Anda di halaman 1dari 58

VOLUME X | NO.

94 / JULI 2015

ISSN 1907-6320

Vol. X No. 94 / Juli 2015

MediaKeuangan

Daftar Isi
Reportase
25 Kemenkeu Dukung

32 Fokus Alokasi Anggaran

Indonesia Science Fund

Tahun Depan

26 Kring Pajak 1500-200 Raih

Kolom Ekonom

15 Penghargaan Best Contact


Center Indonesia

Wawancara
27 Cerahnya Keuangan
Syariah Indonesia

Potret Kantor
30 Hijrah untuk Menjadi
Lebih Baik

Figur

13.
5 Dari Lapangan Banteng
6 Eksposur
10 Lintas Peristiwa

Diterbitkan oleh: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelindung: Menteri


Keuangan Bambang PS Brodjonegoro. Ketua Pengarah: Sekretaris Jenderal Kementerian
Keuangan Kiagus Ahmad Badaruddin. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab:
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Neneng Euis Fatimah. Pemimpin Redaksi:
Herry Siswanto. Redaktur Pelaksana: Dianita Suliastuti. Dewan Redaksi: Supriyatno,
Rizwan Pribhakti, Agung Ardhianto, Fery Gunawan. Redaktur Unit Eselon I: Arief Rahman
Hakim (DJBC), Wawan Ismawandi (BPPK), Hasan Lufthi (Ditjen PBN), Dendi Amrin (DJP),
Sri Moedji Sampurnanto (DJA), Etti Dyah Widyati (Itjen), Fachroedy Junianto (DJPK),
Adya Asmara Muda (BKF), Syahruddin (DJPU), Dwinanto (DJKN), Joko Triharyanto (BKF).
Redaktur Foto: Gathot Subroto, Muchamad Ardani, Fr. Edy Santoso, Eko P.W, Tino Adi
Prabowo, Andi Al Hakim, Aminuddin Afif, Muhammad Fath Kathin, Arif Setiyawan, Putu
Chandra Anggiantara, Imam Joedono, Faisal Ismail, Aditya Arifianto. Tim Redaksi: Hadi
Siswanto, Rezha S. Amran, Titi Susanti, Budi Sulistyo, Ahmady Muhajiri, Rahmat Widiana,
Dewi Rusmayanti, Iin Kurniati, Eva Lisbeth, Indri Maria, Dwinanda Ardhi, Bagus Wijaya,
Arfindo Briyan Santoso, Wardah Adina, Danik Sulistyowati, Krisna, Cahya Setiawan,
Nurul Fajar Dwi Yuwono, Mohamad Imron, Muparrih, Shera Betania, Purwito, Pandu Putra
Wiratama, Gondo Harto, Putra Kusumo Bekti, Victorianus M.I. Bimo Adi, Yeti Wulandari,
Novita Asri Hartati, Pradany Hayyu M., Irma Kesuma Dewi, C.S. Purwowidhu, Amelia Safitri,
Abdul Aziz, . Desain Grafis dan Layout: Dewi Rusmayanti, Wardah Adina, Arfindo Briyan
Santoso Alamat Redaksi: Gedung Djuanda 1 Lantai 12, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1, Jakarta
Telp: (021) 3849605, 3449230 pst. 6328. E-mail: mediakeuangan@kemenkeu.go.id.

Ekonomi Terkini

32 Bertahan Menjaga
Integritas

40 Perkuat Akuntabilitas
Anggaran di Daerah

Generasi Emas
44 Semangat Kontributif Sang
Aktivis

Opini
46 Pola Partisipatif Monev
Dana Desa

Regulasi
48 Pajak Rokok Untuk
Kesehatan

Laporan Utama
13 Belanja Modal dan Investasi

21 Infrastruktur, Lokomotif

Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi

16 Infografis

23 Kami Terus Mendorong

18 Kunci Percepatan

Eksekusi Infrastruktur

Pertumbuhan

Inspirasi
50 Bekerja dengan Etika
Renungan
52 Perjuangan Melawan
Kanker Laring

Jalan-jalan
54 Museum Affandi: Jejak
Peninggalan Sang Maestro

Selebriti
56 Wanita Tak Boleh Capek

Buku
53 Sabtu Bersama Bapak

Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi
penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan
substansi. Bagi tulisan atau artikel yang dimuat akan mendapatkan imbalan
sepantasnya.

Vol. X No. 94 / Juli 2015

MediaKeuangan

Dari Lapangan Banteng

Optimis Pertumbuhan
Ekonomi Membaik

erbagai media mengulas


mengenai perlambatan
aktivitas ekonomi kuartal I
2015. Pertumbuhan kuartal I
tahun 2015 hanya 4,7 persen,
lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sebesar 5,14
persen. Lalu, apa penyebabnya?
Dibalik akibat, tentu ada faktor
yang mempengaruhi. Perlambatan
ekonomi ini dipengaruhi oleh dua
faktor yang saling terkait. Faktor
eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal dalam hal ini
adalah perekonomian global. Tiongkok
sebagai mitra dagang utama Indonesia
mengalami perlambatan ekonomi.
Kegiatan ekspor impor negeri ini
banyak dilakukan dengan Tiongkok.
Sehingga apa yang terjadi pada
ekonomi Tiongkok pasti berdampak ke
Indonesia.

Dengan adanya perlambatan


ekonomi di Tiongkok, maka demand
terhadap Indonesia berkurang,
sehingga berdampak pada keiatan
ekspor ke Tiongkok. Padahal, bentuk
ekspor Indonesia ke Tiongkok berupa
komoditas utama, seperti beras, CPO,
dan termasuk kelapa sawit. Hal ini
mengakibatkan kegiatan ekspor kita
sangat terpukul.
Sedangkan faktor internal
dipengaruhi oleh masalah-masalah
yang sifatnya struktural. Seperti
yang kita ketahui, pemerintah banyak
melakukan restrukturisasi organisasi
Kementerian/Lembaga (K/L). Dengan
adanya perubahan nomenklatur dan
penunjukan pejabat baru, tentunya
pengambilan keputusan/kebijakan
menjadi terhambat.
Disamping itu, tahun ini kita masih
melakukan proses revisi APBN, karena

APBN yang terdahulu didesain oleh


pemerintah sebelumnya. Sehingga tidak
dapat merefleksikan visi misi prioritas
presiden atau pemerintah yang baru.
Dengan adanya revisi APBN, maka
terdapat beberapa kegiatan yang harus
dihentikan sementara.
Namun pemerintah optimis akan
adanya percepatan aktivitas ekonomi
di kuartal 2, kuartal 3, maupun
kuartal 4. Saat ini pemerintah sudah
mengalokasikan dana sebesar Rp290
triliun untuk infrastruktur. Bahkan
sampai dengan saat ini pemerintah
sudah banyak meresmikan proyek
infrastruktur. Mungkin 4.7 persen
memang cukup rendah, namun
pemerintah optimis dengan dana
yang sudah dialokasikan melalui
pembangunan infrastruktur.
Diharapkan kita bisa mencapai
pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia @KemenkeuRI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia Q1-2015 tercatat sebesar 4,7%, melambat


dibanding Q1-2014 sebesar 5.14%. Terkait perlambatan ekonomi, pemerintah
optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik. Salah satu upaya
pemerintah adalah merealisasikan belanja infrastruktur demi mengejar target
pertumbuhan ekonomi 2015. Menurut Anda, infrastruktur apa yg sebaiknya
diprioritaskan? Sampaikan #OpiniAnda segera.

tweet
tweet
www.kemenkeu.go.id

@Taipabu
Pembangunan jalan dan jembatan utk daerah
maluku khususnya pulau seram kabupaten
seram bagian barat wilayah huamual.
@Rithma_
Buat jalur kereta.. Kalau bisa sampe rumah
nenek saya {{}}

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

@magnumbreak
transportasi
@YanSundanese
musim kemarau yg panjang,
kekeringan dan kkrgn air bersih.
Pembuatan bendungan dan saluran
irigasi ssi jnji kmpye @jokowi_do2

@KemenkeuRI

Kemenkeu RI

Vol. X No. 94 / Juli 2015

Eksposur

MediaKeuangan

Sosialisasi Sepanjang Tahun

atusan jajaran aparat desa di Kabupaten Minahasa Selatan mengikuti Sosialisasi Kebijakan
Dana Desa di Aula Waleta, Selasa (5/5). Pada 2015, Kabupaten Minahasa Selatan akan
memperoleh alokasi dana desa sebesar Rp 40,9 Miliar untuk 167 desa. Sepanjang tahun ini,
pemerintah pusat secara aktif akan melakukan sosialisasi di 215 kabupaten/kota penerima
dana desa di seluruh Indonesia.

Foto
Imam Joedono

Vol. X No. 94 / Juli 2015

Eksposur

MediaKeuangan

Agar
Sampah
Tak Jadi
Masalah

engelolaan
sampah di
kawasan Taman
Nasional Komodo,
yang terletak
di antara Provinsi
Nusa Tenggara Timur
dan Nusa Tenggara
Barat, bisa dijadikan
contoh bagi tamantaman nasional lain.
Di Desa Batu Cermin,
Labuan Bajo, terdapat
Koperasi Serba Usaha
(KSU) Sampah Komodo.
KSU Sampah Komodo
memiliki misi untuk
mendidik masyarakat
agar mengurangi,
memilah, mengambil nilai
ekonomis dan mendaur
ulang sampah hingga
nilainya menjadi lebih
baik. Sementara di Pulau
Pungu, masih satu bagian
dari taman nasional itu
(kanan), masyarakat
setempat berbondongbondong mengangkat
tong sampah sumbangan
dari perusahaan asing
yang memproduksi
mutiara di sana.

Foto
Fitri Mayang Sari

Vol. X No. 94 / Juli 2015

Lintas Peristiwa

26 05
/

Teks
Novita A.H.
Foto
Arif Maulana

Peringati Isra Miraj


1436 H

09 06
/

Teks
Humas DJKN
Foto
Humas DJKN

Gedung Ditjen Kekayaan Negara


Diamankan dari Aksi Teroris
Gedung Lantai 9 Kantor Pusat DJKN yang disandera Teroris
berhasil dikuasai oleh Satuan Pasukan Khusus TNI dalam
Latihan Penanggulangan Anti Teror (Latgultor). Acara ini
dilaksanakan di Gedung Dirjen Kekayaan Negara, Jakarta
Pusat. TNI menggelar Latihan Penanggulangan Anti Teror
(Latgultor) di Gedung DJKN dan Hotel Borobudur. Latihan ini
dilaksanakan oleh gabungan pasukan khusus TNI yaitu adalah
Sat-81 Gultor Kopassus TNI AD, Denjaka TNI AL dan Satbravo
'90 Korphaskhas TNI AU. Latihan tersebut mengangkat tema
"Satuan Penanggulangan aksi Terorisme untuk melumpuhkan
dan menghancurkan kelompok teroris guna memelihara
stabilitas keamanan di wilayah Ibu Kota dalam rangka Operasi
Militer Selain Perang (OMSP).

Operasi Camar Hiu


Berhasil Tegah Sabu

31 05
/

10

MediaKeuangan

Teks dan Foto


DJPB

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)


bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) telah
melaksanakan operasi bersama perairan Teluk
Jakarta dan pelabuhan-pelabuhan sekitar
Jakarta, pada tanggal 25-31 Mei 2015. Operasi
bersama ini merupakan langkah nyata dari
nota kesepahamanan antara Kementerian
Keuangan dengan BNN. Melalui operasi
dengan sandi Camar Hiu ini, petugas berhasil
mengagagalkan upaya penyelundupan 2,176
kilogram Methamphetamine yang merupakan
narkotika golongan I. Barang tersebut
diperkirakan senilai Rp2,828 miliar. Modus
dalam penyelundupan ini adalah barang
disembunyikan dalam housing CCTV.

Kementerian Keuangan menggelar


peringatan Isra Miraj Nabi
Muhammad SAW 1436 H pada
Senin (25/5) di Aula Dhanapala
Kementerian Keuangan, Jakarta.
Peringatan kali ini mengangkat
tema Dengan Semangat Isra
Miraj Kita Sukseskan Transformasi
Kelembagaan di Lingkungan
Kementerian Keuangan. Dalam
sambutannya yang dibacakan oleh
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo,
Menteri Keuangan mengatakan
agar transformasi kelembagaan di
Kemenkeu dapat berjalan dengan
sukses, seluruh jajaran Kemenkeu
perlu mencontoh teladan Rasulullah
SAW. Keberhasilan Rasulullah
dalam melakukan transformasi
peradaban adalah terutama karena
beliau telah mampu menjadikan
dirinya sebagai uswatun hasanah
atau role model, katanya. Oleh
karena itu, ia meminta pada jajaran
pimpinan Kemenkeu pada setiap
tingkatan agar dapat menjadi teladan,
dalam mensukseskan transformasi
kelembagaan.

Agenda

12 06

Daera

Teks
DJBC

KPPBC Tipe Madya Pabean


Ngurah Rai Musnahkan BMN
Hasil Penindakan

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya
Pabean Ngurah Rai, Jumat (12/06/2015), melakukan pemusnahan terhadap
Barang Yang Menjadi Milik Negara (BMN) atas hasil penindakan selama
periode tahun 2014. Barang-barang tersebut terdiri dari berbagai macam
jenis barang diantaranya seperti MMEA (983 botol), airsoft gun & sparepart
(17 pcs), sex toys (107 pcs), Samurai (1 pcs), puluhan keping vcd porno,
ribuan butir obat-obatan, sparepart bekas dan lain sebagainya. Acara
pemusnahan BMN ini dihadiri dan disaksikan oleh pejabat dan pihak-pihak
dari instansi terkait antara lain Direktur P2, Kakanwil DJBC Bali, NTB dan
NTT, Kepala KPKNL Denpasar, Kepala KP3 Bandara Ngurah Rai, Komandan
Pangkalan TNI AU Ngurah Rai, Kepala BPOM, Kepala Kantor Pos Denpasar,
dan beberapa stakeholder.

01/07

Kepala BKF mewakili


Menteri Keuangan
menghadiri 6th
International Dialogue
di Paris

03/07

Rapat Paripurna
penyampaian
hasil pembahasan
tentang pembicaraan
pendahuluan RAPBN
2016 dan RKP di
Banggar DPR

13/07

Kepala BKF dan Kepala


PKPPIM mendampingi
Menteri Keuangan
dalam acara FFD
Pemerintah Ethiopia
di Addidas Ababa,
Ethiopia

30/07

Menerima delegasi
Kementerian
Keuangan Kamboja di
Auditorium A DJPPR

28-30/07

Sosialisasi Dana Desa


di Kabupaten Ogan
Komeng Ulu Timur

KPP Pratama Rengat


Gelar Tax Festival 2015
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Rengat mengadakan Tax
Festival di Aula KPP Pratama Rengat pada Jumat, (15/06). Acara
ini diselenggarakan sebagai wujud pengenalan pajak kepada
Generasi Muda. Kegiatan yang dilakukan berupa Lomba Cepat
Tepat Perpajakan dan diselingi Kontes Akustik (Tax In Acoustic)
di tiap jeda babak. Peserta terdiri dari para pelajar Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Kota Rengat dan sekitarnya. Penonton
juga diberikan hadiah menarik dengan menjawab pertanyaan
yang diajukan pembawa acara. Tak lupa penampilan memukau
ditampilkan Band KPP Pratama Rengat yang menamakan dirinya
Tax Rengat Youth.
h
Daera
Teks dan Foto
DJP

15 06
/

Vol. X No. 94 / Juli 2015

11

Lintas Peristiwa

17 06
/

Teks dan Foto


Direktorat APK, DJPB

Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan
resmikan Klinik
Akuntansi Akrual

15 06
/

Teks
Amelia Safitri
Foto
Biro KLI

Pemerintah Luncurkan BLU Pengelola


Dana Perkebunan Kelapa Sawit
Pemerintah meluncurkan Program Pengembangan Kelapa Sawit
yang berkelanjutan dan pembentukan Badan Layanan Umum
(BLU) Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Menurut Menteri
Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro, ini menjadi penegasan
komitmen pemerintah untuk mendukung industri kelapa sawit
serta peningkatan penggunaan biodiesel. Untuk mendukung
pelaksanaan pencampuran biodiesel dari 10 persen ke 15 persen,
maka pembentukan BLU ini adalah salah satu upaya yang
jelas untuk menegaskan komitmen pemerintah, katanya saat
konferensi pers di Jakarta pada Senin (15/06).

Mahasiswa University of
Canberra Lakukan Studi
Banding ke BPPK

18 06
/

Teks dan foto


BPPK

12

MediaKeuangan

Sebanyak 13 mahasiswa University of


Canberra, Australia, melakukan studi
banding ke Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan (BPPK), Kemenkeu pada Kamis
(18/06). Kunjungan ini merupakan bagian
dari kegiatan a short term study program
to Indonesia yang diselenggarakan oleh
program studi Advertising, Communication,
Public Relations, Design and Business.
Dalam kunjungan tersebut, para mahasiswa
mendapatkan pemahaman mengenai
komunikasi dan marketing di Indonesia,
khususnya dalam dunia pemerintahan.

Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPB)
melakukan peluncuran
Klinik Akuntansi pada
Kamis (17/06). Peluncuran
diresmikan oleh Sekretaris
Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Haryana
bertempat di Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan, Gedung Prijadi
Praptosuhardjo III, Jakarta.
Setelah peresmian, Direktur
Jenderal Perbendaharaan,
Marwanto Harjowiryono
datang berkunjung dan
sangat antusias mengamati
serta memberikan masukan
agar Klinik Akuntansi ini
dapat bermanfaat bagi para
stakeholders.

Laporan Utama

BELANJA MODAL
DAN INVESTASI
JADI TUMPUAN
PERTUMBUHAN
Ekonomi global dilanda kelesuan. Dampaknya di dalam negeri tak bisa dihindari. Pertumbuhan triwulan
I tahun 2015 hanya 4,71 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,14
persen. Pada acara MNC Business Awards 2015 di Hotel Kempinsky, Jumat (12/06), Menteri Keuangan
Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa belanja infrastruktur dan investasi akan menjadi fokus
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan di kuartal-kuartal berikutnya.

enurut Menkeu, terdapat dua jenis pelaku investasi


yang berperan penting, yaitu sektor pemerintah dan
sektor swasta. Dari sisi pemerintah, investasi dapat
dilakukan dengan kebijakan pengalokasian anggaran
untuk belanja investasi dalam bentuk belanja modal
dan belanja yang bersifat dukungan untuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Menkeu berharap program-program
pembangunan infrastruktur yang telah dan akan dilaksanakan
dengan skema tersebut memberikan dampak yang cukup besar
terhadap pertumbuhan ekonomi di akhir tahun.
Dari sektor swasta, meningkatnya arus aliran modal hanya
dapat didorong dengan memperbaiki iklim investasi. Menkeu
menjelaskan bahwa pemerintah telah melakukan beberapa
upaya untuk memperbaiki iklim investasi tersebut, antara
lain dengan mendorong pelayanan terpadu satu pintu secara
nasional. Di samping itu, pemerintah juga akan memberikan
insentif fiskal, terutama untuk investasi baru di bidang
manufaktur. Partisipasi swasta melalui kerja sama pemerintahswasta pun akan lebih didorong. Ini yang akan kami fokuskan
dengan harapan pertumbuhan bisa lebih baik daripada 2014,
kata Menkeu.
Saat ditemui di kantornya awal bulan ini, Kepala Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Luky

Alfirman, mengungkapkan bahwa pemerintah berkomitmen


untuk mendorong belanja infrastruktur pada kuartal
berikutnya. Anggaran infrastruktur telah ditambah dari Rp170
triliun menjadi Rp290 triliun.Peningkatannya lebih dari 60
persen, kata Luky. Pemerintah berharap investasi swasta bisa
meningkat dari penanaman modal asing dan dalam negeri.

Belanja masih jauh


Lebih jauh, Luky menilai menurunnya pertumbuhan
ekonomi pada kuartal I juga merupakan dampak restrukturisasi
organisasi sejumlah kementerian/lembaga (K/L). Proses
tersebut memerlukan waktu, misalnya dalam penetapan
struktur dan penetapan pejabat yang berpengaruh pada masih
jauhnya penyerapan belanja negara. Sampai dengan Mei,
realisasi belanja negara baru sebesar Rp540,5 triliun atau 27,2
persen dari pagu APBNP 2015. Meskipun demikian, penyerapan
belanja K/L sampai dengan 15 Mei 2015 sedikit lebih baik, yaitu
mencapai Rp129,5 triliun atau lebih tinggi dibandingkan tahun
lalu Rp123,8 triliun.
Pada kuartal berikutnya, tumpuan ekonomi akan berada
pada sektor belanja modal dan investasi. Sementara konsumsi
rumah tangga, meskipun masih akan menyumbang share
terbesar dalam PDB, diperkirakan akan stabil. Pada tahun
Vol. X No. 94 / Juli 2015

13

baik. Dunia internasional


akan melihat kebijakankebijakan yang dihasilkan,
termasuk janji pemerintah
untuk mempercepat
pembangunan
infrastruktur.Kalau
belanja infrastruktur
kita berhasil seperti yang
sudah direncanakan, saya
percaya rating dari S&P
bisa naik jadi investment
grade, ujar Luky.

Investasi berpeluang tumbuh

Pembangunan
MRT di Jakarta.
Foto
Kukuh Perdana

14

MediaKeuangan

lalu, kata Luky, lonjakan konsumsi dipengaruhi


oleh aktivitas kampanye pemilu.Kalau tidak ada
peristiwa khusus seperti pemilu, konsumsi akan
cenderung stabil pada angka 5-5,1 persen, ujarnya.
Luky optimistis pertumbuhan ekonomi
pada kuartal berikutnya akan lebih baik.
Apalagi belum lama ini, Lembaga Pemeringkat
Kredit Internasional Standard and Poors (S&P)
menaikkan outlook rating Indonesia dari Stable
menjadi Positive Outlook. Hal ini sekaligus
mengafirmasi rating pada BB+. Perbaikan
peringkat ini mencerminkan kemungkinan
Indonesia akan memperoleh peningkatan rating
lagi dalam 12 bulan ke depan.
Menurut Luky, peningkatan rating ini menjadi
pengakuan atas pengelolaan ekonomi dalam
negeri. Indonesia dipandang telah melakukan
upaya reformasi struktural, salah satunya
kebijakan penghapusan subsidi BBM.Peningkatan
rating menjadi recognition terhadap kebijakan
yang memang mungkin tidak populer, tapi kita
tahu bagus untuk ekonomi jangka menengah
jangka panjang, katanya.
Jangka waktu dua belas bulan ke depan
menjadi krusial untuk membuktikan bahwa
pengelolaan ekonomi masih dilakukan dengan

Selain mengandalkan
realisasi belanja modal,
masuknya aliran investasi
juga berperan penting.
Menkeu mengungkapkan
bahwa berdasarkan data
pada triwulan I, investasi
tumbuh sekitar 4 persen.
Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM)
Franky Sibarani, dalam
siaran pers bertanggal
28 April, yakin bahwa
realisasi investasi dapat
mencapai target yang telah ditetapkan sebesar
Rp519,5 Triliun. Optimisme Franky dilandasi angka
realisasi investasi Triwulan I (Januari-Maret 2015)
yang meningkat dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Menurut data BKPM, realisasi investasi
proyek penanaman modal kuartal pertama
mencapai Rp124,6 triliun. Laporan ini
menunjukkan peningkatan sebesar 16,9 persen
bila dibandingkan dengan capaian periode yang
sama tahun lalu sebesar Rp 106,6 triliun.Angka
tersebut sekaligus kembali memecahkan rekor
tertinggi realisasi investasi di Indonesia, yang
berasal dari realisasi penanaman modal dalam
negeri (PMDN),kata Franky. Nilai investasi PMDN
menembus rekor Rp42,5 triliun, naik 22,8 persen
dari Rp 34,6 triliun pada periode yang sama tahun
2014.
Rapor baik juga ditunjukkan oleh realisasi
penanaman modal asing (PMA). Secara total, ada
investasi sebesar Rp82,1 triliun atau meningkat 14
persen dari Rp72 triliun pada periode yang sama
lalu. Lima negara yang menyumbang realisasi PMA
terbesar adalah Singapura (US$1,2 miliar), Jepang
(US$1,2 miliar), Korea Selatan (US$0,6 miliar),
Inggris (US$0,4 miliar), dan Amerika Serikat

(US$0,3 miliar).
Franky mengungkapkan bahwa BKPM akan
memberi perhatian khusus terhadap upaya
peningkatan daya saing investasi Indonesia. Dalam
survei Ease of Doing Business (EODB) 2015 World
Bank Group, Indonesia masih berada di peringkat
114 dalam hal kemudahan berusaha. Terdapat
beberapa indikator yang digunakan dalam survei
itu, antara lain indikator memulai usaha, izin
mendirikan bangunan, penyambungan listrik, dan
penegakan kontrak. Ke depan, perbaikan indikator
ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
untuk menunjukkan kepada para investor bahwa
Indonesia adalah negara yang ramah terhadap
investasi.
BKPM berencana melakukan survei
sub-national doing business yaitu mengukur
kemudahan berusaha di tingkat regional. Deputi
Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal
BKPM, Farah Ratnadewi Indriani, dalam siaran pers
yang diterbitkan awal bulan ini mengungkapkan
bahwa indikator memulai usaha, perizinan terkait
pendirian bangunan, serta pendaftaran properti
merupakan indikator yang terkait langsung dengan
daya saing kemudahan berusaha di daerah.
Indikator-indikator ini akan menjadi fokus
BKPM selanjutnya. Pemeringkatan kemudahan
berusaha di daerah diharapkan semakin memacu
daerah untuk memperbaiki iklim investasinya.
Bagaimanapun, semakin baik kemudahan
berusaha di suatu daerah, semakin meningkat pula
investasi di daerah tersebut yang pada akhirnya
berimplikasi terhadap penyerapan tenagam kerja,
kata Farah.

Upaya pemerintah

"Peran APBN
menjadi
sangat
krusial.
Implementasi
APBN yang
berkualitas
akan menjadi
ujung
tombak
perbaikan."
Joko Tri Haryanto

Selain menggenjot belanja negara dan


investasi, pemerintah telah mengambil beberapa
kebijakan lain untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Langkah ini mendapat apresiasi dari
beberapa ekonom. Menurut Peneliti Badan
Kebijakan Fiskal, Joko Tri Haryanto, dalam kelesuan ekonomi, biasanya peran pemerintah memang menjadi lebih dominan. Pemerintah memiliki peran penting dalam spending allocation yang
relatif signifikan untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya.Artinya, peran APBN menjadi sangat
krusial. Implementasi APBN yang berkualitas akan
menjadi ujung tombak perbaikan, kata Joko.
Berbagai jurus dan strategi kebijakan yang
dikeluarkan untuk mempertahankan daya beli
masyarakat dan mengendalikan inflasi juga dipandang baik. Joko menyoroti kebijakan terbaru
yang dilakukan pemerintah, yaitu revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/

PMK.011/2013 tentang Jenis Barang Kena Pajak


yang Tergolong Mewah selain Kendaraan Bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM). Dalam beleid aturan tersebut,
beberapa jenis barang yang sebelumnya menjadi
obyek PPnBM, sekarang dibebaskan, antara lain
peralatan elektronik (diantaranya kulkas, mesin
cuci, TV, perekam video, microwave, dan kamera),
alat olahraga (diantaranya pemancing, golf, selam,
surfing dan menembak), alat musik (diantaranya
piano dan alat musik elektrik), branded goods
(diantaranya tas, pakaian, jam dan logam mulia),
dan peralatan rumah tangga dan kantor (diantaranya karpet, kristal, kursi, kasur dan lampu).
Namun Joko memberikan catatannya. Secara
teori, menurutnya, kebijakan keep buying strategy
yang dijalankan pemerintah melalui PMK tersebut
dapat berlawanan dengan fakta di lapangan.
Dalam periode krisis, biasanya masyarakat dan
seluruh pihak justru akan mengurangi konsumsi.
Berkurangnya demand masyarakat ini berpotensi
menyebabkan industri menjadi mandek,
pengangguran bertambah, dan inflasi makin tak
terkendali.
Sebagai langkah anitispasi, dibutuhkan solusi
menciptakan demand baru oleh pemerintah untuk
menjaga inflasi, sehingga daya beli masyarakat
tetap terjaga.Upaya mempertahankan konsumsi
di masa kelusuan ekonomi dianggap kredibel, jika
struktur barang yang dikonsumsi merupakan
barang yang diproduksi di dalam negeri, ujar
Joko. Lebih jauh Joko melihat bahwa secara
fundamental, kondisi makro ekonomi masih
kondusif. Dia mengingatkan harmonisasi kebijakan
fiskal dan moneter juga menjadi isu yang tak kalah
penting.
Di tempat berbeda, Ekonom Senior
PermataBank, Achmad Permana menilai
pemerintah perlu segera mengucurkan anggaran
belanja negara untuk turut menggerakkan sektor
riil. Permana mencontohkan penurunan daya beli
di sektor otomotif yang mencapai 30 persen, perlu
mendapat perhatian lebih. Dari sektor moneter,
kebijakan Bank Indonesia mengeluarkan Loan-toValue untuk pembiayaan KPR dan mobil dipandang
sebagai langkah yang tepat.Dengan kebijakan
itu, perbankan bisa membiayai kredit masyarakat
dan membuat masyarakat mampu mengambil
pembiayaan, kata Permana. Yang tak kalah
penting, pemerintah tetap perlu mewaspadai
faktor-faktor eksternal yang akan memberikan
pengaruh terhadap ekonomi dalam negeri.

Teks Dwinanda Ardhi


Vol. X No. 94 / Juli 2015

15

16

MediaKeuangan

Vol. X No. 94 / Juli 2015

17

Laporan Utama

KUNCI PERCEPATAN
PERTUMBUHAN

18

MediaKeuangan

Infrastruktur
dan investasi
merupakan strategi
jitu akselerasi
pertumbuhan
ekonomi nasional.

ondisi perekonomian Indonesia saat ini


bisa diibaratkan seperti seseorang yang
sedang bersepeda di jalanan menanjak.
Meskipun bergerak lambat, tetapi
dengan berbagai strategi dan kehatihatian, bukan mustahil titik puncak akan mudah
dicapai.

Strategi

Proyek
pembangunan
jalan bebas
hambatan
merupakan salah
satu bentuk
pengalihan
subsidi energi
dalam bentuk
infrastruktur.
Foto
Langgeng Wahyu

Badan Pusat Statistik beberapa waktu


lalu merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia
terkontraksi sebesar 4,71 persen atau melambat
dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya
sebesar 5,14 persen. Kepala Departemen
Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank
Indonesia, Juda Agung mengungkapkan bahwa
perlambatan ini berasal dari sisi domestik dan
eksternal.
Dari sisi domestik, perlambatan didorong
oleh lemahnya kinerja beberapa komponen
permintaan domestik terutama konsumsi
pemerintah dan investasi pada sektor
bangunan. Ini disebabkan belum terealisasinya
belanja pada beberapa kementerian dan
lembaga yang baru serta masih terbatasnya
belanja modal khususnya terkait proyek-proyek
infrastruktur pemerintah.
Rendahnya penyerapan belanja di kuartal
pertama terjadi karena proses perubahan APBN
2015 yang baru disahkan pada pertengahan
Februari 2015, diikuti dengan proses perubahan
DIPA. Di samping itu, perubahan nomenklatur
organisasi di beberapa Kementerian/Lembaga
juga turut menjadi faktor yang memperlambat
realisasi belanja negara.
Dari sisi eksternal, perlambatan ekonomi
disebabkan oleh terkontraksinya sektor
ekspor, bersamaan dengan melemahnya
permintaan global dan harga komoditas global.
Pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi tidak
secepat perkiraan semula, seiring dengan lebih
rendahnya prakiraan pertumbuhan ekonomi
Amerika Serikat dan Tiongkok, ungkap Juda.
Secara spasial, perlambatan ekonomi pada
triwulan I 2015 terjadi hampir merata di seluruh
wilayah Indonesia. Kondisi ini terjadi baik di
wilayah Jawa dan Jakarta, yang mengandalkan
sektor manufaktur, maupun wilayah Sumatera
dan Kalimantan, daerah penghasil komoditas
sumber daya alam.
Namun demikian, menurut Menteri
Keuangan, Bambang P. S. Brodjonegoro,
seperti dikutip dari laman portal Kemenkeu,
pemerintah optimis fundamental ekonomi
domestik akan tetap kuat. Pelan tapi tetap

terkendali, Bambang yakin kondisi ekonomi di


kuartal selanjutnya membaik.
Ketahanan ekonomi Indonesia tercermin
dalam beberapa indikator ekonomi kuartal
pertama 2015 (Q1 2015). Tercatat, inflasi masih
terjaga di level 7,15 persen, lebih rendah
dibanding periode sama tahun 2014 sebesar
7,32 persen. Lalu, neraca perdagangan Januari
hingga April mencatat surplus sebesar Rp2,77
miliar sementara investasi mencapai Rp124,6
triliun.
Melihat itu, Bambang menilai Indonesia
berpotensi menggenjot pertumbuhan ekonomi
di kuartal selanjutnya, salah satunya dengan
merealisasikan belanja infrastruktur. Dengan
selesainya revisi anggaran dan reorganisasi
di Kementerian, akan ada perbaikan yang
signifikan dalam realisasi belanja (infrastruktur)
pemerintah, ujarnya.
Sejumlah proyek infrastruktur yang baru
saja dimulai seperti proyek satu juta rumah,
jalan tol terpanjang di Jawa (Ngawi-Kertasono),
jalan tol Sumatera (Lampung dan PalembangIndralaya) serta infrastruktur kelistrikan
35.000 MW di Yogyakarta. Pemerintah juga
tengah merencanakan pembangunan Bank
Infrastruktur untuk memenuhi pembiayaan
infrastruktur.
Selaras dengan Menkeu, Kepala Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro, Luky Alfirman
menyatakan bahwa belum maksimalnya
penyerapan belanja negara karena
permasalahan eksekusi belanja sejatinya
berada diranah Kementerian/Lembaga terkait.
Diantaranya seperti Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian
Perhubungan, serta Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Sementara Kementerian Keuangan sendiri
berupaya mengawal percepatan realisasi
belanja infrastruktur dan dana transfer ke
daerah. Tantangan kita ialah bagaimana
mengeksekusi belanja infrastruktur. Kuncinya
sekarang bagaimana mereka bisa mengeksekusi
infrastruktur. Satu lagi, transfer ke daerah
sebesar sepertiga dari total belanja negara.
Mereka harus didorong. Kalau tidak ekonomi
tidak akan bergerak, ungkapnya.
Disamping infrastruktur, lanjut Bambang,
sektor investasi juga menjadi salah satu potensi
yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, investasi diperkirakan masih tumbuh
terbatas seiring lemahnya impor barang modal
perkembangan realisasi infrastruktur yang
belum secepat perkiraan. Di sisi lain, ekspor
Vol. X No. 94 / Juli 2015

19

Menurut Menkeu, inisiatif


kebijakan pengalihan subsidi
energi untuk infrastruktur
diyakini akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

juga diperkirakan masih tertekan sejalan dengan


perekonomian global dan harga komoditas yang
masih rendah.
Meskipun demikian, menurut Menkeu,
inisiatif kebijakan pengalihan subsidi energi
untuk infrastruktur diyakini akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Untuk tahun 2015,
pemerintah telah mengalokasikan sekitar Rp290
triliun untuk belanja infrastruktur. Peningkatan
lebih dari 60 persen dibanding tahun lalu. Untuk
pertama kalinya, anggaran untuk infrastruktur
sekarang lebih tinggi dari subsidi energi,
tuturnya.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi juga
dapat dikendalikan dengan menjaga sektor
konsumsi domestik. Kementerian Keuangan
berupaya menjaga daya beli masyarakat dan
mendorong industri dalam negeri dengan
menghapus Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) barang selain kendaraan bermotor.
Sementara di sisi perbankan, kata Juda
Agung, kredit perbankan juga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
penyaluran kredit perbankan, sejalan dengan
pelonggaran kebijakan makroprudensial yang
ditempuh Bank Indonesia, diharapkan mampu
mendorong peningkatan investasi swasta, kata
Juda Agung.

Jaga inflasi
Head Research Koneksi Kapital, Marolop
Nainggolan berpandangan, risiko terberat
yang dihadapi pemerintah saat ini ialah inflasi.
Menjelang hari Raya Lebaran, kebutuhan
pangan dan barang meningkat sehingga harga
cenderung melonjak. Peningkatan harga ini
menyumbang tingginya laju inflasi.
Marolop berpendapat kondisi inflasi di
kuartal kedua ini tidak sekedar akibat faktor
permintaan. Inflasi kita bisa dikatakan tidak

20

MediaKeuangan

sehat karena kenaikannya bersumber dari distribusi. Jika kondisi ini


dibiarkan akan semakin menghantam konsumsi masyarakat. Karena itu,
pemerintah harus bisa mengatasi masalah distribusi tersebut. (Caranya)
lakukan operasi pasar, kebijakan impor bahan produk, dan lainnya, ujar
Marolop.
Untuk mengatasi gejolak harga yang berimbas pada inflasi,
beberapa waktu lalu Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden
tentang Pengendalian Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Melalui peraturan tersebut, pemerintah memiliki wewenang untuk
mengendalikan harga, mengelola stok, dan logistik, serta mengelola
ekspor-impor, khususnya pada waktu-waktu tertentu.
Disisi lain, Kementerian Keuangan melakukan sinergi dengan Bank
Indonesia dan sejumlah Kementerian terkait untuk menjaga inflasi tetap
di level moderat, salah satunya dengan membentuk Tim Pengendalian
Inflasi (TPI). Di tingkat daerah, Bank Indonesia melalui seluruh jaringan
kantor perwakilannya di daerah melakukan koordinasi yang intensif
dalam bentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Kementerian Keuangan memiliki peran strategis dalam Tim
Pengendalian Inflasi (TPI) yaitu sebagai bagian dari Tim Pengarah, Tim
Penanggung Jawab, Tim Pelaksana, dan Tim Sekretariat. Sebagai TPI,
Kementerian Keuangan bertugas melakukan koordinasi pemantauan,
pengendalian, evaluasi hingga menentukan kebijakan yang akan ditempuh
untuk menjaga inflasi.
Koordinasi pengendalian inflasi di
daerah melalui TPID semakin intensif dengan
bertambahnya daerah yang membentuk TPID.
Sampai dengan akhir Mei 2015, jumlah TPID
mencapai 432 TPID yang terdiri dari 34 TPID
provinsi dan 398 TPID kabupaten/kota. Jumlah
TPID tersebut meningkat dari akhir tahun 2014
yang baru mencapai 359 (33 TPID Provinsi dan
326 TPID kabupaten/kota).
Dalam Rapat Koordinasi Nasional Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (Rakornas TPID)
VI di Jakarta, Rabu (27/6) lalu Presiden RI, Joko
Widodo menegaskan tiga hal penting. Pertama,
mempertegas komitmen daerah dalam menjaga
stabilitas harga dengan mewujudkan strategi
4K, yaitu Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan
harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi
yang efektif.
Kedua, melakukan percepatan
pembangunan infrastruktur dan mewujudkan
kedaulatan pangan di daerah. Upaya ini
dilakukan melalui kemudahan perizinan,
optimalisasi alokasi APBD, dan melakukan
pengawasan intensif pada distribusi sarana
produksi pertanian, dan merealisasikan
pembenahan rantai distribusi. Ketiga,
melakukan penajaman langkah Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan anggaran.
Bambang PS

"Kuncinya
sekarang
bagaimana
mereka bisa
mengeksekusi
infrastruktur.
Satu lagi,
transfer
ke daerah
sebesar
sepertiga dari
total belanja
negara.
Mereka harus
didorong.
Kalau tidak
ekonomi
tidak akan
bergerak."
Brodjonegoro

Teks Iin Kurniati

Laporan Utama

INFRASTRUKTUR,
LOKOMOTIF
PERTUMBUHAN
EKONOMI

Menkeu dalam
forum diskusi
mengenai bank
infrastruktur.

Foto
Sularno

Vol. X No. 94 / Juli 2015

21

Infrastruktur
merupakan
penggerak
pertumbuhan
ekonomi. Perannya
sangat vital
mengingat proses
pembangunan
nasional tidak
dapat dipisahkan
dari ketersediaan
infrastruktur seperti
transportasi,
sanitasi, energi,
dan telekomunikasi.
Infrastrukturjuga
berpengaruh besar
bagi peningkatan
kualitas hidup dan
kesejahteraan
masyarakat.
Misalnya dalam
peningkatan
nilai konsumsi,
peningkatan
produktivitas tenaga
kerja dan akses
kepada lapangan
kerja.

22

MediaKeuangan

enteri Keuangan Bambang


Brodjonegoro mengatakan program
pembangunan infrastuktur
harus segera diluncurkan untuk
mempermudah kinerja para investor.
Jika anggaran negara terbatas untuk membangun
infrastruktur, beberapa cara dapat ditempuh di
antaranya melalui kerjasama dengan pihak swasta,
lokal, maupun asing. Yang paling penting proyekproyek terkait yang sudah harus jalan sejak satu
atau dua bulan yang lalu kita harapkan punya
dampak yang cukup besar sampai menjelang akhir
tahun katanya.
BadanPerencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) mengestimasi kebutuhan pendanaan
infrastruktur Indonesia 2015-2019 sebesar Rp5.519
triliun atau sekitar Rp1.102 triliun per tahun. Ada
12 jenis infrastruktur yang akan memperoleh
prioritas pendanaan yaitu jalan, kereta api,
perhubungan laut, udara, darat (termasuk
angkutan sungai, danau dan penyeberangan),
transportasi perkotaan, ketenagalistrikan, energi
migas, teknologi informasi dan komunikasi,
sumber daya air, air minum dan limbah, dan
perumahan. Namun pembiayaan terbesar
diarahkan untuk pembangunan kelistrikan.
Urutan kedua pembiayaan infrastruktur
diarahkan untuk pengembangan transportasi laut
guna mendukung konektivitas dan mempercepat
pembangunan kemaritiman.
Menurut Staf Khusus Menteri PPN/
Bappenas, Sonny B Harmadi, Dari dua ratus
program infrastruktur yang diseleksi, sebanyak
22 diantaranya akan menjadi prioritas. Empat
dari 22 program itu dapat menjadi quick wins
yaitu kereta ekspres Bandara Soekarno-Hatta,
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang
Barat, jalan tol Balikpapan-Samarinda, dan jalan
tol Manado-Bitung. Proses pemilihan program
prioritas ditempuh dengan terlebih dahulu
mempertimbangkan kesesuaian setiap program
dengan Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Selain itu,
pemerintah juga melihat keterkaitan antarsektor
infrastruktur dan antarwilayah, serta peran
strategisnya berdasarkan dampak ekonomi, sosial
dan lingkungan.
Senada dengan Menteri Keuangan, menurut
Sonny kemampuan pemerintah untuk mendanai
semua program tersebut terbatas. Hanya sekitar
40 persen dari seluruh kebutuhan dana dapat
dipenuhi oleh APBN. Kekurangannya diharapkan
dapat dipenuhi oleh APBD, BUMN, dan swasta.
Skema pendanaan yang melibatkan pihak swasta

menggunakan skema Kerjasama PemerintahSwasta (KPS) atau dikenal juga sebagai PublicPrivate Partnership (PPP).
Dijelaskan Sonny lebih lanjut, menurut Forum
Ekonomi Dunia, untuk 2015 peringkat Global
Competitiveness Index Indonesia ialah 34 dari 144
negara. Peringkat ini membaik 4 poin dari periode
sebelumnya. Posisi ini jauh lebih baik dibandingkan
India, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan, negaranegara yang pertumbuhan ekonominya cukup
pesat. Indonesia mendapat nilai yang tinggi
untuk inovasi, lingkungan makroekonomi, dan
kecanggihan bisnis (business sophistication) selain
dari ukuran pasar (market size).
Meski begitu, Sonny optimis iklim investasi
Indonesia akan membaik jika Indonesia berhasil
meningkatkan kinerja pengelolaan faktor-faktor
penghambat seperti isu pembebasan lahan,
masalah perijinan, serta kapasitas dan komitmen
pemerintah. Investor swasta memerlukan
kepastian dalam menjalankan usahanya, karena
ketidakpastian akan membuat biaya menjadi
sulit dikendalikan. Pemerintah harus menjadi
pihak yang menegakkan kontrak. Tentu saja kita
tidak boleh terjebak oleh perilaku-perilaku aji
mumpung dan sikap yang hanya memburu rente
(bunga). Karena itu, sekali lagi, penting untuk
tetap menjaga tata kelola pemerintahan yang baik
tegasnya.
Salah satu kesulitan dalam pembangunan
infrastruktur ialah pembebasan lahan. Sonny
menuturkan bahwa pemerintah harus menyiapkan
bank lahan yang cukup agar pembebasan lahan
menjadi mudah dan menghindari munculnya
spekulan. Selain itu rencana pengembangan
bank infrastruktur perlu segera direalisasikan.
Didukung oleh kelembagaan dan regulasi yang
tepat.
Bambang Brojonegoro mengatakan,
Bank Infrastruktur dapat beroperasi setelah
penyelesaian pengalihan dari Pusat Investasi
Pemerintah (PIP) ke Sarana Multi Infrastruktur
(SMI). Namanya tidak akan berubah, tapi
fungsinya akan jadi lembaga pembiayaan
pembangunan infrastruktur, jelasnyanya.
Ditambahkan Bambang, nantinya lembaga
pembiayaan tersebut akan memperoleh sumber
pendanaan dari penerbitan obligasi. Selain itu,
bank infrastruktur diharapkan dapat menggali
potensi pendanaan dari berbagai sumber, seperti
dana idle yang tersebar di berbagai lembaga
pemerintah di Indonesia.

Teks Irma Kesuma

Laporan Utama

KAMI TERUS
MENDORONG EKSEKUSI
INFRASTRUKTUR
Saatnya semua sektor perekonomian bergerak. Saatnya
percepatan pembangunan infrastruktur digalakkan. Demi
meningkatkan angka pertumbuhan perekonomian Indonesia.

ertumbuhan perekonomian Indonesia


di kuartal I tahun 2015 menjadi sorotan
banyak pihak. Bukan karena angka
pertumbuhannya yang meningkat, justru
sebaliknya. Kementerian Keuangan tak
tinggal diam. Sejumlah langkah sudah disiapkan
demi mengejar perlambatan perekonomian,
seperti peningkatan ekspor, penekanan impor,
investasi, percepatan pembangunan infrastruktur,
hingga menjaga nilai tukar dan inflasi. Simak
perbincangan Media Keuangan dengan Kepala
Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan
Fiskal, Luky Alfirman, mengenai pertumbuhan
perekonomian Indonesia.

Bagaimana Anda melihat kondisi ekonomi saat ini dengan


pertumbuhan 4,7 persen? Apa penyebab melambatnya
pertumbuhan kuartal pertama di Indonesia?

Kepala Pusat
Kebijakan
Ekonomi Makro
Badan Kebijakan
Fiskal Luky
Alfirman

Foto
Dok. BKF

Penurunan ini sebenarnya sudah dimulai di


tahun 2012, dari angka 6,5 persen, 6,2 persen, 5,7
persen, kemudian mencapai 5 persen di tahun
2014. Saat kita memulai kuartal I di tahun 2015,
angka tersebut semakin melambat menjadi 4,7
persen. Kenapa? Sebenarnya ini dikarenakan dua
faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal
atau domestik. Faktor eksternal dalam hal ini
adalah perekonomian global. Pertama, adanya
penurunan harga komoditas dikombinasikan
dengan perlambatan ekonomi global, khusunya
Tiongkok. Tiongkok merupakan mitra dagang
utama kita. Urusan ekspor impor itu Tiongkok
yang nomor satu. Kita ekspor ke Tiongkok, impor
juga dari sana. Jadi apa yang terjadi di Tiongkok
pasti berdampak ke Indonesia.

Bisa Anda jelaskan, sebesar apa pengaruh perekonomian


Tiongkok terhadap perlambatan pertumbuhan di
Indonesia?
Vol. X No. 94 / Juli 2015

23

Kita tahu bahwa Tiongkok memang


sedang terjadi perlambatan (ekonomi). Dulu
pertumbuhan ekonominya bisa sampai dua digit,
tapi tahun lalu Tiongkok hanya bisa tumbuh
sekitar 7,4 persen. Perlambatan ini berdampak
pada menurunnya demand dari mereka. Hal
itu tentu saja mempengaruhi ekspor kita ke
Tiongkok. Sementara bentuk ekspor kita berupa
komoditas, seperti beras, CPO (crude palm oil),
kelapa sawit, dan sebagainya. Jadi karena demand
sudah turun, harganya juga sudah turun, maka
ekspor kita sangat terpukul. Khususnya ekspor
komoditas yang notabene paling banyak ke
Tiongkok. Di sisi lain, impor kita masih sangat
kuat. Ekspor menurun dan impor masih tetap
tinggi, lalu terjadilah defisit.

Sebenarnya apa saja faktor terjadinya defisit di Indonesia


selain pengaruh ekspor dan impor yang tadi Anda
jelaskan?

Tahun ini
Kementerian
Keuangan
mengalokasikan
anggaran
sebesar 290
triliun untuk
infrastruktur.
Angka
tersebut
meningkat
lebih dari
60 persen
dibanding
tahun lalu.

24

MediaKeuangan

Untuk pertama kalinya, pada tahun 2012


neraca perdagangan kita mengalami defisit.
Sebelum itu kita selalu surplus. Itulah mulai
muncul di neraca perdagangan kita defisit di
tahun 2012. Demikian juga di neraca transaksi
berjalan. Neraca perdagangan itu hanya mencatat
dari barang saja, kalau transaksi berjalan itu
termasuk juga mencatat services, income account,
dan sebagainya. Karena kita mau impor lebih
banyak, maka kebutuhan akan dollar akan lebih
tinggi. Hal ini bisa mengakibatkan tekanan
terhadap nilai tukar, maka terjadilah depresiasi
terus.
Kalau lebih banyak impor ya pasti lebih butuh
banyak dollar, artinya akan terjadi depresiasi mata
uang kita. Nah itu harus mulai kita selesaikan
supaya mengurangi tekanan terhadap nilai tukar.
Jadi di domestik pun kita mempunyai pekerjaan
rumah yang harus kita selesaikan. Kemudian
dari faktor eksternal juga ada pelemahan global
demand yang dikombinasikan juga dengan
penurunan harga.

Mereka memakai stimulus moneter dan


meluncurkan Quantitative Easing (QE). QE ini
merupakan injeksi liquiditas ekonomi untuk
membenarkan ekonominya. Nilai stimulus yang
luar biasa besarnya ini harus mengalir ke suatu
tempat. Pastinya bukan negara-negara di Eropa
yang juga mengalami krisis, pilihannya jatuh pada
negara berkembang, termasuk Indonesia.
Jadi, akibat dari QE kita mengalami arus
modal masuk luar biasa besarnya pada saat
itu. Indonesia yang saat itu sudah mengalami
commodity boom akibat ekspor menurun dan
impor yang makin tinggi, belum lagi ditambah
ada aliran uang masuk dalam jumlah besar, maka
jadilah mata uang kita sampai 9.000 pada saat itu.

Apa saja langkah yang diambil Pemerintah untuk


meningkatkan ekspor demi pertumbuhan ekonomi
kembali meningkat?
Untuk meningkatkan ekspor, kita harus
membenahi infrastruktur dan memperbaiki
produktivitas. Tapi kita harus butuh waktu.
Caranya, kita harus bekerja dari sisi demand, yaitu
dengan membatasi permintaan untuk menekan
impor. Kalau impor tetap tinggi maka tekanan
terhadap nilai tukar kita akan lebih kuat lagi.
Untuk pembangunan infrastruktur, Presiden Joko
Widodo sangat mendukung hal ini.

Apakah ada target khusus dari Presiden terkait


pertumbuhan ekonomi tahun berikutnya?
Presiden Joko Widodo menargetkan ratarata pertumbuhan ekonomi selama lima tahun
ke depan sebesar 7 persen per tahun. Setelah
kita hitung, untuk mencapai target itu dibuthkan
jumlah investasi atau pembangunan infrastruktur
sebesar 5.500 triliun dalam waktu lima tahun.
Karena keterbatasan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara, maka kita harus memanfaatkan
sektor lain, yaitu Badan Umum Milik Negara
(BUMN) dan sektor swasta melalui Public Private
Partnership (PPP).

Lalu, bagaimana dengan ketahanan mata uang kita di


tengah kondisi ekonomi saat ini?

Apa yang dilakukan Pemerintah untuk memastikan


semua proyek infrastruktur berjalan sesuai rencana?

Ini diawali dengan kejadian khusus pada


tahun 2013 yang disebut taper tantrum.
Sebelumnya, tahun 2008-2009 itu terjadi global
financial crisis di Amerika yang kemudian
menyebar ke Eropa. Ini berbeda dengan krisis
yang biasa bermula dari negara berkembang.
Apa yang dilakukan Amerika sebagai negara
terbesar di dunia dalam menghadapi krisis?
Seperti yang akan kita lakukan disini juga, mereka
harus melakukan stimulus untuk membantu
ekonominya.

Tahun ini Kementerian Keuangan


mengalokasikan anggaran sebesar 290 triliun
untuk infrastruktur. Angka tersebut meningkat
lebih dari 60 persen dibanding tahun lalu.
Pemerintah terus mendorong eksekusi
infrastruktur. Eksekusi infrastruktur berarti
terkait eksekusi belanja, karena itu adalah kunci
penggerak ekonomi untuk tahun ini.

Teks Pradany Hayyu

Reportase

Peluncuran
ISF di Hotel
Aryaduta,
Jakarta.
Foto
Anas Nur Huda

Kemenkeu Dukung
Indonesia Science Fund

endanaan bagi para peneliti


untuk mengembangkan bidang
keilmuannya dinilai masih sangat
rendah. Padahal, pendanaan
riset dapat menimbulkan efek
domino bagi yang lebih besar untuk
memajukan Indonesia. Untuk itu,
Kementerian Keuangan mendukung
terbentuknya sistem pendanaan
penelitian Dana Ilmu Pengetahuan
Indonesia atau Indonesia Science Fund
(ISF).
Saat peluncuran ISF di Hotel
Aryaduta, Jakarta pada Rabu (27/05)
lalu, Menteri Keuangan, Bambang P. S.
Brodjonegoro mengungkapkan bahwa
keberadaan ISF ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas Indonesia.
Indonesia masih butuh lebih banyak
scientist. Kalau tidak, Indonesia hanya
terus jadi negara berkembang. Ini tidak
bagus, (bila) 20 tahun lagi kita masih
(disebut) emerging market, mestinya kita
sudah bisa jadi ekonomi berkembang.
Untuk itu, science mesti dikembangkan
dengan baik, dan didukung funding yang
lebih baik, ungkapnya

Menkeu menyebutkan bahwa


bentuk dukungan Kementerian
Keuangan tehadap ISF melalui peran
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP) yang berada di bawah
naungannya. Melalui LPDP, endowment
fund buat pendidikan, Kemenkeu
berkomitmen mendukung ISF. LPDP
sendiri mendapatkan suntikan dari
anggaran tahunan untuk pendidikan,
tambahnya.
Selain itu, Menkeu juga
menyebutkan bahwa Kementerian
Keuangan telah mengeluarkan kebijakan
mengenai tax allowance yang turut
memberi kontribusi atas perkembangan
ISF. Menurut Menkeu, kebijakan ini
terkait erat pada persyaratan research
and development (R&D) yang harus
dilakukan oleh perusahaan jika ingin
mendapatkan tax allowance (fasilitas
pajak).
Menkeu mengatakan bahwa
ISF dapat menjadi wadah yang
meningkatkan kualitas para ilmuwanilmuwan Indonesia karena skema
pendanaannya akan membuat peneliti

lebih leluasa untuk mengembangkan


bidang keilmuannya dan melaksanakan
penelitian. Disamping itu, badan sejenis
juga telah lama ada di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan
Inggris.
Ketika saya menyelesaikan
program PhD (doktoral) mendapat dari
dana NSF (National Science Foundation),
Amerika Serikat. Kalau ada model NSF
di Indonesia, yaitu ISF ini, saya berharap
tidak hanya sains saja, tapi juga
peningkatan kualitas program Master
kita di Indonesia, katanya.
Ke depannya, Menkeu berharap
dukungan ini tidak hanya berasal dari
pemerintah tetapi juga para filantropis
maupun pihak swasta, baik dalam
maupun luar negeri. Saya yakin banyak
orang-orang kaya di dunia ini yang
peduli dengan ilmu pengetahuan. Jika
kita buka kemungkinan ini, ISF dapat
menumbuhkan banyak ilmuwanilmuwan, tuturnya.

Teks Amelia Safitri

Vol. X No. 94 / Juli 2015

25

Reportase

Para peraih
penghargaan
dari ICCA.

Foto
Dok. DJP

Kring Pajak 1500-200 Raih


15 Penghargaan Best
Contact Center Indonesia

antor Layanan Informasi dan


Pengaduan (KLIP) Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) Kring
Pajak 1500-200 berhasil
meraih 15 penghargaan pada
Malam Penghargaan kompetisi Best
Contact Center Indonesia 2015 di Balai
Kartini, Jakarta, Kamis (4/6). Dari
32 Top Contact Center di Indonesia
yang mengikuti kompetisi yang
diselenggarakan oleh Indonesia Contact
Center Association (ICCA) ini, Kring
Pajak 1500-200 berhasil menempati
empat besar the Best Contact Center
Indonesia.
Kelima belas Penghargaan yang
berhasil diraih oleh para agen, team
leader dan trainer Call Center Kring
Pajak 1500-200, yaitu: 1) PLATINUM
The Best Team Leader; 2) PLATINUM
The Best Back Office; 3) PLATINUM
The Best Smart Team Jambore; 4)
PLATINUM the Best Team Work

26

MediaKeuangan

Jambore; 5) PLATINUM The Best Quality


Assurance; 6) GOLD The Best Agent; 7)
GOLD The Best Customer Service Walk
in; 8) GOLD The Best Trainer; 9) GOLD
The Best TL Outbound; 10) SILVER The
Best Operation; 11) SILVER The Best
Telemarketing; 12) SILVER The Best
Singing; 13) BRONZE The Best Trainer;
14) Grand Champion Jambore; dan 15)
Penghargaan Grand Champion Runner
Up 3.
Sejumlah agen, team leader dan
trainer call center Kring Pajak yang
berhasil meraih penghargaan tersebut
diantaranya, yaitu Made Wira Mahiswara
meraih PLATINUM The Best Team
Leader. Kemudian, Ahmad Hidayah
memperoleh PLATINUM The Best
Back Office; Aulia Rahimi mendapatkan
PLATINUM The Best Quality Assurance;
Gilang Kusumabangsa meraih
penghargaan GOLD The Best Agent;
serta Yose Marigo Tarigan mendapatkan

Penghargaan GOLD The Best Customer


Service Walk in.
Sementara itu, penghargaan GOLD
The Best Trainer dianugerahkan kepada
Willyandri dan penghargaan GOLD The
Best TL Outbound diberikan kepada
Andy Fitriono. Lalu, penghargaan
SILVER The Best Contact Center
Operation berhasil diraih oleh Rizal
Abdi Prabowo, Tifara Ashari, Dian
Alpha Aviantara, Arry Mukti Prabowo,
dan Risanto. Selanjutnya, penghargaan
SILVER The Best Telemarketing diraih
oleh Duta Wiraditama; Penghargaan
SILVER The Best Singing diraih oleh Tim
Nyanyi KLIP. Terakhir, Penghargaan
BRONZE The Best Trainer diraih oleh
Ario Bimo Pranoto.

Teks Novita Asri

Wawancara

Cerahnya
Keuangan
Syariah
Indonesia

ndonesia punya mimpi besar untuk


masa depan industri keuangan
syariah nasional.Terlebih
lagi selama ini kontribusinya
sangat bermakna bagi stabilitas
keuangan dan pembangunan ekonomi
berkelanjutan. Pada Seminar Nasional
Ekonomi Syariah April lalu, Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro
menuturkan, perbankan syariah
mempunyai daya tahan kuat
menghadapi krisis dibandingkan bankbank konvensional.
Bagaimana agar daya tahan
tersebut dapat terus diperbaiki
sehingga bank syariah mampu
berkontribusi signifikan terhadap

perekonomian negara ini?Berikut


ini adalah hasil wawancara Media
Keuangan dengan Achmad Kusna
Permana, Direktur Unit Usaha Syariah
PermataBank.

Direktur Unit
Usaha Syariah
PermataBank
Achmad Kusna
Permana

Foto
Dwinanda Ardhi

Bagaimana perkembangan keuangan syariah


Indonesia?
Dalam lima tahun terakhir sangat
menjanjikan. Memang dua tahun
terakhir semua bank mengalami
masalah makroekonomi yang sama.
Meski terjadi perlambatan tetapi
pertumbuhan rata-rata kita masih
40 persen per tahun. Kalau berbicara
mengenai bank, pangsa pasar di negara
lain memang ada yang lebih tinggi.
Vol. X No. 94 / Juli 2015

27

Di Malaysia sekarang dua puluh satu persen,


sedangkan kita masih kurang sedikit dari lima
persen. Apalagi bila dibandingkan dengan
Pakistan dan Iran.
Menurut saya ada perbedaan perspektif.
Saya harus katakan sampai saat ini
pertumbuhan industri perbankan syariah
Indonesia masih bottom-up, jadi industrinya
tumbuh sendiri. Sementara, di beberapa negara
lain ada banyak keberpihakan pemerintah
dengan kebijakan top-down. Di Malaysia
misalnya, pajak pembiayaan syariah berbeda
dengan bank konvensional. Begitu pula dengan
anggaran dimana anggaran dari beberapa
departemen dialokasikan benar-benar ke bank
syariah.
Meski di Indonesia pasarnya masih kurang
lebih lima persen, tetapi jumlah customer kita
sekarang sekitar 14 juta dan itu bukan angka
yang kecil. Di Malaysia meskipun pasarnya 21
persen namun customer-nya hanya beberapa
juta. Jadi secara market share kita memang
masih kecil, tetapi secara secara potensi sangat
menjanjikan. Terlebih lagi nanti akan ada kerja
sama antara industri dan regulator seperti
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan
Kementerian Keuangan.

Seperti apa literasi masyarakat akan produk keuangan


syariah?
Masyarakat belum familiar dengan istilahistilah perbankan syariah sehingga mereka
belum melihat benefit-nya. Ini menjadi pekerjaan
rumah. Kita harus banyak melakukan sosialisasi
kepada masyarakat di level paling bawah. Mulai
dari generasi muda sampai pelaku bisnis.
Jadi sekarang isu besarnya adalah
bagaimana masyarakat tahu bagusnya produkproduk syariah. Kita coba tawarkan kepada
mereka istilah-istilah yang sifatnya tidak terlalu
syariah seperti mudharabah dan murabahah.
Kita ganti misalnya menjadi KPR-iB, Deposito-iB,
dan lain sebagainya. iB adalah Islamic Banking.

Bagaimana bersaing dengan bank konvensional?


Harus diakui ketersediaan produk syariah
belum selengkap bank konvensional. Pembuatan
produk syariah tidak hanya bergantung kepada
bank-nya saja, tetapi juga harus mendapatkan
persetujuan dari Dewan Syariah Nasional dan
regulator.
Meski produk-produk bank syariah belum
selengkap bank konvensional, tetapi kita
juga punya produk-produk unik yang tidak
dimiliki oleh perbankan konvensional. Salah

28

MediaKeuangan

satu contohnya adalah kita ada produk Ijarah


Muntahiyah bit Tamlik (IMBT). Modelnya seperti
leasing berupa pembiayaan dengan konsep
sewa-beli atau dengan konsep kepemilikan
bersama. Ada juga tabungan haji yang hanya
dimiliki oleh bank syariah.

Pembenahan seperti apa yang perlu dilakukan?


Ada tiga tantangan yang menyebabkan
industri perbankan syariah sampai saat ini
kan belum tumbuh seperti yang kita harapkan.
Pertama dari sisi ketersediaan produk. Kita
harus eksplorasi kelebihan-kelebihan produk
syariah. Kedua, literasi dari masyarakat itu
sendiri. Kita sudah melakukan edukasi mengenai
hal ini. Ketiga, bagaimanapun juga adalah
government support.
Kita juga tidak mengharapkan dukungan
yang berlebihan, cukup hal-hal yang wajar.
Misalnya begini, deposito syariah itu dengan
konsep bagi hasil sebenarnya return nya tidak
fix. Misalnya di bank konvensional 8 persen
ya pasti 8 persen, sementara di bank syariah
bisa saja 8,5 persen atau 7,8 persen.Struktur
produknya kurang lebih seperti reksadana,
sehingga pajak yang dikenakan pun harusnya
lebih rendah seperti reksadana. Dengan begitu
ketika bagi hasil deposito syariah lebih rendah
dibanding konvensional, customer juga akan
memaklumi karena pajaknya juga lebih rendah.
Ini keunikan dari deposito syariah.
Hal lain misalnya seperti dana haji. Adanya
dana haji yang dialokasikan di bank syariah
akan menyebabkan likuiditas yang cukup.

"Masyarakat
belum familiar
dengan
istilah-istilah
perbankan
syariah
sehingga
mereka belum
melihat benefitnya. Ini menjadi
pekerjaan
rumah."
Achmad Kusna Permana

Itu juga salah satu keberpihakan. Kita juga


berharap ada anggaran dari APBN yang masuk
ke bank syariah. Ketiga dukungan pemerintah,
ini sangat penting. Insentif-insentif yang bisa
diberikan pemerintah kepada bank syariah akan
membantu bank syariah tumbuh lebih cepat dan
bisa berkompetisi dengan bank-bank besar yang
sudah beroperasi ratusan tahun.

Apakah sisi jaringan sudah memadai?


Jaringan kita walaupun lebih sedikit
dibandingkan bank konvensional, tetapi kita
punya connectivity dengan bank konvensional.
Pada dasarnya semua bank syariah punya induk
bank konvensional. Sekarang kita melakukan
connectivity dengan konsep leveraging. Artinya,
bank syariah me-leverage infrastruktur dan
jaringan bank konvensional sehingga sebenarnya
tidak ada isu mengenai accessibility.

Semua ATM konvensional bisa dipakai
untuk menarik tabungan bank syariah. Semua
jaringan konvensional juga pada dasarnya bisa
menerima transaksi syariah. Di PermataBank
misalnya. Semua cabang PermataBank di seluruh
Indonesia bisa menerima transaksi Permata
Syariah.

Bagaimana mencetak ahli-ahli keuangan syariah?


Saat ini sudah banyak jurusan ekonomi
syariah di perguruan tinggi. Selain itu,
professional bankers yang punya pengalaman
bagus di konvensional juga ada yang pindah ke
syariah. Untuk kepraktisan memenuhi kebutuhan
saat ini, teman-teman yang dari conventional
bankers bisa lebih cepat memberikan kontribusi.
Terlebih sebenarnya di bank syariah juga sudah
ada peran Dewan Pengawas Syariah.
Memang tidak semua bankers konvensional
mau ke bank syariah. Selain size-nya masih
kecil, istilah syariah yang belum dimengerti,
dan mungkin remunerasinya tidak seatraktif di
bank konvensional karena bank nya masih kecil.
Tapi sebenarnya, justru dengan kelangkaan itu
mereka menjadi syariah bankers yang langka
juga kan.

Wapres Jusuf Kalla menyarankan istilah syariah diIndonesiakan saja. Seperti apa tanggapan Bapak?
Apa yang Pak Jusuf Kalla katakan memang
bisa menjawab tantangan literasi masyarakat.
Menurut saya literasi memang penting dan
peng-Indonesiaan istilah-istilah syariah
sudah kita lakukan. Tetapi saat ini dukungan
pemerintah jauh lebih penting. Baik lewat
Kementerian Keuangan, lewat Otoritas Jasa

Keuangan, ataupun lewat Bank Indonesia.


Hal yang lebih riil yang kita butuhkan adalah
bagaimana menciptakan dan memberikan
keberpihakan aturan-aturan yang mendukung
perbankan syariah. Misalnya perlakuan pajak
terhadap deposito, alokasi APBN seperti dana
haji, dan seterusnya.

Bagaimana mengubah anggapan bank syariah ekslusif


bagi muslim?
Sembilan tahun lalu saat saya masuk
bank syariah, saya sangat yakin bisa jual
produk dengan gampang ke orang muslim.
Saya yakin saya lempar batu kemanapun pasti
kena orang muslim karena hanya 10 persen
orang non muslim di Indonesia. Ternyata
setelah saya tawarkan, orang muslim pun baru
mau ke syariah kalau bagi hasilnya bagus,
keuntungannya bagus, dan layanannya juga
bagus.
Dengan kondisi seperti itu, akhirnya kita
jual produk syariah tidak lagi pakai pendekatan
emotional seperti riba is haram and haram
is masuk neraka. Kita kemudian menawarkan
produk dengan benefit approach. Ketika
ditawarkan dengan benefit approach, targetnya
tidak hanya menjadi muslim saja tetapi juga non
muslim.
Sekarang produk syariah itu sangat tidak
eksklusif. Kenyataannya adalah di tempat saya
sekarang saja sekarang 38 persen nasabahnya
adalah non muslim. Di Bank Syariah Mandiri
juga sekitar 30 persen nasabahnya adalah non
muslim. Jadi tidak benar asumsi bahwa bank
syariah itu eksklusif bagi muslim.

Apa harapan Bapak kedepan?


Tantangan industri keuangan syariah
cukup besar. Tetapi saya confident Bambang
Brodjonegoro di Kementerian Keuangan,
Muliaman Hadad di Otoritas Jasa Keuangan dan
Agus Martowardojo di Bank Indonesia akan bisa
melakukan suatu terobosan untuk mendukung
pertumbuhan bank syariah dengan regulasiregulasi yang dikeluarkan. Banyak produkproduk yang sebenarnya secara struktur bisa
diberikan treatment dengan aturan yang juga
lebih bagus. Jadi saya punya harapan yang cukup
optimis, dengan era yang sekarang bank syariah
kedepannya bisa lebih maju lagi.

Teks Irma Kesuma Dewi

Vol. X No. 94 / Juli 2015

29

Potret Kantor

Hijrah untuk
Menjadi
Lebih Baik
Sekretariat Pengadilan Pajak

Hari masih pagi, namun gedung


Sekretariat Pengadilan Pajak (SetPP)
sudah ramai hilir mudik orang. Tak
banyak yang tahu, unit yang menempati
kantor baru di Jl. Hayam Wuruk Jakarta
sejak Januari 2015 ini menyimpan
banyak keunikan.

Suasana kerja
di SetPP.
Foto
Aditya Arifianto

30

MediaKeuangan

nit yang secara struktur berada di bawah


Sekretariat Jenderal ini menyimpan sejarah
panjang. Cikal bakal SetPP tidak lepas dari
embrio Pengadilan Pajak (PP) yang bahkan
sudah ada sebelum kemerdekaan Republik
Indonesia yaitu Institusi Pertimbangan Pajak yang
lahir pada tahun 1915. Kemudian pada tahun 1959
bertransformasi menjadi Majelis Pertimbangan
Pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1959 tanggal 9 Maret 1959. Sejarah Pengadilan
Pajak berlanjut dengan terbentuknya Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) pada tahun
1998. Sengketa pajak yang dapat diselesaikan oleh
BPSP juga meliputi bidang kepabeanan dan cukai.
Pada akhirnya, Pengadilan Pajak terbentuk pada
tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak tanggal 12
April 2002.
Sekretaris Pengadilan Pajak Rina Widiyani
Wahyuningdyah menjelaskan dengan gamblang
kepada Media Keuangan mengenai unit yang
dipimpinnya. 12 April lalu PP berulang tahun
yang ke-13 dan data statistik menunjukan makin
meningkatnya sengketa pajak yang diajukan ke
Pengadilan Pajak dan merupakan tantangan bagi PP
karena kita tidak boleh membatasi seseorang untuk
mencari keadilan. Tugas PP adalah menangani
dan menyelesaikan sengketa pajak dalam ranah
pengadilan melalui banding dan gugatan, apabila
setelah melalui jenjang keberatan di ranah eksekutif
tidak putus,kata Rina.

Unik
Rina yang menjabat sebagai
Sekretaris Pengadilan Pajak dari tahun
2013 mengungkapkan keunikan yang
dimiliki SetPP. Berbeda dari unit eselon
II lain di lingkungan Sekretariat Jenderal,
SetPP memiliki jumlah pegawai terbanyak,
yaitu sebanyak 356 orang (per Mei 2015).
Jumlah tersebut terbagi menjadi 2 orang
eselon II yaitu Sekretaris merangkap
Panitera dan memiliki Wakil Sekretaris
merangkap Wakil Panitera, serta 41 orang
eselon III dan 82 orang eselon IV yang
sebagian besar berasal dari pegawai
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
Selain jumlah pegawai yang terbilang
tidak sedikit, pegawai SetPP juga sangat
heterogen. Pegawai di sini gado-gado,
ujar Rina sembari tertawa. Selain pegawai
yang memang dari awal merupakan
pegawai Sekretariat Jenderal, juga ada
yang berasal dari BPKP, DJBC, DJP, DJPK,
Inspektorat Jenderal, BPPK, dan eks
BapepamLK.
Keunikan lainnya adalah masalah
pertanggungjawaban Sekretaris
merangkap Panitera, dimana sebagai
Sekretaris bertanggungjawab kepada
Sekretaris Jenderal dan sebagai Panitera
harus bertanggungjawab kepada Ketua
Pengadilan Pajak bahkan pembinaan
yudisialnya dilakukan oleh Mahkamah
Agung.

Pelayanan Prima
Dalam bekerja, SetPP berpedoman
pada Keputusan Presiden RI No 83
Tahun 2003 tanggal 4 November 2003
tentang Sekretariat Pengadilan Pajak
dan Peraturan Presiden No 28 Tahun
2015 tentang Kementerian Keuangan.
Kami selalu berkoordinasi untuk
menyempurnakan organisasi, khususnya
untuk kepentingan pelayanan. Maka pada
tahun 2014 kami lebih dulu melakukan
penataan organisasi sebelum adanya
Peraturan Presiden No 28 Tahun 2015. Ini
dikarenakan tuntutan pelayanan, tambah
Rina.
Memang tak bisa dipungkiri,
dalam hal pelayanan SetPP memiliki
keunikan dibanding dengan unit eselon
II lain di Sekretariat Jenderal, yakni
melakukan pelayanan secara langsung

Kita tidak
boleh
membatasi
seseorang
untuk
mencari
keadilan.

Rina Widiyani.

Foto
Aditya Arifianto

kepada masyarakat. Guna mendukung


layanan prima kepada masyarakat,
SetPP melakukan terobosan dengan
membangun helpdesk terpadu. Helpdesk
ini juga merupakan upaya meminimalkan
kontak antara para pihak yang dapat
berpotensi mengganggu integritas
pelayanan.
Rina belum lama mengemban amanah
sebagai Sekretaris Pengadilan Pajak.
Menariknya, sejak hampir dua tahun Rina
menjabat, dua tahun berturut-turut pula
PP mengalami peningkatan produksi
putusan setelah sempat menurun drastis
pada tahun sebelumnya. Tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar 12,56
persen dengan jumlah putusan sebesar
7.376 putusan dan tahun 2014 sebesar
19,92 persen dengan jumlah putusan yang
dihasilkan sebesar 8.845 putusan. Semua
kinerja PP dengan dukungan penuh dari
SetPP di-publish di website. Jadi ada tiga
wadah yang menampilkan kinerja tersebut
yaitu melalui Sekretariat Jenderal, website
SetPP, dan Mahkamah Agung. Publik akan
bisa melihat, jelasnya.

Integritas Nomor Satu


SetPP tidak main-main dalam
menjunjung tinggi integritas. Ini terbukti
dengan kerja sama yang dilakukan
dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sejak tahun 2013. Memang banyak
unit lain yang juga bekerja sama dengan
KPK. Alhamdulillah kerja sama ini tidak
dilakukan sesekali, namun selama dua
tahun berturut-turut KPK mengikuti
terus kinerja kami. Silakan saja, saya
terbuka terhadap semuanya, kata wanita
lulusan Master of Science di University of

Illinois Amerika Serikat ini.


Indeks survey atau penilaian KPK
untuk pelayanan publik terhadap kinerja
SetPP pada tahun 2013 adalah 7,45
dibandingkan dengan rata-rata sekitar
6,8. Tahun 2014 meningkat menjadi 7,9.
Penilaian ini menempatkan SetPP di
peringkat ketiga dalam penilaian KPK di
antara instansi pemerintah se-Indonesia.
Capaian ini tentunya membakar
semangat jajaran pegawai SetPP untuk
memberikan pelayanan lebih baik lagi.
Tapi kami merasa capaian ini belum
maksimal. Kami akan terus meningkatkan
kinerja pelayanan, salah satunya dengan
pembentukan helpdesk terpadu, tegasnya.
Rina mengakui, keseluruhan kinerja
SetPP tak lepas dari dukungan teknologi
informasi. Optimalisasi penggunaan
teknologi informasi dilakukan melalui
dua cara. Pertama, bekerja sama dengan
Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan
(Pusintek) dan KPK dalam rangka
pengembangan sistem distribusi berkas
sengketa pajak. Kedua, transparansi
proses penanganan sengketa pajak
melalui penyampaian informasi
Rencana Umum Sidang (RUS) dan status
penangangan sengketa pajak hingga
penyelesaian putusan pada website
SetPP. RUS merupakah salah satu langkah
layanan terhadap stakeholder SetPP yang
dikembangkan sejak tahun 2013 dengan
menampilkan jadwal persidangan setiap
harinya dalam website SetPP.
Dengan segala tantangan dan
kekurangan yang ada, kita harus terus
semangat. Semangatnya berupaya
meningkatkan sarana dan prasarana yang
bisa dinikmati pengadilan pajak sendiri
dan pelayanan masyarakat, tegasnya.
Masih banyak pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan, seperti menambah
jumlah hakim pajak, meningkatkan
kompetensi, membuat kajian layaknya
sebuah instansi yang memiliki unit
penelitian dan pengembangan
(litbang), serta senantiasa membangun
understanding dengan berbagai pihak.
Kita harus tetap memiliki semangat
hijrah untuk menjadi lebih baik, tuturnya
sembari tersenyum.

Teks Pradany Hayyu

Vol. X No. 94 / Juli 2015

31

Figur

Bertahan
Menjaga

Integritas
Alexander Zulkarnain
Birds of the same feather flocks together. Burung dengan bulu yang sama akan
berkumpul bersama. Berkumpul bersama orang-orang berintegritas akan
membuat seseorang berhasil menjaga integritasnya.

32

MediaKeuangan

Foto
Arfindo Briyan

Vol. X No. 94 / Juli 2015

33

uatu hari, terlihat seorang


remaja laki-laki duduk di kursi
kayu di antara jajaran rakrak yang berisi ratusan buku.
Ternyata, ia sedang tenggelam
dalam imajinasinya saat membaca
sebuah karya sastra. Berbeda dari
kebanyakan remaja seusianya yang
sibuk mendaftar kesana-kemari demi
melanjutkan pendidikan tinggi, ia
justru bersantai di perpustakaan kota.
Alexander Zulkarnain memang
lain dari yang lain. Pada mata pelajaran
Kimia di sekolah, putra pertama
pasangan Makmoeri dan Moeslimah
ini berhasil meraih nilai memuaskan.
Wajar rasanya bila anak pesisir Tegal
ini langsung diterima sebagai calon
mahasiswa Teknik Kimia Universitas
Diponegoro, melalui jalur penelusuran
minat dan kemampuan.
Meskipun sudah dijamin masuk
perguruan tinggi negeri, lelaki
kelahiran 13 September 1965 silam
ini tak lantas berdiam diri. Sebuah
pengumuman penerimaan mahasiswa
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(STAN) di harian surat kabar nasional
tiba-tiba menggugah hatinya. Berbekal
restu dari kedua orang tua, tepat tiga
hari sebelum penutupan pendaftaran,
Alex berangkat ke ibukota.
Setelah melewati ujian masuk di

stadion utama Senayan, lelaki yang


pernah bercita-cita sebagai penerbang
ini diterima di sekolah kedinasan yang
tak memungut biaya. Akhirnya, Alex
memutuskan menempuh pendidikan
di STAN meski ia mengaku bahwa
akuntansi merupakan ilmu yang asing
baginya.
Bayangkan, dari seseorang
yang berpikiran praktis rasional,
menyelesaikan soal kimia atau
matematika lalu (mendadak)
mengerjakan soal akuntansi. Butuh
waktu setahun untuk penyesuaian. Kita
nikmati saja, lama-lama menarik juga,
ujarnya.
Saat kuliah di STAN, Alex yang
mewarisi hobi membaca dari sang
ayah ini ternyata memiliki bakat lain.
Terbukti, Alex aktif menjadi kontributor
majalah GEMA, sebuah majalah masjid
Baitul STAN yang oplah penerbitannya
pernah menjadi best seller. Alex rutin
mengisi rubrik feature yang mengamati
pergaulan masyarakat pada waktu itu.
Selepas lulus dari STAN, Alex
ditempatkan di Inspektorat Bidang
Perlengkapan yang bertugas mengaudit
pengadaan barang, jasa dan manajemen
aset. Baru beberapa tahun bekerja,
Alex kembali meneruskan pendidikan
Diploma IV di STAN hingga akhir 1994.
Sekembalinya menyelesaikan

pendidikan, Alex ditempatkan di


inspektorat bidang keuangan yang
bertugas mengaudit pajak bumi dan
bangunan serta belanja modal. Setahun
kemudian, Alex diangkat sebagai
Eselon V.A. Lalu pada tahun 1999,
Alex dipercaya sebagai pemeriksa
keuangan wilayah IV.1. Pada saat itulah
Hasrat Alex yang haus pendidikan
membuatnya melanjutkan pendidikan
Magister Manajemen, di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Institute IPWI, Jakarta
sambil tetap bekerja.
Selanjutnya, Alex dipercaya
sebagai auditor ahli muda, Inspektorat
Bidang VI yang bertugas mengawasi
unit Pengadaan Barang dan Jasa serta
Pajak Bumi dan Bangunan tahun
2001. Enam tahun kemudian, Alex
ditempatkan di Inspektorat bidang VII
yang mengawasi Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara. . Setelah itu, pada
tahun 2013, Alex diamanahkan menjadi
Inspektur VII dengan bidang tugas
mengawasi Inspektorat Jenderal dan
pengembangan manajemen risiko
Kementerian Keuangan.
Sejak tahun 2014, Alex dipercaya
menjadi Inspektur bidang III yang
melakukan pengawasan kinerja
dan keuangan untuk Direktorat
Jenderal Perbendaharaan (Ditjen
Perbendaharaan) dan Direktorat

Alex bersama keluarga saat liburan di Sentosa


Island, Singapura

TTL:
Tegal, 13 September 1965
PENDIDIKAN:
D3 Keuangan Spesialisasi Akuntansi (STAN) (1987),
Diploma IV Akuntansi (STAN) (1994), Magister
Manajemen, Manajemen Keuangan STIE IPWI
Jakarta (2001), Doktor Ilmu Manajemen Universitas
Negeri Jakarta (2013)
RIWAYAT JABATAN:
Auditor Ahli Muda Inspektorat Bidang VI (20012007), Auditor Ahli Muda Inspektorat Bidang
VII (2007-2009), Auditor Ahli Madya Inspektorat
Bidang VII (2009-2013), Inspektur VII (2013-2014),
Inspektur III (2014-sekarang)

Foto
dok. pribadi

34

MediaKeuangan

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


Risiko (DJPPR).
Menurut Alex, selain mengawasi
tugas fungsi Ditjen Perbendaharaan,
Inspektorat III ini memiliki
tugas khusus mengawal laporan
keuangan Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara. Pihaknya
bertugas melakukan review atas
laporan keuangan dan melakukan
pendampingan, baik ketika audit BPK
maupun saat pembahasan temuan
dengan BPK.
Kini tantangan semakin bertambah
dengan adanya implementasi Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN) dan penerapan akuntansi
berbasis akrual. Inspektorat Jenderal
sudah tidak lagi sekedar sebagai
watchdog - mengawasi. Kita juga
menjalankan fungsi sebagai strategic
business partner atau katalisator. Kita
menjaga risk management, compliance,
governance dan internal control
supaya program berjalan dengan baik.
Targetnya Laporan Keuangan BUN
memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) dari BPK, ungkap Alex.
Sepanjang berkarir di Itjen, Alex
mengaku tak sedikit auditee yang
memintanya untuk berkompromi dalam
melaksanakan penugasan. Bertahan
menjaga integritas di lingkungan yang
saat itu belum kondusif merupakan
tantangan yang sangat berat. Meski
demikian, Alex merasa beruntung
berada bersama teman-teman yang
memiliki value yang sama dengannya
sehingga dirinya mampu menolak
dengan tegas.
Menurut Alex, burung akan
berkumpul dengan burung yang
berbulu sama. The birds with the same
feathers flocks together. Alhamdulillah,
saya kumpul sama teman yang sama.
Meskipun tantangan itu berat tapi kita
(berhasil) hadapi, katanya.

Kejujuran
Dibesarkan dalam keluarga yang
egaliter membentuk karakter Alex lebih
terbuka. Hubungan anak dan orang
tua yang demokratis membuat Alex
bersama keenam saudaranya bebas
bicara dan menyatakan pendapat.

Besoknya, saya diintimidasi, dicegat di


jalan. Saya disuruh pulang tetapi saya
jalan terus. Saya bilang, percuma kalian
memukuli saya karena saya akan tetap
masuk (sekolah).
Apabila Alex berbuat salah, maka orang
tua dapat meluruskan, begitupun
sebaliknya bila orangtua memiliki
kesalahan, Alex berhak mengingatkan.
Inilah yang membuat Alex tumbuh
menjadi seseorang yang tak gampang
terpengaruh dengan orang lain. Orang
tua saya bilang, biarpun semua orang
mengajak kamu nonton, kalau kamu
tidak ingin nonton, kamu jangan pergi.
(Sebaliknya) Kalau kamu ingin nonton
tapi tidak ada yang menemani, kamu
berangkat saja sendiri.
Alex mengungkapkan bahwa kedua
orangtuanya merupakan sosok yang
paling berpengaruh menanamkan nilai
kejujuran dan kebenaran. Kala Alex
kecil, ia kerap dimintai tolong ibunya
untuk membeli barang. Jika ia lupa
tidak mengembalikan kelebihan uang
pembelian barang tersebut, ibunya
akan langsung akan menghukumnya.
Kedua prinsip itu terpatri dalam
diri Alex kecil hingga Alex duduk di
bangku sekolah. Pernah suatu hari
saat kelas dua Sekolah Menengah Atas,
ada orang tua murid yang rumahnya
dekat dengan sekolah, meninggal
dunia. Sekolah pun memberi dispensasi
dua jam pelajaran dibebaskan untuk
digunakan para siswa melayat. Nanti
ketika jam pelajaran selanjutnya
seluruh siswa tetap harus kembali lagi
ke sekolah.
Namun demikian, ada beberapa
anak yang menghasut anak-anak lain
untuk bolos massal. Kebanyakan
anak terhasut namun Alex tidak. Ia tak
gamang dan menolak mengikuti ajakan
itu. Dari total 120 orang siswa, hanya 20
siswa yang memilih kembali ke sekolah,
dan Alex menjadi salah satunya. Alhasil,
Alex dicap sebagai penghianat.
Besoknya, saya diintimidasi,

dicegat di jalan. Saya disuruh pulang


tetapi saya jalan terus. Saya bilang,
percuma kalian memukuli saya karena
saya akan tetap masuk (sekolah).
Kejadian itulah yang membawa Alex
menetapi kebenaran dan kejujuran
hingga detik ini.

Berkontribusi
Suami dari Pujiastuti ini
memandang bahwa membaca
merupakan bagian terpenting dalam
hidupnya. Hobi membaca itupun yang
ditularkan kepada ketiga anaknya,
Aurora Riskika, Arstya Khumaira dan
Reza Pradana. Ayah saya kutu buku,
saya kutu buku, terus sampai anak
saya kutu buku.
Ratusan bahkan mungkin
ribuan koleksi buku berbagai genre,
mulai dari fiksi hingga non-fiksi
bahkan komik bergambar berjajar
rapi di rumahnya. Tak jarang,
penggemar karya sastra bermutu ini
menghabiskan waktu liburan keluarga
dengan membaca atau pergi jalanjalan ke toko buku dan membeli buku
untuk dibaca.
Berawal dari hobi membaca inilah
yang lantas mendorong Alex untuk
menulis. Tak mau kalah dari salah
satu anaknya yang sudah menulis
cerpen di sebuah majalah wanita,
kini Alex terdorong untuk menulis
buku tentang pengelolaan manajemen
risiko bersama seorang sahabat. Saya
harus berkontribusi di lingkungan.
Jangan sampai kehadiran atau
ketidakhadiran saya sama saja, tak ada
kesan, paparnya.

Teks Iin Kurniati

Vol. X No. 94 / Juli 2015

35

Ekonomi Terkini

Fokus Alokasi
Anggaran
Tahun Depan
Pemerintah melalui
Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral dan Komisi
VIIDPR menyepakati
target lifting minyak
dalam Rancangan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara
(RAPBN) 2016
sebesar 800830 ribu barel
per hari (bph).
Kesepakatan itu
diambil di Gedung
DPR, Jakarta,
Senin (15/6).
Dokumen Kerangka
Ekonomi Makro
dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal
2016 sebelumnya
telah diajukan
pemerintah pada
Rapat Paripurna
DPR tanggal 20
Mei 2015.

36

MediaKeuangan

ahun 2016 merupakan tahun kedua


pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
periode 2015-2019. Arah kebijakan RPJMN
adalah tahapan dalam mewujudkan visi
pembangunan jangka panjang, yaitu mewujudkan
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.
Pemerintah mengangkat tema Mewujudkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pencapaian
daya saing, perekonomian kompetitif dengan
berlandaskan keunggulan sumber daya alam
dan sumber daya manusia berkualitas, serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat.
Pencapaian sasaran dijabarkan dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 dengan tema
Mempercepat pembangunan infrastruktur
untuk memperkuat fondasi pembangunan yang
berkualitas.
Pemerintah mengajukan dokumen
tersebut dengan memperhatikan
kondisi perekonomian global
yang berdampak pada kondisi di
dalam negeri. Salah satunya adalah
perlambatan ekonomi yang telah menghantui
selama empat tahun terakhir. Pada tahun lalu,
pertumbuhan ekonomi tanah air bahkan hanya
berada di kisaran lima persen, turun dari tiga
tahun sebelumnya yang masih mencapai enam
persen. Tren penurunan berlanjut pada realisasi
pertumbuhan kuartal I tahun ini yang hanya 4,7
persen, menurun dari tahun lalu 5,1 persen.
Menurunnya kinerja ekspor akibat
pelemahan permintaan dan merosotnya harga
komoditas di pasar global menjadi faktor utama
perlambatan ekonomi nasional. Melemahnya
ekspor juga telah berdampak pada kondisi
neraca pembayaran,
khususnya

neraca transaksi berjalan (current


account), yang terus mengalami
defisit.
Pemerintah memprediksi
pertumbuhan ekonomi di tahun
2016 sebesar 5,8-6,2 persen. Faktor-faktor
domestik seperti aktivitas investasi, khususnya
belanja infrastruktur, akan menjadi andalan
pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur
diharapkan juga lebih tersebar ke berbagai
kawasan dan terfokus pada pengembangan
potensi daerah. Untuk tahun 2016, pemerintah
sendiri telah menetapkan prioritas penggunaan
anggaran infrastruktur pada sektor-sektor
tertentu.
Menkeu mengungkapkan bahwa pemerintah
akan terlebih dahulu memprioritaskan
pembangunan infrastruktur yang dapat
memperkuat konektivitas nasional. Di
samping itu, pembangunan juga diharapkan
mendukung sektor kemaritiman, kelautan,
kedaulatan pangan, kedaulatan energi,
ketenagalistrikan, pengembangan manufaktur,
dan pariwisata.Artinya, secara tidak langsung
nanti kementerian yang terkait dengan bidangbidang ini akan menerima porsi anggaran yang
lebih besar, kata Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro pada konferensi pers
tentang Kerangka Ekonomi Makro
dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
2016 di Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak, Jakarta, akhir Mei.
Asumsi makro ekonomi, laju inflasi,
diperkirakan berada pada kisaran 4,0 persen
1,0 persen. Sementara nilai tukar rupiah
diperkirakan akan bergerak pada kisaran
Rp12.800-13.200 per dolar AS. Rata-rata Suku
bunga SPN 3 bulan diperkirakan berkisar 4,0

persen hingga 6,0 persen.


Selanjutnya, rata-rata harga
minyak diperkirakan bergerak
pada kisaran 6080 dolar AS per barel.
Sementara lifting gas bumi sekitar 1.1001.200 ribu barel setara minyak per hari.

Empat upaya
Pemerintah telah menyusun
empat upaya mengawal fiskal pada
tahun depan. Pertama, penguatan
stimulus fiskal akan ditempuh melalui
pemberian insentif untuk kegiatan
ekonomi strategis, peningkatan
ruang fiskal, peningkatan belanja
produktif, peningkatan peran
swasta, BUMN serta pemerintah daerah
dalam percepatan pembangunan
infrastruktur, dan melakukan inovasi
pada instrumen pembiayaan.
Kedua, penguatan daya tahan fiskal
akan dilakukan dengan menambah
bantalan fiskal dan meningkatkan
fleksibilitas anggaran dengan penguatan
payung hukum. Terkait dengan upaya
menjaga kesinambungan fiskal akan
dilakukan melalui pengendalian
defisit anggaran terhadap PDB,
pengendalian rasio utang terhadap PDB,
penurunan net penambahan utang, dan
pengendalian keseimbangan primer.
Mengamankan target penerimaan
perpajakan menjadi upaya ketiga.
Pemerintah antara lain akan melakukan

penggalian potensi penerimaan


perpajakan dari sektor unggulan,
ekstensifikasi dan intensifikasi
perpajakan, serta penegakan hukum
dan penyempurnaan peraturan
perundangan. Untuk mengamankan
penerimaan negara bukan pajak
(PNBP), pemerintah akan berupaya
untuk mencapai target produksi usaha
sumber daya alam. Di samping itu,
pemerintah juga akan melanjutkan
renegosiasi perjanjian kontrak karya
dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara serta
intensifikasi dan ekstensifikasi
PNBP.
Sementara itu, upaya keempat
adalah peningkatan kualitas belanja
negara. Pada tahun 2016, kualitas
belanja memang menjadi salah satu
fokus pemerintah. Peningkatan
belanja infrastruktur, penerapkan

Menkeu
mengungkapkan
bahwa pemerintah
akan terlebih dahulu
memprioritaskan
pembangunan
infrastruktur yang
dapat memperkuat
konektivitas nasional.

kebijakan subsidi langsung


kepada yang membutuhkan, dan
pengalokasian lima persen dari
APBN untuk pembangunan
di bidang kesehatan sesuai
amanat Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan menjadi
wujud komitmen tersebut.
Peningkatan anggaran
belanja kesehatan
sejalan dengan
cita-cita
pemerintah

untuk meningkatkan kualitas


layanan kesehatan, di samping tetap
mempertahankan Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).
Pemerintah juga akan mendukung
penguatan pelaksanaan desentralisasi
fiskal melalui peningkatan alokasi
transfer ke daerah dan dana desa.
Yang juga penting, pemerintah
akan menjalankan kebijakan defisit
ekspansif, tapi terukur dan terarah.
Tujuannya untuk peningkatan kapasitas
perekonomian dan penguatan daya
saing. Besaran defisit yang diusulkan
adalah 1,7-2,1 persen terhadap PDB.
Menkeu mengungkapkan bahwa
efisiensi birokrasi dan belanja
serta pengurangan kesenjangan
antarkelompok pendapatan dan
antarwilayah menjadi fokus berikutnya.
Pemerintah berkomitmen memberikan
perhatian pada pembangunan di
daerah-daerah perdesaan dan
perbatasan.Kami ingin dorong
pertumbuhan di wilayah
perbatasan, perdesaan, dan
seterusnya, katanya.

Faktor eksternal
Perekonomian global berada
dalam arus gejolak dan ketidakpastian
sejak Bank Sentral Amerika Serikat
mengumumkan rencana penghentian
kebijakan stimulus moneter pada
pertengahan tahun 2013. Di sejumlah
wilayah, terutama negara berkembang,
pasar keuangan mengalami tekanan
yang cukup berat karena ancaman
arus pembalikan modal asing (capital
reversal). Akibatnya, nilai tukar mata
uang di sejumlah negara-negara
tersebut, termasuk Indonesia, bergerak
fluktuatif dengan kecenderungan
melemah.
Perlambatan ekonomi yang dialami
Tiongkok juga memperberat situasi.
Sementara Jepang, yang diperkirakan
mampu menjadi motor pertumbuhan
di kawasan Asia melalui kebijakan
stimulus ekonomi yang cukup agresif,
masih belum menunjukkan prospek
menjanjikan. Pemulihan krisis ekonomi
di Eropa pada tahun depan pun
diramalkan belum mampu memenuhi
ekspektasi.
Vol. X No. 94 / Juli 2015

37

KOMENTAR PAKAR

Luky Alfirman,

Sonny Hamadi,

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, BKF

Staf Khusus
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

ada tahun depan, APBN pemerintah akan


berfokus pada tiga hal, yaitu perubahan
paradigma subsidi, peningkatan jumlah
belanja ke daerah, dan penaikan anggaran
kesehatan sebanyak lima persen.
Pemerintah ingin mulai mengubah paradigma
subsidi yang melekat ke barang dalam bentuk
subsidi harga menjadi subsidi orang yang lebih
tepat sasaran. Oleh karena itu, diluncurkan
berbagai kartu, seperti Kartu Indonesia Sehat
dan Kartu Indonesia Pintar untuk memastikan
bahwa penerima subsidi adalah orang yang
pantas.
Ke depan, kami juga ingin formula subsidi
tersebut diberikan untuk subsisi listrik. Subsidi
listrik saat ini kan diberikan kepada PLN,
nanti kami mau subsidi itu diberikan langsung
ke rumah tangga. Mungkin diberikan dalam
bentuk voucher. Demikian pula dengan subsidi
pupuk. Saat ini, subsidi masih diberikan kepada
perusahaannya. Nanti, kami ingin berikan
subsidi itu kepada petani.
Yang kedua adalah komitmen pemerintah
untuk membangun dari pinggiran. Pada RAPBN
2016, anggaran belanja transfer ke daerah itu
sudah melampaui belanja K/L (Kementerian/
Lembaga).Salah satu komponen terbesarnya
adalah alokasi dana desa. Ketiga, yang perlu
dicatat juga adalah komitmen pemerintah
untuk menjalankan amanat UndangUndang Kesehatan dengan alokasi
lima persen dari belanja negara. Itu
juga yang akan kami coba lakukan
tahun depan.

ata kelola pemerintahan yang baik


harus tetap menjadi dasar dalam setiap
realisasi belanja. Sehubungan dengan
program infrastruktur, tata kelola yang
baik menjadi lebih penting karena nilai
program sangat besar. Dengan memperhatikan
sungguh-sungguh mengenai tata kelola
yang baik itu, optimalisasi penerimaan
pajak tentu mempermudah pendanaan
program infrastruktur.
Sejumlah penghitungan yang dilakukan
memperkirakan bahwa penambahan 10 persen
sarana infrastruktur dapat meningkatkan
PDB sebesar 0,2-0,5 persen. Namun, bagi
perekonomian yang lebih penting adalah
ketersediaan dari infrastruktur itu sendiri,
dalam arti bukan hanya bagi pertumbuhan
ekonomi melainkan juga pemerataan
kesejahteraan. Infrastruktur dibangun bukan
hanya sekadar memenuhi kebutuhan korporasi
semata, tapi untuk mendukung pembangunan
manusia dan kualitas hidupnya.
Ingat bahwa dalam RPJMN
2015-2019, pemerintah saat ini
mengedepankan pembangunan
berkualitas. Maknanya, pembangunan
harus bersifat inklusif, berbasis luas, dan tidak
boleh menciptakan kesenjangan antarkelompok,
antarwilayah, serta antargenerasi. Bukan
sekadar untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.

Teks Dwinanda Ardhi

38

MediaKeuangan

Vol. X No. 94 / Juli 2015

39

Kolom Ekonom

Perkuat Akuntabilitas
Anggaran di Daerah
Oleh: Joko Tri Haryanto*

residen mewacanakan adanya


alokasi dana kabupaten/
kota dengan besaran Rp100
miliar. Dana tersebut nantinya
akan diprioritaskan kepada
kabupaten/kota yang telah memiliki
dokumen perencanaan penganggaran
program yang akuntabel, khususnya
dari sisi pembangunan infrastruktur.
Harapannya, dengan adanya tambahan
alokasi dana tersebut maka laju
pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi di daerah semakin meningkat.
Peningkatan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi itu pada
gilirannya diharapkan mampu
memperbaiki derajat kualitas pelayanan
publik kepada masyarakat.
Dalam kesempatan lainnya,
perwakilan pemerintah juga
menyampaikan bahwa kepada
masing-masing daerah yang dianggap
memiliki indikator keberhasilan dalam
pencapaian pertumbuhan ekonomi
daerah serta pengendalian inflasi, akan
mendapatkan tambahan alokasi Dana
Insentif Daerah (DID). Besarannya pun
diharapkan cukup signifikan sehingga
mampu menjadi semacam perangsang
kepada daerah untuk berlomba-lomba
menjadi yang terbaik di kelasnya
masing-masing.
Dalam pengelolaan hubungan
keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah, Indonesia sudah memiliki
sejarah panjang terkait mekanisme
dana-dana insentif. Dimulai sejak
periode Orde Lama, Orde Baru
dengan mekanisme Subsidi Daerah

40

MediaKeuangan

Otonom (SDO), hingga Orde Reformasi


ketika seluruh dana yang sifatnya
ad-hoc tersebut semangatnya justru
ditertibkan dalam mekanisme Transfer
ke Daerah (TKD) karena berbagai
moral hazard yang ditimbulkan. Publik
tentu masih ingat kasus tertangkapnya
beberapa pejabat publik dan anggota
parlemen dalam kasus korupsi Dana
Percepatan Infrastruktur Daerah (DPID)
beberapa waktu yang lalu.
Permasalahannya, alokasi dana
APBN yang dianggarkan kepada daerah
sebetulnya sudah relatif signifikan,
bahkan cenderung terus meningkat
setiap tahunnya. Besarannya pun kini
hampir mendekati besaran anggaran
kementerian/lembaga (K/L). Dalam
APBNP 2014 misalnya, alokasi belanja
K/L sebesar Rp602,9 triliun, sedangkan
belanja TKD mencapai Rp596,5 triliun.
APBNP 2015 bahkan mencatat alokasi
TKD sebesar Rp664,1 triliun, yang
artinya sudah melampaui belanja
K/L sebesar Rp647,3 triliun. Sejak
APBNP 2014 pun pemerintah sudah
menambahkan alokasi Dana Desa
(DD) sebagai bentuk komitmen sesuai
amanat Undang-Undang (UU) Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa serta
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari APBN yang kemudian
direvisi menjadi PP Nomor 22 Tahun
2015.

Awasi penggunaannya
Sayangnya, berdasarkan hasil
kajian Spending Performance Dalam

Mendanai Pelayanan Publik yang


dilakukan pemerintah, kualitas belanja
pemerintah daerah justru masih
menyisakan tanda tanya besar. Dari sisi
penyerapan belanja misalnya, setiap
tahunnya senantiasa memperlihatkan
pola yang sama: rendah dari triwulan
I hingga III, namun tiba-tiba melejit di
triwulan ke-IV. Pola belanja seperti ini,
selain tidak sesuai dengan perencanaan
yang sudah ditetapkan dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran dari Satuan
Kerja Perangkat Daerah, dapat juga
menimbulkan potensi terjadinya
kesulitan likuiditas APBD pada saat
kenaikan belanja terjadi. Proses
penetapan APBD di banyak daerah
juga sering mengalami keterlambatan.
Akibatnya proses pengadaan berbagai
kebutuhan infrastruktur mendasar
menjadi tertunda dan dampaknya
pelayanan publik menjadi terkendala.
Alokasi belanja di hampir
seluruh daerah juga menunjukkan
dominasi belanja rutin kepegawaian
yang sifatnya administratif. Sudah
menjadi rahasia umum bahwa
alokasi TKD khususnya DAU, habis
untuk belanja pegawai di daerah.
Sementara fungsi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi justru menjadi
terbengkalai. Akibatnya kebijakan
otonomi daerah dari sisi kewenangan
serta desentralisasi fiskal dari sisi
pendanaan, yang awalnya diupayakan
untuk menciptakan kemandirian di
daerah, justru bertransformasi menjadi
pola ketergantungan yang luar biasa
bagi daerah terhadap pemerintah

pusat.
Hal ini tentu wajib menjadi
perhatian serius bagi pemerintah.
Terlebih lagi, percepatan pembangunan
daerah dan desa menjadi salah satu
agenda utama pemerintahan baru
sebagaimana yang tercantum dalam
Nawa Cita ketiga, yaitu Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara
kesatuan. Menteri Keuangan
(Menkeu) menyebutkan bahwa di
tahun 2016, pemerintah sendiri
telah menyusun rencana kebijakan
strategis TKD dan DD di antaranya
dengan memenuhi arahan presiden
terkait penyediaan dana block
grant pembangunan infrastruktur
Rp100 miliar per kabupaten/kota,
melanjutkan affirmative policy terkait
DAK untuk daerah-daerah tertinggal,
terluar, terpencil serta kapasitas
pemerintahannya belum memadai
dalam memberikan fungsi pelayanan
publik.

Berikutnya adalah kebijakan


pengalokasian DAU tetap difokuskan
untuk mengurangi ketimpangan
fiskal antardaerah. Bobot terbesar
dari DAU wajib diberikan kepada
daerah-daerah dengan kapasitas fiskal
rendah. Terakhir adalah pemenuhan
alokasi DD sebesar 10 persen dari dan
di luar dana TKD. Rencana tersebut
kemudian diapresiasi secara positif oleh
beberapa pengamat. Meskipun dinilai
normatif, rencana itu menawarkan
konsep reformasi kebijakan anggaran di
daerah.

Beban alokasi belanja pegawai


Persoalan tingginya beban alokasi
belanja pegawai dipandang sebagai
permasalahan utama rendahnya
kemampuan membangun di daerah,
sejalan dengan persoalan kelembagaan
dan korupsi. Keseluruhan masalah
inilah yang kemudian harus dipandang
secara serius oleh pemerintah
terkait dengan evaluasi pelaksanaan
desentralisasi fiskal. Jangan sampai

nantinya pelaksanaan desentralisasi


justru dianggap gagal dan Indonesia
akan terus berada dalam situasi yang
mengarah kepada jurang kehancuran.
Sinyal positif sepertinya
diperlihatkan oleh pemerintah seiring
dengan draft revisi UU Nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Dalam keterangannya, pemerintah
menyampaikan adanya rencana
pembatasan porsi belanja pegawai
maksimal 50 persen dari total Belanja
Daerah. Jika belanja pegawai dapat
dibatasi hingga maksimal 50 persen,
maka alokasi belanja pembangunan dan
infrastruktur pelayanan umum dapat
ditingkatkan di level yang signifikan.
Dalam konteks kekinian, pemerintah
juga mewajibkan masing-masing daerah
untuk membatasi alokasi belanja
pegawainya demi mengakomodasi
kebutuhan Pilkada serentak yang akan
segera dijalankan.
Rencana tersebut kemudian
Vol. X No. 94 / Juli 2015

41

diapresiasi secara positif oleh


beberapa pengamat. Meskipun dinilai
terlambat, rencana tersebut dinilai
sangat bermanfaat dalam reformasi
kebijakan anggaran di daerah.
Dalam kacamata penulis, rencana
tersebut sebetulnya cukup baik,
namun perlu disempurnakan dengan
beberapa kebijakan mendasar lainnya.
Reformasi formula penghitungan DAU,
misalnya, menjadi catatan yang perlu
diperhatikan khususnya dari aspek
transparansi dan akuntabilitas. Alokasi
dasar belanja pegawai daerah juga
wajib dikeluarkan dalam formulasi
penghitungan DAU. Jika tidak,
selamanya beban belanja pegawai
daerah akan selalu membebani APBN.
Catatan berikutnya terkait
dengan komposisi besaran DAU dan
DAK. Sebagai mekanisme anggaran
yang bersifat spesifik (ear marking),
DAK sepertinya perlu diperluas
komposisinya demi menciptakan
pertumbuhan dan pembangunan di
daerah. DAU justru perlu untuk ditinjau
kembali besarannya seiring dengan
pembatasan belanja pegawai, karena
faktanya DAU hanya merepresentasikan
belanja pegawai semata. Mekanisme
evaluasi dan transparansi kebijakan
anggaran daerah juga perlu dipertegas.
Instrumen reward and punishment
perlu benar-benar dijalankan sesuai
sistem penganggaran kinerja.
Kesepakatan hold harmless yang
membuat anggaran daerah dipastikan
tidak akan lebih kecil dibanding
alokasi tahun sebelumnya wajib untuk
dihapus 100 persen. Justru daerah yang
berprestasi perlu diberikan reward,
sedangkan daerah yang kinerjanya
buruk perlu diberi punishment, baik
dalam bentuk penundaan anggaran
maupun pengurangan anggaran.
Pemerintah juga perlu melakukan
berbagai inovasi dan berpikir out of the
box. Janganlah semua permasalahan
di daerah hanya diatasi dengan
memberikan tambahan anggaran.
Perlu dipikirkan inovasi pengentasan
kemiskinan di daerah. Misalnya
dengan pemberdayaan melalui
pengembangan parwisata berbasis
masyarakat atau berbagai kegiatan

42

MediaKeuangan

Daerah yang berprestasi


perlu diberikan reward
sementara daerah
yang kinerjanya buruk
perlu diberi punishment
baik dalam bentuk
penundaan anggaran
atau pengurangan
anggaran.

yang bersifat komunal lainnya. Justru


ke depannya, jika pemberdayaan sektor
komunal tersebut dapat diciptakan,
Pemerintah pusat tidak perlu campur
tangan seluruhnya dalam mengatasi
berbagai permalahan kemiskinan,
pengangguran, dan problem sosial
lainnya. Masyarakat sebetulnya sudah
memiliki solusi sendiri.
Hal lainnya yang perlu dilakukan
adalah mekanisme audit belanja
kemudian layak untuk diutamakan
sebagai salah satu metode evaluasi
serta monitoring kualitas belanja di
daerah. Menjelang pelaksanaan Pemilu
2014 tahun lalu, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) pernah bermaksud
mengadakan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu (PDTT) atau lebih
dikenal sebagai investigasi terhadap
belanja pemerintah daerah, khususnya
terkait alokasi bantuan sosial (bansos),
belanja barang, serta belanja modal.
Audit ini diperlukan demi mengurangi
peningkatan risiko penyimpangan
pengelolaan keuangan publik, yang
nantinya berpotensi meruntuhkan
sisi akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan keuangan negara.
Kebutuhan investigasi ini juga
makin diperkuat dengan fakta makin
meningkatnya intensitas belanja
barang, modal, dan bansos di daerah
menjelang Pemilu 2014 tadi. Bahkan di
beberapa daerah, intensitas ini marak
terjadi setiap menjelang pilkada. Pihak
incumbent tentu sangat diuntungkan
dengan mekanisme tersebut. Selain
kampanye terselubung, mekanisme ini
sekaligus dijadikan ajang memperkaya

diri.
Audit BPK ini nantinya akan
membuka ranah substansi dari pola
belanja di daerah itu sendiri selain
investigasi pola belanja barang, sosial,
dan bansos. Bagaimana arah belanja di
daerah kaitannya dengan pencapaian
tujuan pelayanan masyarakat,
pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan daerah wajib menjadi
ukuran kinerja utama. Dengan
demikian, ke depan diharapkan masingmasing daerah akan berlomba-lomba
menggunakan anggarannya dengan
sebijaksana mungkin.
Untuk mempercepat terciptanya
kesadaran belanja di daerah yang
bijaksana tersebut, pemerintah
mungkin dapat menciptakan sistem
reward and punishement. Untuk daerah
yang terbukti menjalankan pola belanja
yang bertanggung jawab dan akuntabel
serta mengedepankan aspek pelayanan
publik, dapat diberikan insentif
tambahan dana yang diambilkan
dari pengurangan anggaran daerah
lainnya yang kebetulan mendapatkan
punishement akibat pengelolaan belanja
yang tidak bijaksana.
Daerah yang berprestasi perlu
diberikan reward sementara daerah
yang kinerjanya buruk perlu diberi
punishment baik dalam bentuk
penundaan anggaran atau pengurangan
anggaran. pemerintah juga perlu
melakukan berbagai inovasi dan
berpikir out of the box. Janganlah
semua permasalahan di daerah hanya
diatasi dengan memberikan tambahan
anggaran. Perlu dipikirkan inovasi
pengentasan kemiskinan di daerah
misalnya dengan pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan
parwisata berbasis masyarakat atau
berbagai kegiatan yang bersifat
komunal lainnya. Justru ke depan,
jika pemberdayaan sektor komunal
tersebut dapat diciptakan, pemerintah
pusat tidak perlu campur tangan dalam
mengatasi berbagai permasalahan
kemiskinan, pengangguran, dan
problem sosial lainnya.

*Peneliti di BKF, Kementerian Keuangan

Vol. X No. 94 / Juli 2015

43

Generasi Emas

Semangat
Kontributif
Sang Aktivis

menjahitkan kain, sedangkan mereka yang


memproduksi batik juga menunggu pembeli. Jadi
saya menggabungkan mereka, kata perempuan
yang memulai usahanya pada Januari lalu. Salah
satu rekanan usaha Aisling adalah para siswa di
SMK 1 Pacitan yang memproduksi batik sendiri.
Terjun dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan adalah salah satu passion yang
dimiliki Krisna. Di Birmingham, Inggris, dia juga
aktif dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia sebagai
Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat. Membagi
waktu antara aktivitas akademis dan sosial tak
pernah menjadi masalah baginya. Krisna terbiasa
menjalani hari yang padat dengan membuat
agenda secara rapi.

Persiapan panjang

Krisna Puji
Rahmayanti
percaya bahwa
dengan tekad
yang keras, selalu
ada jalan untuk
mewujudkan
cita-cita. Krisna,
yang memperoleh
beasiswa Lembaga
Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP)
untuk menempuh
pendidikan S2
di University of
Birmingham,
Inggris, ingin
berbagi semangat
itu lewat program
Kado Untuk Anak
Indonesia. Bersama
para alumni LPDP
lain yang tergabung
dalam tim think
tank Mata Garuda,
dia menggagas
program tersebut.
Sasarannya anakanak di daerah
perbatasan, daerah
tertinggal, dan
kepulauan.
44

MediaKeuangan

ulan ini masih tahap penggalangan


dana, kata perempuan kelahiran
Pacitan, 5 Desember 1989 itu
saat berbincang dengan Media
Keuangan beberapa waktu lalu.
Melalui Kado untuk Anak Indonesia, anak-anak
di daerah tujuan akan mendapatkan kartu pos
inspirasi, alat peraga sekolah, dan berbagai
jenis buku. Sebagai generasi muda yang pernah
mengenyam pendidikan di luar negeri, Krisna
dan kawan-kawannya ingin mengajak anak-anak
di sana untuk berani bermimpi.Mereka juga bisa
mendapatkan kesempatan seperti kami, ujarnya.
Pengiriman kado akan dilaksanakan pada
September. Namun, pilot project kegiatan ini sudah
dimulai. Pada akhir tahun, program Kado untuk
Anak Indonesia akan masuk ke tahap monitoring.
Krisna dan kawan-kawan akan melihat berbagai
hal, misalnya apakah sasaran kegiatan sudah tepat
atau apa saja program yang bisa dilaksanakan
sebagai tindak lanjut.
Di Mata Garuda, Krisna dipercaya sebagai
Head of Social Affair. Di samping itu, dia juga aktif
dalam berbagai kegiatan sosial lain. Dalam Komisi
Nasional Pengendalian Tembakau, dia menjabat
sebagai Project Officer. Salah satu tugas Krisna
adalah melakukan advokasi dalam penyusunan
kebijakan di DPR.Saya juga aktif menjalankan
kampanye hidup sehat tanpa rokok, kata dia.
Bermula dari kecintaan terhadap batik,
Krisna juga turut mengembangkan semangat
socialpreneur. Dengan label Aisling, dia menjual
pakaian batik bekerja sama dengan para pegiat
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Pacitan,
kampung halamannya.Ibu-ibu penjahit di
sana umumnya hanya menunggu pelanggan

Keberhasilan Krisna meraih beasiswa


LPDP merupakan buah persiapan yang panjang.
Keinginan untuk melanjutkan pendidikan S2
sudah ada sejak dia duduk di semester empat
Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik, Universitas Indonesia (UI). Dari situ,
salah satu wakil delegasi UI pada simulasi sidang
PBB, Model United Nation of Istanbul 2010, itu
mulai memperdalam kemampuan bahasa Inggris.
Dia mengikuti beberapa les dan tes dengan
uang tabungannya sendiri. Proses memilih
universitas pun tidak singkat.Setelah wisuda,
saya bahkan masih berada pada tahap akhir
pemilihan universitas. Itu membutuhkan banyak
pertimbangan, ujarnya.
Walaupun memakan waktu panjang dan
membutuhkan banyak persiapan, Krisna menjalani
rangkaian tahapan melamar beasiswa S2 tanpa
beban.Saya sudah mempersiapkan mental. Di
samping itu, saya juga selalu mencari alternatif
lain dari strategi yang dibuat, ujarnya. Pada
proses seleksi, Krisna sangat senang karena LPDP
mempertimbangkan pengalaman berorganisasi
dan aktivitas sosialnya. Dengan beasiswa dari
negeri sendiri, Krisna akhirnya mendapatkan
kesempatan mengambil program Master of Public
Administration, International Development
Department, University of Birmingham.
Program master yang dijalani dosen muda
di UI itu berfokus pada administrasi negara
yang responsif terhadap isu-isu pembangunan
internasional.Saya tertarik untuk mempelajari hal
ini karena menyadari bahwa sebuah negara bukan
hanya harus efektif dan efisien, melainkan juga
harus dapat menjawab kebutuhan warganya secara
merata, kata Krisna.
Proses pendidikan yang dijalani Krisna
berlangsung selama satu tahun dengan rincian

enam bulan belajar di kampus, tiga


bulan studi banding di beberapa negara,
dan tiga bulan riset di lapangan dan
penyelesaian tesis. Salah satu pengalaman
penting didapatkan Krisna ketika
mengikuti studi banding di Turki. Kami
belajar bagaimana pembangunan di Turki
yang menjadi negara jembatan Benua Asia
dan Eropa, ujar putri pasangan Rochmad
dan Sumarti yang berprofesi sebagai guru
sekolah dasar itu.
Dalam proses menyelesaikan tesis,
Krisna sempat kembali ke Indonesia dan
melakukan penelitian di Aceh. Di sana,
dia meneliti proses pembuatan kebijakan
di daerah yang harus menghubungkan
berbagai kepentingan. Kebijakan di
bidang pendidikan menjadi obyek
penelitian Krisna.Mengapa pendidikan?
Karena itu adalah salah satu instrumen
untuk pembangunan, katanya.

Kehilangan paspor
Ada sebuah pengalaman tak
terlupakan yang dialami Krisna sepanjang
proses belajar di luar negeri. Saat sedang
mengunjungi Italia pada masa liburan
kuliah, dia kecopetan. Tas beserta isinya,
termasuk paspor, hilang.Saya berpikir di
negara maju seperti Italia tidak ada copet,
tapi ternyata tas beserta isinya hilang
semua, kata anak pertama dari dua
bersaudara itu seraya tergelak.
Berada di negeri orang tanpa
dokumen legal tentu tak pernah
terbayangkan di benak Krisna. Tak ada
jalan lain, dia harus mengurus visa dan
paspor baru. Untuk bisa mendapatkan
dokumen tersebut, Krisna sejatinya
diharuskan untuk pulang ke Indonesia
dan tidak bisa langsung kembali ke
Inggris.
Sementara pada saat itu, Krisna
tak mungkin kembali ke Indonesia.
Jadwal ujian dan sebuah kegiatan sosial
menantinya di Inggris.Saya pikir, saya
harus mati-matian mendapatkan visa
untuk kembali lagi ke Inggris, baru
pergi ke Indonesia, ujarnya. Dalam
situasi yang tidak menentu, Krisna
lantas mencoba meminta bantuan pihak
Kedutaan Besar Inggris. Di samping itu,
dia juga minta bantuan dari kampusnya
untuk memberikan surat pengantar
yang menyatakan bahwa Krisna adalah

Krisna saat
wisuda dari
University of
Birmingham.
Krisna bersama
teman-teman
sekelas saat
Culture Day.

Foto
Dok. Pribadi

mahasiswa yang berkelakuan baik. Proses


yang dilalui tidak mudah. Namun, atas
dukungan Kedutaan Besar Inggris dan
University of Birmingham, permohonan
Krisna akhirnya dikabulkan. Dia dapat
kembali ke Inggris tanpa harus pulang
terlebih dahulu ke Indonesia.
Pengalaman itu menjadi pelajaran
penting. Apalagi, Krisna sempat harus
menunggu di kantor polisi setempat
selama hampir dua belas jam sebelum
laporan kehilangannya dilayani.Sampai
hilang harapan paspornya bisa
ditemukan, katanya. Beruntung, Krisna
memiliki teman-teman yang tinggal
di Italia. Selama kasusnya ditangani,
dia tinggal bersama mereka. Krisna
sangat bersyukur dapat kembali lagi
ke Inggris sesuai jadwal. Penanganan
kasus seperti itu, menurut Krisna, adalah
hal yang langka. Dalam banyak kasus
kehilangan, otoritas setempat biasanya
mengharuskan warga negara asing untuk
mengurus kasusnya dan kembali ke
negara asal.

Harapan
Krisna memiliki rencana untuk
melanjutkan program S3 di bidang
administrasi negara yang menjadi
keahliannya. Namun, sebelum kembali
belajar, dia ingin terlibat lebih banyak
dalam penelitian dan gerakan sosial di
tanah air.Saya ingin lebih memahami apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
tumbuh bersama mereka, katanya. Saat
ini Krisna tengah menikmati profesinya
sebagai akademisi dan aktivis sosial.

Gedung A.A. Maramis II Lt. 2


Jl. Lap. Banteng Timur No. 1Jakarta 10710
Telp/Faks. (021) 3846474
E-mail. lpdp@depkeu.go.id
Twitter/Instagram. @LPDP_RI
Facebook. LPDP Kementerian Keuangan RI
Youtube. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP RI

Teks Dwinanda Ardhi

Vol. X No. 94 / Juli 2015

45

Opini

Pola Partisipatif
Monev Dana Desa
Oleh: Dhani Kurniawan*

eningkatan alokasi dana desa


dari semula Rp9 triliun pada
APBN 2015 menjadi Rp20,7 triliun
pada APBN-P 2015 menghasilkan
jumlah yang cukup besar untuk
alokasi per desa. Nominal yang tidak
sedikit ini tak dipungkiri menyisakan
permasalahan pelik seputar bagaimana
pengawasan penggunaan dana tersebut.
Masalah kesiapan Sumber Daya
Manusia (SDM) pelaksana di desa
merupakan hal yang harus mendapatkan
perhatian ekstra. Sementara di level
pemerintah pusat melakukan monitoring
terhadap 72.944 desa (sesuai data

46

MediaKeuangan

Permendagri 18/2013) juga bukan hal


mudah.
Arahan Menteri Keuangan untuk
memastikan dana transfer ke daerah
dipergunakan sebagaimana mestinya
tentu mendorong perlakuan yang sama
terhadap dana desa. Setelah ke daerah
dan kemudian ke desa uang tersebut
digunakan untuk apa. Fungsi monitoring
dan evaluasi (monev) harus dilaksanakan
lebih efektif. Melihat coverage area dan
entitas yang harus diawasi teramat
sangat luas, masalah SDM menjadi
kendala. Untuk itu dibutuhkan satu
desain monev yang tepat sehingga bisa

menjangkau semua desa.


Ada satu kemungkinan yang layak
untuk dilirik dan dipertimbangkan.
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri selama
ini memiliki jaringan yang menjangkau
hingga ke kelompok masyarakat terkecil.
Kita selama ini mengenal adanya Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM) di PNPM
Perkotaan serta Badan Koordinasi Antar
Desa (BKAD) dan Unit Pengelola Kegiatan
(UPK) di PNPM Perdesaan.
Di satu sisi dana PNPM Mandiri
perdesaan merupakan pos yang telah
diidentifikasi untuk dialihkan menjadi

dana desa. Hal ini dari sudut pandang


human resources memunculkan polemik
seputar tidak adanya hal yang bisa
dikerjakan lagi oleh para pendamping
PNPM Mandiri di level teknis seperti UPK
dan BKAD. Struktur yang telah terbentuk
dan kerjasama yang telah terjalin baik
tentunya sayang apabila hilang begitu
saja.

Nominal alokasi
dana desa yang
tidak sedikit ini tak
dipungkiri menyisakan
permasalahan pelik
seputar bagaimana
pengawasan
penggunaan dana
tersebut.

BKM sendiri sejatinya merupakan


wahana aktualisasi pembangunan
partisipatif berbasis kebutuhan
masyarakat. BKM ada dan didesain
menjadi lembaga yang membumi dan
menjadi representasi masyarakat. Selama
ini mereka telah membuktikan diri
mampu menjalankan fungsinya dengan
baik. Demikian pula dengan UPK yang
mengelola operasional kegiatan PNPM
Mandiri Perdesaan di kecamatan dan
membantu BKAD melakukan koordinasi.
Pertanyaan yang mungkin muncul
adalah mengapa BKM? Bukankah BKM
lebih banyak bekerja di perkotaan
sedangkan yang menjadi target adalah
desa? Coba kita ambil esensi BKM itu
sendiri. Sebagai lembaga yang sudah
mengakar tentunya tidak terlampau sulit
bagi BKM untuk melakukan koordinasi
di masyarakat. Setidaknya pola kerjanya
layak untuk dicontoh. Selain itu, data
desa menunjukkan bahwa nomenklatur
desa tidak hanya berada di kabupaten
tetapi juga di kota. Perlu penelaahan lagi
mengenai daerah dengan nomenklatur
desa yang secara administratif berada

di kota dan selama ini mendapat dana


PNPM Mandiri.
Fungsi monev yang
mengikutsertakan lembaga yang sudah
mengakar tersebut tentu akan sangat
membantu, terutama mengingat
monev yang selama ini dilakukan
oleh Kementerian Keuangan hanya
menjangkau kota atau kabupaten.
Kalaupun sedikit jauh, hanya sebatas
level Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang punya rentang kendali
sebatas kabupaten/kota sehingga mudah
dikontrol. Namun ketika monev harus
menjangkau wilayah perdesaan, tentunya
menyisakan pekerjaan rumah yang tak
sederhana untuk merumuskan kebijakan
yang applicable.
Sesuai Ketentuan pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun
2014 pasal 26, pemerintah melakukan
pemantauan dan evaluasi atas
pengalokasian, penyaluran, dan
penggunaan dana desa. Monitoring
dilakukan terhadap penerbitan
peraturan bupati/walikota mengenai
tata cara pembagian dan besaran dana
desa, jumlah desa penyaluran, serta
penyampaian laporan realisasi dan
SiLPA dana desa. Selain itu ada pula
kewajiban melakukan evaluasi terhadap
penghitungan/pembagian dana di setiap
desa oleh kabupaten/kota dan realisasi
penggunaannya.
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor
6 Tahun 2014 tentang desa diatur bahwa
pelaksanaan program dan kegiatan
yang bersumber dari Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
dan lembaga non-Pemerintah wajib
memberdayakan dan mendayagunakan
lembaga kemasyarakatan yang sudah
ada di desa. Pengaturan ini membuka
peluang bagi BKM dan UPK yang selama
ini mendampingi PNPM Mandiri untuk
ikut serta mengawasi dana desa.
Selama ini monev PNPM yang
dilakukan oleh World Bank melalui
Implementation Support Mission juga
telah melibatkan para pendamping
PNPM di masyarakat. Mereka diwajibkan
menyampaikan laporan penyerapan
secara berkala ke tingkat pusat. Laporan
tersebut dikompilasi dan dijadikan data
utama untuk mengetahui penyerapan

riil di setiap kelompok masyarakat.


Untuk desa atau kecamatan yang tidak
bisa menjalankan program tersebut,
bisa diberikan punishment dengan cara
ditangguhkan pencairan dana tahap
berikutnya atau alokasi pada tahun
berikutnya.
Ketika Tim Implementation Support
Mission yang beranggotakan personel
dari World Bank, Kementerian Keuangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Bappenas melakukan monev ke daerah,
laporan tersebut dijadikan acuan. Lokasi
yang didatangi benar-benar merupakan
titik dimana program tidak berjalan
sehingga bisa langsung dilakukan
pembinaan di tempat.
Sekali lagi, hal ini melibatkan
pendamping PNPM di wilayah setempat
yang sudah sangat mengenal medan
dan secara day to day mendampingi
masyarakat. Mulai dari penyusunan
rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
hingga kepenyusunan dan penyampaian
laporan ke tingkat pusat.
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
merespon kebutuhan pendampingan
desa dengan memberdayakan tenaga
pendamping PNPM yang selama ini
sudah ada. Namun jumlah tenaga yang
ada sekitar 13.000 ribu orang tentu
masih kurang untuk mendampingi 72.944
desa sehingga direncanakan merekrut
tenaga pendamping baru. Kementerian
Keuangan bisa mengoptimalkan resource
yang ada untuk keperluan monev yang
sifatnya partisipatif.
Sense of belonging akan lebih terasa
dengan pola partisipatif ini. BKM dan
UPK sebagai civil society bertanggung
jawab memastikan pembangunan di
daerahnya berjalan baik. Independensi
yang dimiliki lembaga ini membersitkan
harapan bahwa fungsi monev yang
diperlukan akan mampu diemban dengan
baik. Dengan pengalaman mereka
sebagai operator PNPM, rasa-rasanya
akan mampu meringankan beban
Pemerintah Pusat dalam memastikan
dana desa dimanfaatkan dengan baik
untuk kesejahteraan masyarakat.

*Pegawai di DJPK, Kementerian Keuangan

Vol. X No. 94 / Juli 2015

47

Regulasi

n
a
t
a
h
e
s
e
K

Riviu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.07/2015


tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/
PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak
Rokok

48

MediaKeuangan

ajak rokok merupakan jenis


pajak provinsi menurut UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (UndangUndang PDRB). Sebagai ketentuan lebih
lanjut dari Pasal 27 ayat (5) UU PDRB
mengenai tata cara pemungutan dan
penyetoran pajak rokok, Kementerian
Keuangan menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 105/
PMK.07/2013. Aturan ini mengatur
proporsi pembagian pajak rokok untuk
masing-masing provinsi.
Saat itu, Pemerintah Daerah masih
dapat membuat target penerimaan
pajak rokok. Namun kini, Pemerintah
Daerah tidak lagi bisa membuat target
penerimaan dari pajak rokok, karena
estimasi penerimaan pajak rokok
tiap provinsi akan ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan
PMK Nomor 102/PMK.07/2015.

Penentuan proporsi
Dalam ketentuan Pasal 16 ayat (1)
PMK Nomor 115/PMK.07/2013, Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan
menetapkan proporsi pembagian pajak
rokok. Berdasarkan proporsi tersebut,
daerah menghitung besaran pajak
rokok kemudian hasilnya dikali dengan
angka pajak rokok yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Sementara itu, dalam Pasal 16
PMK Nomor 102/PMK.07/2015, Dirjen
Perimbangan Keuangan setiap tahun
menetapkan proporsi dan membuat
estimasi nominal penerimaan pajak
rokok di setiap provinsi. Penetapan
itu ditujukan untuk memudahkan
setiap provinsi menentukan estimasi
pendapatan rokok dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Proporsi dan estimasi penerimaan
pajak rokok tiap provinsi ditetapkan
berdasarkan rasio jumlah penduduk
provinsi terhadap jumlah penduduk
nasional dan target penerimaan cukai
rokok pada Undang-Undang mengenai
APBN.
Selanjutnya, berdasarkan
penentuan proporsi dan estimasi
penerimaan pajak rokok per provinsi,

Gubernur menetapkan alokasi bagi


hasil pajak rokok kepada masingmasing kabupaten/kota. Ketetapan
Gubernur tersebut menjadi dasar
penyusunan APBD Kabupaten/Kota.
Apabila terjadi selisih antara realisasi
penerimaan pajak rokok dengan
anggaran, maka angka yang digunakan
merupakan angka yang sesuai dengan
realisasi penerimaan pajak rokok pada
rekening kas umum daerah.

Percepatan proses
Selain mempermudah penentuan
estimasi pendapatan rokok, PMK Nomor
102/PMK.07/2015 juga mempercepat
proses penetapan proporsi dan
pengalokasian pajak rokok. Pada aturan
sebelumnya, penetapan proporsi pajak
rokok dilakukan pada bulan Desember,
sementara PMK ini mempercepat
penetapan pada minggu kedua
November.
Adapun penetapan alokasi
kepada kabupaten/kota paling lambat
ditetapkan Gubernur pada bulan
November tahun anggaran sebelumnya.
Penetapan jumlah bagi hasil pajak rokok
kabupaten/kota dilakukan setelah
pajak rokok masuk dalam rekening kas
umum daerah.
Dalam ketentuan ini, Gubernur
harus menyalurkan bagi hasil pajak
rokok kepada kabupaten/kota paling
lambat tujuh hari kerja setelah
diterimanya pajak rokok di rekening kas
umum daerah. Percepatan penetapan
pajak rokok dilakukan agar provinsi
dapat lebih awal menganggarkan
pajak rokok dan mengalokasikan
ke kabupaten/kota. Dengan waktu
penyaluran yang tidak lama, proses
belanja daerah diharapkan segera dapat
dieksekusi oleh Kabupaten/Kota.

merupakan bagian provinsi maupun


bagian kabupaten/kota, dialokasikan
untuk mendanai pelayanan kesehatan
masyarakan dan penegakan hukum.
Penggunaannya dilakukan
dengan berpedoman pada petunjuk
teknis yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Apabila masih terdapat
sisa penggunaan pajak rokok dalam
mendanai pelayanan kesehatan
masyarakat dan penegakan hukum,
sisa dana tersebut digunakan untuk
pendanaan pada tahun anggaran
berikutnya.

Penutup
Aturan ini diterbitkan sebagai
salah satu upaya pemerintah pusat
untuk melakukan pembenahan dan
pembangunan daerah. Perubahan
aturan tentang pajak rokok bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan pemungutan dan
penyetoran pajak rokok. Dengan
demikian, pemerintah provinsi
lebih mudah dan cepat dalam
mengalokasikan pajak rokok kepada
kabupaten/kota, serta menjadikannya
dasar dalam penyusunan APBD.
Dasar penetapan pajak rokok
terhadap jumlah penduduk nasional
sejalan dengan dasar yang digunakan
dalam penentuan dana alokasi
umum, yaitu rasio jumlah penduduk.
Ketentuan yang mewajibkan daerah
untuk menggunakan dana pajak rokok
untuk pembiayaan dana kesehatan
dimaksudkan agar terdapat kaitan
secara langsung antara pendapatan
dan belanja. Ke depan, penerimaan
pajak rokok ini diharapkan dapat
meminimalisasi dampak negatif akibat
penggunaan rokok.

Lima puluh persen


Selain jangka waktu, PMK Nomor
102/PMK.07/2015 juga mengatur
mengenai persentase minimal pajak
rokok untuk alokasi kesehatan dan
penegakan hukum. Di dalam Pasal 31A,
yang merupakan pasal sisipan di dalam
PMK 102/PMK.07/2015, disebutkan
bahwa paling sedikit 50 persen dari
penerimaan pajak rokok, baik yang

Teks Budi Sulistyo

Vol. X No. 94 / Juli 2015

49

Inspirasi

Bekerja dengan Etika


Di saat rekan sebayanya
sudah memasuki masa
pensiun, pria berusia 63
tahun ini masih energik
menikmati kesehariannya
mendidik para calon
pemimpin Kementerian
Keuangan.

50

MediaKeuangan

ebagai seorang widyaiswara utama,


Maryanto memiliki kesibukan padat di
Balai Diklat Kepemimpinan Magelang
di usianya yang tak lagi muda. Media
Keuangan beruntung bisa berkesempatan
mendengar pengalaman dari widyaiswara
senior ini melalui video conference. Wawancara
menggunakan video conference Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan (BPPK) ini dilakukan
untuk pertama kalinya. Ditunjang dengan kualitas
suara dan gambar yang bagus, wawancara yang
dilakukan antara Media Keuangan di Jakarta
dan Maryanto di Balai Diklat Kepemimpinan
Magelang berlangsung dengan lancar.
Maryanto kembali mengenang saat ia
berjuang mengikuti ujian seleksi pegawai
negeri sipil di Senayan pada tahun 1977. Pria
lulusan SMA 2 Margoyudan Solo ini akhirnya
sukses menembus seleksi dan mendapatkan
penempatan di Badan Pendidikan dan Latihan

Keuangan (BPLK) yang merupakan cikal bakal


BPPK. Dalam meniti karier, Maryanto tak pernah
ambisius. Kesabaran dan ketekunannya bekerja
berbuah manis saat ia dipromosikan menjadi
Pemangku Jabatan Subbagian di Sekretariat
BPLK pada tahun 1986. Kemudian pada tahun
2000, ia dipromosikan menjadi Kepala Bidang
Administrasi Pendidikan Pascasarjana di BPPK.

Panggilan hati menjadi widyaiswara


Selama hampir tiga tahun menjabat
sebagai kepala bidang, Maryanto mendapat
tawaran menjadi widyaiswara. Secara umum,
widyaiswara adalah pegawai negeri sipil yang
diangkat sebagai pejabat fungsional oleh
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
mendidik, melatih, dan mengajar pegawai negeri
sipil pada lembaga diklat pemerintah. Di mata
Maryanto, menjadi widyaiswara adalah sebuah
profesi yang diimpikannya selama ini. Pria yang

Maryanto
dalam kegiatan
bersama rekanrekan BDK
Magelang.
Foto
Dok. BDK
Magelang

berkesempatan melanjutkan studi


S2 di University of Hartford Amerika
Serikat pada tahun 1994 ini memang
memiliki ketertarikan tersendiri dalam
dunia mengajar. Saat mengajar saya
bisa sharing ilmu dan informasi. Ada
kepuasan yang tidak bisa didapatkan jika
saya menjadi pejabat struktural, jelasnya
saat ditanya alasan memilih menjadi
widyaiswara.
Maryanto resmi memulai kariernya
sebagai widyaiswara sejak 2003.
Layaknya pejabat fungsional lainnya, ia
juga wajib mengumpulkan angka kredit
untuk dilaporkan setiap tahunnya.
Angka kredit tersebut didapatkan dari
tugas widyaiswara dalam mengevaluasi
dan mengembangkan diklat. Evaluasi
diklat meliputi evaluasi penyelenggaraan
Diklat di instansinya dan evaluasi kinerja
widyaiswara. Sedangkan pengembangan
diklat meliputi analisis kebutuhan
diklat, penyusunan kurikulum diklat,
dan penyusunan modul diklat. Dengan
tuntutan yang tak mudah, pekerjaan
utama widyaiswara bukan hanya
mengajar saja.
Saat awal menjadi widyaiswara,
Maryanto mengaku kesulitan untuk
menulis. Kalau tidak menulis nanti tidak
naik pangkat, jadinya saya harus belajar
menulis, katanya sembari tertawa. Ini
adalah tantangan yang harus dihadapi.
Maryanto mulai membiasakan diri
menulis, menyusun modul, dan membuat
publikasi. Tak sedikit yang harus
dikerjakan untuk mendapatkan angka

kredit selain mengajar. Saya tak pernah


ngoyo untuk mengejar angka kredit, yang
penting dijalani saja, tegasnya.
Public speaking merupakan
salah satu mata ajar di Balai Diklat
Kepemimpinan Magelang yang paling
digemari oleh para peserta. Maryanto
turut berperan serta mendesain
kerangka kurikulum dan menyusun
modul mata ajar ini. Public speaking
ini sebenarnya tidak sulit, banyak yang
saya ajari sebentar langsung menguasai
praktiknya. Yang penting langsung
praktik ditambah percaya diri, katanya.
Selain public speaking, Maryanto juga
mengajar berbagai mata ajar dalam
diklat kepemimpinan dan beberapa
seminar, antara lain: Bisnis Komunikasi,
Organizational Behavior, Soft Skills,
Interpersonal Skills, Kepemimpinan
dalam Organisasi, Koordinasi dan
Hubungan Kerja, Proyek Perubahan,
Teknik Analisis Manajemen, dan lainlain.

Suka dan duka


Selama hampir 13 tahun menjalani
karier sebagai widyaiswara, Maryanto
tak selamanya mengalami pengalaman
yang menyenangkan. Pernah ada salah
satu peserta yang memberikan komentar
sinis saat saya mengajar. Menjadi
widyaiswara harus siap menghapi siswa
yang aneh sekalipun, bagaimanapun
mereka kan murid saya. Harus banyak
sabar, ujarnya.
Pria kelahiran Klaten ini

menegaskan, kurikulum diklat


kepemimpinan saat ini berbeda dengan
beberapa tahun sebelumnya. Sejak tahun
2011, tiap peserta diklat diwajibkan untuk
menyusun sebuah proyek perubahan di
unit kerjanya. Proyek perubahan inilah
yang menjadi nilai akhir. Tidak ada
kelas (jadwal mengajar) bukan berarti
saya tidak kerja, kadang sabtu minggu
saya juga melayani konsultasi peserta
diklat lewat aplikasi Whatsapp, ujarnya
sembari tertawa.
Peserta diklat memang dituntut
untuk menyusun proyek perubahan
sebaik mungkin, oleh karena itu
dibutuhkan berulang kali konsultasi
dengan pembimbing. Saat ini ia bahkan
sudah membimbing 40 peserta dalam
menyusun proyek perubahan. Banyak
yang konsultasi ke saya, ada yang
semangat, ada yang stress karena
bingung bagaimana menyusun proyek
perubahannya, tuturnya.
Sederhana dan rendah hati. Itulah
kesan Media Keuangan terhadap
pria yang bertugas di Balai Diklat
Kepemimpinan Magelang sejak tahun
1988 ini. Saat ditanya mengenai sosok
yang menginspirasinya dalam bekerja,
Maryanto mengaku kagum terhadap
para widyaiswara muda. Anak-anak
muda itu hebat dan pintar sekali. Mereka
bisa membuat tayangan yang menarik
dengan teknologi yang ada. Kalau saya
kan harus belajar dulu, kata Maryanto
yang mengaku banyak belajar dari para
pegawai muda.
Bekerja yang baik, beretika, dan
bertanggung jawab, kata Maryanto
saat ditanya motto hidup yang selalu
dipegang saat bekerja. Hal itulah yang
berusaha ia tanamkan saat mengajar.
Menurut Maryanto, banyak hal yang
tidak diatur dalam peraturan saat
menjadi pejabat struktural. Maka pejabat
struktural diharapkan bisa menjadi
pengambil keputusan yang baik dan
mengedepankan etika. Saat ini banyak
krisis etika di lingkungan para pejabat
struktural, kata Maryanto menutup
pembicaraan dengan Media Keuangan.

Teks Pradany Hayyu

Vol. X No. 94 / Juli 2015

51

Renungan

Perjuangan
Melawan
Kanker
Laring

urat Edaran yang dikeluarkan


oleh Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara tentang
larangan merokok di ruangan
kerja mengingatkan saya akan
perjuangan Kuncoro, ayah saya. Tak
pernah terbayangkan, rokok yang selalu
menemaninya setiap hari kini menjadi
musuh mematikan. Pria kelahiran 15
Februari 1949 ini juga tak menyangka
jika vonis kanker Laring yang bersarang
pada lehernya sudah memasuki stadium
3. Pria yang sehari-harinya berprofesi
sebagai tani tambak dan juga nelayan ini
kondisi tubuhnya semakin melemah dan
berat badannya semakin menurun.
Kisah tersebut berawal Desember
2013. Saat itu Kuncoro merasa
tenggorokannya terasa serak dan
suara atau nada bicaranya kedengaran
kurang jelas. Dia tidak curiga atas
gejala atau perubahan yang terjadi
dalam suara yang serak dan kurang
jelas itu. Lama-kelamaan gejala sesak
nafas pun dirasakan oleh Kuncoro. Sang
istri memintanya untuk memeriksakan
diri ke dokter. Saat diperiksa, dokter
mendiagnosa radang tenggorokan dan
diberikan obat untuk radang. Ternyata
sudah 2 minggu tidak ada perubahan
yang berarti. Akhirnya sang istri
membawanya berobat ke Rumah Sakit
Dr. Kariadi Semarang.
Hasil diagnosa dokter menyatakan
adanya benjolan pada leher yang
dicurigai kanker. Untuk mengetahui
lebih lanjut, CT scan pun dilakukan.
Hasilnya, dokter mengatakan ada
sel kanker ganas yang diperkirakan

52

MediaKeuangan

Foto
www.abc.net.au

memasuki stadium 3 dan harus segera


dioperasi. Pemeriksaan sebelum
operasi pun dilakukan, ternyata detak
jantungnya bergetar hebat, sehingga
operasi batal dilakukan. Akhirnya dokter
melakukan pembedahan pada leher
untuk dibuatkan lobang dengan selang
untuk memudahkan pernafasannya.
Dengan kondisi kesehatannya yang
terus melemah, Kuncoro tetap berharap
dan berjuang untuk bertahan hidup.
Saluran pencernaannya pun ikut
terganggu, hanya jus dan susu saja
yang bisa dikonsumsi. Saat ini Kuncoro
disarankan oleh dokter melakukan
serangkaian kemoterapi dan penyinaran
yang sampai sekarang masih dilakukan.
Di Kantor Wilayah DJKN Kalimantan

Selatan Dan Tengah sendiri memberikan


perhatian khusus bagi pegawai yang
merokok, yaitu ruangan khusus untuk
merokok. Hal ini menandakan betapa
seriusnya bahaya rokok dan asap rokok
terhadap kesehatan dan lingkungan
sekitarnya.
Kuncoro sudah tidak memiliki
waktu lagi untuk menyesal. Kita yang
masih dalam kondisi sehat sebaiknya
melakukan pencegahan sejak dini demi
menghindari penyakit kanker laring.
Berhenti merokok, lakukan medical
check-up rutin, olah raga teratur, dan
menjaga pola makan yang sehat.

Teks Joko Hermono, Kanwil DJKN Kalselteng

Buku

5 Peringkat Teratas
Buku Fiksi Terpopuler

28 Peristiwa Tak Terungkap


dalam Sejarah
Lee Yong-Gu

Atlantis: The Last Continent


Finally Found
Arysio Santos

Stumbling On Happiness:
Sungguhkah Anda Tahu Apa yang
Membuat Anda Bahagia?

Daniel Gilbert
Judul: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Kompas
Halaman: 278 halaman

i mata seorang anak, mungkin


ada kalanya orangtua terkesan
cerewet. Memberitahu ini-itu
yang tidak perlu, memberi
tips yang dirasa tidak penting.
Bawel, preachy, dan sedikit-sedikit
ceramah. Padahal, maksud orang tua
sebenarnya baik. Hanya berbagi nasihat
atau pengalaman agar sang anak dapat
menjalani fase hidup mereka dengan lebih
kuat, cerdas, dan baik dari fase mereka
dulu. Fase sebagai seorang anak dan
berubah menjadi seorang bapak. Semua
orang pasti pernah menjadi anak dan
mungkin memiliki anak. Semua orang
pasti memiliki orangtua dan mungkin
menjadi orangtua.
Sabtu Bersama Bapak mengisahkan
kehidupan keluarga Garnida yang
memiliki dua orang putra yaitu Satya dan
Cakra, keduanya hanya terpaut usia 3
tahun. Bapak mereka telah divonis kanker
oleh dokter, hanya bisa bertahan sampai
satu tahun. Anak-anak terlalu dini untuk
ditinggal oleh sosok Bapak yang belum
sempat mengajarkan banyak hal tentang
kehidupan yang telah dilewatinya.
Namun, sang Ibu berpikir lain,
menurutnya suaminya sudah menyiapkan
bekal lengkap bagi anak-anak mereka.
Sesuatu yang menurut Itje sangat cerdas.
Ide cerdas yang dilakukan sang
Bapak adalah mencari cara bagaimana
dia tetap bisa berada disamping kedua

putranya. Sang Bapak memberikan


pengalaman dan berbagi cerita lewat
video yang sengaja dia rekam lewat
handycam. Video yang berisi nasihat
tentang kehidupan mulai dari menjadi
seorang lelaki yang bertanggung jawab
serta suami yang bisa membahagiakan
istri lahir bathin. Pesan bapak yang paling
utama adalah mengenai pentingnya
perencanaan sebelum menikah untuk
bekal menempuh kehidupan baru dalam
rumah tangga. Rekaman video diputar
pada setiap sabtu sore, sesudah azan
Ashar berkumandang. Bagi Satya dan
Cakra, ini adalah waktu terbaik mereka
setiap minggu.
Buku ini buku yang sangat inspiratif
untuk orang tua, calon orang tua,
ataupun yang ingin merencanakan
membangun rumah tangga. Banyak sekali
ilmu parenting yang bisa kita dapat ketika
membuka tiap lembar dari kisah di buku
ini. Penulis sangat jeli dalam membuat
tokoh bapak, walaupun hanya muncul
sesaat, alur ceritanya selalu bermuara
dari setiap rekaman yang diputarkan.
Kemasan sampul, warna, dan font buku
dibuat sangat sederhana namun syarat
dengan tanda cinta keluarga, begitulah
adhitya mulya menyelesaikan novelnya
yang ke-5 ini.

Cerita Cinta Ibunda


Ajeng Fitrianingtyas

The Firm
John Grisham

5 Peringkat Teratas Buku


Non-Fiksi Terpopuler

Forex Trading
Stevanus Ivan Susanto

Accounting Information
System Tenth Edition
George H Bodnar

Systems Analysis and


Design With UML 3rd Edition
Alan Dennis

Oxford Learners Pocket


Grammar New
John Eastwood

Panduan Brevet Pajak; PPN,


PPnBM, Bea Materai, PBB dan
BPHTB

Djoko Muljono

Versi Perpustakaan Kementerian Keuangan

Kunjungi Perpustakaan
Kementerian Keuangan dan
Jejaring Sosial Kami:
Gedung Djuanda I Lantai 2
Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1
Jakarta Pusat
Perpustakaan Kemenkeu
Perpustakaan
Kementerian Keuangan
@kemenkeulib
www.perpustakaan.kemenkeu.go.id

Peresensi Krishna Pandu Pradana

Vol. X No. 94 / Juli 2015

53

Wisata

54

MediaKeuangan

Museum Affandi:
Jejak Peninggalan
Sang Maestro

B
Semasa
hidupnya,
Affandi
menghasilkan
lebih dari
2.000 lukisan.
Karyakaryanya
dipamerkan
di berbagai
negara, baik di
Asia, Australia,
Eropa,
maupun
Amerika.
Galeri ketiga.

Galeri pertama.
Kediaman
Almarhum Affandi
yang sekarang
menjadi museum.
Foto
Priananda Sanditya
Rio Pradana

erbicara tentang Yogyakarta tak


akan ada habisnya. Kota ini memiliki
berbagai atraksi wisata yang membuat
kita betah berlibur disana. Di sekitar
kota ada komplek Keraton, Benteng
Vredeburg, dan Pemandian Taman Sari. Para
pendaki gunung biasanya senang bertandang
ke kawasan Merapi. Jika ingin cave tubing dan
body rafting, berkendaralah ke Gua Pindul dan
Kalisuci. Deretan pantai di kawasan selatan
juga bisa jadi pilihan. Wisata candi tentu tak
terhitung lagi. Bagi anda yang tidak terlalu
menyukai aktivitas luar ruang, Yogyakarta
menawarkan empat puluh dua museum dengan
koleksi yang beraneka ragam. Salah satu yang
patut disinggahi adalah Museum Affandi.
Setiap memasuki kota Yogyakarta dari
arah Solo, kita akan melintasi sebuah bangunan
di tepi sungai yang dari kejauhan terlihat
unik, berbentuk menyerupai lembaran daun
pisang dan tampak asri dipenuhi pepohonan
di sekelilingnya. Bangunan itu tak lain adalah
bekas kediaman Almarhum Affandi yang
sekarang dijadikan museum.
Nama lengkapnya adalah Affandi Koesoema.
Ia lahir di Cirebon, Jawa Barat tahun 1907 dan
meninggal pada Mei 1990. Affandi mengusung
gaya ekspresionis yang khas. Semasa hidupnya,
ia menghasilkan lebih dari 2.000 lukisan. Karyakaryanya dipamerkan di berbagai negara, baik
di Asia, Australia, Eropa, maupun Amerika. Bisa
dibilang, Affandi merupakan salah satu pelukis
Indonesia yang paling terkenal, bersanding
dengan pelukis besar lain seperti Raden Saleh
ataupun Basuki Abdullah.
Museum yang terletak di Jalan Laksda
Adisucipto No. 167 itu dibangun pertama kali
tahun 1962 dan di tahun 1974 secara resmi
dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Prof. Ida Bagus
Mantra. Menyusul kemudian gedung pameran
kedua dibangun atas bantuan pemerintah

pada tahun 1987 dan diresmikan pada tanggal


9 Juni 1988 oleh Mendikbud Prof. Fuad Hasan.
Sementara gedung pameran ketiga dibangun
oleh Yayasan Affandi pada tahun 1997 dan
diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X
pada tanggal 18 Mei 2000.
Ada empat galeri di dalam komplek
museum. Galeri pertama berisi karya-karya
Affandi yang terdiri atas sketsa-sketsa, lukisan
cat air, pastel, serta cat minyak di atas kanvas.
Di salah satu pojok galeri terpajang mobil Colt
Gallant tahun 1976 yang merupakan mobil
kesayangan Affandi.
Galeri kedua secara umum berisi lukisan
teman-teman Affandi. Galeri ketiga merupakan
bangunan tiga lantai yang multifungsi. Lantai
I digunakan untuk ruang pameran, lantai II
untuk ruang perawatan/perbaikan lukisan,
dan ruang bawah tanah sebagai ruang
penyimpanan lukisan. Disini kita bisa menonton
film dokumenter tentang kisah perjalanan
hidup Affandi dan karya-karya yang lahir dari
tangannya. Tak jauh dari galeri ketiga, terdapat
sebuah menara yang bisa kita naiki. Dari atas
sana terlihat panorama seluruh bagian museum,
aliran sungai Gajahwong, serta hiruk-pikuk
kendaraan yang lalu-lalang di jalan utama.
Terakhir, galeri keempat adalah ruang pamer
yang langit-langitnya terbuat dari anyaman
bambu.
Museum Affandi bisa dikunjungi hari
Senin-Sabtu pukul 09.00-16.00 WIB. Di hari
Minggu dan hari libur nasional museum
hanya buka dengan permintaan khusus. Tiket
masuk wisatawan asing sebesar Rp50.000 dan
domestik Rp20.000 (sudah termasuk minuman
ringan). Apabila membawa kamera, dikenakan
biaya sebesar Rp10.000.

Teks Priananda Sanditya Rio Pradana

Vol. X No. 94 / Juli 2015

55

Selebriti

Wanita
Tak Boleh
Capek
Wanita menjadi sosok istimewa
dalam hidup manusia. Kasih
sayang dan pengorbanan sosok
wanita sebagai ibu tak akan luput
diberikan demi tumbuh kembang
anak-anaknya dengan baik.
56

MediaKeuangan

Foto
Muhammad Ardani

papun alasannya, jadi wanita tak


boleh capek, ujarIffet Veceha
Sidharta yang lebih familiar
dengan sebutan Bunda Iffet. Bagi
penggemar grup musik Slank
(slankers), ibu kandung Bim bim ini menjadi sosok
dibalik lepasnya Kaka, Bim bim dan Ivan dari
jeratan narkoba.
Medio tahun 1996 silam menjadi masa kelam
bagi grup musik asal Potlot, Jakarta. Betapa tidak,
kala itu Slank mengalami kemunduran akibat
sejumlah personilnya mengkonsumsi obat haram.
Tak hanya sulit dikontrol, para personil Slank juga
sulit diajak bicara bahkan tidak fokus berkarya.
Saat itulah, wanita kelahiran tahun 1937 ini
memutuskan menangani Slank yang terancam
bubar. Bunda Iffet langsung mengambil alih posisi
menjadi manajer Slank. Beruntung, perannya
dalam internal Slank membuahkan hasil.
Bunda menegaskan bahwa menjadi seorang
ibu harus kuat dan tak boleh lelah menangani
anaknya yang ternyata positif mengkonsumsi
narkoba. Terbukti, berkat kesabaran, ketulusan
dan kasih sayang itulah, akhirnya mampu
membuat personil Slank sadar dan berniat
melepaskan diri dari ketergantungan.
Jangan dijauhi tapi dirangkul, peluk dan
belai dengan kasih sayang. Sungguh berat jika
dibandingkan mereka (masih menjadi) pemakai.
Saat sakau, mereka kesakitan luar biasa. Naluri
ibu mana yang tidak menangis manakala anaknya
yang sudah berniat baik mendapat cobaan dalam
bentuk lain, ungkapnya.
Pada proses pengobatan, Bunda Iffet
berupaya menjauhkan anak-anaknya dari
informasi apapun. Setidaknya, selama satu tahun
Bunda tak membiarkan mereka memegang alat
komunikasi. Bahkan, seluruh urusan pekerjaan
dan manggung harus melalui dirinya.
Saya harus tegas kepada anak-anak bahkan
beberapa kali saya harus galak kepada mereka
dalam urusan berkomunikasi. Saya harus tahu
dengan siapa mereka berhubungan dan untuk apa
mereka berhubungan, tegasnya.
Perlahan tapi pasti, personel Slank akhirnya
terlepas dari narkoba bahkan saat ini, mereka
memiliki rehabilitasi narkoba yang bekerja sama
dengan rumah sakit setempat. Bagi Bunda Iffet,
wanita masa kini yang harus bekerja di luar rumah
mempunyai tanggung jawab berat namun tidak
sedikit dari mereka yang berhasil mendidik anakanak mereka.

Teks Muhammad Ardani, DJBC

Vol. X No. 94 / Juli 2015

57

58

MediaKeuangan

Anda mungkin juga menyukai