Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BENGKALIS
DOKUMEN KERANGKA ACUAN
KERJA
Pekerjaan :
BELANJA JASA KONSULTAN PEMBUATAN
PETA RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN
KABUPATEN BENGKALIS
TAHUN ANGGARAN 2016
A.
LATAR BELAKANG
Kebakaran Hutan dan lahan telah menjadi sebuah fenomena tahunan dan terjadi setiap
tahun pada musim kemarau di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Bengkalis Provinsi
Riau.Setiap tahunnya disediakan anggaran baik pusat maupun daerah untuk kegiatan
pencegahan dan pemadaman namun aktifitas kebakaran hutan masih tetap terjadi baik dalam
skala kecil maupun besar.
`Kegiatan perencanaan untuk pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan
lahan ini memerlukan informasi yang akurat, aktual serta mudah di pahami oleh pengambil
keputusan. Seringkali informasi mengenai daerah dan wilayah rawan bencana kebakaran
hutan
dan
lahan
ini
tidak
disajikan
secara
jelas
dan
tidak
didasari
pada
metode
pengolahan data dan metodologi yang tidak konsisten sehingga cenderung subyektif dan
tergantung pada pengambilan kebijakan.
Informasi mengenai daerah rawan kebakaran merupakan informasi yang sangat
penting, sehingga dengan adanya informasi mengenai daerah yang potensial terhadap
kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan upaya pencegahan dan peringatan dini,
khususnya saat musim kemarau panjang, dan pada bentangan di areal yang luas dan sulit
di jangkau.
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa
bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydro meteorologi (banjir, tanah
longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia,
penyakit tanaman/ ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan industri,
kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah
manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas,
alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi
dari situasi bencana pada suatu daerah konflik. Berdasarkan catatan sejarah, Indonesia
mengalami beberapa bencana dengan skala sangat besar atau Catastrophe
total
luas
wilayah
1.904.569
km2,
membuat
upaya-upaya
penyelenggaraan
kabupaten Bengkalis ini berada di Bengkalis tepatnya berada di Pulau Bengkalis yang
terpisah dari Pulau Sumatera. Pulau Bengkalis sendiri berada tepat di muara sungai Siak,
sehingga dikatakan bahwa pulau Bengkalis adalah delta sungai Siak. Kota terbesar di
kabupaten ini adalah kota Duri di kecamatan Mandau.
Pemanfaatan ruang yang berkualitas di Kabupaten Bengkalis harus ditunjang dengan
peta yang akurat dan mutakhir yang berisikan data spasial yang mewakili sumber daya
alam yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan menginformasikan keadaan sebenarnya dari
kondisi tanah, keadaan hidrologi, data geomorfologi, peta geologi, hutan yang ada, data
kondisi pertanian, perkebunan, karakteristik sosial budaya dan kondisi lingkungan.
Ketersediaan data spasial secara digital di seluruh wilayah Indonesia khususnya
Kabupaten Bengkalis masih belum begitu banyak, hanya wilayah-wilayah tertentu saja yang
kelengkapan data spasial secara digitalnya tersedia, itupun terkadang terbatas hanya
terdapat di Ibukota Provinsi atau Ibukota Kabupaten.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menjadi
dasar penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Terbitnya Undang-undang
tersebut telah memicu terjadinya pergeseran paradigma penanggulangan bencana menjadi
berorientasi
kepentingan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat perlu melakukan upaya terpadu
melalui pengkajian risiko bencana yang terukur. Hal ini sejalan dengan fokus fase
penanggulangan bencana Indonesia saat ini.
Sejalan dengan itu, pengukuran efektivitas penanggulangan bencana berdasarkan
indeks risiko membutuhkan baseline (gambaran dasar) yang digunakan sebagai acuan saat
mengukur keberhasilan dinamika penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia
selama 5 tahun ke depan. Baseline indeks risiko bencana pada dasarnya tetap mengacu
kepada metodologi Kajian Risiko Bencana yang telah ditetapkan menjadi Peraturan oleh
Kepala BNPB.
Penyusunan kajian risiko bencana di seluruh wilayah Indonesia penting dilakukan
sebagai landasan konseptual untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana
sekaligus dalam rangka pengenalan dan adaptasi terhadap bahaya alam dan buatan
manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko jangka
panjang, baik terhadap kehidupan manusia maupun harta benda.
Hasil pengkajian risiko bencana juga diharapkan mampu menjadi landasan teknokratis
bagi
rencana-rencana
terkait
penanggulangan
bencana
di
daerah
seperti:
Rencana
ada di lapangan. Permasalahan selanjutnya muncul saat peta tersebut tidak akurat lagi
akibat
adanya
perubahan
dari
1 (satu) tahun
akan memiliki karakteristik yang berbeda terhadap perilaku dan potensi kebakaran. Sehingga
diperlukan sebuah sistem informasi kebakaran yang dinamis untuk melakukan
pemutakhiran
peta sesuai dengan perubahan yang terjadi agar menjadi lebih akurat.
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) sebagai sebuah rencana induk daerah
harus mampu menjawab persoalan pada setiap fase penanggulangan bencana dan merangkum
perspektif penyelenggaraan penanggulangan bencana dari seluruh instansi pemerintahan daerah
yang terlibat. Oleh karenanya RPB perlu ditetapkan dalam sebuah aturan hukum yang jelas
sehingga dapat memberikan kekuatan dan perlindungan hukum dalam penerapannya.
Gambar 1 :
Sebagai sebuah rencana induk, RPB dapat dicapai dengan memberikan sebuah kerangka
yang efektif sehingga mampu menjamin pencapaian tujuan penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam rentang waktu 5 tahun. Kerangka ini perlu disusun dengan berdasarkan
pada kajian dengan metode yang terstruktur dan mampu memberikan gambaran tentang
kondisi terkini secara terpadu.
Kerangka yang merupakan batang tubuh dan subtansi RPB suatu daerah adalah
berbasis kajian risiko bencana. Pengkajian risiko bencana suatu daerah tidak hanya mendalam,
tapi juga dituntut untuk menghasilkan parameter-parameter tegas dan jelas yang digunakan
sebagai sasaran kunci sebuah RPB Daerah. Parameter tersebut tidak hanya berupa angka
perhitungan
termasuk
pembiayaan, namun
juga
dapat
menentukan
lokasi-lokasi yang
utama
dalam
penyusunan
kebijakan-kebijakan
daerah
dalam
Rencana
Penanggulangan Bencana adalah hasil Pengkajian Risiko Bencana. Hal ini menjadikan
kajian risiko bencana dan rencana penanggulangan bencana sebagai suatu kesatuan utuh
yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya dan bahkan dapat dipastikan bahwa
kajian risiko bencana merupakan prasyarat bagi penyusunan RPB. Secara sederhana
hubungan antara Kajian risiko bencana dengan Rencana Penanggulangan Bencana dapat
terlihat pada gambar dibawah ini :
sebuah
dokumen
perencanaan
yang
menentukan
arah
penyelenggaraan
daerah. RPB Daerah harus memperlihatkan visi, misi, kebijakan, program dan fokus
prioritas daerah dalam
misi, kebijakan,
program dan fokus prioritas, keseluruhannnya ditetapkan bersama dan menjadi komitmen
daerah. Oleh karenanya pelibatan SKPD dalam penyusunan RPB Daerah adalah suatu
keharusan dan prasyarat utama. Program dan Fokus Prioritas penanggulangan bencana
daerah juga harus di sertai sasaran yang menjelaskan siapa institusi pelaksana utama dan
pendukung, dimana kegiatan tersebut dilaksanakan, berapa besaran objek yang akan
dikerjakan, kapan kegiatan akan dilaksanakan dan berapa pagu anggaran untuk setiap
kegiatan.
B.
BPBD
Kabupaten/ Kota
dalam
menyiapkan
Rencana
Penanggulangan
Peta-peta Kapasitas
8.
Untuk daerah yang telah mempunyai dokumen Kajian Risiko Bencana dan atau
dokumen
Rencana
Penanggulangan
Bencana
Daerah,
akan
dilakukan
review
dan
C.
b)
Survey wilayah untuk mempelajari kondisi geografis dari sebuah area Kabupaten
Bengkalis, seperti :
c)
d)
D.
Kondisi ekonomi
Data-data demografis,
Sosial Budaya
KELUARAN / OUTPUT
1. Laporan Pendahuluan.
Laporan ini merupakan penjabaran (penafsiran) lebih lanjut dari Kerangka Acuan
Kerja
(KAK),
metodologi
dan
pendekatan
perencanaan,
rencana
kerja
dan
10
2. Laporan Antara.
Laporan
penyusunan
ini
Kajian
menggambarkan
Risiko
kemajuan
Bencana
dan
dan
hasil-hasil
sementara dalam
Antara
dibuat
sebanyak 1 0 (sepuluh)
eksemplar,
selambat-lambatnya
untuk
fitto page) untuk setiap daerah dalam lingkup wilayah kerja, yang terdiri dari :
1. Peta-peta Bahaya
2. Peta-peta Kerentanan
3. Peta-peta Kapasitas
4. Peta-peta Risiko Bencana
5. PetaRisiko Multi Bahaya Daerah,
c) Dokumen Teknokratik RPB
Laporan Akhir Sementara dan seluruh kelengkapannya dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar, selambat- lambatnya 2 minggu sebelum berakhirnya pekerjaan.
4. Laporan Akhir.
Laporan ini merupakan penyempurnaan Laporan Akhir Sementara berdasarkan koreksi
dan masukan pihak-pihak terkait dalam pekerjaan disediakan sebanyak 10 (sepuluh
eksemplar. Laporan Akhir ini juga dilengkapi dengan :
a) Dokumen Kajian Risiko Bencana untuk setiap daerah dalam lingkup wilayah kerja
b) Album peta kajian risiko bencana (ukuran A3 fitto page) sebanyak
20
(duapuluh),
untuk setiap daerah dalam lingkup wilayah kerja, yang terdiri dari :
1. Peta-peta Bahaya
2. Peta-peta Kerentanan
3. Peta-peta Kapasitas
4. Peta-peta Risiko Bencana
5. Peta Risiko Multi Bahaya Daerah,
c) Album data base digital dalam format sistem informasi geografis
d) Dokumen Teknokratik RPB
Laporan Akhir dan seluruh kelengkapannya dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
selambat-lambatnya 3 hari sebelum berakhirnya pekerjaan.
E.
METODOLOGI PEKERJAAN
Hingga saat ini belum ada teknologi lain kecuali Geographic Information System (GIS)
yang mampu untuk melakukan visualisasi secara efektif mengenai kondisi geografis yang
akurat, kejadian bencana kebakaran, ataupun perkiraan ancaman kebakaran yang akan
terjadi. Informasi spasial tersebut akan sangat membantu dalam melakukan identifikasi dan
perencanaan, pencegahan, persiapan, respon serta restorasi (Greene,2002)
Internalisasi rencana dan metodologi kerja dengan Tim Teknis/ Asistensi BNPB.
ii.
Penyediaan peta-peta tematik yang mendukung keakuratan data hasil Kajian Risiko Bencana
iii.
Penyediaan
Peta
RBI
(update)
termasuk
pembaharuan
sebaran
pemukiman
v.
vi.
Penyusunan
Peta
Bahaya
Dasar
sebagai
acuan
dalam
melakukan
survey
dan
pengambilan data
vii.
viii.
ix.
Pengumpulan
Literatur/referensi
yang
dibutuhkan
dalam
menyusun
Rencana
Penanggulangan Bencana
F.
Jakarta dengan menghadirkan perwakilan BNPB, Tim Asistensi, dan peserta daerah.
Perwakilan Pemerintah sebagai Narasumber.
Rapat koordinasi awal diharapkan juga dapat menghasilkan kesepakatan :
a) Tahapan/proses yang akan dilaksanakan bersama.
b) Kerangka jadwal pelaksanaan kegiatan di daerah.
c) Dukungan dari pemerintah daerah untuk pendampingan substansi kebijakan daerah.
Ketentuan Rapat:
1. Penyelenggaraan disiapkan oleh Konsultan
2. Lokasi diwilayah Jabodetabek
3. Narasumber 3 orang dari Pusat
4. Peserta Daerah yang di Undang : Kalaksa/ Kabid Pencegahan BPBD serta Kepala
Bappeda (total 3 orang dari Kabupaten/ Kota yang terkait)
5. Diberikan Seminar Kit
6. Dilengkapi dengan spanduk kegiatan
7. Undangan kegiatan disiapkan oleh BNPB.
SURVEY DAN VERIFIKASI LAPANGAN
Survey
Survey
dilakukan
untuk
mendapatkan
berbagai
data
yang
dibutuhkan
dalam
melakukan pengkajian risiko bencana serta data lain yang dibutuhkan sebagai pelengkap
penyusunan
indeks
mendapatkan
risiko
tingkat
bencana
kapasitas
di
daerah.
masyarakat
Survey
melaui
juga
survey
dilakukan
melalui
kesiapsiagaan.
untuk
Hasil survey
kesiapsiagaan ini akan mempengaruhi dalam penentuan tingkat kapasitas daerah serta
dalam penyusunan rencana kebijakan penanggulangan bencana daerah.
Verifikasi Lapangan
Verifikasi
prosedur
yang
Lapangan
harus
merupakan
dilakukan
salah
dalam
satu
cara
pembuatan
dalam
peta
pengambilan
tematik. Verifikasi
data
dan
Lapangan
dilakukan dengan menggunakan GPS dengan fokus di titik beratkan pada dua hal utama,
yaitu
daerah
potensi
bahaya
dan
pemukiman
beserta
infrastrukturnya
seperti
yang
Data citra yang digunakan untuk output dengan skala 1 : 50.000 dan 1 : 25.000
adalah citra dengan RS (Resolusi apasial 25 M dan 30 M). Jenis citra Lansat TM, Alos
dan Spot (10m). Dari hasil interpretasi citra nanti didapatkan Kelas tutupan lahan.
Selain dengan menginterpretasi citra dengan true color dianjurkan juga untuk
menggunakan citra pankromatik. Hal ini lebih memudahkan dalam pengindentifikasian jenis
tutupan lahan seperti sawah, daerah datara rendah (air), Vegetasi kerapatan sedang,
rendah dan tinggi.
Metode pengolahan citra dilakukan dengan cara, yaitu :
1. Mathcing, dengan menggunakan logika, caranya semua data di gabungkan lalu akan
muncul banyak poligon yang hasilnya rentan atau tidak rentan akan kebakaran (Lebih
kepada pengoperasian Arcgis)
2. Skoring, setiap atau masing-masing variabel diberikan nilai/ bobot (lebih keangka) dan
dibagikan kedalam beberapa kelas
Daerah potensi bahaya yang menjadi fokus verifikasi lapangan adalah :
-
Area terpapar.
peta bahaya. Hasil perbaikan peta bahaya selanjutnya akan dilaporkan pada saat asistensi
1 serta dituangkan dalam Laporan Antara.
Ketentuan Survey dan Verifikasi lapangan:
1. Dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli/ Asisten
2. Dapat dibantu personil lokal (diberi tanda pengenal lapangan)
ASISTENSI 1 dan LAPORAN ANTARA
Untuk menjamin kesesuaian metodologi pengkajian risiko bencana yang dilakukan,
maka akan dilakukan Asistensi 1 dengan memberikan Laporan Antara yang telah disusun.
Pertemuan ini melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai institusi yang
mengeluarkan Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan Pedoman penyusunan
RPB.
Asistensi 1 difokuskan
kepada kesesuaian
memberikan gambaran titik kritis pada proses penilaian kerentanan dan kapasitas daerah.
Dengan demikian diharapkan Peta Bahaya yang dihasilkan telah sesuai dengan metodologi
yang digunakan oleh BNPB.
Selain itu,
proses teknis penyusunan dokumen RPB dan untuk memastikan Rencana Penanggulangan
Bencana selaras dengan pola perencanaan di tingkat nasional, maka perlu dilakukan
sebuah asistensi. Asistensi ini diharapkan mampu memberikan kesesuaian perencanaan
penanggulangan bencana dengan pola pengembangan kawasan di tingkat nasional. Proses
asistensi tersebut akan dilakukan antara Tim Ahli dengan Tim Asistensi BNPB di tingkat
nasional.
PENYUSUNAN DRAFT 1 KAJIAN RISIKO BENCANA
Berdasarkan
internalisasi,
serta
hasil
pekerjaan
asistensi
1,
survey
telah
dan
didapatkan
pengambilan
data
dan
data,
peta
sosialisasi
kajian
yang
dan
telah
terverifikasi. Berdasarkan data dan peta tersebut diharapkan Tim Ahli telah dapat menyusun
draft 1 Kajian Risiko Bencana daerah dan.
PENYUSUNAN DRAFT 1 RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
Berdasarkan dari data primer dan sekunder yang didapat termasuk hasil Draft 1
Kajian Risiko Bencana, Tim Ahli dapat menyusun Draft Awal Rencana Penanggulangan
Bencana Daerah, yang selanjutnya dibahas pada Rapat Teknis dengan Tim Substansi yang
ada di daerah.
Rapat Teknis dengan Tim Substansi yang ada di daerah dimaksudkan untuk membangun
kesesuaian kerangka kebijakan penanggulangan bencana di daerah dengan kebijakan
pembangunan daerah dan kebijakan tematik lintas sektor. Dengan demikian diharapkan
proses pengaruh utama penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan di
daerah dapat berjalan lebih maksimal. Rapat Teknis ini akan menghasilkan Draft 1 Rencana
Penanggulangan Bencana yang selanjutkan akan di paparkan dan dibahas pada Diskusi
Publik.
DISKUSI PUBLIK
Diskusi Publik ini ditujukan untuk membahas Draft 1 Rencana Penanggulangan
Bencana daerah bersama-sama para pemangku kepentingan ditingkat Kabupaten/ Kota.
Pertemuan ini diharapkan mampu menghasilkan beberapa rekomendasi perbaikan dan
penyempurnaan Rencana Penanggulangan Bencana yang disusun, termasuk pengintegrasian
unsur kearifan lokal dalam Rencana Penanggulangan Bencana yang sedang disusun.
dari
masyarakat,
pemerintah,
Publik ini
akademisi,
jurnalis,
Peduli
Kebencanaan dan Kemasyarakatan lainnya, dunia usaha, tokoh adat dan agama serta wakil
dari kecamatan di Kabupaten/ Kota tersebut.
Ketentuan Diskusi Publik:
ASISTENSI 2
Untuk menjamin kesesuaian metodologi pengkajian risiko bencana yang dilakukan,
maka akan dilakukan Asistensi 2 yang
Bencana sebagai institusi yang mengeluarkan Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
dan Pedoman umum Penyusunan Dokumen RPB.
Asistensi 2 difokuskan kepada kesesuaian metodologi penilaian kerentanan dan kapasitas
daerah untuk Kajian Risiko Bencana serta kesesuaian kerangka dan proses penyusunan
dokumen RPB. Dengan demikian diharapkan peta kerentanan, peta kapasitas serta Draft
Dokumen RPB yang dihasilkan telah sesuai dengan metodologi yang digunakan oleh
BNPB. Sebagaimana asistensi sebelumnya, maka proses Asistensi 2 juga akan dilakukan
antara Tim Ahli dengan Tim Asistensi BNPB di tingkat nasional.
PENYUSUNAN DRAFT 2 KAJIAN RISIKO BENCANA
Hasil dari Asistensi yang dilakukan sebelumnya akan dijadikan dasar bagi Tim Ahli
untuk merevisi Kajian Risiko Bencana sehingga dapat dijadikan sebagai draft 2 Kajian Risiko
Bencana. Hasil Draft 2 ini selanjutnya akan dipresentasikan pada saat Review oleh BNPB
di tingkat nasional.
PENYUSUNAN DRAFT 2 RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
Hasil dari Konsultasi Publik akan dijadikan dasar bagi Tim Ahli untuk merevisi
Rencana Penanggulangan Bencana yang dihasilkan, sehingga dapat dijadikan sebagai
rancangan awal Draft 2 Rencana Penanggulangan Bencana.
Finalisasi Draft 2 Rencana Penanggulangan Bencana dapat dilakukan melalui
Diskusi Teknis dengan Tim Substansi yang ada di daerah. Diskusi Teknis Tim Substansi
dimaksudkan untuk membangun kesesuaian perbaikan RPB berdasarkan hasil Diskusi
Publik dengan kebijakan pembangunan daerah dan kebijakan tematik lintas sektor. Hasil
akhir Draft 2 Rencana Penanggulangan Bencana akan dipresentasikan dan diulas bersamasama pada saat Review di BNPB.
DISKUSI TEKNIS DAERAH
Diskusi teknis merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Konsultan bersama Tim
Substansi untuk membahas materi penyusunan dokumen kajian risiko bencana dan RPB di
daerah.
Ketentuan Diskusi Teknis :
1. Dilaksanakan oleh Team Leader/ tenaga ahli/ asisten tenaga ahli.
2. Penyiapan lokasi diskusi dilaksanakan/ dikoordinasikan oleh konsultan
LAPORAN DRAFT AKHIR dan REVIEW OLEH BNPB
Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana
(BNPB)
sebagai
muara
upaya
penanggulangan bencana di tingkat nasional akan melakukan review kualitas Kajian Risiko
Bencana serta kesesuaiannya dengan metode standar BNPB yang dituangkan dalam
Laporan Draft Akhir. Review ini diselenggarakan di sekitar Jakarta dengan menghadirkan
perwakilan
Direktorat
PRB - BNPB,
Tim
Asistensi,
Kalaksa/ Kabid
Pencegahan
BPBD
berdasarkan
hasil
review
oleh
BNPB.
Pada
tahap
ini
diharapkan
akan
menghasilkan Dokumen yang dapat dijadikan sebagai acuan dasar dalam menentukan arah
kebijakan penanggulangan bencana di daerah.
POSISI
A.
TENAGA AHLI
1.
Team Leader
KUALIFIKASI
JUMLAH
ORANG
1 (satu)
Ahli Lingkungan
1 (satu)
3.
Ahli Geodesi/Pemetaan
1 (satu)
POSISI
KUALIFIKASI
JUMLAH
ORANG
4.
Ahli Hidrologi
Sumber
Daya
Air,
pengalaman
1 (satu)
untuk
Ahli Kehutanan
S1
Manajemen
Kehutanan,
pengalaman
untuk
1 (satu)
untuk
Sub
Profesional
Staf/
Tenaga Pendukung
1.
Surveyor
S1/D3
Geodesi,
memiliki
pengalaman
(delapan)
(tiga) Tahun
2.
untuk
pemograman
2 (dua)
Geographic
H.
Sekretaris
D3 Segala Jurusan
1 (satu)
I.