Abstrak
Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi
(gardu induk dan saluran transmisi) dan jaringan distribusi. Dalam usaha untuk meningkatkan
keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai tidak dapat
dihindarkan.
Pemantauan terhadap kondisi dari sebuah proses sistem tenaga listrik dilakukan untuk
kepentingan fungsi
ngsi pengawasan dan fungsi kontrol, sehingga kondisi sistem secara real dapat
diantisipasi sesuai dengan yang diinginkan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan system
yang mampu bekerja secara real time, hasil yang akurat, dan handal.
Salah satu sistem
stem yang digunakan dalam pengawasan dan kontrol terhadap system tenaga
listrik adalah sistem radio komunikasi. Sistem ini digunakan untuk alat komunikasi antar GI (Gardu
Induk) supaya ada komunikasi sewaktu
sewaktu-waktu.
Kata Kunci : gardu induk, proteksi
2. Mahasiswa dapat mengetahui operasi
sistem tenaga listrik, khususnya di Region
Jawa dan DIY secara langsung.
3. Mahasiswa dapat mempelajari sistem
proteksi pada SOGI di P3B RJTD.
I.
PENDAHULUAN
Energi listrik adalah salah satu energi
yang sangat penting bagi manusia, karena
hampir semua kegiatan manusia pada saat
sekarang ini menggunakannya. Pada sistem
tenaga lisrik, energi ini dihasilkan oleh sebuah
generator yang digerakkan oleh penggerak
mula sehingga bisa menghasilkan energi listrik.
Pada saat ini gardu
ardu induk tegangan
tinggi konvensional mulai bergeser ke gardu
induk otomasi, saat ini peralatan yang
ditawarkan pabrikan sudah berbasis ke otomasi
gardu induk, maka PT PLN (Persero) P3B JB
akan mengimplementasikan SOGI (Sistem
Otomasi Gadu Induk) pada GI baru,
penambahan beberapa bay baru atau
rehabilitasi GI.
Pada otomasi gardu induk terdiri dari
peralatan proteksi dan kontrol karena pada
umumnya lokasi pembangkit tenaga listrik
tidak selalu dekat dengan pusat beban, sehingga
memerlukan instalasi penyaluran, yang harus
diamankan dari gangguan sistem yang mungki
mungkin
terjadi.
Hal-hal
hal yang menjadi tujuan penulisan
laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Mahasiswa melalui kerja praktek ini dapat
menerapkan teori yang didapat di bangku
kuliah.
II.
SISTEM PROTEKSI
Dalam usaha untuk meningkatkan
keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan
sistem proteksi yang memadai tidak dapat
dihindarkan. Sistem proteksi terdiri dari
peralatan CT, PT, PMT, Catu daya dc/ac, relai
proteksi, teleproteksi yang diintegrasikan dalam
suatu rangkaian wiring[1].
2.2
terjadi di
dan harus
mendeteksi
rangsangan
Andal
Yaitu akan bekerja bila diperlukan
(dependability) dan tidak akan bekerja bila
tidak diperlukan (security). Dalam
keadaan normal atau sistem yang tidak
pernah terganggu, relai proteksi tidak
bekerja selama berbulan-bulan mungkin
bertahun-tahun, tetapi relai proteksi bila
diperlukan harus dan pasti dapat bekerja.
Selektif
Yaitu mampu memisahkan jaringan yang
terganggu saja. Selektivitas dari relai
proteksi adalah suatu kualitas kecermatan
pemilihan
dalam
mengadakan
pengamanan.
III.
2.1
Jenis Gangguan
Jenis gangguan dibagi menjadi dua, yaitu
Ganguan Sistem dan Gangguan Non-Sistem.
Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang
terjadi di sistem tenaga listrik (sisi primer)
seperti pada generator, transformator, SUTT,
SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem
dapat dikelompokkan sebagai gangguan
permanen dan gangguan temporer. Gangguan
temporer adalah gangguan yang hilang dengan
sendirinya bila PMT terbuka. Gangguan
permanen adalah gangguan yang tidak hilang
dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan
diperlukan perbaikan[1].
Dimana :
Gangguan Non-Sistem
PMT terbuka tidak selalu disebabkan
oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat
=
Zf = Impedansi (ohm)
Vf = Tegangan (volt)
If = Arus Gangguan
Karakteristik Impedansi
Merupakan lingkaran dengan titik
pusatnya
ditengah-tengah,
tengah,
sehingga
mempunyai sifat non directional. Untuk
diaplikasikan sebagai pengaman SUTT
perlu ditambahkan relai directional.
Mempunyai keterbatasan mengantisipasi
gangguan tanah high resistance.
Karakteristik impedansi sensitive oleh
perubahan beban, terutama untuk SUTT
yang panjang sehingga jangkauan
lingkaran impedansi dekat dengan daerah
beban.
Karakteristik Reaktansi
Mempunyai sifat non directional. Untuk
aplikasi di SUTT perlu ditambah relai
directional.
Dengan setting jangkauan resistif cukup
besar maka relai reaktansi dapat
mengantisipasi gangguan tanah dengan
tahanan tinggi.
Gambar 3 Karakteristik Impedansi
Karakteristik Mho
Titik
pusatnya
bergeser
sehingga
mempunyai sifat directional.
Mempunyai
keterbatasan
untuk
mengantisipasi gangguan tanah high
resistance.
Untuk SUTT yang panjang dipilih Zone
Zone-3
dengan karakteristik Mho lensa geser.
Gambar 6 Karakteristik reaktansi dengan starting
Mho
Karakteristik Quadrilateral
Karakteristik quadrilateral merupakan
kombinasi dari 3 macam komponen yaitu
Reaktansi, Berarah, dan Resistif
Dengan setting jangkauan resistif cukup
besar maka karakteristik relai quadrilateral
dapat mengantisipasi gangguan tanah
dengan tahanan tinggi.
Umumnya kecepatan relai lebih llambat
dari jenis mho.
3.2
Pola Proteksi
Agar gangguan sepanjang SUTT dapat
ditripkan dengan seketika pada kedua sisi ujung
saluran, maka relai jarak perlu dilengkapi
fasilitas teleproteksi.
Gambar 10 Pola proteksi pindah jangkauan lebih
diperkenankan (POTT)
3.3
[2]
IV.
4.1
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan yang telah
penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya
dan dari hasil data-data yang diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan selama melakukan
kerja praktek, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip kerja dari relai jarak adalah
mengukur tegangan dan arus pada
penghantar
kemudian
menghitung
impedansinya.
Impedansi
tersebut
kemudian
dibandingkan
dengan
settingnya. Apabila perhitungan impedansi
lebih kecil dari nilai seting, maka relay
akan memberi perintah trip kepada PMT.
2. Daerah proteksi relay jarak dibagi menjadi
tiga zona, yaitu:
Zona-1, Daerah pengamanan sebesar
80% dari panjang saluran yang
diproteksi.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Pelatihan O&M Relai Proteksi
Gardu Induk, PT PLN (Persero) P3B,
2005
Dokumen SAS (Substation Automation
System) dan SOGI (Sistem Otomasi
Gardu Induk), PT PLN (Persero) P3B,
2010
BIODATA
Fergy Romadhany Dwi
Syahputra, dilahirkan di
Jakarta, 23 Maret 1990.
Saat ini masih menempuh
studi S1 di Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro
angkatan 2008 mengambil
konsentrasi Kontrol.