dilaksanakan di Instalasi
Ibu dan Bayi RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat, tetapi
pelaksanaan mobilisasi dini belum optimal, dengan masih
ada pasien yang tidak melakukan mobilisasi dini, dari 25
pasien
terdapat
pasien
(36%)
tidak
mau
melakukan
di
dalam
pelaksanaan
bagian
luka
mobilisasi
operasi,
malas
dini,
untuk
mengeluh
melakukan
terlepas
dan
moblisasi
terdapat
dini
dengan
16
pasien
anjuran
(64%)
mau
perawat
dan
ini
Ibu dan
dalam
menangani
Bayi RSUD
masalah
Patut Patuh
di
atas
Patju Lombok
dirumuskan
permasalahan
adalah
sebagai
berikut
tingkat
Instalasi
nyeri
Ibu dan
pasien
Bayi RSUD
post
seksio
Patut Patuh
sesarea
di
Patju Lombok
Barat?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan persepsi pasien tentang
mobilisasi
dini
dengan
tingkat
nyeri
pasien
post
c. Menganalisa
hubungan
persepsi
pasien
tentang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman kepada peneliti dalam
melakukan penelitian terhadap hubungan persepsi pasien
tentang mobilisasi dini dengan tingkat nyeri pasien
post operasi seksio sesarea.
2. Bagi Pasien
Sebagai bahan informasi mengenai mobilisasi dini
bagi pasien post sectio caesar di Instalasi ibu dan
bayi RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk
dapat lebih mengoptimalkan dalam perawatan pada pasien
post
seksio
sesarea
sebagai
upaya
pendampingan
Pengaruh
Mobilisasi
Dini
terhadap
Proses
RSUD
Praya.
Dengan
penelitian
Praeksperimen
dengan
penelitian
ini
pada
one
dilakukan
Intervensi/tindakan
diobservasi
menggunakan
pada
case
dengan
satu
variabel
shoot
dependen
rancangan
study,
melakukan
kelompok
kemudian
setelah
dilakukan
SPSS
dan
uji
kemaknaan
statistik
< 10%.
range
spearman
Dengan demikian
dengan
hasil uji
dengan
tingkat
probabelitas
sebesar
0,000.
dengan
pendekatan
cross
sectional
dan
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Persepsi
1. Definisi
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas
dari
interaksi
lingkungan
dengan
sosial.
lingkungan
Dalam
interaksi
fisik
ini,
maupun
individu
dan
menafsirkan
masukan
informasi
proses
dimana
menginterpretasikan
impresi
mengorganisasikan
sensorinya
supaya
dan
dapat
yang
berkenaan
10
dengan
persepsi
adalah
11
beberapa
penelitian
yang
konsisten
dinyatakan
perhatian
luar
terdiri
dari
faktor
pengaruh
gerakan
Sedangkan
keterbaruan
faktor
perhatian
dan
dalam
keterbiasaan.
didasarkan
pada
akan
memilih
lingkungan
bersesuaian
dengan
stimulus
dan
stimulasi
atau
yang
dianggap
menarik
dan
proses
belajar,
motivasi
dan
kepribadian.
Persepsi tentang prosedur tetap akan diterima
oleh
makna
pengindraan
secara
secara
selektif
selektif,
dan
terampil
kemudian
diberi
diingat
secara
persepsi
yang
bebeda
tentang
prosedur
tetap
12
diawali
diterimanya
oleh
proses
stimulus
pengindraan,
oleh
alat
yaitu
indra,
proses
kemudian
mengerti
tentang
keadaan
lingkungan
yang
ada
proses
pengorganisasian,
penginterpretasian
aktifitas
yang
integrated
dalam
diri
individu.
Menurut Maramis dalam Sunaryo(2004), persepsi
adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan,
dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,
mengetahui,
atau
mengartikan
setelah
panca
indranya
mendapat rangsangan.
Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai proses
diterimanya
didahului
mengetahui,
rangsangan
oleh
melalui
perhatian
mengartikan,
panca
sehingga
dan
indra
individu
menghayati
yang
mampu
tentang
hal
13
persepsi
stimulus
datang
dari
luar,
individu
yang
bersangkutan.
Sekalipun
persepsi
indera
penelitian
penglihatan.
mengenai
Karena
persepsi
itulah
adalah
banyak
persepsi
yang
objek
laku
dan
situasi
seseorang
lingkunganya.
juga
dipengaruhi
Sementara
persepsinya
selalu
dipengaruhi
dan
cara
oleh
keadaan
berfikir
untuk
sekitarnya,
tingkah
laku
menanggapi
sesuatu
bentuk
pernyataan,
baik
lisan
maupun
perbuatan.
Menurut Walgito
14
perilaku
dapat
dibentuk,
diperoleh,
berubah
b.
adanya
rangsangan
diri individu.
Self-perseption,
yaitu
yang
datang
persepsi
dari
yang
luar
terjadi
fisiologis,
merupakan
proses
diteruskannya
15
proses
psikologik
yaitu
proses
timbulnya
persepsi
yaitu
berupa
tanggapan
dan
perilaku.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thohah dalam (Walgito, 2004) berpendapat bahwa
pada umumnya terjadi karena dua faktor yaitu, faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal
dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan
dan
kemauan.
Faktor
eksternal
adalah
faktor-faktor
mempengaruhi
pengembangan
persepsi
seseorang
antara lain:
a. Psikologis
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu
sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
b. Keluarga
16
adalah
mengembangan
keluarga.
suatu
Keluarga
cara
yang
yang
telah
khusus
didalam
dan
lingkungan
masyarakat
dalam
mempengaruhi
sikap,
nilai
dan
cara
merupakan
proses
yang
didahului
akhirnya
individu
menyadari
apa
yang
objek:
(reseptor).
objek
Stimulus
stimulus
berasal
dari
alat
luar
indra
individu
17
ke
sebagai
sebagai
otak
reseptor
alat
(pusat
untuk
syaraf
untuk
penerima
meneruskan
atau
pusat
7. Komponen-Komponen Persepsi
Baron
dan
Byrne,
(dalam
gerungan,
1996)
kognitif
yang
(komponen
berkaitan
pandangan
keyakinan,
berhubungan
dengan
perceptual),
dengan
yaitu
bagaimana
yaitu
pengetahuan,
hal-hal
orang
yang
mempersepsi
emosional),
yaitu
senang
terhadap
objek
sikap.
Rasa
senang
18
kecenderungan
bertindak
terhadap
objek
sikap.
Sunaryo
(2004)
persepsi
melewati
tiga
proses yaitu:
a.
Proses
fisik
(Kealaman)
objek
stimulus
b.
c.
otak.
Proses Psikologis proses dalam otak sehingga
individu menyadari stimulus yang diterima.
Jadi,
syarat
untuk
mengadakan
persepsi
perlu
ada
Objek
Syaraf
stimulus
reseptor
Otak
Syaraf
Persepsi
19
Konsep
ambulasi
dini
mobilisasi
yang
mulamula
merupakan
berasal
pengembalian
dari
secara
komplikasi
adalah
kegiatan
yang
suatu
sedangkan
mobilisasi
pergerakan,
dilakukan
ibu
posisi
setelah
ibu
atau
post
adanya
beberapa
jam
kemampuan
mengerakkan
ekstremitas
atas.
(Suparyanto, 2010).
Wanita yang baru bersalin memang memerlukan
istrahat dalam jam-jam pertama post partum akan tetapi
jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan maka
wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita
dan
hendaknya
jangan
dirawat
seperti
seorang
sudah
harus
bergerak
ditempat
tidur
yaitu
20
setelah
kelahiran
pervaginam
(Rukiah
et
al,
2011).
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan
sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian
bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar
berjalan.
Menurut
menyatakan
kondisi
Kasdu
mobilisasi
pasien
yang
(2003)
dini
dalam
dapat
membaik.
Bariah,(2010)
dilakukan
Pasien
yang
pada
mengalami
tidur
tetapi
harus
menggerakkan
badan
atau
mobilisasi.
Mobilisasi
yang
akan
Mobilisasi
mungkin
adalah
melakukan
dini
suatu
suatu
adalah
membimbing
pergerakan
aktivitas
kebijaksanaan
penderita
dan
atau
posisi
kegiatan.
untuk
selekas
dari
tempat
keluar
Carpenito
suatu
aspek
karena
(2000),
yang
hal
mempertahankan kemandirian.
mobilisasi
terpenting
itu
pada
esensial
dini
fungsi
untuk
21
mobilisasi
dini
adalah
suatu
upaya
penderita
untuk
mempertahankan
fungsi
fisiologis.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak
dengan
bebas
dan
imobilisasi
mengacu
pada
rentang
mobilisasi-imobilisasi,
tetapi
pada
mempercepat
mencegah
pemulihan
komplikasi
paska
paska
bedah.
bedah
Banyak
dan
dapat
keuntungan
seperti
terjadinya
dekubitus,
kekakuan
atau
22
peristaltik
keluhan
maupun
nyeri
melakukan
di
berkemih.
daerah
mobilisasi
Sering
operasi
ataupun
kali
klien
dengan
dengan
tidak
alasan
mau
takut
Carpenito
(2000)
dalam
mobilisasi
otot-otot
dan
persendian
dengan
serta
ototnya
sendi
secara
dengan
aktif
menggerakkan kakinya.
cara
misalnya
menggunakan
berbaring
ototpasien
23
untuk
dapat
penuh
bergerak
merupakan
secara
melakukan
penuh
interaksi
kemampuan
dan
bebas
sosial
dan
fungsi
saraf
motorik
volunter
dan
dengan
batasan
bergerak
secara
bebas
gangguan
saraf
motorik
jelas
karena
dan
dan
tidak
dipengaruhi
sensorik
pada
mampu
oleh
area
24
Mobilitas
sebagian
permanen
merupakan
sifatnya menetap.
Hal tersebut
batasan
disebabkan
mobilisai
seseorang
karena
gaya
hidup
kemampuan
melakukan
mobilitas
dapat
budaya
kemampuan
yang
adat
sering
mobilitas
mengalami
dan
yang
gangguan
budaya
berjalan
kuat:
memiliki
sebaliknya
mobiltas
tertentu
jauh
(sakit)
dilarang
orang
karena
untuk
beraktifitas.
d. Tingkat energi, energi adalah sumber untuk melakuka
mobilitas, agar seseorang dapat melakukan mobilitas
yang baik, dibutuhkan energi yang cukup.
25
e. Usia
dan
status
perkembangan.
Terdapat
perbedaan
ini
dikarenakan
kemampuan
atau
kematangan
Dengan
akan
bergerak,
kembali
normal
otot-otot
sehingga
perut
otot
dan
perut
demikian
mempercepat
ibu
merasa
memperoleh
kesembuhan.
b.Mobilisasi dini
sehat
dan
kekuatan,
memungkinkan
membantu
mempercepat
mengajarkan
segera
demikian
ibu
akab
cepat
merasa
sehat
dan
mengurangi
komplikasi
resiko
kandung
terancam
kemih,
trombosis
konstipasi
pulmonal.
6.
dan
vena,
emboli
26
a. Peningkatan
suhu
tubuh.
Karena
adanya
involusi
dikeluarkan
dan
menyebabkan
infeksi
dan
karena
kontraksi
membentuk
dan
sisa
plasenta
sehingga
menyebabkan
bertahap
berikut
ini
akan
dijelaskan
tahap
operasi,
seksio
Mobilisasi
menggerakkan
pada
sesarea
dini
yang
lengan,
jam
harus
bisa
tangan,
pertama
tirah
ibu
pasca
baring
dulu.
dilakukan
adalah
menggerakkan
ujung
27
tumit,
menegangkan
otot
betis
serta
menekuk
dan
menggeser kaki.
b. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring
kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo
emboli.
c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai
belajar untuk duduk.
d. Setelah
ibu
dapat
duduk,
dianjurkan
ibu
belajar
berjalan.
8. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
a. Hari ke 1
1)Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat
dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita atau ibu
sadar.
2)Latihan
pernafasan
dapat
dilakukan
ibu
sambil
kecil
yang
gunanya
untuk
melonggarkan
diri
pulih.
ibu
atau
penderita
bahwa
ia
mulai
28
atau
ibu
yang
sudah
melahirkan
secara
teratur
dengan
istirahat
dan
bertahap
dapat
serta
membantu
penyembuhan ibu.
C. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan
nyeri
tingkatannya,dan
menjelaskan
hanya
atau
orang
tersebutlah
mengevaluasi
rasa
yang
dapat
nyeri
yang
dialaminya(Alimul, 2006).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
29
yang
aktual
atau
potensial
(Brunner
dan
Suddarth,
2001)
Menurut International Association for the Study
of
Pain,
(2005),
IASP
yang
dikutip
mendefinisikan
subjektif
dan
nyeri
pengalaman
oleh
Potter
sebagai
dan
suatu
emosional
Perry
sensori
yang
tidak
atau
potensial
kejadian-kejadian
di
atau
mana
yang
terjadi
dirasakan
kerusakan
dalam
(Potter
(2005),
sesuatu
yang
mendefinisikan
dikatakan
nyeri
seseorang
adalah
segala
tentang
nyeri
apat
menjelaskan
dan
mengevaluasi
perasaan
sensori
menyenangkan,
objektif.
mendengarkan
nyeri
Mengamati
tangisan
dan
emosional
memperlihatkan
ekspresi
atau
erangan
yang
beberapa
tidak
bukti
wajah
pasien,
dan
mengamati
30
jantung)
dapat
memberi
petunjuk
mengenai
diatas
sangat
tidak
dapat
diandalkan
Stimulus
penghasil
nyeri
mengirimkan
impuls
sel-sel
inhibitor,
mencegah
stimulus
nyeri
ke
korteks
menginterpretasi
serebral,
kualitas
nyeri
maka
dan
otak
memproses
terjadi
stimulus
karena
nyeri
ada
bagian/organ
tersebut,
yaitu
yang
reseptor
31
saraf
(reseptor)
yang
memiliki
fungsi
memberi
et al, 2002).
dalam
dinding
tertentu,
misalnya
juga
di
periosteum,
yang
merangsang
nyeri
sifatnya
bisa
stimulus
substansi seperti
menyebabkan
pelepasan
substansi P, prostaglandin,
reseptor
transmisi
di
neural,
nosiseptor
yang
untuk
dikaitkan
memulai
dengan
nyeri
reseptor
nyeri
kombinasi
dengan
saraf,
yang
dihasilkan
oleh
stimulus
Dua
mengkonduksi
tipe
serabut
stimulus
nyeri:
saraf
serabut
perifer
A-delta
yang
dan
32
dalam
dorsalis,
substansi
neurotransmiter
dilepaskan,
sinapsis
sehingga
dari
saraf
seperti
menyebabkan
perifer
suatu
(sensori)
kornu
P
transmisi
ke
saraf
2005),
impuls
yang
ditransmisikan
memungkinkan
lebih
jauh
ke
dalam
nyeri
sistem
saraf
yang
menstimulasi
berakhir
daerah
di
otak
tersebut
tengah,
untuk
yang
mengirim
33
Serabut
ini disebut
serabut
mentransmisikan
pesan
nyeri
ke
mengontrol
emosi,
khususnya
untuk
mempersepsikan
sensasi
nyeri
dan
terjadilah
berinteraksi
neurofisiologis
Meinhart
interaksi
dan
dengan
dalam
mempersepsikan
McCaffery
persepsi
faktor-faktor
menjelaskan
nyeri
sebagai
nyeri.
3
sistem
sensori-
34
diskriminatif,
motivasi-afektif
dan
kognitif-
nyeri
dapat bereaksi.
menyadarkan
itu
individu
dan
35
c.Reaksi
Reaksi
terhadap
fisiologis
dan
nyeri
perilaku
merupakan
yang
respons
terjadi
setelah
mempersepsikan nyeri.
1) Respon fisiologis
Nyeri dengan intensitas yang ringan hingga
sedang
dan
nyeri
yang
superfisial
menimbulkan
umum.
sistem
fisiologis.
menjadi
Stimulasi
saraf
Bila
pada
otonom
sistem
simpatis
menghasilkan
berlangsung
berat,
cabang
respon
terus-menerus
saraf
atau
parasimpatis
mengindikasikan
nyeri
meliputi
nyeri,
postur
tubuh
membengkok,
dan
Seorang klien
mungkin
menangis
gelisah
sering
memanggil
atau
mengaduh,
perawat.
Namun
atau
kurangnya
nyeri.
Ada
fase
pengalaman
nyeri
36
2005),
yaitu
antisipasi,
sensasi
dan
akibat
(aftermath).
Antisipasi
terhadap
nyeri
memungkinkan
merasakan
Sensasi
nyeri.
terhadap
nyeri
dengan
beda,
tergantung
nyeri
terjadi
Individu
bereaksi
cara
yang
berbeda-
toleransinya.
Toleransi
berkurang
masih
atau
memerlukan
klien
perhatian
Klien
mungkin
perawat.
Jika
berulang,
maka
respon
akibat
dapat
menjadi
memperoleh
meminimalkan
kontrol
rasa
dan
takut
harga
akan
diri
untuk
kemungkinan
37
cepat
dengan
intensitas
yang
bervariasi
berkaitan
dengan
mengindikasikan
telah
terjadi.
kenyataan
Hal
bahwa
cedera
bahwa
ini
spesifik.
kerusakan
menarik
nyeri
ini
atau
Nyeri
cedera
perhatian
benar
terjadi
pada
dan
Untuk
dijelaskan
beberapa
tujuan
sebagai
detik
Suddarth, 2001)
definisi
nyeri
hingga
nyeri
yang
enam
akut
berlangsung
bulan
(Brunner
dapat
dari
dan
38
ahirnya
pengobatan
akan
menghilang
setelah
keadaan
dengan
pulih
atau
pada
tanpa
area
yang
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul
secara
perlahan-lahan,
biasanya
berlangsung
dalam
sindrom
nyeri
kronis,
dan
nyeri
konstan
atau
yang
Nyeri
penyembuhan
dapat
kronis
yang
dikaitkan
adalah
menetap
ini
nyeri
sepanjang
berlangsung
diperkirakan
dengan
dan
penyebab
suatu
periode
diluar
waktu
sering
atau
tidak
cedera
mampuan
kronik
fisik
merupakan
dan
penyebab
psikologis
utama
sehingga
39
untuk
melakukan
aktivitas
sehari-
40
Nyeri Akut
Memperingatkan
adanya cedera atau
masalah
Mendadak
Intensitas
Durasi
Respon
Otonom
Komponen
psikologis
Konsisten dengan
respon stress
simpatis
Heart rate
meningkat
Volume sekuncup
meningkat
Tensi meningkat
Dilatasi pupil
meningkat
Tegangan otot
meningkat
Motilitas
gastrointestinal
menurun
Aliran saliva
menurun (mulut
kering)
Ansietas
Respon
jenis
lainnya
Contoh
Nyeri Kronik
Tidak ada
Terus menerus/
intermiten
Ringan s.d berat
Lama (6 bulan atau
lebih)
Tidak terdapat
respon otonom
Depresi
Mudah marah
Menarik diri
dari minat dunia
luar
Menarik diri
dari persahabatan
Tidur terganggu
Nafsu makan
menurun
Libido menurun
Nyeri kanker,
neuralgia trigeminal
41
mengubah
terlibat
sebagai
dalam
sistem
stimulus
menjadi
transmisi
dan
nasoseptif.
nyeri.
persepsi
Sensifitas
Sistem
nyeri
dari
yang
disebut
komponen
saat
pertama
individu
menerima
tahap
ini
nyeri
sangat
hebat
tapi
melalui
pelepasan
endorphin.
Reaksi
menurunkan
reaksi
noropinefrin
sehingga
42
6.Macam-Macam Nyeri
a. Nyeri fisik
Nyeri
yang
diakibatkan
adanya
kerusakan
atau
kelalaian organ.
b. Nyeri perifer
1)
Nyeri pada kulit
Mukosa terasa tajam atau seperti ditusuk, akibat
rangsang fisik, mekanik dan kimia.
2)
pada
daerah
visceral,
sendi
pleura,
dan
peritoneum.
3)
c.
Menjalar (refered)
a) Kejang otot di daerah lain.
b) Nyeri dirasakan pada daerah
yang
jauh
dari
sumber ragsangan.
c) Sering terjadai pada deep pain.
Nyeri sentral (central pain)
Akibat rangsangan pada tulang belakang, batang
otak dan talamus.
d. Nyeri psikologis
Keluhan nyeri tanpa adanya kerusakan pada
organ
tempat
dan
tingkat
(rekayasa).
keparahan
berubah
43
tubuh
muntah,
pernafasan
bergesaran,
meringis,
marah,
meningkat,
depresi,
tensi
singkop,
disphoresis,
otot
meningkat,
manusia
sebagai
system
terbuka
untuk
dari
Hipotalamus
reseptor
merespon
perifer
atau
terhadap
stimulus
korteks
serebral
44
dan
menyebabkan
mekanisme
hilangnya
korteks
andrenal
situasi
hipofise
menyediakan
energi
pada
kondisi
emergency
untuk
stress
seperti
turunnya
sistem
imun
pada
dapat
terjadi
syok
ataupun
prilaku
yang
maladaptive.
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri
a. Usia
Usia
mempengaruhi
merupakan
nyeri,
variable
khususnya
penting
pada
anak-anak
yang
dan
kelompok
bagaimana
anak-anak
usia
dan
ini
dapat
lanjut
mempengaruhi
usia
bereaksi
45
berespon
terhadap
nyeri
(bagaiman
nyeri
sedang
bersalin
akan
mempersepsikan
nyeri
pukulan
kualitas
nyeri
dari
pasangannya.
dipersepsikan
Derajat
klien
dan
berhubungan
nyeri
dapat
mempengaruhi
persepsi
nyeri.
dengan
(Potter, 2006).
f. Keletihan
respon
nyeri
yang
menurun
46
nyeri
selalu
berarti
bahwa
individu
(serangan,
kekerapan,
sebab).
Cara
pendekatan
47
yang
digunakan
adalah
mengkaji
PQRST
(Iqbal
Mubaraq,2007):
P :Provoking
(pemicu)
factor
yang
mempergawat
atau
meringankan nyeri.
Q :Quality (kwalitas) tumpul, tajam dan merobek.
R :Region (daerah), yaitu daerah perjalanan ke daerah
lain.
S :Severity (keganasan) atau intensitas.
T :Time
(waktu)
serangan,
lamanya,
kekerapan
dan
sebabnya.
Menurut Bunner & Suddarth (2001) ada beberapa metode
dalam
mengkaji
nyeri
yang
dirasakan
pasien
antara
lain:
a. Skala
intensitas
nyeri
deskriptif
skala
sebuah
garis
yang
terdiri
dari
tiga
48
intensitas
nyeri.
Skala
tersebut
adalah
nyeri
Ujung
kiri
tidak
terjadi
biasanya
nyeri
rentang
menandakan
tidak
sedang
ujung
tersebut.
ada
kanan
atau
biasanya
menilai
hasil,
sebuah
penggaris
Nyeri Hebat
Tidak ada
nyeri
Tidak
Nyeri
1
0
Nyeri
Nyeri
Nyer
Sang
Ringa
Sedan
i
at
n
g
Bera
Nyeri
2.3 Skala Skala
Nyeri Nyeri
Bourbanais
TabelGambar
2.4 Keterangan
Bourbonais
t
Skala
Tingkat
Keterangan
Skor
49
nyeri
Tidak nyeri
1-3
Nyeri
ringan
4-6
Nyeri
sedang
79
Nyeri berat
10
Nyeri
sangat
berat
Secara obyektif
pasien dapat
berkomunikasi dengan
baik
Secara obyektif
pasien mendesis,
menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi
nyeri, dapat
mendiskripsikannya,
dapat mengikuti
perintah dengan baik.
Secara obyektif
pasien terkadang
tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih
respon terhadap
tindakan , dapat
menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya,
tidak dapat di atasi
dengan alih posisi,
nafas panjang dan
distraksi
pasien sudah tidak
mampu lagi
berkomunikasi,
memukul
1-3
4-6
7-9
10
Tindakan
Tidak nyeri
Tanpa pengobatan
Sedikit nyeri
Tanpa pengobatan
Nyeri
cukup
menggangu Tanpa
pengobatan,
tetapi
dapat
dikontrol nyeri
efektif
dengan tindakan
dikurangi
dengan
analgesik ringan
Skala
4
Karekteristik nyeri
Nyeri
menggangu
kerja, Nyeri
Tindakan
kurang
dengan
50
tapi
masih
dapat analgesik
ringan,
dikontrol dengan tekhnik (aspiri, ibupropin).
distraksi.
5
Nyeri
tidak
bisa
dihindari dalm waktu yang
lama tetapi masih dapat
bekerja
dan
berpartisipasi
dalam
aktivivtas sosial.
Tidak
bias
bicara, Analgesik
kuat
menangis dan pusing.
sebagian efektif
10
Pengaruh
kesadaran (Syok)
Selama
Nyeri
deangan
kuat
vicodin)
jam.
3-4
jam.
dikurangi
analgesik
(kodein,
selama 3-4
tingkat Analgesik
kuat
sebagian efektif
akan
menyebabkan
memindahkan
penyebab
stimulus
umum
meningkatkan
rasa
individu
nyeri.
nyeri.
kecepatan
bereaksi
Spasme
Spasme
metabolisme
dengan
otot
otot
cara
merupakan
juga
jaringan
akan
otot
51
rasa
nyeri.
Maka
sinyal
nyeri
mekanik
lamina I (Lamina
ini
akan
terletak
mengirimkan
disisi
lain
signal
medulla
serabut
panjang
spinalis
dalam
meskipun
mengabaikannya.
pada
Teori
kerusakan
ini
dan
jaringan
mengusulkan
bahwa
pertahanan/gerbang
sel-sel
dorsalis
pada
gelatinosa
medula
ini
substansia
spinalis,
dapat
di
talamus
ditemukan
dalam
kornu
dan
sistem
52
limbik
(Clancy
2005).
Teori
&
Mc
Vicar dalam
ini
mengatakan
Potter
bahwa
&
Perry,
impuls
saat
sebuah
pertahanan
pertahanan
tersebut
nyeri
impuls
tertutup.
merupakan
Upaya
dasar
terapi
menghilangkan nyeri.
Transmisi
impuls
nyeri
melalui
pintu
gerbang
dengan
adanya
akan
terbuka
untuk
gerbang.
mentransmisi
Sinyal
nyeri
impuls
ini
melalui
bisa
diblok
adalah
serat
saraf
bermielin
yang
besar
lebih
serabut
cepat
C.
daripada
Serabut
ini
serabut
berespon
delta
terhadap
atau
masase
et
non
al,
fisiologi,
sibuk
sehingga
terganggu
dengan
nyeri.
2002).
Serabut
hal
membuat
mencegahnya
impuls
ini
Ketiga
yang
banyak
ini,
otak
untuk
datang
terdapat
dalam
tetap
terlalu
dari
sumber
di
kulit
53
menutup.
dapat
Diyakini
terlihat
punggung
klien
saat
mekanisme
penutupan
ini
seorang
perawat
menggosok
lembut
(Potter
&
dengan
Perry,
2005).
b. Neuroregulator: endorphin
Neuroregulator
mempengaruhi
transmisi
peranan
yang
nyeri.
Substansi
atau
stimulus
substansi
penting
dalam
ini
saraf
memegang
suatu
ditemukan
yang
pengalaman
di
lokasi
kelompok,
yakni
neurotransmiter
neuromodulator. Neurotransmiter
dan
seperti
substansi
eksitator
dan
inhibitor.
tersebut
Neuromodulator
mentransfer
tanda
saraf
melalui
sebuah
yakni
dengan
efek
neurotransmiter
(berasal
dan
meningkatkan
juga
dari
kata
enkefalin,
dan
tertentu.
endogenous
serotonin,
54
noradrenalin
adalah
dan
gamma-aminobutyric
acid (GABA)
contoh neuromodulator.
Enkefalin
menghambat
impuls
impuls
ini
di
dan
nyeri
dalam
endorphin
dengan
otak
dan
diduga
dapat
memblok
transmisi
medula
spinalis.
orang
oleh
gen
yang
(Guyton
berbeda.
&
Hall
Kadar
ini
dikendalikan
dalam
Potter
&
Perry,
2005).
Tehnik distraksi, konseling dan pemberian
plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin
(Potter & Perry, 2005).
D. Konsep Seksio sesarea
1. Pengertian Sectio Caesaria
Istilah Seksio sesarea berasal dari perkataan
Latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini
sering
dijumpai
dalam
roman
law
(lex
regia)
dan
harus
keluarkan
dari
dalam
rahim
(Muchtar,2001).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan
janin
dengan
membuat
sayatan
pada
dinding
uterus
55
melalui
dinding
depan
perut
atau
vagina
(Muchtar,2001).
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan
utuh
serta
berat
janin
diatas
500
gram
(Prawiharto, 2004).
2. Jenis-Jenis Seksio Sesarea
a. Seksio sesarea transperitoneal
Seksio Sesarea klasik atau korporal yaitu
dengan
melakukan
sayatan
vertikal
sehingga
melakukan
kiri
sayatan
kekanan
pada
atau
segmen
insisi
bawah
melintang
rahim
dan
demikian
tidak
(Muchtar, 2001).
3. Indikasi Seksio Sesarea
membuka
kavum
abdominal.
56
a. Plasenta
previa
sentralis
dan
lateralis
(posterior).
b. Panggul sempit
Holemr
mengambil
batas
terendah
untuk
lintang
(Greenhil
dan
Estman
sama-sama
sependapat):
a) Bila
ada
kesempitan
panggul,
maka
seksio
57
letak
lintang
dengan
janin
hidup
dan
besar
biasa.
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan seksio sesarea, walau tidak
ada perkiraan panggul sempit.
c) Multipara
dengan
letak
lintang
dapat
lebih
bokong,
seksio
sesarea
dianjurkan
pada
rangkap,
bila
reposisi
tidak
berhasil.
5) Gemelli,
menurut
Eatman
seksio
sesarea
dianjurkan:
a) Bila
janin
pertama
persentasi bahu,
b) Bila terjadi interlok,
letak
lintang
atau
58
4.Komplikasi
a. Infeksi puerperal
Infeksi
puerperal,
bersifat
ringan,
seperti
beberapa
hari
seperti
semua
dalam
peradangan
kenaikan
masa
peritonitis.
komplikasi
nifas,
Infeksi
yang
ini
suhu
selama
bersifat
puerperalis
disebabkan
oleh
bisa
berat
adalah
masuknya
dan
nifas
(Sarwono
Prawirohardjo,
2005:689).
Infeksi puerperalis adalah infeksi peradangan
pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab
apapun
dengan
ketentuan
meningkatnya
suhu
badan
seperti
eksugen,
autogen
dan
endogen.
dan
anaerop
yang
sebenarnya
tidak
59
predisposisi
infeksi
puerperalis, diantaranya:
1)Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi
persalinan terlantar,
2)Tindakan operasi persalinan,
3)Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan
darah,
4)Ketuban
pecah
dini
atau
pada
pembukaan
masih
ante
partum
pada
saat kehamilan,
ibu
hamil
dengan
dan
postpartum,
anemia
malnutrisi, kelelahan
penyakit
infeksi
dan
seperti
60
atau
karena
atonia
uteri.
Faktor-faktor
yang
20
merupakan
pasca
tahun
faktor
atau
lebih
risiko
persalinan
dari
terjadinya
yang
dapat
35
tahun
perdarahan
mengakibatkan
kematian maternal.
Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20
tahun
fungsi
reproduksi
seorang
wanita
belum
mengalami
reproduksi
penurunan
normal
dibandingkan
sehingga
kemungkinan
fungsi
untuk
setelah
persalinan
yang
lebih
tinggi
daripada
perdarahan
pasca
usia
30-35
tahun
mengalami
penurunan
pasca
61
dapat
mengakibatkan
kematian
maternal.
angka
kejadian
perdarahan
pasca
satu),
menghadapi
faktor
ketidaksiapan
persalinan
yang
pertama
penyebab ketidakmampuan
menangani
komplikasi
ibu
yang
dalam
merupakan
ibu hamil
terjadi
dalam
selama
umum
antenatal
care
adalah
sehingga
angka
morbiditas dan
mortalitas
antenatal
yang
baik
dan
setelah
persalinan
yang
mengakibatkan
62
kematian
maternal
dapat
diturunkan.
Hal
ini
4)Perdarahan
setelah
persalinan
dan
kadar
hemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai
normal.
Dikatakan anemia
jika kadar
hemoglobin
lebih,
hilangnya
dan
jika
tanpa
adanya
akan
mengakibatkan
darah
hal
penanganan
sebanyak
ini
terus
yang
tepat
turunnya
kadar
500
ml
dibiarkan
dan
akurat
hemoglobin
infus cairan
(larutan
garam fisiologis,
63
plasma
ekspander,
transfusi
darah, kalau
demikian,
Mencegah
pada
Dextran-L,
terapi
atau
kasus
dan
perlu oksigen.
terbaik
adalah
sekurang-kurangnya
kasus
sebagainya),
yang
Walaupun
pencegahan.
bersiap
disangka
akan
siaga
terjadi
dengan
melakukan
baik.
Ibu-ibu yang
antenatal
care
yang
mempunyai predisposisi
atau
kadar
(hemoglobin),
tersedia
fisik,
keadaan
golongan darah,
donor
darah.
umum,
kadar
dan bila
Sambil
Hb
mungkin
mengawasi
penderita
yang
sudah
menderita
perdarahan
post
partum,
persalinan
64
luka
kandung
kencing,
embolisme
paru-
yang
kuatnya
baru
parut
kemudian
pada
tampak,
dinding
ialah
uterus,
uteri. Kemungkinan
peristiwa ini
lebih
uteri
dapat
terjadi
secara
spontan
atau
atau
pasca sectio
caesar) serta
dapat
65
section
(insisi
longitudinal)
kira-kira
4%7%.
vital
harus
diperiksa
jam
66
bising
usus
belum
terdengar
pada
hari
sebentar,
sekurang-kurang
kali
pada
hari
67
cek
kembali
tidak
bila
terdapat
kehilangan
darah
atau
keadaan
lain
menunjukkan
biasa
yang
yang
hipovolemia.
g.Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post
operasi
jika
pemasangan
ibu
memutuskan
pembalut
payudara
tidak
yang
menyusui,
mengencangkan
aman
bila
diperbolehkan
pulang
dari
rumah
(biologis,
psikologi,
kimia
dan
fisik
(NANDA,2006).
b. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada
konsep
diri,
transmisi
kontak
interpersonal,
68
c. Risiko
tinggi
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
Pasien seksio
sesarea
Faktor yang
mempengaruhi
persepsi:
Psikologis
Keluarga
Budaya
Persepsi
pasien
tentang
mobilisasi
dini
Masalah-masalah
Keperawatan
pasien post
seksio sesarea:
1. Ansietas
Komponen dalam
persepsi:
2.Risiko tinggi
terhadap
infeksi
- Aspek
Kognitif
3.Perubahan
eliminasi urin
- Aspek afektif
- Aspek
Konaktif
4.Gangguan
nyaman:nyeri
Tingkat Nyeri :
Perawatan Post
Seksio sesarea:
1.Tidak ada
nyeri
a. Ambulasi/
Mobilisasi
dini.
2.Nyeri ringan
3.Nyeri Sedang
4.Nyeri Berat
5.Sangat Nyeri
69
Keterangan
:Diteliti
:Tidak diteliti
:Berhubungan
\
sementara
terhadap
permsalahan
penelitian,
nyeri
pasien
post
operasi
seksio
sesarea
di
70
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Pada
penelitian
sesarea
penelitiian
adalah
yang
ini
semua
dirawat
di
pasien
yang
menjadi
post
Instalasi
Ibu
subjek
operasi
dan
seksio
Bayi
RSUD
merupakan
seluruh
subjek
(manusia,
71
dapat
mewakili
atau
representatif
adalah
pengambilan
menggunakan
tehnik
sampel
dalam
sampel
non
penelitian
probability
sampling
merupakan
cara
pengambilan
ini
menentukan
berdasarkan
dan eksklusi.
1) Kriteria inklusi
besar
pada
sampel
kriteria
dalam
inklusi
72
mempunyai kriteria
eksklusi maka
subjek
acuan
bagi
atau
desain
peneliti
penelitian
untuk
mengkaji
merupakan
hubungan
73
menggunakan
desain
survey
analitik
dengan
mencoba
tersebut
mengetahui
bisa
mengapa
terjadi,
kemudian
masalah
kesehatan
melakukan
analisis
dengan
faktor
efek
(dependen,
dimana
mengumpulkan
pengumpulan
data
data,
agar
perlu
memperkuat
dilihat
hasil
alat
ukur
penelitian
(Alimul,2009).
Adapun tehnik pengumpulan data dan pengelolahan
data dalam penelitian ini meliputi:
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
74
arti
lebih
cermat,
lengkap
dan
sistematis
a. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang
digunakan
responden
dalam
untuk
arti
memperoleh
laporan
informasi
tentang
dari
pribadinya,
pasien
tentang
mobilisasi
dini
untuk
seseorang
sasaran
penelitian
(Ryanto,2011).
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara
untuk mengukur tingkat nyeri pada responden. Dalam
pedoman wawancara peneliti menggunakan skala nyeri
bourbanais untuk mengukur tingkat nyeri responden.
75
dapat
dilaporkan
oleh
peneliti.
Dengan
yang
sesungguhnya
terjadi
pada
objek
kuantitatif
dinyatakan
reliable
adalah
suatu
apabila
dua
data
atau
yang
lebih
sama,
menjadi
atau
dua
sekelompok
menunjukkan
data
data
bila
yang
dipecahkan
tidak
berbeda
untuk
tentang
pernyataan
menguji
mobilisasi
dengan
kuesioner
dini
dibagikan
ke
dengan
sepuluh
persepsi
sembilan
responden
for
diperlukan
windows.
ialah
taraf
0,05.
signifikansi
Nilai
korelasi
yang
dari
tidak
bermakna.
Selanjutnya
untuk
memperoleh
76
12
didroup
atau
dihilangkan
sehingga
untuk
menggunakan
dengan
instrument
menggunakan
pedoman
skala
nyeri
seksio
sesarea
yang
telah
baku
penggunaannya.
2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
Dalam
proses
melakukan studi
penelitian
ini,
peneliti
perawatan
post
seksio
sesarea
di
pasien
tentang
mobilisai
menilai
persepsi
mobilisasi dini.
3) Setelah
responden
mengisih
dini,
pasien
lembar
untuk
tentang
kuesioner
77
a. Dari
lembar
kuesioner,
peneliti
dapat
menilai
dengan
menggunakan
skala
likert
dengan
(3),
tidak
setuju
(2),
dan
sangat
tidak
negatif diberi
peneliti
menilai
jawaban
dari
responden
memberi
kriteria
penilaiaan
Baik,
cukup,
pengolahan
data
untuk
mengukur
peneliti
menggunakan
skala
nyeri
bourbanais.
0
10
Tidak
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Sangat
nyeri
ringan
sedang
berat
nyeri
78
Gambar
3.1
variabel
berubah
lain,
maka
artinya
akan
apabila
mengakibatkan
oleh
berubah
varibel
akibat
lain,
artinya
perubahan
pada
variabel
variabel
bebas (Riyanto,2011:72)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
tingkat nyeri.
2. Definisi Operasional
79
Definisi
variabel-variabel
operasional
yang
akan
merupakan
di
definisi
teliti
secara
a. Persepsi
Persepsi adalah pendapat seseorang tentang
sesuatu yang dilihat, dirasakan dan dialami yang
datang dari luar maupun dari dalam diri seseorang.
b. Mobilisasi Dini
Mobilisasi
pergerakan
tubuh
dini
secara
adalah
aktif
suatu
maupun
kegiatan
pasif
yang
oleh
seseorang
yang
disebabkan
oleh
janin
yang
dilakukan
dengan
insisi
80
dinding
perut
dan
dinding
rahim
sesuai
dengan
indikasi persalinan.
e. Instalasi Ibu dan Bayi
Instalasi Ibu dan Bayi adalah suatu bangsal
yang terdiri dari tiga bidang (Nifas, NICU, ruang
tindakan
kesehatan
persalinan)
Dokter,
dengan
Bidan
terdiri
dan
dari
tenaga
Perawat
untuk
81
Tabel
3.1:
Variabel
Definisi
Operasional
Parameter
Alat Ukur
Skala
Lembar
kuesioner
Ordin
al
dengan skor:
Independen
: persepsi
pasien
tentang
Mobilisasi
dini
Tanggapan
a. Aspek
pasien
kongnitif
terhadap
pasien
pelaksanaan
tentang
mobilisasi
mobilisas
dini sesuai
i dini
dengan
b. Aspek
informasi
afektif
yang
pasien
didapatkan
tentang
tentang
sikap
pelaksanaan
tentang
mobilisasi
mobilisas
dini
i dini.
tersebut.
Skor
Baik = 31-45
Cukup =16-30
Kurang =0-15
c. Aspek
konaktif
pasien
tentang
prilaku
pasien
tentang
mobilisas
i dini.
Dependen:
Tingkat
nyeri
Nyeri
Skala nyeri
adalah
bourbanais
suatu
perasaan
menderita
yang
dirasakan
oleh
seseorang
yang
disebabkan
oleh adanya
kerusakan
fisik
Pedoman
wawancara
inter
val
0: tidak ada
nyeri
1-3: nyeri
ringan
4-6: nyeri
sedang
7-9: nyeri
berat
10:sangat
82
nyeri
F. Analisa Data
pendekatan
cross
sectional.
Untuk
mengetahui
nyeri
penelitian
ini
pasien
tehnik
post
seksio
analisa
data
sesarea.
Dalam
menggunakan
metode
transferring,
dianalisis
untuk
tabulating.
tabulating.
dibuktikan
Variabel
apakah
ditabulasi
ada
hubungan
pasien
menggunakan
uji
post
operasi
chi-square
seksio
dengan
sesarea
tingkat
dengan
signifikansi
dan
Anak,
kemudian
peneliti
melakukan
dengan
83
tentang
maksud
dan
tujuan
penelitian,
menandatangani
responden.
Namu
apabia
surat
persetujuan
responden
menjadi
menolak,
peneliti
dengan
Ny.
3. Confidential (Kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden serta
semua
data
yang
kerahasiaannya
Informasi
disebarkan
terkumpul
dan
yang
atau
hanya
diberikan
diberikan
akan
disimpan,
menjadi
oleh
koleksi
responden
kepada
orang
dijamin
peneliti.
tidak
lain
akan
tanpa
yang
diberikan
oleh
responden
dan
akan
84
H.Kerangka Kerja
Populasi Penelitian:
Semua pasien post
operasi seksio
sesarea
accidental
sampling
Sampel penelitian:
adalah pasien post
operasi seksio
sesarea
Inform
concent
Instrumen
penelitian
Instrumen
penelitian
kuesoner untuk
menilai
Persepsi paien
tentang
mobilisasi dini
Pedoman
wawancara untuk
mengukur tingkat
nyeri
Analisa data:
uji statistik
(Chi Square
test)
Hasil
kesimpulan
Bagan
3.1:
85
terdiri
atas
gambaran
umum
lokasi
penelitian,
bertempat
Gerung,
di
Kabupaten
jalan
H.L.Anggarat
Lombok
Barat
dengan
No.2,
Kecamatan
dibangun
diatas
Kabupaten
Menteri
Lombok
Kesehatan
Barat
nomor
sesuai
dengan
keputusan
660/Menkes/SK/IV/2005
dan
tanggal
15
April
(BLUD).
86
dengan
keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
0301/C.III/SK/428/2010.
2. Karakteristik Umum Responden
Di dalam data umum diuraikan tentang karakteristik
responden baik umur, pendidikan dan
pekerjaan.
Umur
Frekuwensi (Orang)
Porsentase %
<20 tahun
3
12%
21-35 tahun
18
72%
>35 tahun
4
4%
Total
25
100%
Sumber: Data Primer (Instrumen Penelitian)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat
bahwa
responden
terbanyak
berumur
21-30
tersedikit
tahun
87
Pendidikan
Frekuwensi (Orang)
Porsentase (%)
SD
12
48%
SMP
4
16%
SMA
7
28%
D1
1
4%
D3
1
4%
Total
25
100%
Sumber: Data Primer (Instrumen Penelitian)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpendidikan SD berjumlah 12
responden
(48%),
dan
sebagian
kecil
responden
Pekerjaan
Frekuwensi
Porsentase
(Orang)
(%)
1 Ibu Rumah Tangga (IRT)
13
52%
2
Petani
6
24%
3
Wiraswasta
3
12%
4
Guru
1
4%
5
Pedagang
1
4%
6
Perawat
1
4%
Total
25
100
Sumber: Data Primer (Instrumen Penelitian)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
bekerja
sebagai
ibu
rumah
88
tangga
(IRT)
berjumlah
13
responden
(52%),
sebagai
lembar
kuesioner
pada
responden
di
uraikan
Frekuwens
i (Orang)
Porsentase(%)
Baik
24%
Cukup
19
76%
25
100%
Total
89
Data
pedoman
tingkat
wawancara
yang
nyeri
responden
dilakukan
pada
berdasarkan
responden
di
Frekuwensi
(Orang)
Porsentase(%)
Nyeri ringan
12
Nyeri sedang
17
68
Nyeri berat
20
Sangat nyeri
25
100
Total
responden
berjumlah
terkecil
17
mengalami
responden
adalah
katagori
(68%),
katagori
nyeri
nyeri
sedangkan
ringan
sedang
porsentase
berjumlah
responden (12%).
c. Distribusi
Persepsi
Nyeri
Responden
Pasien
Berdasarkan
Tentang
Analisa
Mobilisasi
dengan
Hubungan
Tingkat
90
Data
mobilisasi
distribusi
dini
dengan
persepsi
tingkat
pasien
nyeri
tentang
berdasarkan
Persepsi
pasien
tentang
mobilisa
si dini
Tingkat Nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri
berat
Tot
al
Baik
12%
12%
24%
Cukup
14
56%
20%
19
76%
Total
12%
17
68%
20%
25
100%
mengalami
nyeri
ringan
sebanyak
responden
pasien
tentang
mobilisasi
dini
dengan
responden
(56%)
dan
nyeri
berat
berjumlah
responden (20%).
Berdasarkan hasil uji statistik SPSS for windows
dengan
yang
dengan
menggunakan
dipakai
nilai
uji
adalah
uji-square
pada
nilai
significancy-nya
menunjukkan
person
adalah
nilai
chi-square
0.003,
oleh
91
antara
persepsi
pasien
tentang
mobilisasi
cukup
menunjukkan
19
bahwa
responden
sebagian
(76%).
besar
Data
persepsi
diatas
responden
yang
stimulus
berasal
itu
dari
luar
individu
sendiri,
baik
sosial
yang
maupun
fisik.
Dari teori faktor-faktor persepsi diatas bahwa
setiap
responden
memiliki
pengorganisasian
dan
92
responden
dapat
memilih,
belajar,
bersikap
dan
terhadap
Sementara
tingkah
persepsinya
laku
Manusia
dan
sesuatu
akan
sekitarnya,
tingkah
masing-masing
sebagai
proses
mengorganisasikan
dipengaruhi
benda
maupun
dipengaruhi
laku
dan
sensori
cara
itu
Persepsi
seorang
dan
juga
oleh
berfikir
informasi
individu.
lingkunganya.
baik
selalu
situasi
seseorang
terhadap
peristiwa.
keadaan
objek
menurut
cara
dapat
dirumuskan
individu
memilih,
menafsirkan
masukan
informasi
pelaksanaan
mobilisasi
dini
pada
pasien
Patuh
Patju
sangat
pengaruhi
oleh
beberapa
rasa
seksio
nyeri
sesarea,
yang
dan
dirasakan
tingkat
pasien
post
pendidikan
operasi
pasien.
untuk
melakukan
mobilisasi
dini
dan
93
persepsi
Instalasi
pasien
Ibu
dan
tentang
Bayi
mobilisasi
RSUD
Patut
dini
Patuh
di
Patju
dapat
memahami,
pelaksanaan
persepsi
melakukan
bersikap
mobilisasi
ibu
tentang
mobilisasi
dan
dini,
berperilaku
dengan
mobilisasi
dini
dini
dengan
harapan
baik
dari
dalam
dengan
ibu
dan
dapat
teratur
mobilisasi dini
menunjukkan
nyeri
ringan
dari
table
bahwa
4.4
tingkat
responden
berjumlah
nyeri
mengalami
responden
(12%)
di
atas
menunjukkan
sebagian
besar
responden
ini
menunjukkan
bahwa
nyeri
yang
menjadi
mengkaji
pertimbangan
nyeri
Potter,2005).
(Clancy
utama
&
keperawatan
McVicar,1992
saat
dalam
94
akan
dirasakan
menimbulkan
ibu
post
respon
partum
nyeri.
dengan
Nyeri
sektio
yang
sesarea
Tingkat
dan
keparahan
nyeri
pasca
operatif
nyeri
bereaksi
berbeda-beda
dan
terjadi
terhadap
setiap
ketika
nyeri
indifidu
merasakan
dengan
nyeri,
cara
memiliki
yang
tingkatan
berinteraksi
dengan
faktor-faktor
sebagai
afektif
dan
sensori-diskriminatif,
kognitif-evaluatif.
persepsi
motivasi-
(Potter
&
Perry,
2005).
Dalam
interaksi
persepsi
nyeri,
nyeri,
seseorang
dan
untuk
emosi, sistem
menginterpretasi
kongnitif
pengalaman
ini
membantu
intensitas
dan
Ibu
nyeri
dan
pasien
Bayi
post
RSUD
seksio
Patut
sesarea
Patuh
di
Patju
95
post
jaringan
seksio
yang
sesarea
disebabkan
karena
oleh
adanya
luka
kerusakan
operasi
seksio
Disamping
itu,
dampak
nyeri
yang
perlu
di
perhatikan pada pasien post seksio sesarea adalah halhal yang spesifik seperti pengaruhnya terhadap pola
tidur, pola makan, energi, dan aktifitas keseharian.
Tingkat nyeri yang dirasakan oleh setiap ibu post
seksio sesarea memilki tingkat nyeri yang berbeda-beda
sehingga nyeri bekas operasi merupakan masalah utama
bagi pasien post seksio sesarea sehingga pasien masih
takut dan ragu-ragu dalam melakukan pergerakan.
Dalam
pengkajian
perawatan
tingkat
post
nyeri
operasi
sangatlah
seksio
penting
sesarea
dalam
96
nyeri
ringan
sebesar
responden
(12%),
tingkat
nyeri
sedang
sebesar
14
responden
Sunaryo
2004
bahwa
Persepsi
dapat
maupun
peristiwa.
dipengaruhi oleh
akan
di
lingkungannya
informasi
sensori
itu
individu.
Persepsi
dapat
seorang
individu
selalu
maupun
menurut
pada
cara
dirumuskan
memilih,
peristiwa yang
indifidu.
masing-masing
sebagai
proses
mengorganisasikan
dan
97
pasca
operasi
caesar
adalah
pelaksanaan
(2005),
mobilisasi
dini
early
ambulation.
panggul
dengan
Dengan
akan
melakukan
bergerak,
kembali
otot-otot
normal
sehingga
perut
otot
dan
perut
demikian
mempercepat
ibu
merasa
memperoleh
sehat
dan
kekuatan,
membantu
mempercepat
kesembuhan.
Suatu proses pembedahan setelah operasi atau post
operasi
akan
dirasakan
menimbulkan
ibu
post
respon
partum
nyeri.
dengan
Nyeri
sektio
yang
sesarea
Tingkat
dan
keparahan
nyeri
pasca
operatif
Perubahan
fisiologis
yang
terjadi
sangat
oleh
stimulus
pembedahan
merupakan
hal
tertentu.
yang
biasa
Nyeri
setelah
terjadi
pada
98
setelah
pembedahan
seperti
luka
jahitan
memahami
persepsi
dan
fisiologis
reaksi.
nyeri
Dalam
adalah
komponen
resepsi,
resepsi
nyeri
(nosiseptor)
yang
memiliki
fungsi
memberi
et
al,
menyebabkan
pelepasan
2002).
subtansi
Pemaparan
seperti
stimulus
histamine,
yang
nosiseptor.
begabung
Komponen
dengan
persepsi
lokasi
reseptor
merupakan
titik
2005).
Persepsi
menyadarkan
individu
dan
bereaksi.
Dan
yang
terakhir
komponen
reaksi
terjadi
setelah
mempersepsikan
nyeri
sehingga
99
individu
memberikan
respon
fisiologis
dan
respon
perilaku.
Analisis
mobilisasi
hubungan
dini
persepsi
dengan
tingkat
pasien
nyeri
tentang
pasien
post
Patju
dibuktikan
menunjukkan
karena
hubungan
setiap
yang
indifidu
signifikan
memiliki
cara
dan
karena
persepsi
berprilaku
pasien
yang
dalam
post
melakukan
seksio
berbeda-beda
jadi
mobilisasi
sesarea
pasien
memilki
post
seksio
dan
mempengaruhi
dalam
konaktif
pengetahuan,
melakukan
dipengaruhi
internal
dan
pasien.
oleh
sikap
mobilisasi
eksternal
pasien
dapat
prilaku
pasien
dan
dini,
faktor-faktor
Persepsi
hal
yang
post
ini
sangat
berasal
seksio
dari
sesarea.
nyeri
pasien
post
seksio
sesarea
100
seksio
sesarea,
pasien
untuk
nyeri
yang
sesarea
hal
ini
akan
melaksanakan
dirasakan
memiliki
mobilisasi
oleh
tingkat
mempengaruhi
setiap
nyeri
perilaku
dini,
ibu
yang
post
tingkat
seksio
berbeda-beda
pelaksanaan
mobilisasi
adalah
rasa
nyeri
nyeri
post
operasi
seksio
sesarea
sangat
pasien
memiliki
persepsi
baik
tentang
sesarea
dapat
mengkontrol
saat
dalam
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Persepsi pasien tentang mobilisasi dini di Instalasi Ibu
dan Bayi RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat didapatkan
dari
25
responden
terdapat
responden
(24%)
dalam
post
operasi
seksio
sesarea
di
mengalami
responden
(12%),
katagori
nyeri
nyeri
sedang
ringan
berjumlah
sejumlah
17
responden
persepsi
pasien
tentang
Saran
1. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam melakukan kegiatan
99
penelitian
dan
meningkatkan
ilmu
pengetahuan
dalam
102
bidang
keperawatan
medical
bedah
khususnya
mengenai
bedah
tentang
mobilisasi
dini
dan
tentang
sehingga
mahasiswa
tidak
kesulitan
dalam
pengelolaan
keperawatan
khususnya
meningkatnya
komunikasi,
informasi
dan
perawatan
post
seksio
edukasi
sesarea
dalam
pelayanan
penyuluhan
(KIE)
khususnya
atau
mengenai
pelaksanaan
perawat
memberikan
maupun
petugas
penatalaksanaan
pada
kesehatan
pasien
lain
post
dalam
operasi
seksio sesarea.
4. Bagi Responden Dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan motifasi
bagi responden dan keluarga dalam pelaksanaan keperawatan
post
operasi
seksio
sesarea
seperti
pelaksanaan
103