1. Definisi
Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal
merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang
dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan
oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit
sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks
atau uterus (leiomioma) atau kanker. Namun pola perdarahan
abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
secara
individual.
Perdarahan
uterus
abnormal
biasanya
maksimal
untuk
melakukan
proses
penghentian
perdarahannya.
Perdarahan uterus abnormal dapat dibagi menjadi beberapa
jenis berdasarkan manifestasinya, yaitu :
a. Jenis PUA berupa kelainan pada siklus haid, seperti polimenorea,
oligomenore, amenorea, dan ketidakteraturan siklus haid.
b. Jenis PUA berupa kelainan pada volume darah yang dikeluarkan,
seperti
hipomenorea,
hipermenorea
atau
menoragia,
dan
gangguan instabilitas emosional. Prevalensi PUA diperkirakan 1113% dari populasi dan meningkat sesuai usia, mencapai 24% pada
usia 36-40 tahun.
3. Patofisiologi
Terlampir
4. Faktor resiko
- Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
- Perimenopause: perubahan hormonal yang terjadi selama tahuntahun menjelang menopause (berhentinya menstruasi) dapat
-
ovulasi.
Kanker rahim: pertumbuhan ganas pada rahim. Hal ini dapat terjadi
pada dinding rahim (endometrium) atau dalam dinding otot nya
(sarkoma uterus). Kanker endometrium adalah kanker yang paling
umum dari sistem reproduksi wanita, dan hampir selalu menyerang
wanita menopause antara usia 50 dan 70. Setiap perdarahan
5. Manifestasi klinis
- Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau
-
6. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar
HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau
kesana.
Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan
(b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita
muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40
tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus
genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting
untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai
pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih
sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi
abnormalitas endometrium.
Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak
berhasil dalam uji coba terapeutik.
7. Penatalaksanaan
Setelah menegakkan
diagnosa
dan
setelah
menyingkirkan
perdarahan
adalah
berikut:
(melalui bokong)
Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS
(opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol
valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang
infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 34 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena
dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam
sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara
akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan
melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk
peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi
estrogen
bermanfaat
menghentikan
khususnya
pada
endometerium
kasus
perdarahan
atrofik
atau
terapi
ini
ialah
bahwa
setelah
paling
suntikan
banyak
pasien
dengan
perdarahan
yang
banyak
atau
berkelanjutan
diperlukan.
Paparan
estrogen
dalam
24
hingga
48
jam
penghentian
obat
akan
selama
siklus
agar
terjadi
regresi
teratur
endogen.
DUB
jangka
Kombinasi
ini
panjang
pada
berguna
untuk
pasien
tanpa
Khususnya
perdarahan
berat
endometrium
progestin.
untuk
yang
basal,
Kuretase
pasien
lama
sehingga
untuk
dapat
tidak
perimenarche,
mengelupaskan
responsif
mengontrol
terhadap
perdarahan
menstruasi
yang
diharapkan
pada
pasien
DUB
Obat
ini
mengurangi
kehilangan
darah
selama
selanjutnya
adalah
hepatitis, dll.
Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikali untuk mengetahui penyakit yang ada di keluarga
dari
pemeriksaan
umum
seperti
posisi lidah.
Telinga
:
evaluasi
pendengarannya
dan
pasien
perubahan
tentang
ketajaman
terbaru
terhadap
payudara
mengenai
bentuk,
organ
dalam,
kekakuan,
dan
aktivitas
peristaltik.
Genetalia : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau,
jumlah dan karakter) dan ada tidaknya lesi. Pemeriksaan
dalam
(vagina
toucher
dan
inspekulo)
dikaji
untuk
yang cukup.
Eliminasi: yang meliputi kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna
urin, bau urin, konsistensi feses dan keluhan misalnya
obstipasi.
Istirahat dan tidur: perlu ditanyakan frekuensi tidur dalam
alat genetalianya.
Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
melakukan hubungan seksual dalam seminggu dan ada atau
tidaknya keluhan.
E. Data psikososial dan agama
- Hubungan dengan keluarga untuk mnegetahui psikologis ibu
dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan
keluarga sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan
mempengaruhi
II.
III.
hipotalamus
ibu
dan
mengganggu
pola
menstruasi ibu.
Hubungan dengan masyarakat untuk mnegetahui pergaulan
Awasi
tanda
verbal,misal:tegangan otot,gelisah.
Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan
penuh stress.
Berikan
tindakan
punggung)
Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh :
latihan
vital,perhatikan
kenyamanan
petunjuk
non-
(misal:pijatan/masase
relaksasi/napas
dalam,bimbingan
imajinasi,visualisasi)
Kolaborasi: Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung
aspirin
karena
senter
yang
baik),
catat
warna,
sifat
partum
masing-masing
dan
catat
apakah
klien
secara lengkap
Lakukan perawatan
perineum
dan
jaga
kebersihan,
pemasukan cairan.
Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak
persalinan
Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap
mendukung
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien