Anda di halaman 1dari 11

AUB (ABNORMAL UTERINE BLEEDING)

1. Definisi
Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal
merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang
dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan
oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit
sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks
atau uterus (leiomioma) atau kanker. Namun pola perdarahan
abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
secara

individual.

Perdarahan

uterus

abnormal

biasanya

merupakan gejala dari penyakit lain.


Perdarahan uterus abnormal (PUA) adalah perdarahan yang
terjadi pada masa diantara dua (waktu terjadinya haid) perdarahan
haid. Perdarahan ini disebabkan adanya kerusakan dari jaringanjaringan dan pembuluh-pembuluh darah karena kelainan-kelainan
organik (terutama karena adanya infeksi dan tumor) pada alat-alat
genitalia interna dan tidak berfungsinya jaringan-jaringan tersebut
secara

maksimal

untuk

melakukan

proses

penghentian

perdarahannya.
Perdarahan uterus abnormal dapat dibagi menjadi beberapa
jenis berdasarkan manifestasinya, yaitu :
a. Jenis PUA berupa kelainan pada siklus haid, seperti polimenorea,
oligomenore, amenorea, dan ketidakteraturan siklus haid.
b. Jenis PUA berupa kelainan pada volume darah yang dikeluarkan,
seperti

hipomenorea,

hipermenorea

atau

menoragia,

dan

perdarahan bercak-bercak (spotting blood).


c. Jenis PUA yang terjadinya tidak berhubungan dengan siklus haid
(metroragia).
2. Epidemiologi
Keadaan ini terjadi pada 5 10 % pada wanita dengan usia
reproduksi wanita yaitu pada menarche dan menopause karena
pada usia ini sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Dilaporkan
lebih dari 50% terjadi paa masa premenopause ( usia 40 50
tahun ), sekitar 20% terjadi pada masa remaja, 30% terjadi pada
pada usia reproduktif serta cenderung terjadi pada wanita dengan

gangguan instabilitas emosional. Prevalensi PUA diperkirakan 1113% dari populasi dan meningkat sesuai usia, mencapai 24% pada
usia 36-40 tahun.
3. Patofisiologi
Terlampir
4. Faktor resiko
- Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
- Perimenopause: perubahan hormonal yang terjadi selama tahuntahun menjelang menopause (berhentinya menstruasi) dapat
-

menyebabkan kelainan perdarahan.


Stress: stress hormon seperti kortisol yang diketahui mengganggu

ovulasi.
Kanker rahim: pertumbuhan ganas pada rahim. Hal ini dapat terjadi
pada dinding rahim (endometrium) atau dalam dinding otot nya
(sarkoma uterus). Kanker endometrium adalah kanker yang paling
umum dari sistem reproduksi wanita, dan hampir selalu menyerang
wanita menopause antara usia 50 dan 70. Setiap perdarahan

vagina yang terjadi setelah menopause harus diperiksa segera.


Polip: Polip yang lain adalah pertumbuhan non-kanker yang dapat
menyerang leher rahim atau uterus. Polip mungkin begitu kecil
sehingga mereka tidak diketahui, atau mungkin cukup besar untuk
menyodok ke dalam rongga rahim atau panggul dan menyebabkan
perdarahan abnormal.

5. Manifestasi klinis
- Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau
-

banyak dan berulang


Siklus menstruasi tidak teratur
perdarahan kadang kadang bersamaan dengan ovarium membesar
pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh

darah dalam uterus


Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah

6. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar
HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau

skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah


-

kesana.
Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan
(b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita
muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40
tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus
genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting
untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai
pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih
sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi

abnormalitas endometrium.
Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak
berhasil dalam uji coba terapeutik.

7. Penatalaksanaan
Setelah menegakkan

diagnosa

dan

setelah

menyingkirkan

berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan


penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1) Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan
sebagai

perdarahan

adalah
berikut:

Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah.


Tidak bagi gadis dan tidak bagi wanita menikah tapi belum
sempat berhubungan intim. O b a t (medikamentosa)
a. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol
valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena
tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan
gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil
estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi
liver.
Dosis dan cara pemberian:
- Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum
selama 7-10 hari.

Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler.

(melalui bokong)
Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS
(opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol
valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang
infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 34 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena
dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam
sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara
akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan
melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk
peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi
estrogen

bermanfaat

menghentikan

khususnya

pada

endometerium

kasus

perdarahan
atrofik

atau

inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB


sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).
Keberatan

terapi

ini

ialah

bahwa

setelah

dihentikan, perdarahan timbul lagi.


Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang

paling

suntikan

banyak

digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan


pada

pasien

dengan

perdarahan

yang

banyak

atau

perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore.


Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral, obat ini
dapat dihentikan setelah 3 6 bulan dan dilakukan observasi
untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang
normal.
Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan
pengobatan

berkelanjutan

diperlukan.

Paparan

estrogen

kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah


banyak selama penarikan progestin. Speroff menganjurkan
pengobatan dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi
oral dengan regimen menurun secara bertahap. Dua hingga
empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas
jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan
akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut

dalam

24

hingga

48

jam

penghentian

obat

akan

menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan


ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan
diulangi

selama

siklus

agar

terjadi

regresi

teratur

endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis


pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari,
kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3
hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari.
Kombinasi
kontrasepsi
oral
menginduksi
atrofi
endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik
akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat
steroidogenesis
tatalaksana

endogen.

DUB

jangka

Kombinasi

ini

panjang

pada

berguna

untuk

pasien

tanpa

kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah


kehamilan.

Khususnya

perdarahan

berat

endometrium
progestin.

untuk

yang

basal,
Kuretase

pasien

lama

sehingga
untuk

dapat

tidak

perimenarche,
mengelupaskan

responsif

mengontrol

terhadap

perdarahan

dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia


intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal
dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya
yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.
b. Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat
progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:
1. Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari,
diminum selama 7 10 hari.

2. Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari.


3. Kaproas
hidroksi-progesteron
125
mg
secara
intramuscular
c. OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non
steroid. Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS
paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum
onset

menstruasi

yang

diharapkan

pada

pasien

DUB

ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi


dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil
baik.

Obat

ini

mengurangi

kehilangan

darah

selama

menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya


paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan
prostanoid paling tinggi.
2) Mengatur menstruasi agar kembali normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah

selanjutnya

adalah

pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan


pemberian: Golongan progesteron: 21 tablet diminum selama
10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
3) Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah
Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat
menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika
kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu
sekitar 4 kantong darah
8. Asuhan keperawatan
I.Pengkajian
A. Identitas klien
Nama, umur, tempat/tgl lahir, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
alamat, pendidikan, suku bangsa, tgl MRS, tgl pengkajian, no.
Registrasi.
B. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang dirasakan ibu sekarang dan riwayat penyakit
-

kronis yang sedang diderita ibu.


Riwayat kesehatan yang lalu
Dapat mengetahui penyakit yang pernah diderita pasien
sebelumnya, misalnya DM, hipertensi, jantung, asma, TBC,

hepatitis, dll.
Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikali untuk mengetahui penyakit yang ada di keluarga

klie khususnya penyakit menular.


Riwayat penyakit keturunan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat penyakit
menurun atau memiliki keturunan kembar baik dari keluarga

ibu maupun suami.


Riwayat menstruasi

Meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lamanya,


banyak darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi.
Pada kasus ini riwayat menstruasi digunakan sebagai indikator
ketidaknormalan perdarahan, apakah didahului oleh siklus
yang pendek atau oleh oligomenorea atau amenorea, sifat
perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak),
-

lama perdarahan, dan sebagainya.


Riwayat kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu disajikan dalam bentuk tabel
yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur kehamilan
selama hamil, tanggal lahir bayi, jenis persalinan, tempat

persalinan, penolong persalinan dan penyulit.


Riwayat keluarga berencana
Yang perlu ditanyakan adalah jenis kontrasepsi apa yang
pernah dipakai ibu, alasan pemberhentian, lama dan keluhan.
Hal tersebut untuk mengetahui apakah perdarahan yang
diderita klien sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi

hormonal atau bukan.


C. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Pengkajian ini terdiri

dari

pemeriksaan

umum

seperti

pemeriksaan status kesadaran dan keadaan umum ibu


meliputi pemeriksaan vital sign (Nadi, Suhu, Respirasi dan
Tekanan Darah) dan tinggi badan ibu, berat badan ibu serta
-

lingkar lengan atas ibu.


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dengan melihat, meraba dan mendengar dimulai
dari ujung rambut sampai kaki. Pada kasus perdarahan uterus
disfungsional, pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali
terdapat kehilangan darah yang banyak dan menyebabkan
hipovolemia atau anemia (Manuaba, 2008).
Kepala
Rambut : pola rambut, kerontokan, ada tidaknya infeksi
kulit kepala, ketombe, kutu rambut, lesi, bagian yang

botak dan karakter umum (misal : kering, berminyak).


Muka : bentuk, kontur, kesimetrisan, kondisi (pucat, lesu,
segar), ada tidaknya ruam atau lesi dan kelengkapan
organ.

Mata : ukuran, bentuk dan kesamaan ukuran pupil, warna


konjungtiva merah jika tidak anemi dan putih jika anemi,

warna sklera putih pada batas normal.


Hidung : ada tidaknya sumbatan pada hidung atau polip
(kesulitan nafas), perdarahan melalui hidung, kesimetrisan

bentuk, dan cedera.


Mulut dan gigi : ada tidaknya perdarahan gusi, lesi, nyeri,
kesimetrisan bibir, kelengkapan bibir, caries gigi, dan

posisi lidah.
Telinga
:

evaluasi

pendengarannya

dan

pasien
perubahan

tentang

ketajaman

terbaru

terhadap

pendengaran, bentuk, kesimetrisan telinga,benjolan dan


kebersihan telinga.
Leher : ada tidaknya nyeri atau kekakuan pada leher,
pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening,
pemebesaran tyroid.
Dada : pemeriksaan

payudara

mengenai

bentuk,

kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri tekan, menonjol


atau tidaknya putting dan hiperpigmentasi areola.
Abdomen : kesimetrisan, ukuran, kontur, ada tidaknya lesi,
pigmentasi, memar, bekas luka, massa, nyeri tekan,
pembesaran

organ

dalam,

kekakuan,

dan

aktivitas

peristaltik.
Genetalia : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau,
jumlah dan karakter) dan ada tidaknya lesi. Pemeriksaan
dalam

(vagina

toucher

dan

inspekulo)

dikaji

untuk

mengetahui kondisi vagina urethra, dinding vagina, portio,


Orifisium urethra eksterna, korpus uteri, pengeluaran,dan
discharge. Pemeriksaan panggul dan kemaluan dengan
spekulum, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya trauma atau benda asing.
D. Pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama
sakit apakah mengalami perubahan, frekuensi makan dan
minum, jenis makanan dan minuman, apakah punya makanan
pantangan, apakah ibu alergi terhadap suatu makanan.
Penderita perdarahan uterus disfungsional sering mengalami

anemia karena perdarahan berlebih yang dialaminya, anemia


ini bisa didukung karena kurangnya nutrisi. Untuk menaikkan
Hb ke dalam batas normal bisa dilakukan dengan asupan gizi
-

yang cukup.
Eliminasi: yang meliputi kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna
urin, bau urin, konsistensi feses dan keluhan misalnya

obstipasi.
Istirahat dan tidur: perlu ditanyakan frekuensi tidur dalam

sehari apakah ada keluhan atau tidak.


Personal hygiene: ditanyakan untuk mengetahui kebersihan
tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti
bajuataupakaian dalam, keramas, dan cara membersihkan

alat genetalianya.
Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
melakukan hubungan seksual dalam seminggu dan ada atau

tidaknya keluhan.
E. Data psikososial dan agama
- Hubungan dengan keluarga untuk mnegetahui psikologis ibu
dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan
keluarga sehingga menyebabkan ibu berfikir terlalu berat dan
mempengaruhi

II.

III.

hipotalamus

ibu

dan

mengganggu

pola

menstruasi ibu.
Hubungan dengan masyarakat untuk mnegetahui pergaulan

ibu dalam masyarakat.


Kegiatan ibadah perlu ditanyakan untuk mempermudah dalam

memberi motivasi kepada ibu.


Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d infeksi pada organ reproduksi
2. Risiko Infeksi b.d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial
3. Ansietas b.d perubahan keadaan atau ancaman kematian
Intervensi keperawatan
1. Dx.1: Nyeri akut b.d infeksi pada organ reproduksi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam, nyeri dapat berkurang atau terkontrol.
KH : - klien mengungkapkan nyeri terkontrol/berkurang
- Wajah klien tidak nampak kesakitan
- Klien dapat istirahat dengan cukup
Intervensi:
- Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (010),lokasi,dan faktor pencetus

Awasi

tanda

verbal,misal:tegangan otot,gelisah.
Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan

penuh stress.
Berikan
tindakan

punggung)
Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh :
latihan

vital,perhatikan

kenyamanan

petunjuk

non-

(misal:pijatan/masase

relaksasi/napas

dalam,bimbingan

imajinasi,visualisasi)
Kolaborasi: Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung

aspirin

karena

mempunyai potensi perdarahan


- Kolaborasikan pemberian Antibiotika
2. Dx.2: Risiko Infeksi b.d trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, infeksi tidak terjadi
KH : - klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi:
- Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum
(menggunakan

senter

yang

baik),

catat

warna,

sifat

episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan


-

kemungkinan perdarahan / nyeri.


Kaji tinggi fundus dan sifat.
Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan

dengan data post partum.


Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang
keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan
post

partum

masing-masing

dan

catat

apakah

klien

menyusui dengan ASI.


Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama
kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih
dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum.

Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.


Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik

secara lengkap
Lakukan perawatan

perineum

dan

jaga

kebersihan,

haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat.


Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara
teratur.

Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan

pemasukan cairan.
Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak

protein, vitamin C dan zat besi.


Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu
pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk

melancarkan jalan nafas.


Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi
dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini.

Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.


- Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
3. Dx.3: Ansietas b.d perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam, cemas klien berkurang atau hilang.
KH : - Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa
cemasnya
- Klien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
Intervensi:
- Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska
-

persalinan
Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap

mendukung
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

Anda mungkin juga menyukai