Anda di halaman 1dari 133

LAPORAN PENGALAMAN INDUSTRI

Pekerjaan:
TAMBANG ALLUVIAL
PT. TIMAH (Persero)Tbk, UNIT LAUT BANGKA (ULB)
TopikBahasan :
Evaluasi Proses Pencucian Timah Dengan Menggunakan Pan American Jig
pada Kapal Isap Produksi Timah 17 Laut Tempilang PT. TIMAH (Persero)
Tbk, Unit Laut Bangka (ULB)
DiajukanSebagai Salah SatuSyarat
DalamMenyelesaikan Program D-3 TeknikPertambangan

Oleh:
ANISA RAHMI
BP/NIM : 2012/1208466
Konsentrasi
Program Studi

: Tambang Umum
: D-3 TeknikPertambangan

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN INDUSTRI

Laporan Ini Disampaikan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan


Penyelesaian Kegiatan PLI
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik UNP Padang
Semester Januari Juni 2015

Diperiksa dan Disyahkan Oleh:


Dosen Pembimbing:

( Heri Prabowo S.T, M.T )


NIP: 19781014 200312 1 002

a.n. Dekan FT-UNP

Kepala Unit Hubungan Industri

( Drs. Bahrul Amin, ST, M.Pd )


NIP. 19630212 198603 1 026

ii

iii

BIODATA

I.

Data Diri
Nama Lengkap

: Anisa Rahmi

No. Buku Pokok

: 2012 / 1208466

Tempat / Tanggal Lahir

: Dumai, 11 Mei 1995

Jenis Kelamin

: Perempuan

Nama Bapak

: Syofyan

Nama Ibu

: Marianis

Jumlah Bersaudara

: 5 ( Lima)

Alamat Tetap / Telp

: Pd. Marapalam Kec. Lengayang Kab.


PESSEL Sumatera Barat

II.

Data Pendidikan
Sekolah Dasar

: SDN 03 Pd. Marapalam

Sekolah Menengah Pertama : SMP N 1 Lengayang

III.

Sekolah Menengah Atas

: SMA N 1 Lengayang

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Padang

Proyek Akhir
Tempat Kerja Praktek

: PT. TIMAH (Persero) Tbk, Bangka.

iv

Tanggal Kerja Praktek

: 7 Januari 2015 s.d 7 Maret 2015

Topik Studi Kasus

: Pencucian

Belinyu,

Maret 2015

Anisa Rahmi
BP 2012 / 1208466

RINGKASAN STUDI KASUS

PT Timah (Persero) Tbk, Satuan kerja Unit Laut Bangka (ULB)


Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka Utara saat ini menerapkan metode
tambang terbuka alluvial (offshore) dengan sistem penambangan menggunakan
Kapal Keruk dan Kapal Isap. Salah satunya KIP Timah 17.
Kegiatan pencucian merupakan proses akhir yang sangat
mempengaruhi hasil dari proses rangkaian penambangan timah di Kapal Isap
Produksi (KIP) Timah 17 dimana pada proses pencucian ini menentukan
berhasil atau tidaknya suatu penambangan.
Adapun peralatan pencucian yang di gunakan pada KIP Timah 17
yaitu saring putar (rotary screen), Jig, dan sakhan. Variablevariable pencucian
pada KIP Timah 17 belum sesuai dengan standar prinsipprinsip dasar
pencucian. Adapun variable-variabel pencucian yairu panjang pukulan, banyak
pukulan, ketebalan batu hematite, kebutuhan underwater dan kecepatan aliran
(cross flow).
Kandungan kadar Timah hasil proses pencucian dari instalasi
pencucian pada Kapal Isap Produksi Timah 17 memiliki kadar 40-60 %.
Kata kunci : offshore, rotary screen, jig dan kadar.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek yang berjudul
Kajian Teknis Pencucian Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17 di Laut
Tempilang PT. Timah (persero) Tbk, Bangka, Bangka Belitung ini tepat pada
waktunya, dengan tujuan sebagai persyaratan pelaksanaan mata kuliah Praktek
Lapangan Industri (PLI) pada semester Januari juli 2015 dengan lokasi praktek
di PT.Timah (Persero) Tbk, Unit Laut Bangka.
Laporan

ini

disusun

berdasarkan

pengalaman

melaksanakan kegiatan PLI di Perusahaan serta

penulis

selama

yang penulis peroleh dari

referensi pustaka dan buku panduan PLI Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang. Selanjutnya dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dicky Sinoritha, ST, MM selaku Kepala Unit Laut Bangka PT. Timah
(Persero), Tbk.
2. Bapak Rahmat Taufik, ST selaku Wakil Kepala Unit Unit Laut Bangka PT.
Timah sekaligus Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan
bagi penulis selama dilapangan.
3. Bapak Ahmad Tarmizi selaku kuasa Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17
beserta seluruh karyawan KIP Timah 17.
4. Seluruh Staff dan Karyawan Satuan Kerja Unit Laut Bangka PT. Timah
(Persero) Tbk, yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan Kerja Praktek
ini.
5. Bapak Drs. Bahrul Amin, ST, M.Pd selaku Kepala Unit Hubungan Industri FT
UNP.
vi

6. Bapak Heri Prabowo,ST., MT selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen


pembimbing PLI..
7. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT sebagai Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan FT UNP.
8. Bapak Drs. Raimon Kopa, MT selaku sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
9. Dosen (staf pengajar) dan karyawan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang.
10. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan
kerja praktek ini.
11. Kepada teman-teman yang selalu membantu dalam menyusun laporan ini.
12. Dan semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini yang
namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritikdan saran yang sifatnya membangun. Semoga
dorongan, bantuan, dan doa serta bimbingannya yang telah diberikan kepada
penulis mendapat pahala dan balasan yang setimpal di sisi Allah SWT.Amin Ya
Robbal Alamin.
vii

Belinyu, Maret 2015

ANISA RAHMI

2012/1208466

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
ii

viii

BIODATA.................................................................................................................
iv
RINGKASAN STUDI KASUS...............................................................................
vi
KATA PENGANTAR
.................................................................................................................................
vii

DAFTAR ISI............................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang............................................................................................
1
B. Deskripsi Perusahaan.................................................................................3
C. DeskripsiKegiatanIndustri
...................................................................................................................
12
D. PerencanaanKegiatan
PLI
...................................................................................................................
51
E. PelaksanaanKegiatan
PLI
...................................................................................................................
52
F. HambatandanPenyelesaian
...................................................................................................................
59
G. TemuanMenarik
...................................................................................................................
60
BAB II TOPIK BAHASAN
A. LatarBelakangPemilihanTopik
...................................................................................................................
61
B. KajianTeoritis

...................................................................................................................
62
C. Proses
PelaksaanKegiatan
...................................................................................................................
99
D. Pembahasan
...................................................................................................................
104

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
...................................................................................................................
112
B. Saran
...................................................................................................................
114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Kesampaian Daerah.............................................................................. 13
2. Arti kode pada Profil Bor .................................................................... 20
3. Perencanaan Kegiatan PLI.................................................................... 52
4. Parameter ukuran rubber screen jig primer & clean up....................... 79
5. Standar Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan jig primer.................... 88
6. Standar Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan jig clean up................. 94
7. Panjang pukulan Jumlah Pukulan jig primer........................................ 104
8. Panjang pukulan jumlah pukulan jig clean up...................................... 105
9. Kecepatan aliran jig primer.................................................................. 106
10. Kecepatan aliran jig clean up............................................................... 107
11. Tebal Bed.............................................................................................. 107

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Struktur Organisasi Unit Laut Bangka PT Timah (Persero) Tbk........... 9


Struktur Organisasi Kapal Isap Produksi Timah 17................................ 10
Safety ...................................................................................................... 11
Peta Lokasi penambangan KIP Timah 17............................................... 14
Profil bor KIP Timah 17.......................................................................... 20
Jenis Endapan Timah............................................................................... 29
Ponton..................................................................................................... 31
Jangkar Kapal.......................................................................................... 31

9.

Anchor Winch................................................................................................. 32

10. Cutter...................................................................................................... 33
11. Ladder.................................................................................................... 36
12. Ladder Lier............................................................................................. 37
13. Beun....................................................................................................... 38
14. Mulut Pipa isap...................................................................................... 38
15. Pompa Tanah.......................................................................................... 39
16. Pipa Tekan............................................................................................... 40
17. Afsluiter Pipa Tekan............................................................................... 41
18. Mesin Ruder Propeller kanan................................................................ 42
19. Mesin Pompa Tanah................................................................................ 43
20. Gear Box Pompa Tanah.......................................................................... 44
21. As Joint Pompa....................................................................................... 44
22. Mesin Hidrolik Kiri................................................................................. 45
23. Genset..................................................................................................... 46
24. Ruang Komando Kapal.......................................................................... 47
25. GPS Garmin............................................................................................ 48
26. CCTV..................................................................................................... 49
27. Indikator Kedalaman Air......................................................................... 49
28. Tabel Air................................................................................................. 51
29. Flowsheet penggalian KIP Timah 17............................................... 55
30. Diagram prinsip dasar pencucian..................................................... 66
31. Saring Putar...................................................................................... 70
xiii
32. Grizzly..............................................................................................
70
33. Bandar Tailing.................................................................................. 71
34. Lounder............................................................................................ 72
35. Motor Hidrolik penggerak saring putar............................................ 73
36. Sketsa Pan American Jig................................................................. 74

37. Rooster............................................................................................. 75
38. Bed jig primer.................................................................................. 77
39. Bed jig clean up............................................................................... 77
40. Penggemburan bed........................................................................... 78
41. Rubber screen................................................................................... 79
42. Tangki jig.......................................................................................... 80
43. Stang Balance ................................................................................... 81
44. Ruber Membran................................................................................ 82
45. Eksentrik........................................................................................... 83
46. Spigot................................................................................................ 84
47. Afsluiter Underwater Jig Primer....................................................... 84
48. Afsluiter Underwater Jig Clean Up.................................................. 85
49. Pompa Underwater........................................................................... 86
50. Jig Primer (Bagian atas).................................................................... 87
51. Jig Primer (Bagian Bawah)............................................................... 87
52. Storage.............................................................................................. 90
53. Kuku Macan...................................................................................... 91
54. Rifle................................................................................................... 92
55. Jig Clean Up (Bagian Atas)............................................................... 92
56. Jig Clean Up (Bagian Bawah)........................................................... 93
57. Pipa Pengumpul................................................................................ 95
58. Saluran Tailing.................................................................................. 96
59. Bak Konsentrat.................................................................................. 97
60. Shakan............................................................................................... 98
61. Flowsheet Pencucian Timah KIP 17................................................. 103
xi
v

xv

DAFTAR LAMPIRAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Peta Geologi Bangka Utara.


Rencana Kerja Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17.
Profil Lubang Bor Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17.
Spesifikasi Teknis Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17.
Legenda Simbol di PT.Timah (Persero)Tbk.
Flowsheet pencucian.
Penilaian Pembimbing Lapangan.
Catatan Kegiatan Harian
Surat diterima dan selesai PLI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PLI
Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada pengembangan
dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu pengembangan
manusia Indonesia seutuhnya, yang meliputi wawasan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK), memiliki keterampilan dan bertakwa pada Tuhan
Yang Maha Esa. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu
program pendidikan dan penelitian secara berkesinambungan. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi keterkaitan yang baik antara dunia pendidikan
dengan dunia industri dalam hubungan yang saling membutuhkan, saling
melengkapi dan mendukung dalam pencapaian tujuan pembangunan.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) sebagai
lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang
professional dalam dunia industri (khususnya pertambangan), berupaya
melaksanakan program-program pendidikan yang bertujuan menghasilkan

lulusan yang tidak hanya memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


secara konseptual dan teoritis di perkuliahan, tetapi juga mampu
mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu tersebut di lingkungan
industri dan dunia kerja secara praktis.
Salah satu upaya pencapaian tujuan tersebut maka Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang (FT-UNP) mengirimkan mahasiswa yang telah
memenuhi persyaratan akademik untuk melaksanakan Pengalaman
Lapangan Industri (PLI). PLI merupakan suatu perwujudan pendidikan
sistem ganda. Pendidikan sistem ganda adalah pendidikan yang
dilaksanakan pada dua lingkungan, yaitu lingkungan akademik dan
diaplikasikan di lingkungan industri, dunia usaha, dunia kerja, dengan
tujuan agar ilmu yang didapat selama perkuliahan dapat di aplikasikan dan
dikembangkan di dunia industri setelah menyelesaikan studi dibangku
perkuliahan.
Dalam pelaksanaannya PLI ini selain memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk melatih keterampilan yang dimiliki sesuai
dengan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diajarkan, juga
sebagai sarana latihan bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
Melalui PLI ini mahasiswa diharapkan mampu memperoleh tambahan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diperoleh pada Perguruan
Tinggi. Sekaligus juga sebagai pedoman bagi Perguruan Tinggi untuk
memperoleh informasi mengenai kelayakan aplikasi ilmu pengetahuan
serta mengetahui kebutuhan dunia kerja mengenai teknologi yang akan di

kembangkan oleh Perguruan Tinggi, khususnya pada Fakultas Teknik


Universitas Negeri Padang.
Dengan pelaksanaan kegiatan PLI tersebut, diharapkan mahasisawa
mampu menyempurnakan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama
perkuliahan dengan pengetahuan dan pengalaman kerja selama didunia
industri. Dengan demikian terjadi sinkronisasi perkembangan dunia
industri dengan perkembangan kurikulum pendidikan diperkuliahan,
sehingga lulusan yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dan standar
industri. PLI juga dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang lebih
luas kepada mahasiswa mengenai perkembangan aktual di dunia industri.
PLI dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, untuk menilai
secara langsung kemampuan yang dimiliki mahasiswa, dengan tujuan
mencari tenaga kerja yang sesuai atau dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
PT. Timah (Persero) Tbk sebagai salah satu Perusahaan Negara
yang telah memanfaatkan teknologi yang canggih dalam dalam proses
produksi sehari-hari, sangat diharapkan kontribusinya dalam proses
peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sekaligus berbagi
pengalaman kerja dan mampu memberikan contoh aplikasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sedang berkembang kepada
mahasiswa untuk kemajuan dunia industri demi terwujudnya masyarakat
Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpendidikan,
berilmu, produktif, adaptif dan kreatif. Setelah pelaksanaan PLI ini
diharapkan mahasiswa akan memiliki etos kerja yang baik untuk

mendukung kemampuan serta keterampilan yang didimilki terkait dengan


kegiatan PLI yang dilaksanakan.
B. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah Prusahaan PT. TIMAH (Persero) Tbk
Penambangan timah secara primitif dimulai pertama kali di
pulau Bangka pada tahun 1709. Pada waktu itu rakyat pulau Bangka
diwajibkan membayar pajak kepada kesultanan Palembang dengan
bijih timah. Pada tahun 1711 didatangkan ahli penambangan dari
Malaka dan sistim sumur, yang dikenal dengan teknik sumur
Palembang. Pada tahun 1819 tambang-tambang timah dikuasai oleh
Belanda dengan mendatangkan pekerja-pekerja dari Canton dataran
Cina.
Peralatan-peralatan untuk tambang darat yang cukup maju
baru diperkenalkan berupa : mesin semprot (pompa air) dan excavator
tahun 1909, pompa tanah pada tahun 1917 dan jig pada tahun 1920.
Selanjutnya pada tahun 1917 diperkenalkan juga penambangan dengan
menggunakan kapal keruk (bucket dregde) di pulau Singkep dan pulau
Bangka tahun 1926.
Pada waktu perang dunia II (1942 1945) kuasa
penambangan timah beralih kepada pendudukan Jepang. Karena
Jepang kalah perang, maka dari tahun 1946 1949 penambangan
timah sepenuhnya dikuasai kembali oleh perusahaan Belanda yang
bernama tin wining. Pada tahun 1949 terjadi pemulihan kedaulatan
Republik Indonesia, maka perusahaan timah ini diambil alih

sepenuhnya oleh pemerintah Republik Indonesia, tetapi penguasaan


masih tetap ditangan perusahaan Belanda sampai akhir masa kontrak
tanggal 28 Februari 1952. Puncak dari masa transfer itu adalah tahun
1960 dengan dibuatnya undang-undang nomor 19 dimana telah
ditetapkan oleh badan pimpinan perusahaan tambang timah dan
perusahaan negara dengan 3 unit produksinya yang berada di Bangka,
Belitung dan pulau Singkep. Kemudian pada tahun 1968 dikeluarkan
PP No. 21 Tahun 1968 tentang dibentuknya PN Timah (Perusahan
Negara Tambang Timah).
Untuk memenuhi UU No. 9 Tahun 1969, pada tanggal 2 Agustus
1976 status PN Timah diubah menjadi PT. Tambang Timah (Persero)
yang berkedudukan di Jakarta dengan unit produksi sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Unit Penambangan Timah Bangka di Pangkal Pinang


Unit Penambangan Timah Belitung di Tanjung Pandan
Unit Penambangan Timah Singkep di Dabo Singkep
Unit Peleburan Timah di Mentok Bangka
Berdasarkan laporan keuangan tahun 1989 PT. Tambang Timah

dinyatakan rugi. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan perusahaan dari


kebangkrutan maka diambil langkah dengan melaksanakan restrukturisasi
pada tahun 1990-1995 meliputi :
a. Reorganisasi
b. Relokasi
c. Rekontruksi
Seiring dengan membaiknya setelah resktrukturisasi, maka
pada bulan Oktober 1996 PT. Tambang Timah menjadi perusahaan

terbuka. Selanjutnya PT. Tambang Timah (Persero) menjadi PT. Timah


(Persero) Tbk.
Saat sekarang ini PT. Timah (Persero) Tbk, mempunyai 4
Unit Penambangan dan 1 Unit Peleburan yaitu :
a.

Unit Kundur
PT. Timah (Persero) Tbk Unit Kundur ini terletak di Provinsi
Kepulauan Riau. Sistim penambangan yang dilakukan pada Unit ini
adalah dengan menggunakan kapal keruk dan kapal isap.

b.

Unit Laut Bangka


PT. Timah (Persero) Tbk Unit Laut Bangka berpusat di kota
Belinyu. Kegiatan penambangannya berlangsung di perairan sekitar
daerah Laut Bangka dengan sistim penambangan menggunakan kapal
keruk, kapal isap dan ponton isap produksi.

c.

Unit Tambang Darat Bangka


PT. Timah (Persero) Tbk Unit Produksi Darat terdiri dari
tambang besar, TN, tambang semprot, dan tambang skala kecil.
Terbagi 4 wilayah produksi (waprod) yaitu waprod Bangka Selatan,
waprod Bangka Utara, waprod Bangka Barat dan waprod Bangka
Tengah.

d.

Unit Tambang Belitung


PT. Timah (Persero) Tbk Unit Tambang Belitung terdiri dari
tambang besar, tambang non konvensional, tambang semprot, dan
tambang semprot konvensional. Terbagi atas 2 wilayah produksi
(waprod) yaitu waprod Belitung, waprod dan Belitung Timur.

e.

Unit Metalurgi Mentok


PT. Timah, Tbk Unit Mentok berpusat di kota Mentok
kegiatan yang berlangsung pada Unit Metalurgi Mentok adalah
pemurnian dan peleburan bijih timah sehingga hasilnya siap untuk
dipasarkan.
Sebagai perusahaan induk PT. Timah (Persero) Tbk juga
mempunyai anak-anak perusahaan yang diantaranya adalah :

a.

PT.Timah Investasi Mineral/Timah Eksplomin, bergerak dalam


menyediakan jasa di bidang penyelidikan tambang, eksplorasi, analisis
laboratorium contoh mineral bahan galian, pembuatan studi kelayakan,
penyelidikan geologi teknik, penyelidikan geohidrologi, bergerak dalam
bidang jasa investasi dan konsultasi usaha pertambangan.

b.

PT. Dok dan Perkapalan Air Kantung, menyediakan jasa


perbengkelan, galangan kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang
untuk karyawan timah.
Kantor pusat dari semua unit PT. Timah (Persero) Tbk, terletak di

kota Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung.


Hingga saat ini PT. Timah (Persero), Tbk terus berupaya untuk
memberikan yang terbaik dalam hal produksi timah dari hulu hingga ke
hilir guna mendapatan timah yang berkualitas dan memenuhi permintaan
pasar serta untuk menjaga eksistensi perusahaan.

2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di KIP 17 terdiri dari 1 kepala unit kapal, 4
kapten aplos yang terdiri dari aplos A, B, C, D. Tiap aplos terdiri dari
mandor Pencucian, Masinis, Juru mudi, Petugas Pencucian1, Petugas
pencucian 2, dan petugas mesin. Serta memiliki Nahkoda, KKM dan
Mualim, Juru tata usaha, da petugas transport. Sementara juru masak
tidak termasuk kedalam sistem organisasi, melainkan pihak ke 3 yang
juga terdiri dari masing-masing aplos. Total tenaga kerja keseluruhan
KIP Timah 17 berjumlah 30 orang.
3. Jam Kerja
Jadwal kegiatan penambangan karyawan PT. Timah (Persero)
Tbk terdiri dari jadwal karyawan kantor ULB dan karyawan kapal,
dengan lama kerja delapan jam perhari dengan perincian sebagai
berikut :
a. Karyawan di kantor ULB jam 07.00 16.00 wib.
b. Karyawan Kapal Isap Produksi dan Kapal Keruk dimana dibagi
menjadi 3 shift yaitu:
1) Shift I : 8 jam, yaitu jam 07.00 15.00 wib.
2) Shift II : 8 jam, yaitu jam 15.00 23.00 wib.
3) Shift III : 8 jam, yaitu jam 23.00 07.00 wib.
4. Struktur Organisasi
PT. TIMAH (Persero), Tbk Unit Laut Bangka dalam
menjalankan dan mencapai tujuannya dipimpin oleh seorang kepala
unit dan di bantu tujuh kepala bidang yaitu: Bidang Evaluasi Produksi,
Bidang Kapal Isap Produksi & KI, Bidang Kapal Keruk, Bidang
K3LH & CSR, Bidang Perawatan, Bidang Penjangkaran Laut, dan
Bidang Administrasi & Keuangan.

Pembagian Struktur Organisasi perusahaan di bentuk


berdasarkan pada fungsi fungsi yang diperlukan pada suatu
organisasi perusahan tambang pada umumnya. Dimana tiap tiap
fungsi adalah satu kesatuan yang terkoordinasi dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan. Masing masing divisi didukung
oleh setiap dinas yang membawahi beberapa bagian.
Sumber:Doc Penulis(2015)

Gambar 1. Struktur Organisasi Unit Laut Bangka


Organisasi dan ketenagakerjaan yang diterapkan pada KIP
Timah

17

disesuaikan

dengan

sistem

pelaksanaan

operasi

penambangan yang diterapkan. Struktur organisasi dari KIP Timah


17

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 2. Struktur Organisasi Kapal Isap Timah 17


5. Keselamatan Kerja
Kegiatan produksi yang baik adalah tercapai target produksi
tanpa terjadinya kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, diperlukan standar keamanan dan keselamatan kerja
(K3) yang memadai bagi seluruh awak kapal yang bekerja di KIP
Timah 17.
Salah satu bentuk K3 yang diterapkan pada KIP Timah 17
adalah penggunaan alat proteksi diri (APD) yang diwajibkan bagi
setiap awak kapal. Alat proteksi diri merupakan alat-alat yang
berfungsi untuk melindungi para awak kapal saat sedang bekerja
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Alat proteksi diri yang wajib digunakan oleh para awak kapal
saat bekerja terdiri dari life vest, safety shoes, safety helmet, dan
earplug.

a. Safety shoes, digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari


benturan serta untuk mencegah pekerja terpeleset saat berada di
lingkungan kerja yang berair.
b. Safety helmet, digunakan untuk melindungi kepala pekerja dari
benturan serta jatuhan dari benda asing.
c. Life vest, berguna sebagai pelampung apabila pekerja tercebur ke
air. Life vest dapat membuat pekerja mengapung di atas air selama
kurang lebih tiga jam.
d. Earplug, berfungsi untuk melindungi gendang telinga pekerja dari
suara bising dari mesin-mesin yang berada di kapal.

Sumber: Doc Penulis

Gambar 3. Safety
C. Deskripsi Kegiatan Industri
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara astronomis Pulau Bangka terletak pada 1o 80 LS 3o 70
LS dan 105o BT 108o BT. Secara geografis Pulau Bangka sendiri
berbatasan dengan:
Utara
: Laut Cina Selatan dan Laut Natuna
Timur
Selatan
Barat

: Selat Gaspar
: Laut Jawa
: Selat Bangka

Pulau Bangka merupakan sebuah pulau yang terletak di sebelah


Timur Sumatera, Indonesia dan termasuk ke dalam provinsi Bangka
Belitung. Pulau Bangka mempunyai luas 12.700 km2. Bentuk Pulau
Bangka memanjang ke arah Tenggara dari arah barat sepanjang 180
km.
Wilayah perairan Laut Tempilang termasuk ke dalam salah satu
wilayah izin usaha pertambangan yang dikelola oleh PT. Timah
(Persero), Tbk bagian Unit Laut Bangka (ULB), dimana kantor bagian
ULB berlokasi di kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi
Bangka Belitung.
Penambangan bijih timah yang dilakukan oleh KIP Timah 17
berada di wilayah Laut Tempilang. Berdasarkan wilayah pemerintahan
daerah, wilayah Tempilang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten
Bangka, Kecamatan Tempilang.
Posisi geografis kecamatan Belinyu terletak pada 578532
623423 mE dan 9784114 9834307 mN. Kecamatan Belinyu terletak
di bagian utara Pulau Bangka, dimana pada sebelah utara berbatasan
dengan Laut Natuna, sebelah timur berbatasan dengan Selat Gaspar,
dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Klabat. Peta lokasi
kesampaian daerah penelitian pada KIP Timah 17 dapat dilihat pada
(Gambar 2.2)
Tabel 1. Kesampaian Daerah
Lokasi
Pangkal Pinang
Sungai Liat

Jarak

Waktu

Kecepatan

Kondisi Jalan

Tempuh
34 km

Tempuh
30 menit

60 80

Melewati jalan aspal,

km/jam

kondisi jalan baik.

Sungai Liat

53 km

47 menit

Belinyu

60 80

Melewati jalan aspal,

km/jam

kondisi jalan baik.

40 60

Melewati jalan aspal,

km/jam

kondisi jalan baik.

15 knot

Menggunakan

(Kantor Unit Laut


Bangka)
Belinyu Dermaga

48 km

60 menit

Laut Tempilang
Dermaga Laut

5 km

15 menit

Tempilang KIP

pompong melewati

Timah 17

perairan Laut
Tempilang

Sumber: Satuan Kerja Unit Laut Bangka (2015)

Gambar 4. Peta Lokasi Penambangan


2. Iklim dan Curah Hujan
Iklim di Pulau Bangka dipengaruhi oleh iklim musim, yaitu:
musim hujan dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi antara
bulan Oktober sampai bulan Maret dengan variasi suhu udara antara
220 C sampai dengan 26,30 C. Sedangkan daerah Belinyu memiliki
iklim tropis basah (tropical humid climate) seperti pada daerah lainnya
di Indonesia. Curah hujannya berkisar antara 1528 2708 mm/tahun,

dengan rata-rata 2608 mm/tahun. Sedangkan jumlah hari hujan setiap


tahunnya berkisar antara 80 -251 hari, dengan rata-rata 154 hari/tahun.
Berdasarkan data meteorology dan geofisika yang berada di
Unit Laut Bangka, suhu rata-rata tahunan kecamatan Belinyu berkisar
antara 200C 340C dan fluktuasi temperature harian berkisar antara
30C 40C, dengan kelembapan udara rata-rata 80%, dimana
kelembapan pagi hari 90% dan sore hari mencapai 70%.
3. Kondisi Topografi dan Morfologi
a. Topografi
Bentang alam Pulau Bangka secara umum merupakan
dataran rendah, kecuali pada daerah-daerah tertentu bergelombang
(berbukit) dengan puncak yang jarang mempunyai ketinggian 500
m. Relief yang terjadi pada umumnya tidak begitu besar, terdapat
sejumlah gunung, yakni bagian utara terdapat Gunung Maras (700
m), bagian barat terdapat Gunung Menumbing (450m), di bagian
tengah terdapat Gunung Mangkol (380 m), dan di daerah Bangka
Utara terdapat Gunung Pelawan.
Laut sekitarnya yang dangkal dibentuk oleh lembahlembah dan sungai-sungai yang tenggelam berisi endapan alluvial
yang mengandung bijih timah putih yang di dalamnya jarang
melebihi 50 meter.
Lembah-lembah di daratan diisi oleh alluvium, sebagian
merupakan rawa-rawa dan sebagian lagi terpengaruh oleh pasang

surut, lembah sempit yang lebih tinggi letaknya mempunyai mata


air yang tetap.
b. Morfologi
Pulau Bangka secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
daerah yang hampir rata, karena telah mencapai stadium
peneplain. Di atas dataran ini muncul beberapa bukit yang
letaknya saling terpisah dan merupakan gunung terpencil atau
monad rock. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa daerah
Bangka sudah mencapai tingkatan tua (Old Age Stage), karena itu
wilayah Bangka terdiri dari satuan morfologi rendah dan batuan
morfologi perbukitan bergelombang.
Satuan ini terdiri dari endapan alluvial, rawa dan pantai yang
menempati bagian sebelah barat, timur dan utara wilayah Pulau
Bangka dengan luas sekitar 46% berketinggian kurang dari 50
meter di atas permukaan laut. Di bagian barat dataran alluvial ini
cukup luas dengan lebar 1 km dari pantai. Terdapat di sepanjang
daerah sungai-sungai sepanjang pantai sebagai akibat pengaruh
pasang atau kenaikan permukaan laut. Sedangkan di bagian timur
dan utara tidak begitu luas lebarnya kurang dari 1 km dari pantai.
3. Geologi dan Stratigrafi
a. Keadaan Geologi Regional
Berdasarkan peta geologi lembar Bangka Utara, Sumatera
pada Lampiran , maka geologi daerah Bangka Utara dapat dibagi
sebagai berikut.

1) Aluvium berupa endapan permukaan yang terdiri dari


bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut, masa
konozoikum zaman kuarter yang berumur holosen.
2) Formasi Ranggam berupa perselingan batupasir, batu lempung
dan batu lempung tufaan dengan sisipan tipis batu lanau dan
bahan organik, berlapis baik,dengan struktur sedimen berupa
perlapisan sejajar dan perlapisan silang siur dengan tebal 150
m. Fosil yang dijupai antara lain moluska, Ammonia, sp ,
Quinqueloculina sp, dan Triloculina sp. dan menunjukkkan
umur relatif tidak lebih tua dari Miosen Akhir. Lingkungan
pengendapan diduga fluviatil sampai peralihan. Lokasi tipe
Ranggam, dapat dikorelasikan dengan Formasi Kasai di daerah
Sumatera. Formasi Ranggam terdapat di daerah

masa

kenozoikum, zaman tersier berumur pliosen.


3) Formasi Tanjung genting berupa perselingan batu pasir malih,
batu pasir, batu pasir lempungan dan batu pasir dengan lensa
batu gamping, setempat dijumpai oksida besi. Berlapis baik,
terlipat kuat,

terkekarkan dan tersesarkan, dengan tebal

lapisannya 250 m- 1.250 m. Di dalam batu gamping ditemui


fosil

Montlivaultia molukkana (J. Wenner), Peronidella G

(Willkess), Entrochus sp dan Encrinus sp. Kumupulan fosil ini


menunjukkan umur Trias, dengan lingkungan pengendapan
diperkirakan laut dangkal. Lokasi terdapat di Tanjung Genting
dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Bintan. Diterobos

oleh Granit Kelabat dan menindih tak selarah Kompleks


Pemali.
4) Granit Klabat berupa batuan, granodiorit, adamalit, diorite dan
diorit kuarsa, serta dijumpai retas aplit dan pegmatite.
Terkekarkan

dan

tersesarkan

dan

menerobos

diabas

Penyabung. Umur dari analisa radiometri menunjukkan umur


2175 atau Trias Akhir masa mesozoikum jura.
5) Diabas Penyabung, berupa batuan diabas, terkekarkan dan
tersesarkan, diterobos oleh granit Klabat dan menerobos
Kompleks Malihan Pemali . Umur diperkirakan pada usia
perem atau masa trias jurasic mesozoikum.
6) Kompleks pemali berupa filit dan sekis dengan sisipan kuarsit
dan lensa batu gamping terkekarkan, terlipat, tersesarkan dan
diterobos oleh granit klabat, De Roever (1951) menjumpai
fosil berumur Perem pada batu gamping di dekat Air Duren
sebelah Selatan-Tenggara Pemali . Umur satuan diduga Perem
masa paleozoikum paleosen, dengan lokasi tipe di daerah
Pemali.
b. Struktur Geologi Regional
Struktur geologi regional berupa sesar naik, sesar geser,
sesar normal, lipatan, kekar dan kelurusan. Lipatan terjadi pada
batuan Perm dan Trias dan terpotong oleh sesar-sesar. Periukan
terjadi dalam tiga tahap.
Tahap pertama yang berarah timur laut barat daya,
terbentuk pada Paleozoikum Akhir, kedua berarah barat laut
tenggara pada Trias Jura dan ketiga berarah timur laut barat

daya pada kapur. Pola sesar yang berarah utara selatan


merupakan fasa (pola) sesar yang paling muda.
c. Stratigrafi
Keadaan permukaan tanah di dasar laut di lokasi
penambangan KIP Timah 17 di Laut Tempiang memiliki
permukaan yang tidak rata. Bisa dilihat dan dibuktikan dari profil 1
lubang bor (lihat Gambar) yang diukur dari permukaan air laut
sampai permukaan tanah di bawah laut, dimana setiap lubang bor
memiliki kedalaman yang berbeda menandakan permukaan tanah
di bawah laut di Laut Tempilang bergelombang atau tidak rata.

Sumber: Satuan Kerja Unit Laut Bangka (2015)

Gambar 5. Profil Bor KIP Timah 17


Tabel 2. Arti Kode Pada Profil Bor
No.

Terminologi

Arti

1.

LU

Lumpur

2.

LPLM

Lempung liat merah

3.

LPLT

Lempung Liat

4.

LPPHA

Lempung, pasir halus

5.

KRKPKA

Kerikil, pasir kasar

LP

Lempung

7.

PKALP

Pasir kasar, lempung

8.

PHALP

Pasir halus, lempung

Urutan pelapisan bijih timah di perairan Laut Tempilang adalah


sebagai berikut:
1) Lapisan tanah penutup (clay)
Lapisan ini dapat dicirikan dengan adanya batuan lempung yang
berwarna keabu-abuan, kadang-kadang terdapat casitterite halus.
2) Lapisan lempung pasiran
Lapisan ini meruapakan lapisan yang lebih banyak mengandung
lempung daripada pasirnya, terkadang terdapat casitterite halus.
3) Lapisan pasir lempungan
Pasir lempungan merupakan lapisan yang banyak mengandung
pasir daripada lempungnya. Lapisan ini pada umumnya terdiri dari
pasir kwarsa yang berbutir hampir sama dan disertai dengan
lempung, biasanya terdapat casitterite.
4) Kaksa
Kaksa merupakan lapisan terakhir yang mengandung timah,
kwarsa, lempung, dan juga mineral-mineral besar disamping
casitterite atau timah, berupa pasir kasar dan kerikil. Posisinya
berada diatas kong.
5) Kong (bed rock)
Kong merupakan lapisan paling bawah yang berupa batuan ubahan,
batuan lempung, batuan pasir dan granit. Kong adalah lapisan yang
keras yang terakhir mengandung timah, dibawah dari lapisan kong
diindikasikan timah tidak ada lagi.

4. Genesa Endapan Timah


Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah
cassiterit (SnO2). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit
yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan
sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi
peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan.
Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses
kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral casiterit (SnO 2) dan mineral berat
lainnya,

erat

hubungannya

dengan

batuan

granitoid.

Secara

keseluruhan endapan bijih timah yang membentang dari Myanmar


Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi
batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah adalah granit,
adamelit dan granadiorit. Batholit yang mengandung bijih timah pada
daerah Barat ternyata lebih muda (akhir Kretasius) daripada daerah
Timur (Trias).
Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-Kapur di daerah
Paparan Sunda terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini merupakan
pendapat dari teori Plate Tektonik, dimana terdapat penekukan benua
pada subduktion zona di garba. Sehingga magmatik art muncul di
sebelah utaranya, yaitu : yang menempati Pulau Bangka, Pulau

Belitung, Pulau Singkep, Pulau Karimun, Pulau Kundur dan sebagian


Pulau di Kalimantan Barat.
Di daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku,
sedimen dan batuan sedimen. Batuan sedimennya terdiri atas lapisan
tanah liat, lempung, lempung pasiran dan lainnya. Batuan sedimen ini
juga merupakan batuan tua yang mengalami penerobosan oleh intrusi
batuan granit pada batuan samping. Sehingga pada batuan sampingnya
mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang
mengandung mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan
granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik,
dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah.
Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di
dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk veinvein. Jadi pada proses pembentukan bijih timah ada terdapat dua
sumber, yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang
diterobosnya.
Endapan Timah merupakan salah satu endapan aluvial, yang
terbentuk karena lapisan atau material hasil pengendapan yang belum
terkonsolidasi dengan kuat. Lapisan ini terdiri dari kerakal, kerikil,
pasiran, lempungan atau kombinasi dari semuanya.
Ada dua jenis endapan timah yang dijumpai didaerah jalur
timah Indonesia ini, yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan

timah sekunder adalah cadangan timah utama yang ditambang oleh


PT. Timah (Persero) Tbk. Endapan timah primer dijumpai umumnya
berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak ekonomis untuk
dilakukan penambangan.Berikut adalah jenis endapan timah, yaitu :
a. Endapan Timah Primer
Endapan Timah primer terbentuk akibat intrusi granit terjadi
mineralisasi yang terbentuk pada jalur kontak antara tubuh granit
dengan batuan sedimen atau metasedimen yang diintrusi. Tidak
semua intrusi granit akan menghasilkan endapan timah, hal ini
sangat tergantung pada magma asal. Karena magma ini ada yang
mengandung unsur atau senyawa pembawa timah.
Pada umumnya bentuk endapan timah berupa vein yang
terjadi pada saat intrusi granit berlangsung pada batuan samping
yang diintrusi, batuan ini akan terangkat sedikit terlipat dan
membentuk retakan-retakan yang hampir tegak dengan tubuh granit
lalu retakan tersebut diisi oleh larutan magma yang mengandung
timah.
b. Endapan Timah Sekunder
Pembentukan

Timah

sekunder

atau

placer

deposit

didefinisikan sebagai endapan mineral lerakan yang terbentuk


secara konsentrasi mekanis dari sumber-sumber mineral yang
berasal dari batuan induk. Endapan timah sekunder akan terbentuk
melalui beberapa proses, sebagai berikut :

1) Pelapukan
Batuan yang berada dipermukaan akan mengalami pelapukan
akibat adanya proses eksogen baik pelapukan fisik maupun kimia.
Faktor-faktor penyebab pelapukan adalah:
a) Perubahan suhu (temperatur)
b) Air (air tanah dan air permukaan)
c) Unsur organis atau kelebatan vegetasi
d) Komposisi mineral pada batuan.
e) Struktur geologi yang terdapat pada batuan atau daerah tersebut,
seperti kemiringan lereng atau permukaan batuan.
Akibat dari pelapukan ini, batuan yang keras dan besar
berubah menjadi batuan kecil, peristiwa ini disebut sebagai
pelapukan fisik, sedangkan bila batuan tersebut dipengaruhi oleh
unsur organik atau air sehingga mineral yang terdapat dalam batuan
itu bersenyawa karena proses kimia dan menyebabkan batuan
tersebut berubah menjadi lunak atau menjadi mineral lain,
peristiwa ini disebut dengan pelapukan kimia.
2) Erosi
Erosi merupakan proses pengikisan terhadap batuan atau
lapisan tanah dimanapun berada seperti dipegunungan, didataran,
dipadang pasir, dipantai maupun dilaut. Media sebagai penyebab
terjadinya erosi terdiri dari beberapa macam, yaitu: air mengalir,
ombak, angin. Umumnya erosi ini sangat aktif pada daerah hulu

atau daerah dimana terjadinya intrusi dan memiliki kemiringan


permukaan yang besar.
Dengan kecepatan yang tinggi maka mengakibatkan daya
kikis yang akan membawa butiran-butiran tanah yang terkikis. Ada
beberapa istilah yang dikenal berkaitan dengan proses erosi sebagai
berikut:
a)

Erosi adalah kikisan yang terjadi pada lembah-lembah, bukitbukit ataupun pegunungan yang disebabkan oleh air yang mengalir
dipermukaan bumi.

b)

Abrasi adalah kikisan yang terjadi dipantai yang disebabkan


oleh ombak.

c)

Eolin adalah kikisan yang terjadi digurun-gurun yang


disebabkan oleh angin.

Pada endapan sungai aluvial, maka air sangat berperan utama sebagai
media didalam proses pengikisan terhadap batuan, lalu mengangkut
dan mengendapkannya pada daerah yang jauh dari tempat asalnya.
3) Transportasi
Material-material yang sudah mengalami pelapukan akan
dengan mudah terlepas dan kemudian terkikis, butiran-butiran hasil
erosi ini akan dibawa oleh air ketempat yang lebih rendah.
Daya angkut air untuk mentransport material hasil rombakan
tersebut tergantung pada kecepatan aliran dan besarnya volume air
yang bergerak pada tingkat kekeruhannya.

Material atau fragmen batuan yang berukuran besar tidak akan


terangkut jauh dari sumbernya dan sebaliknya untuk material yang
berukuran halus akan tertransportasi sangat jauh bahkan sampai
kelaut. Cara transportasi ada beberapa macam, antara lain:
a) Menggelinding pada dasar sungai
b) Meloncat-loncat didasar sungai
c) Melayang-layang didalam sungai
4) Pengendapan
Seperti yang telah kita ketahui dari suatu sistem sungai dimana
setelah terjadi pengikisan lalu terbawa oleh air material tersebut akan
diendapkan pada bagian terendah (lembah). Namun demikian,
pengendapan juga terjadi pada daerah hulu atau bagian tengah. Ini
sangat tergantung pada kecepatan air, jumlah muatan sedimen dalam
sungai serta berat jenis dari mineral yang diendapkan.
Umumnya apabila kita menyusuri sungai akan tampak bahwa
material yang besar-besar akan diendapkan pada daerah hulu sehingga
dapat dikatakan semakin jauh terendapkannya material dari batuan
sumbernya maka butiran atau fragmen material akan semakin halus.
Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk mengetahui
posisi dari peletakan mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran
dalam suatu daerah pengendapan aluvial. Dari bermacam-macam
endapan aluvial, hubungannya satu lingkungan pengendapan dengan
lingkungan

pengendapan

karakteristik endapan alluvial.

lainnya

akan

memiliki

perbedaan

Pada lokasi cadangan lepas pantai laut Kebiang, endapan bijih


timah (Sn) tersebut berasal dari endapan bijih timah Primer (Sn) yang
mengalami proses sedimentasi. Sehingga akhirnya berubah bentuk
menjadi endapan bijih timah sekunder yang terdiri dari : endapan
elluvial, endapan kollovial.
endapan alluvial, mincang dan endapan disseminated (Gambar 6)

Sumber : Satuan kerja unit laut Bangka (2015)

Gambar 6. Jenis Endapan Timah

6. Kualitas Bijih Timah


Bijih timah yang dihasilkan pada KIP Timah 15 memiliki kadar
Sn yang berkisar antara 6070% yang selanjutnya diproses di Pusat
Pencucian Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral

ikutannya sehingga kadarnya dapat ditingkatkan hingga mencapai 72


-74% sebagai syarat utama peleburan. Selanjutnya bijih timah akan
diolah di Pusat Metalurgi (Pusmet) di Muntok guna ditingkatkan
kadarnya hingga mencapai 90% dan ditingkatkan kembali kadarnya
dengan menggunakan proses electrorefinering untuk menghilangkan
kandungan pengotor (impurities) terutama kandungan timbal hingga
dicetak menjadi timah batangan dengan kadar 99,99% (Timah four
nine).
7. Peralatan Penambangan
a. Peralatan Penunjang Kapal
Peralatan penunjang kapal merupakan alat-alat yang tidak
berhubungan secara langsung dalam penggalian material tetapi
mempunyai andil penting dalam pengoperasian kapal. Alat-alat
tersebut antara lain ponton dan jangkar kapal.
1) Ponton
Ponton merupakan pondasi dasar pada KIP yang terdiri dari
kumpulan dari beberapa tangki atau kompartemen berbentuk
tabung. Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk
menyimpan HSD (bahan bakar solar) dan air tawar.
Ponton pada KIP Timah 17 terbagi

menjadi

kompartemen, yang terdiri dari 2 kompartemen bagian luar dan 2


kompartemen bagian dalam. Kompartemen bagian dalam lebih
panjang daripada kompartemen bagian luar dengan tujuan untuk
menyeimbangkan berat kapal dikarenakan adanya ladder pada
bagian tengah kapal. Kompartemen dalam memiliki panjang

80,52 meter sedangkan panjang kompartemen luar adalah 58,55


meter. Diameter dari seluruh kompartemen sama yaitu sebesar 2,5
meter dengan tebal pelat kulit ponton 8 mm.

Sumber: Doc penulis (2015)

Gambar 7. Ponton
2)

Jangkar Kapal
Jangkar kapal berfungsi sebagai penahan kapal saat sedang
berlabuh atau saat kapal sedang berhenti untuk melakukan
perbaikan. Jangkar pada KIP Timah 17 memiliki berat 750 kg dan
terletak pada ujung bagian depan kapal untuk menyeimbangkan
berat dengan bagian belakang kapal saat berlabuh.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 8. Jangkar Kapal


Jangkar kapal digerakkan dengan menggunakan anchor
winch yang berada pada bagian atas kapal. Kawat pada Anchor
winch memiliki diameter 32 mm dengan kekuatan tarik hingga 15
ton dan kecepatan kawat 12 meter per menit. Sumber penggerak
Anchor winch berasal dari mesin hidrolik bagian kanan kapal.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 9. Anchor Winch

b. Peralatan Utama Penggalian


Peralatan utama penggalian merupakan peralatan-peralatan
yang berhubungan langsung dengan material yang digali. Peralatan
utama dari proses penggalian pada KIP Timah 17 terdiri dari cutter,
pipa hisap, pompa tanah, dan pipa tekan yang mana keseluruhan
peralatan ini berada pada ladder.
1) Cutter

Cutter atau pisau pemotong merupakan alat utama yang


berperan sangat penting dalam proses penggalian pada KIP Timah
17. Hal ini dikarenakan cutter berfungsi sebagai alat gali, alat
potong dan alat
untuk memberai lapisan tanah. Cutter terletak pada ujung
ladder sehingga dapat melakukan kontak langsung dengan lapisan
tanah yang akan digali.

Kuku Cutter

Blade

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 10. Cutter


Cutter pada KIP Timah 17 merupakan tipe circular steel
cutter yang terbuat dari bahan besi baja yang keras sehingga tidak
mudah haus karena gesekan dengan tanah. Sumber tenaga
penggerak cutter berasal dari mesin hidrolik bagian kanan kapal.
Pondasi dasar dari cutter berbentuk lingkaran dengan
diameter luar 180 cm dan diameter dalam 160 cm. Dari pondasi

dasar ini, terdapat bagian besi melengkung yang menyatu pada


lingkaran besi kecil di bagian atasnya. Besi yang melengkung ini
disebut daun atau blade yang berjumlah enam buah untuk tiap
cutter. Tinggi dari pondasi dasar hingga ujung blade adalah 85 cm.
Lingkaran kecil pada ujung blade memiliki diameter 35 cm, yang
berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan cutter ke ujung ladder
dengan dikunci oleh bearing.
Pada bagian blade, terdapat bagian besi runcing yang
menonjol keluar yang disebut kuku cutter. Kuku cutter memiliki
panjang 32 cm dan berjumlah 8 buah pada setiap blade, sehingga
total kuku pada cutter berjumlah 48 buah. Bagian kuku cutter
biasanya yang paling cepat haus, sehingga harus diganti dengan
kuku besi baru dengan cara pengelasan pada tiap jadwal perawatan
rutin (preventive maintenance).
Kehandalan daya isap pompa sangat ditentukan oleh kualitas
kinerja cutter dalam operasional penggalian. Kinerja cutter dilihat
dari jumlah putaran per menitnya (rpm). Terdapat lima tingkatan
kecepatan (step speed) dari putaran cutter, dengan kecepatan
putaran maksimal 24 rpm. Adapaun tingkatan putarannya dimulai
dari 0 5 rpm, 5 10 rpm, 10 15 rpm, 15 20 rpm, dan 20 24
rpm.
putar dari cutter sepenuhnya dikendalikan oleh operator,
dengan menyesuaikan pada jenis dan ketebalan lapisan yang digali,

dimana step 1 dan 2 digunakan untuk lapisan tanah yang lemah


sedangkan step 3 hingga 5 digunakan untuk lapisan tanah yang
keras. Pada umumnya, step speed cutter yang ideal untuk digunakan
adalah step 2 dan 3, yaitu antara 5 hingga 15 rpm. Hal ini bertujuan
untuk menjaga keawetan dari cutter agar tidak cepat haus dan rusak
selama penggalian.
Jika kerusakan cutter sudah sangat berat, maka cutter harus
diganti dengan cutter yang baru. Cutter yang baru biasanya diolesi
oli pada seluruh bagiannya dengan tujuan untuk memperlambat
proses pengkaratan pada cutter yang baru dipakai.
2) Ladder
Ladder merupakan suatu rangka besi besi panjang pada
KIP Timah 17 yang berfungsi sebagai tempat penempatan bagi
cutter, pompa tanah, pipa isap, serta pipa tekan. Panjang ladder
pada setiap KIP berbeda-beda dan menjadi penentu seberapa
besar kedalaman penggalian yang mampu dilakukannya. Ladder
pada KIP Timah 17 memiliki panjang total 58 meter dengan
kedalaman penggalian maksimal 50 meter dan sudut penggalian
maksimal 60o.
Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai
dindingnya. Ujung dari ladder dipasang cutter dan pangkal
ladder dipasang as sebagai tumpuan untuk menaik turunkan
ladder. Pada bagian dalam, terdapat pompa tanah yang berjarak
10 meter dari cutter dan dibagian belakangnya terdapat as joint

pompa yang berfungsi sebagai penggerak pompa. Lalu pada


dinding ladder bagian atas, terdapat pipa tekan yang berfungsi
untuk mengalirkan material atau feed hasil penggalian menuju
instalasi pencucian.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 11. Ladder

Sistem penggerak ladder menggunakan ladder lier yang


dapat menaik turunkan ladder selama penggalian. Sumber
penggerak ladder lier berasal dari mesin hidrolik bagian kanan
kapal. Kawat pada ladder lier memiliki diameter 38 mm dan
mampu menahan beban hingga 30 ton dengan kecepatan
pergerakan kawat hingga 12 meter per meni
Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 12. Ladder Lier

Dibagian muka tengah ponton dan rangka kapal, terdapat


bagian yang terbuka yang disebut beun yang menjadi tempat
ladder untuk dinaik turunkan. Antara ladder dan beun terdapat
celah 15 cm di sisi kiri dan kanannya. Celah ini penting untuk
mencegah terjadinya benturan antara ladder dengan beun pada
saat ladder dinaik turunkan.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 13. Beun


3) Pipa Hisap
Pipa hisap merupakan pipa yang terletak di depan pompa
tanah yang berfungsi sebagai saluran untuk menghisap tanah yang
telah dihancurkan oleh cutter dengan sumber daya hisap yang
berasal dari pompa tanah. Ujung dari pipa hisap berbentuk seperti
mulut bebek dan terletak pada bagian bawah cutter.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 14. Mulut Pipa Isap


4) Pompa Tanah
Pompa tanah, dengan dibantu oleh pipa hisap, berfungsi
untuk menghisap material hasil galian dari cutter yang
selanjutnya di transportasi melalui pipa tekan menuju instalasi
pencucian untuk di proses lebih lanjut.
Pompa tanah pada KIP Timah 17 memiliki daya hisap yang
mencapai 2500 m3/jam dengan kecepatan putaran hingga 510
rpm. Sumber penggerak pompa tanah berasal dari mesin pompa

tanah yang terletak di samping as ladder pada bagian badan


kapal.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 15. Pompa Tanah

5) Pipa Tekan
Merupakan saluran yang berada dibelakang pompa tanah
yang berfungsi sebagai jalur untuk mengalirkan feed hasil hisapan
dari pompa tanah menuju saring putar untuk diproses lebih lanjut.
Pipa tekan memiliki diameter sebesar 30 cm.
Pada bagian pipa tekan yang terletak dekat dengan saring
putar, terdapat sebuah afsluiter yang berfungsi untuk menutup
jalur aliran tanah hasil galian menuju saring putar, dan kemudian
mengalirkannya secara langsung menuju bandar tailing. Afsluiter

ini digunakan saat penggalian tanah atas, karena lapisan tanah


atas ini tidak mengandung timah atau hanya sedikit mengandung
timah sehingga tidak ekonomis bila dilakukan proses pencucian.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 16. Pipa Tekan

Untuk feed yang lolos dari saring putar akan dibiarkan


mengalir menuju jig, dengan kondisi jig

tidak dijalankan

sehingga material tanah atas akan terbuang sebagai tailing menuju


bandar tailing.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 17. Afsluiter Pipa Tekan


c. Mesin Penunjang Penggalian
Merupakan mesin-mesin yang berfungsi untuk menggerakkan
alat-alat dari proses penggalian maupun pencucian. KIP Timah 17
memiliki 5 buah mesin yang terdiri dari 1 mesin pompa tanah, 2
mesin hidrolik, dan 2 mesin rudder propeller serta 2 buah genset.
1) Mesin Rudder Propeller
Mesin ini berfungsi untuk menggerakkan kapal selama
proses penggalian. KIP Timah 17 memiliki 2 mesin rudder
propeller yaitu mesin rudder propeller kanan dan mesin rudder
propeller kiri yang berada pada bagian buritan kapal.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 18. Mesin ruder propeller kanan

Kedua mesin rudder propeller ini memiliki daya 500 HP


dan putaran 1900 rpm. Mesin ini dapat menggerakkan swing
propeller yang menyebabkan kapal dapat bergerak maju maupun
berbelok arah ke kanan atau ke kiri. Mesin ini membantu
mengatur arah pergerakan kapal saat melakukan penggalian baik
2)

dengan metode rotary, metode spudding, atau metode kombinasi.


Mesin Pompa Tanah

Mesin pompa tanah memiliki daya 700 HP dan putaran


2100 rpm. Mesin ini berfungsi untuk menjalankan pompa tanah
dengan cara memutar impeller yang berada pada pompa tanah.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 19. Mesin Pompa Tanah


Mesin pompa tanah dihubungkan dengan gearbox pompa
tanah yang berfungsi untuk mereduksi putaran dari mesin pompa
tanah yang semula 2000 rpm menjadi 500 rpm. Hal ini
dikarenakan pompa tanah hanya mampu bekerja dengan efektif
dengan jumlah putaran 500 rpm, jika lebih dari itu pompa tanah
akan cepat panas dan dapat cepat rusak. Putaran dari gearbox ini
kemudian disalurkan menuju pompa tanah melalui as joint pompa
yang terletak di dalam ladder.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 20. Gearbox Pompa Tanah


Mesin pompa tanah, tidak sepenuhnya mampu menghisap tanah, namun
kapasasitas tanah yang dihisapnya bercampur dengan air. Perbandingan antara
persen solid dan persen fluida di dalam material yang dihisap pompa berada
pada kisaran 1:10.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 21. As Joint Pompa

3)

Mesin Hidrolik
KIP Timah 17 memiliki dua mesin hidrolik, yaitu mesin
hidrolik kanan dan mesin hidrolik kiri. Mesin hidrolik kanan
memiliki daya 500 HP dan putaran 1900 rpm yang berfungsi
untuk menggerakkan peralatan untuk proses penggalian seperti
cutter, ladder winch, dan anchor winch serta untuk menjalankan
pompa underwater bagian kanan. Sedangkan mesin hidrolik kiri
memiliki daya 450 HP dan putaran 1900 rpm yang berfungsi
untuk menggerakkan peralatan untuk proses pencucian seperti
saring putar, jig primer, jig sekunder serta pompa underwater
bagian kiri.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 22. Mesin hidrolik kiri

4)

Genset
KIP Timah 17 memiliki 2 buah genset dengan kapasitas
masing-masing 150 kVA di bagian kanan kapal dan 50 kVA di
bagian kiri kapal. Genset kiri digunakan saat siang hari untuk
kegiatan operasional kapal, sedangkan genset kanan digunakan
saat malam hari untuk kegiatan operasional sekaligus penerangan.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 23. Genset

d. Peralatan Penunjang Operator


Peralatan penunjang operator merupakan alat-alat yang
terdapat pada ruang komando yang berguna untuk membantu
operator dalam memantau keadaan kapal serta mengatur proses
penggalian. Alat-alat penunjang tersebut seperti GPS, kompas, echo
sounder, CCTV, indikator kedalaman ladder, serta tabel air.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 24. Ruang Komando Kapal


1)

GPS dan echo sounder


Sebagai alat pemandu operator dalam proses penggalian,
GPS punya kehandalan untuk merekam jejak dari hasil
penggalian dan menentukan akurasi titik koordinat penggalian
dan titik koordinat yang akan digali serta berfungsi juga sebagai
alat navigasi bagi KIP. Sedangkan echo sounder dapat membantu
operator untuk menentukan kedalaman air laut sebelum dan
sesudah penggalian berlangsung. Selain itu echo sounder juga
dapat menggambarkan kontur lapisan tanah di dasar laut.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 25. GPS Garmin

2)

CCTV
CCTV digunakan untuk mengawasi kegiatan operasional
kapal. Peletakan CCTV pada tempat-tempat tertentu memiliki
maksud dan tujuannya masing-masing.
CCTV bersama dengan perekam suara, diletakkan pada
saring putar dengan tujuan untuk menunjukkan lapisan tanah yang
baru saja terhisap dari dasar laut. Operator dapat membandingkan
tanah yang baru digali dengan lapisan tanah pada profil bor yang
dimiliki sehingga dapat diketahui apakah penggalian sudah
mencapai lapisan kaksa atau tidak.
Alasan penempatan CCTV pada saring putar adalah untuk
membantu operator agar dapat dengan cepat mengetahui lapisan
apa yang sedang digali dan untuk mengetahui apakah lapisan
tersebut mengandung timah serta untuk mencari tahu arah
persebaran bijih timah sehingga bisa dengan cepat memutuskan
arah penggaliannya.

Selain pada saring putar, CCTV juga diletakkan pada bak


konsentrat jig sekunder, beun, serta pada kerangkeng timah.

Sumber:Doc Penulis (2015)

Gambar 26. CCTV


3)

Indikator Kedalaman Ladder


Indikator ini berfungsi untuk memberitahu operator besar
dari kedalaman pada operasi penggalian yang sedang dilakukan.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 27. Indikator Kedalaman Ladder


4)

Tabel Air
Tabel air merupakan tabel yang berisi angka-angka yang
menunjukkan perubahan ketinggian pasang surut air laut pada

setiap jamnya. Ramalan pasang surut pada lokasi kerja dapat


diketahui berdasarkan daftar pasang surut yang dikeluarkan oleh
jawatan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan
Laut, maupun Dinas Angkatan Laut. Ramalan pasang surut air
laut pada wilayah operasi KIP Timah 17 pada bulan September
dapat dilihat pada lampiran C.
Pada wilayah Laut Penyusu yang menjadi RK dari KIP
Timah 17, pasang surut awalnya (Z) ditetapkan pada 17 dm. Z
ini lalu diselisihkan dengan nilai pasang surut air laut dari hari
tertentu pada setiap jamnya. Jika hasil selisih bertanda positif
maka artinya laut akan surut, dan jika bertanda negatif maka
artinya laut akan pasang. Hasil dari pengurangan tersebut
kemudian diubah satuannya menjadi centimeter lalu dicatat pada
tabel air sesuai dengan jam dan harinya.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 28. Tabel Air

Tabel air berguna untuk memberi tahu operator kedalaman


sebenarnya dari ladder. Jika indikator kedalaman menunjukkan
ladder berada di kedalaman 30 meter, sedangkan tabel air tersebut
menunjukkan angka -70, itu menandakan bahwa laut sedang
pasang sehingga kedalaman sebenarnya ladder adalah 29,3 meter.

D. Perencanaan Kegiatan PLI


Adapun deskripsi kegiatan industri / pekerjaan yang penulis
laksanakan di perusahaan, yaitu :

Tabel 3. Perencanaan Kegiatan PLI

No
1
2
3

Kegiatan

Minggu ke
5
3
4

Orientasi Lapangan
Pengamatan Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan data dan

Presentase

E. Pelaksanaan Kegiatan PLI


Kegiatan lapangan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman nyata di lapangan tentang teknis perencanaan, pelaksanaan

dan pengolahan perkerjaan penambangan dalam rangka melengkapi


pengetahuan teori yang didapat di bangku perkuliahan.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek di PT. Timah
(Persero) Tbk yang penulis mulai tanggal 7 Januari sampai 7 Maret adalah:
1. Pengenalan Perusahaan
Pertama kali sampai di kantor PT. Timah (Persero) Tbk, di Unit
Laut Bangka penulis melakukan perkenalan dengan pimpinan, staf dan
para karyawan di lokasi tambang. Selanjutnya penulis diberikan
pembekalan, bimbingan serta kegiatan apa saja yang harus dilakukan.
Dalam melaksanakan kegiatan di antara lain seperti:
a. Pembekalan di ruangan GT / Evalusi Produksi
b. Pembekalan tentang proses penggalian
c. Pembekalan tentang proses pencucian
d. Pembekalan tentang proses perawatan
Dalam kegiatan di kantor Unit Laut Bangka PT. (Persero) Tbk,
waktu kerja pegawai perusahaan dimulai dari jam 07.00 sampai 16.00
WIB.
2. Kegiatan di Lapangan
e. Pengamatan proses penggalian
Sebelum melakukan penambangan bijih timah, operator
harus dapat menentukan terlebih dahulu dimana lokasi yang akan
dilakukan penggalian. Operator menggunakan peta rencana kerja
(RK) dan profil bor yang didapat dari hasil eksplorasi sebagai
pedoman untuk menentukan lokasi penggalian.
Penggalian dimulai pada daerah yang memiliki banyak
cadangan timah berdasarkan peta RK. Setelah menentukan lokasi
dan koordinatnya, koordinat tersebut lalu diplotkan pada GPS

untuk selanjutnya mengarahkan kapal menuju koordinat yang


dimaksud.
Setelah sampai pada koordinat yang dituju, langkah awal
yang harus dilakukan adalah membuka kolong kerja untuk
mengupas lapisan tanah atas. Untuk mengupas lapisan tanah atas,
KIP Timah 17 menggunakan metode kombinasi yang diawali
dengan metode rotary yaitu memutar kapal hingga 360 o hingga
mencapai lapisan kaksa. Diameter kolong kerja berkisar antara 20
hingga 40 meter disesuaikan dengan jenis lapisan tanah yang akan
digali. Diameter 20 meter digunakan untuk jenis lapisan tanah yang
cukup keras dan tidak mudah longsor sedangkan diameter 40 meter
digunakan untuk jenis lapisan tanah yang berlumpur atau tanah
hasil tailing dari kapal keruk.
Setelah menggali lapisan kaksa dan menemukan arah
persebaran timahnya, maka metode penggalian yang selanjutnya
digunakan adalah metode spudding, yaitu memutar kapal antara
90o hingga 1800 sambil menggerakkan kapal sesuai dengan arah
persebaran timah tersebut.
Pergerakan kapal juga perlu disesuaikan dengan keadaan
ombak. Jika ombak besar besar, arah penggalian harus melawan
arah ombak. Hal ini dikarenakan jika kapal mengikuti arah ombak,
dikhawatirkan kapal akan terdorong maju oleh ombak, dan akan
menyebabkan ladder tersangkut pada lapisan tanah sehingga
ladder tidak dapat dinaikkan hingga bisa patah.

Arah penggalian kapal saat menggali lapisan kaksa sangat


ditentukan oleh keputusan operator. Keputusan ini didasari dengan
hasil penggalian yang terlihat pada saring putar dan juga
koordinasi dengan bagian pencucian yang mengukur banyaknya
jumlah bijih timah yang dihasilkan. Jika data dari profil bor
menunjukkan pada bijih timah terdapat pada lapisan pasir kasar
berkerikil sedangkan material yang terlihat pada saring putar tidak
berkerikil lagi, ditambah dengan pemberitahuan dari bagian
pencucian bahwa timah yang dihasilkan sedikit, maka operator
dapat memutuskan untuk merubah arah penggalian.
Urutan penggalian bijih timah dari dasar laut dimulai dari
menurunkan ladder hingga cutter mencapai lapisan tanah di dasar
laut. Putaran dari cutter akan memberaikan lapisan tanah atas,
dimana tanah yang terberai tersebut akan masuk ke dalam pipa
hisap yang berada di bawah cutter akibat adanya daya hisap dari
pompa tanah yang terpasang di dalam ladder. Tanah yang terhisap
tersebut akan dialirkan melalui pipa tekan menuju instalasi
pencucian sementara yang berada di atas KIP untuk diolah
sehingga didapat bijih timah serta mineral ikutan berharga lainnya
yang diinginkan.

Sumber : Data Penulis (2015)

Gambar 29. Flowsheet Proses Penggalian Pada KIP TIMAH 17


f. Pengamatan Proses Pencucian
Kegiatan pencucian pada KIP Timah merupakan salah satu
proses

pengolahan

bahan galian

(mineral dressing) yang

merupakan suatu proses pemisahan mineral berharga dari mineral


pengotor dengan memanfaatkan perbedaan sifat-sifat fisik diantara
mineral. Sifat-sifat fisik yang dimanfaatkan antara lain ukuran
butir, berat jenis, sifat kemagnetan dan sifat kelistrikan.
Instalasi pencucian sementara pada KIP Timah merupakan
tahapan screening dan concentration. Tahapan crushing tidak perlu
dilakukan karena material yang digali ukurannya bukan bongkah
sehingga tidak perlu direduksi ukuran partikelnya. Sedangkan
tahapan dewatering sendiri selanjutnya dilakukan di Pusat
Pengolahan Bijih Timah (PPBT).
Pada KIP Timah 17 pencucian bijih timah menggunakan
metode Jigging, yaitu pemisahan material berdasarkan berat
jenisnya, memakai alat Pan American Jig.
Proses pencucian timah, diawali dari saring putar untuk
memisahkan material yang berukuran besar dan kecil, material
yang berukuran lebih kecil akan diteruskan ke jig primer,
sementara material yang berukuran besar akan diteruskan ke
tailing.
Material yang diteruskan ke jig primer akan dipisahkan lagi
berdasarkan berat jenis mineralnya. Material yang memiliki berat

jenis lebih berat akan lebih cepat terhisap atau jatuh pada saat
terjadi gaya pultion dan suchtion akibat pergerakan jig, sementara
material yang memiliki berat jenis lebih ringan akan diteruskan
aliran ke tailing dan material yang jatuh ke jig primer akan di
teruskan ke jig clean up. Kadar Sn pada jig primer ini berkisar
antara 20% - 30%.
Pada jig clean up juga terjadi proses yang sama, dimana
akan terjadi gaya pultion dan suchtion akibat dari pergerakan jig.
Jig clean up ini juga berfungsi untuk meningkatkan kadar Sn dari
jig primer, karena pada tahap ini diharapkan mineral pengikut
cassiterit dapat dipisahkan. Material yang masuk ke dalam jig
clean up akan keluar dari spigot menjadi konsentrat, sementara
mineral pengikut yang berat jenisnya lebih kecil akan dialirkan ke
tailing. Kadar Sn pada jig clean up ini 40 %
Setelah konsentrat yang keluar dari jig clean up, biasanya
dilanjutkan ke proses shakan untuk meningkatkan kadar Sn 60%.
Namun, pemakaian shakan ini jarang dilakukan biasanya hanya
dipakai untuk konsentrat dari kompartemen B,C, dan D karena
mineral pengganggu cassiterit lebih banyak pada kompartemen
tersebut. Pada KIP Timah 17, shakan ini sangat jarang digunakan
karena material yang dominan lempung sehingga dapat dikatakan
kandungan cassiterit sangat sedikit. Sementara konsentrat yang
keluar melalui jig clean up kompartemen A langsung dimasukan ke
dalam kampil (karung) untung ditimbang.
g. Pengamatan Proses Perawatan

Kegiatan perawatan ini merupakan kegiatan yang rutin


dilakukan untuk memastikan layak atau tidaknya suatu alat dapat
bekerja sesuai dengan standar operasional produksi dan mencegah
terjadinya kerusakan pada alat dan komponen kapal isap.
Proses perawatan di KIP Timah 17 biasanya dilakukan
sekali seminggu yang disebut perawatan mingguan. Pada kegiatan
ini KIP Timah 17 akan stop beroperasi untuk beberapa saat, karena
akan dilakukan pengecekan seluruh komponen kapal dan alat-alat
pengoperasian

penambangan

baik

itu

alat-alat

penggalian,

pencucian, dan alat penunjang lainnya.


Pada perawatan alat penggalian, biasanya ladder akan di
angkat untuk dibersihkan dari material yang menempel seperti
lumpur, pengecekan kuku cutter, pipa hisap, mesin pompa tanah,
dan pipa tekan untuk mencegah terjadinya kerusakan dan
kebocoran pada pipa. Pada alat pencucian, biasanya dilakukan
pengecekan pompa underwater, pengecekan saringan putar untuk
memastikan

grizzly

masih

utuh

atau

perlu

penggantian,

penggemburan bed di jig primer dan jig clean up dan menambah


bed yang telah berkurang, serta perawatan terhadap alat-alat
penunjang seperti pengecekan mesin hidrolik, gear box, ponton dan
lain-lain.
Namun pengecekan perawatan bisa dilakukan setiap hari
apabila terjadi kerusakan lebih dan membutuhkan perawatan
intensif,

seperti

ladder

yang

tertimbunan

membutuhkan

penanganan yang cepat dilakukan perawatan, dan dilihat dari hasil

produksi yang menurun harus dilakukan pengecekan setiap hari


agar proses penambangan berjalan dengan baik tanpa hambatan.
F. Hambatan dan Penyelesaian
Hambatan penulis dalam PLI ini yaitu kondisi jenis material yang
dominan lempung, membuat penulis harus menunggu ladder sampai
kelapisan kaksa. Cuaca yang juga buruk, sering terjadi hujan sehingga
sangat beresiko untuk lebih lama dalam pengambilan data karena
banyaknya lantai yang licin. Ladder yang sering tertimbunpun menjadi
hambatan, karena perlu perawatan yang lama, sehingga menggangu proses
produksi dan mengurangi jam kerja.
Untuk mengantisipasi kendala - kendala tersebut agar waktu PLI
penulis tidak banyak yang kosong, untuk kendala material yang dominan
lempung dan kedalaman kaksa sangat jauh biasanya penulis memantau
kegiatan diproses pencucian pada saat mineral lempung dan untuk kondisi
tempat kerja sangat beresiko penulis harus lebih berhati-hati dan selalu
memakai safety yang lengkap setiap berada di dek bawah kapal tempat
proses pencucian bijih timah.
G. Temuan Menarik
1. Jumlah pukulan dan Panjang pukulan pada Pan American Jig tidak
sesuai standar operasional produksi (SOP). Pada SOP ditentukan
bahwa jumlah pukulan berbanding terbalik dengan panjang
pukulan, yaitu jumlah pukulan kompartemen A tidak melebihi
jumlah pukulan kompartemen B, kompartemen B tidak lebih
kompartemen C, dan kompartemen C tidak melebihi kompartemen
D. Untuk panjang pukulan kebalikannya. sementara yang
ditemukan dilapangan tidak teratur yaitu jumlah pukulan dan

panjang pukulan untuk di jig primer jumlah pukulan dari


kompartemen A sampai kompartemen C yaitu 72 mm, 66 mm, 66
mm. Pada Jig clean up dari kompartemen A sampai kompartemen
D yaitu 116 mm, 120 mm, 84 mm, 84 mm.
2. Batu Hematit (Bed) pada Jig primer tidak memiliki ukuran yang
merata, pada jig rimer seharusnya ukuran batu hematit berkisar
antara 9 cm sampai 12 cm dan di jig clean up antara 6 cm sampai 9
cm. Sementara yang didapatkan di lapangan pada jig primer
ditemukan pada jig primer batu hematit yg berukuran lebih kecil
dari 9 cm dan lebih besar dari 12 cm.
3. Banyaknya feed yang masuk ke jig primer sehingga terjadi over
blast pada jig primer, yang mengakibatkan banyak feed yang
menumpuk pada bed dan banyak feed yang masuk ke tailing

BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
PT. Timah (Persero) Tbk, merupakan salah satu perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan bijih
Timah yang terletak di Propinsi Kepulauan Bangka-Belitung. PT.Timah
(Persero) Tbk, sendiri memiliki banyak lokasi penambangan di Propinsi
Kepulauan Bangka-Belitung, salah satu yang lokasinya menjadi tempat
penelitian penulis yaitu Unit Laut Bangka (ULB) Kecamatan Belinyu Bangka
Utara, yang beroperasi di Laut Tempilang.

Penambangan bijih timah di Unit Laut Bangka (ULB) Kecamatan


Belinyu Kabupaten Bangka Utara

saat ini menerapkan metode tambang

terbuka alluvial (offshore) dengan sistem penambangan menggunakan Kapal


Keruk, Kapal Isap dan Ponton Isap Produksi. Pada penambangan timah alluvial
ini, proses pencucian langsung dilakukan di atas kapal, dengan menggunakan
Jig sebagai metode pemisahan mineral berdasarkan berat jenis dan
memanfaatkan air laut sebagai fluida untuk pencucian pada proses jigging.
Kegiatan pencucian merupakan proses akhir yang sangat mempengaruhi hasil
dari proses rangkaian penambangan timah di Kapal Isap Produksi (KIP) Timah
17 dimana pada proses pencucian ini menentukan berhasil atau tidaknya suatu
penambangan

untuk

mengambil

logam

sebanyak-banyaknya

dengan

perbandingan tailing yang kecil, dilihat dari kualitas dan kuantitas yang
dihasilkan bijih timah dari hasil sampling untuk mencapai kadar Sn yang telah
ditargetkan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan Evaluasi Proses Pencucian Timah
pada Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17 di Laut Tempilang PT. Timah
(Persero), Tbk. Agar proses pencucian dapat terealisasi dengan baik dan benar
dan meminimalisir looses pada feed yang masuk.
B. Kajian Teoritis
1. Konsep dasar
Kegiatan pencucian termasuk dalam rangkaian proses pengolahan
bahan galian (minerals dressing) yang merupakan suatu proses pemisahan
mineral berharga dari mineral pengotor dengan memanfaatkan perbedaan
sifat-sifat fisik diantara mineral. Sifat-sifat fisik yang dimanfaatkan antara
lain ukuran butir, berat jenis, sifat kemagnetan, dan sifat kelistrikan.

Sasaran

dari

kegiatan

minerals

dressing

adalah

untuk

meningkatkan kadar (grade) dan perolehan (recovery) secara maksimal agar


dapat ditingkatkan menuju proses ekstraksi metalurgi untuk memperoleh
logam murni (Sn) yang bernilai ekonomi tinggi.
Tahapan dari proses pengolahan bahan galian secara berturut-turut
dimulai dari tahap penghancuran dan penggerusan (crushing &grinding),
tahap penyaringan atau pengayakan (screening/sieving), tahap konsentrasi
(concentration), dan tahap pengeringan (dewatering).
Instalasi pencucian merupakan tahapan

screening

dan

concentration. Tahapan crushing tidak perlu dilakukan karena material yang


digali ukurannya bukan bongkah sehingga tidak perlu direduksi ukuran
partikelnya. Sedangkan tahapan dewatering sendiri selanjutnya dilakukan di
Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT).
a. Screening (penyaringan)
Screening atau sieving (penyaringan/pengayakan) adalah proses
yang dilakukan untuk memisahkan butiran-butiran secara mekanis
berdasarkan perbedaan ukurannya (sizing).
Prinsip screening adalah untuk meloloskan butiran yang lebih
kecil melalui lubang saringan dan menahan butiran yang lebih besar dari
lubang saringan. Dalam hal ini material yang akan disaring harus dibuat
terjadi kontak dengan lubang saringan dengan kecepatan dan arah
tertentu agar butiran-butiran tersebut dapat menerobos lubang saringan
tanpa hambatan, sedangkan butiran-butiran yang lebih besar tertahan di
atas saringan. Butiran yang lolos dari saringan disebut undersize dan
yang tertahan disebut oversize.

Berdasarkan pada penahannya, screen dapat diklasifikasikan


menjadi dua macam, yaitu stationary screen (saring diam) dan moving
screen (saring gerak). Pada proses pencucian, digunakan moving screen
dengan jenis rotary screen (saring putar). Hal ini bertujuan untuk
menambah terjadinya kontak antara material dengan permukaan saring
sehingga hasil pemisahan ukuran butirnya lebih efektif.
b. Concentration (konsentrasi)
Concentration merupakan proses untuk memisahkan butiranbutiran mineral berharga dari mineral pengotornya. Berdasarkan
perbedaan sifat fisik dari mineral, maka proses konsentrasi terhadap
bahan galian timah dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Gravity concentration adalah suatu sistem pemisahan bijih yang
dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis mineral dengan
menggunakan media air.
2) Magnetic separation

adalah

pemisahan

yang

dilakukan

berdasarkan perbedaan sifat-sifat magnetik dari material yang diolah.


Dimana apabila material dikenakan medan magnet, butiran-butiran
yang bersifat magnetik akan berpisah dengan butiran-butiran yang
bersifat non-magnetik
3) Electrostatic Separation adalah pemisahan yang dilakukan
berdasarkan sifat listrik konduktor atau non-konduktor dari sejumlah
material yang diolah. Dengan demikian butiran-butiran penghantar
listrik akan terpisah dengan aliran medan listrik.
Untuk melakukan proses magnetic separation dan electrostatic
separation diperlukan material dalam keadaan kering, bebas air, dan
debu serta dalam keadaan butiran-butiran yang bebas (free particles).

Walaupun ada metode magnetic separation yang memakai air sebagai


medianya, namun dikarenakan timah bersifat non magnetik, maka bijih
timah akan menjadi tailing bersama dengan pasir dan kuarsa sehingga
metode ini kurang efektif untuk dilakukan.
Oleh karena itu, sistem yang cocok untuk digunakan pada
instalasi pencucian sementara pada kapal isap produksi adalah sistem
gravity concentration yang menggunakan media air dalam proses
pemisahannya.
2. Prinsip Dasar Pencucian
Prinsip dasar pencucian adalah pedoman dalam operasional
peralatan pencucian. Peralatan Jig yang digunakan pada KIP memiliki
prinsip dasar dalam melakukan pencucian bijih timah. Prinsip dasar tersebut
a)

antara lain sebagai berikut.


Panjang pukulan (stroke) di kompartemen A lebih besar atau sama
dengan B, kompartemen B lebih besar atau sama dengan C dan

b)

kompartemen C lebih besar atau sama dengan D


Frekuensi pukulan di kompartemen A lebih kecil atau sama dengan B,
kompartemen B lebih kecil atau sama dengan C dan kompartemen C

c)

lebih kecil atau sama dengan D


Butiran yang kasar akan turun di kompartemen A lebih dulu, makin ke
ujung (kompartemen D) ukuran butiran akan semakin halus.

Sumber: Satuan Kerja Unit Laut Bangka (2015)

Gambar 30. Diagram Prinsip Dasar Pencucian


d) Tebal Bed
Pengisian batu hematite /bed jig tidak boleh terlalu penuh atau
setinggi rooster atas (100 mm), sebaiknya di isi 80 90 mm sehingga
menyisakan ruangan kosong 10 20 mm. Hal ini di lakukan untuk
menyediakan tempat bagi mineral mineral yang belum sempat terhisap
menjadi undersize agar terlindungi dari pengaruh kecepatan aliran (cross
flow) di atas permukaan jig sehingga tidak terdorong dab hanyut bersama
oversize ke Bandar tailing. Standar Tebal bed adalah 80 90 mm.
e) Kecepatan Aliran (Crossflow)
Kecepatan aliran di atas permukaan jig perlu di kendalikan
sesuai standar, karena jika kecepatan aliran terlalu deras maka akan
mengakibatkan material undersize hanyut bersama material oversize ke
Bandar tailing. Standar kecepatan aliran (cross flow) sebagai berikut :
1) Jig Primer
: 0.70 1.00 m/detik
2) Jig Clean Up : 0.50 0.70 m/detik
3. Tipe Jig yang Digunakan pada Pencucian PT.Timah (Persero), Tbk
a. Pan American Jig (PA)

PA jig memakai saringan tetap disetiap tangki yang berbentuk


cone yang berhubungan dengan membran. Ukuran kompartemen Pan
American Jig 1500 x 1500 mm. Air tambahan masuk melalui pipa
dibawah kerucut dalam tangki dan dapat diatur untuk setiap tangki.
Keuntungan :
1) Gerakan membran sejajar dengan tekanan dan isapan sehingga
pembagian air melalui saringan merata.
2) Dapat memberikan panjang dorongan yang besar.
Kerugian :
1) Mekanik penggerak terlalu halus dan banyak macamnya sehingga
mudah rusak dan memerlukan perhatian dan perawatan.
2) Bila spigot buntu, membran mudah lepas.
b. Karimata jig
Karimata jig adalah gabungan antara Bandelary jig dan
Trapesium jig. Kecepatan aliran lebih baik dengan Trapesium jig.
Kerugian dari jig tipe ini memerlukan waktu yang lama untuk reparasi.

c. IHC Jig
IHC jig hanya terdapat di Kapal Keruk Belitung I untuk PT.
Timah. Jig primer berbentuk bundar (circular). Untuk jig sekunder
(clean up) berbentuk persegi empat. Penggerak IHC jig adalah tenaga
hydraulic yaitu dengan gerakan piston.
Keuntungan: Kecepatan aliran tidak tinggi, semakin ke ujung jig
makin lebar permukaanya.
Kerugian: bagian-bagian penggeraknya terlalu banyak, kecil dan
rumit dan memerlukan perbaikan yang agak lama.
d. Yuba jig

Yuba jig gerakan membrannya tegak lurus dengan gerakan


tekanan isapan. Letak membran melekat pada dinding tangki sebelah
luar.

Setiap

kompartemen

dapat

diatur

panjang

dorongannya.

Penggeraknya menggunakan pulsator dengan motor listrik dan gear box.


Keuntungan:
1) Perawatan dan pemeliharaan realtif lebih mudah.
2) Tiap kompartemen (cell) dapat diatur panjang pukulan sendiri-sendiri.
3) Penggunaan ruangan lebih sedikit.
Kerugian:
1) Pembagian air melalui saringan kurang merata.
2) Biaya permulaan lebih besar.

4. Peralatan Pencucian
Peralatan utama yang digunakan dalam proses pencucian bijih
timah pada KIP Timah 17 terdiri dari saring putar (Rotary Screen), jig dan
sakhan.
a. Saring Putar (Rotary Screen)
Pada proses pencucian bijih timah di KIP Timah 17 diawali
dengan proses sizing (pemilahan ukuran) menggunakan saring putar
sebagai alat sizing, yaitu alat yang berfungsi untuk memisahkan material
berdasarkan besar ukuran butirnya yaitu material undersize dan oversize.
Material undersize sebagai konsentrat dan oversize sebagai tailing yang
langsung di buang melalui bandar tailing sedangkan material undersize
akan di alirkan ke proses pencucian selanjutnya. Pada bagian mulut
saring putar dilengkapi dengan cctv untuk alat pemantau dari ruang
nahkoda sebagai indikator penggalian cutter.

Saring putar yang digunakan berbentuk tabung dengan diameter


pada bagian mulutnya lebih besar dari pada bagian ujungnya. Diameter
pada bagian mulutnya adalah 2 meter sedangkan diameter bagian
ujungnya adalah 1,6 meter dengan panjang tabung 3,50 meter. Pada
bagian kiri dan kanan saring putar masing-masing terdapat satu buah
drag roll yang berfungsi sebagai penyangga agar saring putar tidak
bergeser dan tetap berada pada posisinya (center).

S
umber: Doc Penulis (2015)

Gambar 31. Saring Putar (Rotary Screen)


Untuk menyaring material, saring putar dilengkapi dengan
grizzly yang berdiameter 0,5 inchi dan jarak antar grizzly (spasi) sebesar
910 mm. Grizzly berfungsi sebagai alat penyaring antara material
oversize dan undersize. Terdapat sebanyak 25-30 grizzly pada satu unit
grizzly. Satu unit grizzly pada saring putar berjumlah 32 unit, jadi total
jumlah grizzly pada saring putar adalah sebanyak 864 buah.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 32. Grizzly


Material kasar seperti bongkahan tanah besar, batu, cangkang
kerang dan lain-lain yang berukuran 9-10 mm (oversize) tidak akan
lolos pada grizzly, tetapi akan keluar sebagai tailing yang kemudian
dialirkan menuju bandar tailing. Pada KIP Timah 17, terdapat 2 buah
bandar tailing dengan lebar 560 mm dan kemiringan minimal 30 yang
dipasang sisi kanan kiri kapal, mulai dari bagian tengah kapal sampai
pada bagian belakang kapal dan terhubung langsung ke laut lepas untuk
pembuangan tailing.

Sumber : Doc Penulis (2015)

Gambar 33. Bandar Tailing


Sedangkan material halus bertimah yang berukuran 9 10
mm yang lolos pada grizzly akan keluar sebagai undersize. Kemudian
material undersize di distribusikan ke jig primer secara merata melalui
lounder.

Lounder pada KIP Timah 17 terdapat 4 buah dengan lebar 152


cm dan tinggi 83 cm. Dimana masingmasing dari lounder ini
mengalirkan material dari saring putar menuju ke storebak yang
kemudian membagikan material menjadi dua bagian yang sama menuju
jig primer.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 34. Lounder


Saring putar digerakkan dengan menggunakan system trommel
drive hydraulic. Sistem ini menggunakan motor hidrolik sebagai
penggerak dengan kecepatan putar 11 rpm. Tekanan kerja pompa hidrolik
sebesar 0 350 bar. Inilah yang menyebabkan saringan putar dapat
berputar 360 searah jarum jam ataupun sebaliknya.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 35. Motor Hidrolik Penggerak Saring Putar


b. Jig
Setelah melewati proses sizing selanjutnya adalah proses
konsentrasi gravity yaitu mendasarkan pada aliran air vertikal (jigging)
dengan menggunakan alat jig. Jig merupakan salah satu peralatan
pencucian yang memanfaatkan perbedaan berat jenis (specific gravity)
mineral dengan prinsip pemisahan adanya gaya tekan (pultion) dan gaya
isap (suction) serta kemampuan mineral untuk menerobos bed. Butiran
bijih timah akan turun akibat adanya suction dan pulsion dari air yang
berada dalam kompartemen jig akibat gerakan dari penggerak jig dengan
sistem hidrolik.
1) Tipe jig
Pada KIP Timah 17 instalasi pencuciannya menggunakan jig
dengan tipe Pan American Jigs (PA Jigs).

Sumber: Satuan Kerja Unit Laut Bangka (2015)

Gambar 36. Sketsa Pan American Jigs (Pa)

Pan American Jig

adalah jig yang

penggeraknya

menggunakan eksentrik. Keuntungan menggunakan Pan American


Jigs yaitu gerakan membran sejajar dengan gerakan tekanan dan
isapan sehingga pembagian air melalui saring merata dan dapat
memberikan panjang dorongan yang lebih besar sehingga kekuatan
isapan akan lebih kuat. Sedangkan kerugian menggunakan Pan
American Jigs yaitu mekanik penggerak (mesin eksentrik) mudah
rusak maka memerlukan perawatan yang lebih serius, dan bila spigot
buntu / tersumbat, rubber membran akan mudah lepas.
Bagian-bagian Pan American Jigs terdiri dari beberapa
komponen penting diantaranya rooster, bed, rubber screen, tanki jig,
stank

balance,

rubber

membran,

eksentrik,

spigot,

afsluiter

underwater, dan pompa underwater. Berikut adalah penjelasan,


fungsi, serta gambar dari komponen Pan America Jigs yang terdapat
pada KIP Timah 17.
a) Rooster
Rooster adalah komponen

jig yang berfungsi untuk

menahan bed (rooster atas) dan menjepit saringan jig (rooster


bawah) agar tetap ditempat. Rooster dibuat berbentuk kotak-kotak
persegi dengan sekat-sekat tujuannya agar bed tersebar secara
merata di seluruh permukaan jig sesuai dengan kompartemennya.
Rooster pada jig KIP Timah 17 terbuat dari plat besi atau baja
dengan tinggi 100 mm.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 37. Rooster


Pada bagian atas jig terdapat masing-masing dua unit
rooster untuk satu kompartemen, sehingga total keseluruhan rooster
pada jig primer adalah sebanyak 32 buah.
b) Bed
Bed adalah lapisan material di atas saringan jig, yang
terletak di dalam rooster atas. Terdiri dari batu hematite yang
berfungsi sebagai perantara dalam pemisahan material yang berat
jenisnya lebih tinggi dengan material yang berat jenisnya lebih
rendah.
Alasan pengunaan batuan hematite sebagai bed karena
berat jenisnya berada di antara bijih timah dan mineral ikutan
seperti Kwarsa, Pyrite dan lain lain.
Pengisian bed tidak boleh memenuhi rooster yang
tingginya 100 mm. Idealnya batu hematite hanya di isi 80% dari
tinggi rooster. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang kosong
atau plasi (20 mm) sebagai tempat bagi mineral berharga yang
belum terhisap oleh gaya suction dari jig agar terlindungi dari
aliran air diatas permukaan jig sehingga tidak ikut terbawa hanyut
ke bandar tailing. Ukuran bed pada jig primer KIP Timah 17 adalah
berkisar antara 20 50 mm. Sedangkan pada jig clean up
ukurannya lebih kecil berkisar antara 10 15 mm.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 38. Bed Jig Primer

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 39. Bed Jig Clean Up


Bed yang tertimbun oleh pasir dan bebatuan dapat
menghambat masuknya mineral berharga kedalam jig. Oleh karena
itu harus dilakukan penggemburan bed untuk menghindari
kehilangan

mineral

berharga

(looses).

Penggemburan

bed

dilakukan minimal satu kali dalam seminggu agar kinerja jig lebih
optimal dan dapat juga dilakukan pada saat kapal sedang tidak
beroperasi.

Sumber: Doc penulis (2015)

Gambar 40. Penggemburan Bed


c) Rubber Screen
Rubber screen berguna untuk menahan bed (batu
hematite) agar tidak turun ke bawah serta berfungsi untuk
meloloskan bijih timah ke dalam tangki jig. Rubber screen terletak
diantara rooster atas dan rooster bawah. Ukuran lubang pada
rubber screen harus lebih kecil dari batu hematite dan lebih besar
dari biji timah.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 41. Rubber Screen

Rubber screen pada jig PA di KIP Timah 17 terbuat dari


bahan elastis (karet). Parameter ukuran rubber screen pada jig
primer dan jig clean up dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 4. Parameter Ukuran Rubber Screen Pada Jig Primer Dan Jig
Clean Up
Nama Jig

Lebar
(mm)

Panjang

Tebal
(mm)

(mm)

Diameter

Jumlah total

Lubang

Lubang
7396
2601

Jig

1500

1500

20

(mm)
90

Primer
Jig

900

900

20

90

Sekunder
Semakin besar lubang pada rubber screen, maka makin
besar ruang antar batu-batu bed sehingga makin besar butiran yang
melaluinya. Jika lubang rubber screen kecil maka, ruang antar
batu-batu bed juga kecil sehingga mineral-mineral dengan butiran
halus yang masuk.
d) Tangki Jig
Tangki jig merupakan tempat terjadinya proses jigging.
Keseluruhan komponen pada jig berhubungan langsung dengan
tangki jig. Didalam tangki jig terjadi suction dan pultion yang
menyebabkan mineral berharga mampu melewati bed dan masuk
ke dalam tanki jig melalui rubber screen dan kemudian keluar
melalui spigot.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 42. Tangki Jig

e) Stank Balance
Stank balance berbentuk kotak besi yang terletak pada
bagian bawah jig dan menyambung dengan eksentrik. Alat ini
berfungsi untuk meneruskan gerakan atas bawah dari eksentrik ke
jig sehingga gerakan tersebut menggerakkan membran dan
menimbulkan gaya suction dan pultion pada jig. Pada jig PA KIP
Timah 17, terdapat satu unit stang balance pada masing-masing
kompartemen

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 43. Stang Balance


f) Rubber Membran
Rubber membran berguna untuk memberikan gaya isapan
(suction) dan gaya dorongan (pulsion) dengan menutup rapat antara
tangki dan digerakan oleh eksentrik dan stang balance.
Rubber membran berbentuk lingkaran dengan diameter 47
inch untuk jig primer dan 28 inch untuk jig clean up. Rubber
membran harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi
kebocoran atau lepas dan tidak boleh dicat karena dapat
membuatnya mudah retak dan pecah.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 44. Rubber Membran


g) Eksentrik
Eksentrik merupakan alat penggerak yang digunakan pada
jig tipe PA. Eksentrik berfungsi untuk dapat membuat gerakan
suction dan pultion secara terus menerus (kontinuitas) dengan cara

merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh motor menjadi


gerakan ke atas ke bawah sehingga menggerakkan stang balance
dan membuat membran bergerak. Kecepatan gerakan dari eksentrik
mempengaruhi jumlah pukulan per menit dari kompartemen jig.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 45. Eksentrik


h) Spigot
Spigot terletak pada tempat keluaran konsentrat yang
berada di bagian bawah jig. Spigot merupakan alat yang berfungsi
untuk mengeluarkan konsentrat melewati tangki jig serta berguna
untuk mengatur jumlah air yang ada didalam tangki jig. Spigot
berbentuk kerucut dengan ujung membulat dengan diameter 10
12 mm dan terbuat dari bahan karet. Karet spigot harus dikontrol
diameternya secara berkala untuk menjaga kestabilan jumlah air
yang mengisi tangki jig.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 46. Spigot


i) Afsluiter Underwater
Afsluiter underwater

berfungsi

untuk

mengatur

pemasukan air ke dalam tangki jig dan menjaga keseimbangan air


di dalam jig. Fungsi lain dari alat ini adalah untuk mengontrol
pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang masuk
dalam bed dapat didorong keluar dari bed.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 47. Afsluiter Underwater Pada Jig Primer

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 48. Afsluiter Underwater Pada Jig Clean Up

Air yang berada di dalam tangki jig dinamakan


underwater, dimana batas permukaan airnya hingga pada bagian
bawah dari rubber screen. Underwater berasal dari pompa
underwater. Pompa underwater menghisap air laut dari bagian
bawah kapal dan mendistribusikannya ke tiap tangki jig. KIP
Timah 17 memiliki 2 unit pompa underwater yang berada di sisi
kiri dan kanan kapal. Kapasitas air yang mampu dipompa oleh
pompa underwater berkisar antara 1900 m3/jam dengan kecepatan
putaran berkisar antara 1450 rpm.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 49. Pompa Underwater


2) Macam macam Jig
Pada KIP Timah 17 menggunakan dua tingkatan jig dalam
instalasi pencunciannya yaitu jig primer dan jig clean up.
a) Jig Primer
Jig primer merupakan salah instalasi pencucian yang
digunakan pada KIP Timah 17. Terdapat 4 unit jig primer, dalam
satu unit jig terdiri dari 2x4 cell dengan ukuran tiap cellnya
1500x1500 mm sehingga total cell keseluruhan sebanyak 32 buah.
Kecepatan aliran air pada jig primer berkisar antara 0,7 1 meter
per detik. Sumber penggerak jig primer berasal dari mesin hidrolik
kiri kapal.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 50. Jig Primer (Bagian Atas)

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 51. Jig Primer (Bagian Bawah)


Jig primer berfungsi menerima material undersize yang
berasal dari saring putar yang masih dalam bentuk ukuran yang
besar dengan aliran air yang deras, oleh karena itu bagian atas jig
primer dilengkapi dengan storebak, kuku macan dan riffle.

Jig primer terdiri dari empat kompartemen yaitu A, B, C,


dan D. Tiap kompartemen memiliki panjang pukulan dan jumlah
pukulan yang berbeda. Panjang dan jumlah pukulan dari tiap
kompartemen ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Standar Panjang Dan Jumlah Pukulan Kompartemen Jig


Primer
Kompartemen
Panjang
Pukulan Jumlah Pukulan per
A
B
C
D

(mm)
25 30
20 25
15 20
10 15

menit
70 90
70 90
90 120
90 120

Cara kerja dari jig primer tipe PA adalah sebagai berikut.


(1) Air underwater yang berasal dari pompa underwater
dimasukkan ke dalam tangki jig dengan mengatur afsluiter
underwater jig hingga air mengalir diatas permukaan bed.
(2) Pompa hidrolik dihidupkan sehingga menggerakkan eksentrik.
(3) Eksentrik menggerakkan stang balance hingga membran ikut
bergerak sehingga terjadi tekanan (pulsion) dan hisapan
(suction).
(4) Material dari lounder dialirkan ke permukaan jig bagian atas.
(5) Pada saat penggerak jig bergerak ke atas, pada kompartemen A
terjadi gaya isapan ke bawah (suction) sedangkan pada
kompartemen B terjadi gaya tekanan ke atas (pultion).
(6) Pada saat terjadi gaya pultion, bed jig menjadi longgar.
Keadaan ini memberi kesempatan bagi mineral berat untuk
menerobos celah pada bed ke dalam tangki jig, sedangkan

mineral ringan akan terangkat ke atas dan terbawa oleh aliran


permukaan menuju bandar tailing.
(7) Pada saat terjadi gaya suction, bed pada jig menjadi kompak.
Keadaan ini memberi kesempatan bagi mineral berat yang
telah berada pada tangki jig untuk keluar melalui spigot
sebagai konsentrat. Sedangkan mineral ringan pada permukaan
bed jig dengan mudah terbawa oleh aliran menuju bandar
tailing.
Keberhasilan dari proses pemisahan pada jig dipengaruhi
oleh jumlah dari mineral pengotor, kebersihan saringan jig (wire
screen), bed jig yang tidak mampat, serta persediaan underwater
pada jig.
Komponen komponen penting pada jig primer sebagai
berikut :
(1) Storage/bak penampung
Sebelum mengalir ke permukaan primer, material
undersize yang mengalir melalui lounder akan masuk ke
storage terlebih dahulu. Storage adalah bak penampungan
tempat masuknya material undersize yang berfungsi untuk
mendistribusikan material undersize menuju permukaan jig
primer secara merata dan juga berfungsi mengurangi laju aliran
yang deras dari lounder sebelum masuk ke jig primer. Storage
merupakan pertemuan antara ujung lounder dan mulut masuk
ke jig primer.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 51. Storage


(2) Kuku macan/besi penahan
Pada storage, terdapat sebuah besi penahan yang
disebut kuku macan. Alat ini berfungsi untuk menahan laju
aliran material dari lounder agar laju alirannya tidak terlalu
deras. Jika alirannya terlalu deras maka akan mengakibatkan
bijih timah dan mineral ikutan berharga lainnya ikut hanyut
bersama dengan aliran oversize menuju bandar tailing. Kuku
macan terbuat dari besi karena harus menahan aliran air yang
deras dari lounder.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 52. Kuku macan


(3) Riffle/kayu penahan
Pada ujung dari jig primer, terdapat sebuah kayu
penahan yang disebut riffle. Sesuai dengan letakmya tersebut

fungsi dari riffle adalah untuk menahan aliran air dari jig
primer. Riffle terbuat dari kayu karena aliran air yang sudah
tidak terlalu deras karena sudah ditahan sebelumnya oleh kuku
macan.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 53. Riffle


b) Jig clean up
Jig clean up yang digunakan adalah tipe Pan American
Jigs yang terdiri dari 8 cell/unit, dalam satu unit jig terdiri dari 2x4
cell dengan ukuran 1250 1250 mm. Setiap unit jig clean up terdiri
dari 4 buah kompartemen, yaitu kompartemen A, B, C, dan D. Pada
KIP Timah14 terdapat 2 unit jig clean up di sisi kiri dan kanan
kapal.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 54. Jig clean up bagian atas

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 55. Jig Clean Up Bagian Bawah


Jig clean up berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih
timah hasil proses dari jig primer. Konsentrat yang telah melewati
proses pencucian pada jig primer kompartemen A, B, C, dan D
digabungkan dalam satu pipa dan dialirkan menuju jig clean up
kompartemen A untuk kemudian dilakukan proses pencucian
dengan metode gravity concentration, dimana prinsip kerjanya
sama dengan jig primer.
Jumlah pukulan dan panjang pukulan dari jig clean up
berbeda dengan jig primer. Panjang pukulan di jig clean up dibuat
lebih kecil dari jig primer dan jumlah pukulan di jig clean up lebih
banyak dari jig primer. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
perolehan dari bijih timah. Jumlah dan panjang pukulan dari tiap
kompartemen pada jig clean up ditunjukkan pada Tabel 6

Tabel 6. Standar Panjang Dan Jumlah Pukulan Kompartemen Jig


Clean Up
Kompartemen

Panjang Pukulan Jumlah

A
B
C
D

(mm)
12
10
8
6

Pukulan

per

menit
120 150
120 150
140 180
140 180

K
Konsentrat dari jig clean up kompartemen A, B, C, dan D
kemudian dialirkan dan di tampung di bak konsentrat sebelum
dipindahkan secara manual menuju sakhan untuk dinaikkan
kembali kadarnya. Sedangkan tailing dari jig clean up dialirkan ke
laut lepas melalui pipa samping. Kadar konsentrat bijih timah hasil
dari jig clean up di KIP Timah17 berkisar antara 40 60%.
Komponenkomponen penting pada jig clean up di
antaranya sebagai berikut :
(1) Pipa Pengumpul
Pipa pengumpul merupakan tempat yang berfungsi
sebagai pengumpul material undersize yang keluar melalui
spigot dari jig primer sebelum masuk ke jig clean up. pipa ini
berfungsi mengumpulkan semua keluaran dari spigot jig
primer kompartemen A, B, C, dan D untuk masuk ke jig clean
up kompartemen A. Pipa ini juga berfungsi untuk menghambat

kecepatan aliran pada permukaan jig clean up agar tidak terlalu


deras.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 56. Pipa Pengumpul

(2) Saluran Tailing


Saluran tailing pada jig clean up terletak pada ujung
clean up. saluran ini sebagai tempat penampung material
oversize yang kemudian dialirkan menuju laut untuk dibuang
sebagai tailing.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 57. Saluran Tailing


(3) Bak Konsentrat

Bak

konsentrat

berfungsi

sebagai

penampung

konsentrat hasil keluaran dari spigot. Bak konsentrat berjumlah


masing-masing satu buah pada jig clean up sebelah kiri dan
kanan kapal. Didalam bak konsentrat ini terdapat 3 buah sekat,
sekat pertama untuk menampung konsentrat yang berasal dari
jig clean kompartemen B, sekat kedua untuk menampung
konsentrat yang berasal dari jig clean kompartemen C, sekat
ketiga untuk menampung konsentrat yang berasal dari jig clean
kompartemen D, dan

konsentrat dari kompartemen A di

tampung oleh sakhan.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 58. Bak Konsentrat


c. Sluice Box / Sakhan
Semua konsentrat yang berasal dari bak konsentrat pada jig
clean up kompartemen A, B, C, dan D akan ditimbang menggunakan uji
kaleng susu. Apabila berat kaleng susu dan konsentrat yang ditimbang
1,2 kg, artinya telah didapatkan final konsentrat dan dapat langsung
dilakukan pengampilan, sedangkan apabila beratnya 1,2 kg artinya
konsentrat masih belum bersih maka harus dilakukan proses sakhan
terlebih dahulu untuk mendapatkan final konsentrat. Sakhan merupakan

alat untuk meningkatkan kadar bijih timah dengan cara memisahkan


mineral berharga (heavy mineral) dari mineral pengotor (gangue mineral)
yang berukuran halus berdasarkan berat jenis (spesific gravity) melalui
suatu aliran air yang tipis diatas sebuah permukaan papan. Oleh karena
itu proses sakan ini termasuk ke dalam Flowing Film Concentration
karena dalam prinsip pemisahannya memanfaatkan aliran air yang tipis.

Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 59. Sakhan


Pemisahan terjadi karena ada gaya-gaya yang bekerja terhadap
butiran-butiran mineral diatas permukaan papan tersebut, antara lain gaya
gravitasi, gaya dorong air dan gaya gesekan antara butiran dengan
permukaan papan.
Sakhan yang digunakan pada KIP Timah 17 memiliki panjang 3
m dan lebar 1,20 m dengan sudut kemiringan 20. Hasil konsentrat akhir
dari sakhan memiliki kadar timah 4060%. Proses sakhan dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Mineral undersize yang masih rendah kadarnya pada jig clean up
dipindahkan kedalam sakhan melalui spigot langsung di hubungkan
ke sakhan.
2) Didalam sakhan di beri sekat, fungsinya untuk menampung material
undersize, apabila sudah penuh sekat di buka. Material undersize di

siram dengan air secara manual, sambil material di aduk dengan


3)

cangkul. Supaya undersize berpisah dengan oversize.


Tahap akhir dari proses shakan ini adalah pengambilan materil
undersize dengan kadar 4060 %, dimana konsentrat diambil secara
manual dengan menggunakan sekop. Sedangkan tailing yang berada
di ujung papan akan ditampung pada bak tailing shakan yang
kemudian dialirkan melalui saluran pipa untuk dibuang kembali ke
laut.
Hasil konsentrat dari sakhan yang merupakan final konsentrat

dimasukkan ke dalam karung atau kampil (pengampilan), dimana satu


kampil memiliki bobot 5060 kg. Kampil ini lalu disimpan dalam gudang
kampil (kerangkeng timah) pada kapal sebelum akhirnya dikirim ke
Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) melalui kapal tongkang.
C. Proses Pengerjaan/Produksi.
1. Proses Pencucian Bijih Timah pada KIP Timah 17
Pencucian bijih timah adalah proses akhir dari rangkaian
kegiatan penambangan pada kapal isap produksi yang merupakan lanjutan
dari proses penggalian bijih timah. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk
mengolah material hasil penggalian dengan cara memisahkan mineral
pengotor (gangue minerals) dari material hasil penggalian sehingga
didapat mineral berharga, dalam hal ini bijih timah serta mineral ikutan
berharga lainnya dengan kadar tinggi. Setelah dilakukan proses pencucian,
kadar Sn yang didapatkan pada KIP Timah 17 berkisar antara 4060 %.
Metode pencucian yang diterapkan pada KIP Timah 17 adalah
metode gravity concentration, yaitu metode pemisahan mineral pengotor
yang memanfaatkan perbedaan berat jenis dari tiap mineral dengan air

sebagai medianya. Metode ini efektif dilakukan pada KIP Timah 17


dikarenakan air yang berfungsi sebagai medianya terdapat secara
berlimpah di lautan lepas dan juga karena berat jenis bijih timah atau
cassiterite yang cukup besar (6,9 gr/cm3) sehingga membuat bijih timah
mudah dipisahkan sebagai konsentrat. Pada KIP Timah 17, alat pencucian
yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah saring putar, jig dan
sakhan.
Proses pemisahan mineral pada jig mendasarkan pada aliran air
ke atas (vertical flowing concentration) sedangkan proses pemisahan pada
sakhan

memanfaatkan

aliran

air

mendatar

(horizontal

flowing

concentration).
Berikut adalah urutan proses pencucian bijih timah pada KIP
Timah 17 sebagai berikut :
a. Material hasil galian cutter pada pipa hisap di pompa menggunakan
pompa tanah menuju pipa tekan yang kemudian dialirkan menuju ke
saring putar (rotary screen). Pada saring putar, material kemudian
disaring sesuai dengan ukurannya, disini terjadi proses pemilahan
ukuran. Material yang berukuran besar (oversize) yang tidak lolos di
saring akan keluar sebagai tailing dan dialirkan menuju bandar tailing.
Sedangkan material berukuran kecil (undersize) yang lolos dari saring
akan mengalir menuju jig primer melalui lounder.
b. Material yang melalui lounder tersebut selanjutnya akan tertampung
pada storage yang kemudian akan mengalir menuju jig primer. Pada jig
primer, mineral dengan berat jenis ringan akan ikut mengalir bersama
aliran air sebagai oversize dan dibuang menuju bandar tailing.

Sedangkan mineral dengan berat jenis besar akan terhisap ke dalam jig
sebagai undersize akibat adanya gaya suction dan pultion dari jig.
Selanjutnya undersize dari jig primer akan dialirkan menuju jig clean
up.
c. Pada jig clean up, mineral ringan mengalir sebagai oversize lalu
dibuang sebagai tailing. Sedangkan mineral berat akan masuk ke dalam
jig clean up sebagai undersize yang kemudian dialirkan menuju sakhan.
d. Material undersize dari jig clean up akan ditimbang beratnya
menggunakan uji kaleng susu dan uji visual. Apabila lebih dari 1,2 kg
maka undersize siap untuk disimpan dalam karung (kampil) sebagai
final konsentrat. Sedangkan apabila kurang dari 1,2 kg artinya
konsentrat masih belum bersih maka harus di lakukan pencucian.
e. Pada sakhan, mineral ringan akan terbawa aliran air dan keluar sebagai
tailing. Sedangkan mineral berat yang tidak terbawa aliran air akan
tertahan dan mengendap pada sakhan sebagai undersize yang
merupakan final konsentrat dari proses pencucian. Final konsentrat
inilah yang kemudian disimpan dalam karung (kampil) dengan berat
50 60 kg perkampil.
2. Flowsheet Pencucian
Flowsheet pencucian adalah bagan alir proses pencucian material
hasil galian untuk mendapatkan mineral utama (kasiterite) dan mineral
ikutan berharga. Berikut flowsheet proses pencucian KIP Timah 17 :

FEED

ROTARY
SCREEN

BANDAR
TAILING

oversize

undersize
JIG
PRIMER

oversize

undersize
JIG
CLEAN UP

oversize

TAILING

undersize
BAK
KONSENTRAT

KONSENTRAT
berat 1,2 Kg

uji kaleng susu dan uji visual


KONSENTRAT
berat > 1,2 Kg

SAKHAN

oversize

TAILING
FINAL
KONSENTRAT

FINAL
KONSENTRAT
Sumber: Doc Penulis (2015)

Gambar 60. Flowsheet Pencucian Pada Kip Timah 17

D. Pembahasan dan Analisis


Pada pembahasan dan analisis, pelaksanaan kegiatan lapangan industri
yang penulis lakukan dilokasi penambangan di PT. Timah (Persero), Tbk tepat
nya di laut Tempilang berlangsung selama 30 hari yang dimulai tanggal 07
Januari 2015 sampai

07 Februari 2015. Setelah penulis mendapatkan

pengarahan dan pengenalan lapangan dari pembimbing lapangan, penulis


diperbolehkan turun langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengikuti
kegiatan penambangan khususnya pada proses pencucian bijih timah pada alat
Pan American Jig.
Kegiatan yang penulis ikuti selama praktek lapangan adalah
mengambil data dan menganalisis data mengenai variabelvariabel proses
pencucian di antaranya :
1. Data
a. Data Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan
Tabel 7. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Primer
Jig Primer
Kanan A
Kanan B
Kanan C
Kiri A
Kiri B
Kiri C

Panjang Pukulan
27 mm
20 mm
16 mm
23 mm
20 mm
22 mm

Jumlah Pukulan
72 mm
66 mm
66 mm
66 mm
66 mm
66 mm

Tabel 8. Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan Jig Clean Up


Jig Clean Up
Kanan A
Kanan B
Kanan C
Kanan D
Kiri A
Kiri B
Kiri C
Kiri D

a.

Panjang Pukulan
18 mm
15 mm
17 mm
13 mm
17 mm
17 mm
3 mm
13 mm

Jumlah Pukulan
116
120
84
84
122
124
56
48

Kecepatan Aliran
1) Kecepatan aliran primer
Kecepatan aliran di jig primer ini dilakukan dengan cara
manual menggunakan gabus yang diletakan pada pangkal jig
primer mengikuti aliran jig dan dihitung menggunakan
stopwatch untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan sampai
ke ujung jig primer. Kecepatan aliran dapat dihitung
menggunakan rumus:
s
v=
t
Dimana : V = Kecepatan Aliran (m/dt)
S = Jarak / Panjang Jig Primer (m)
t = Waktu stopwatch (dt)
Debit aliran didapatkan dari rumus:
Q = V.A
Dimana : V = Kecepatan aliran (m3/dt)
A = Luas saringan efektif (1,4 m) x tebal air
Tebal air jig primer = 0,15 m
Tebal air jig clean up = 0.05 m
Data kecepatan aliran jig primer dapat dilihat dari tabel
berikut:

Tabel 9. Kecepatan Aliran Jig Primer

Jig Primer
Kanan 1
Kanan 2
Kanan 3
Kanan 4
Kiri 1
Kiri 2
Kiri 3
Kiri 4

Jarak
4.5 m2
4.5 m2
4.5 m2
4.5 m2
4.5 m2
4.5 m2
4.5 m2
4.5 m2

Kecepatan Aliran
Waktu
Kecepatan
7.67 dt
0.6 m/dt
6.55 dt
0.7 m/dt
4.04 dt
1.11 m/dt
3.37 dt
1.34 m/dt
5.79 dt
0.8 m/dt
6.15 dt
0.73 m/dt
4.13 dt
1.1 m/dt
5.16 dt
0.9 m/dt

Debit
0.126 m3/dt
0.147 m3/dt
0.23 m3/dt
0.2814 m3/dt
0.168 m3/dt
0.1553 m3/dt
0.231 m3/dt
0.189m3/dt

Tabel 10. kecepatan aliran jig clean up:

Jig Clean Up
Kanan - Kanan
Kanan Kiri
Kiri Kanan
Kiri Kiri

Jarak
3.6 m2
3.6 m2
3.6 m2
3.6 m2

Kecepatan Aliran
Waktu
Kecepatan
6.35 dt
0.57 m/dt
5.44 dt
0.66 m/dt
5.22 dt
0.7 m/dt
7.2 dt
0.5 m/dt

Debit
0.0228 m3/dt
0.0264 m3/dt
0.028 m3/dt
1.2 3/dt

b. Tebal Bed
Tebal bed pada jig primer dan jig clean up diukur dari
tinggi rooster, dimana tebal bed tidak boleh melebihi tinggi rooster
sekitar 70%-85% dari tinggi rooster agar material yang belum
sempat terhisap pada gaya suction memiliiki ruang untuk bisa
terhisap dan bed tidak terbawa aliran air.
Tabel 11. Tebal bed KIP Timah 17

Tebal Bed
Kompartemen
Nama
No
Conto

Ketebalan Ketebalan

Ketebalan

Ketebalan

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata D

A (mm)

B (mm)

C (mm)

(mm)

79

78

76

80

77

76

81

78

75

79

79

75

Primer Kiri
1
1
Primer Kiri
2
2
Primer
3
Kanan 1
Primer
4
Kanan 2
5

Clean up 1

76

74

68

73

Clean up 2

77

75

73

70

c. Ukuran Bed
Ukuran bed pada jig primer lebih besar dari pada jig clean
karena ukuran material yang masuk di jig primer lebih besar dari
pada jig clean up.
Ukuran bed pada jig primer berkisar antara 12 mm 18
mm dan bed pada jig clean up 6 mm 9 mm.

2. Analisa Data
a. Analisa Data Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan

Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


panjang pukulan dan jumlah pukulan yang ada pada jig primer dan jig
clean up kurang sesuai dengan standar panjang pukulan dan jumlah
pukulan.
b. Analisa Data Kecepatan Aliran (crossflow)
Berdasarkan data yang di peroleh maka dapat di tentukan
keccepatan aliran di atas jig primer dan jig clean up. Untuk meghitung
kecepatan aliran di gunakan persamaan sebagai berikut :
Persamaan
N=

P
T

Dimana :
N = Kecepatan Aliran (m/s)
P = Panjang Aliran Jig (m)
T = Waktu Tempuh (s)
c. Analisa Data Kebutuhan Underwater
Kapasitas pompa underwater
Jig Primer PA 2x3 Kompartemen
Jig Clean up PA 2x4 Kompartemen

: 1100 m3/jam
: 24 cell / 8 Unit
: 16 cell / 4 Unit

a). Kebutuhan Underwater Jig primer PA 1,50 m x 1,50 m


Luas saringan efektif (LSE) 1 cell
= (1,50 m x 1,50 m ) x 0,92
= 2,070 m2
Luas saringan efektif (LSE) 1 unit
= 2,070 m2/cell x 3 cell/ unit
= 6,21 m2
Luas saringan efektif (LSE) 8 unit
= 6,21 m2 x 8 unit
= 49,68 m2
Kebutuhan underwater/cell
= 0,40 m3/m2 LSE/menit
Kebutuhan Underwater jig primer
= LSE keseluruhan x kebutuhan underwater/cell x 60 menit
= 49,68 m2 x 0,40 m3/m2 x 60 menit(jam)
= 1.192 m3/jam
b). Kebutuhan Underwater Jig Clean up

Luas saringan efektif (LSE) 1 cell


= (0,9 m x 0,9 m ) x 0,92
= 0,745 m2
Luas saringan efektif (LSE) 1 unit
= 0,745 m2/cell x 4 cell/ unit
= 3,016 m2
Luas saringan efektif (LSE) 4 unit
= 3,016 m2 x 4 unit
= 12,064 m2
Kebutuhan underwater/cell
= 0,30 m3/m2 LSE/menit
Kebutuhan Underwater jig clean up
= LSE keseluruhan x kebutuhan underwater/cell x 60 menit
= 12,064 m2 x 0,30 m3/m2 x 60 menit(jam)
= 217,15 m3 / jam

Jadi kebutuhan Underwater keseluruhan jig primer dan jig clean up


adalah 1.192 m3/jam + 217,15 m3 / jam = 1.409 m3/jam.
Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data diatas, di peroleh
nilai panjang pukulan, jumlah pukulan, dan kecepatan aliran (crossflow),
tidak sesuai dengan standar. Sedangkan untuk kebutuhan underwater
Oleh sebab itu perlu di atur ulang dan pengecekan terhadap
panjang pukulan, jumlah pukulan, dan kecepatan aliran (crossflow) serta
jumlah batu hematite, agar dapat meminimalisir atau mengurangi
kehilangan mineral berharga (looses) pada proses pencucian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada KIP Timah 17 yang didukung
dengan data-data terlampir beserta landasan teori yang telah dijabarkan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Mekanisme pencucian bijih timah pada instalasi pencucian di Kapal Isap
Produksi Timah 17 terdiri dari 4 tahapan alat, yaitu :
a. Saring putar (Rotary Screen)
b. Jig Primer
c. Jig Clean Up
d. Sakhan
2. Variabel variabel pencucian pada KIP Timah 17 kurang sesuai dengan
prinsip dasar standar pencucian seperti, jumlah pukulan pada jig clean
up tidak sesuai dengan standar operasional produksi, yaitu jumlah
pukulan jig clean up pada kompartemen A dan B lebih besar dar pada
kompartemen C dan D. Jumlah pukulan Kompartemen A dan B yaitu
122/mnt dan 124/mnt sedangkan jumlah pukulan pada kompartemen C
dan D sebelah kiri yaitu 56/mnt dan 48/mnt, clean up sebelah kanan
pada kompartemen Adan B yaitu 116/mnt sedangkan kompartemen C
dan D hanya 84/mnt.
Panjang pukulan pada jig primer terlalu pendek, yaitu pada SB
kompartemen A, B dan C masing-masing yaitu 27 mm, 20, dan 16 mm..
Pada kompartemen A, B, C, dan D sebelah SB yaitu 29 mm, 18 mm, 15

mm, dan 13 mm dan disebelah BB yaitu 32 mm, 24 mm, 3 mm, dan 13


mm. Panjang pukulan terlalu besar ini menyebabkan banyaknya mineral
pengotor yang turun ke jig, sehingga konsentrat menjadi kotor.
3. Kecepatan aliran pada jig primer BB 3 dan BB 4 melebihi 1 m 3/dt yaitu
pada sebelah kanan kecepatan aliran 1,11 m3/dt dan 1,34 m3/dt
sedangkan di SB 3 yaitu 1,11 m3/dt. Kecepatan aliran ini berbeda dengan
yang telah ditentukan SOP yaitu berkisar antara 0,7 m 3/dt sampai 1
m3/dt. Apabila kecepatan aliran terlalu kecil maka mineral pengganggu
akan mengendap di atas permukaan bed sehingga akan mengganggu
proses jig.
4. Tebal bed pada jig primer dan jig clean up juga berbeda-beda dan
dibawah 80% dari tinggi rooster, yaitu pada jig primer tebal bed masingmasing kompartemen yaitu berkisar antara 75 mm sampai 81 mm dan
pada jig clean up berkisar antara 70 mm sampai 77 mm. Hal ini berbeda
dengan ketebalan bed yang ditentukan oleh SOP yaitu berkisar antara 80
mm sampai dengan 90 mm. Kandungan kadar Timah hasil proses
pencucian dari instalasi pencucian pada Kapal Isap Produksi Timah 17
memiliki kadar 40% sampai 60%.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan demi upaya dalam hal
pencucian sebagai berikut :
a. Tingkatkan terus monitoring serta perawatan peralatan pencucian tetap di
lakukan agar tidak cepat mampat minimal pada saat reparasi mingguan
sehingga proses pencucian akan lebih baik.

b. Setting kembali variable-variabel pencucian (panjang pukulan, jumlah


pukulan, ketebalan batu hematite, dan kecepatan aliran) seperti pengaturan
pada kecepatan eksentrik, sehingga proses pencucian akan lebih baik dan
selalu pedomani terus prinsip-prinsip pencucian.
c. Perlunya dilakukan perawatan pada bed, yaitu menambah jumlah bed pada
jig primer dan jig clean up hinga 80 mm 90, dan meratakan ketebalan
bed tiap kompartemen.
d. Mengurangi kecepatan aliran air pada jig, dengan cara pemasangan kuku
macan dan rifle yang baik, dengan merawat kuku macan rifle.
e. kepedulian terhadap K3 perlu di tingkatkan untuk menghindari terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan berhubungan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2012).Teknis Pencucian Kapal Isap Produksi. PT Timah (Persero)Tbk,
Unit Laut Bangka.
Achmad, Azhar.(2012). Peralatan dan Prinsip Dasar Pencucian. Belinyu : Teknik
Pencucian Unit Laut Bangka.
Anonim, (2014).Spesifikasi Teknis KIP Timah 17. PT. Timah (Persero), Tbk.
Arief, Taufik, (2014).Pengolahan Bahan Galian (Minerals Dressing).Universitas
Sriwijaya, Palembang.

Sujitno, Sutedjo, (2007).Sejarah Penambangan Timah di Indonesia Abad 18 Abad 20. Jakarta.

LAMPIRAN A
PETA GEOLOGI BANGKA UTARA

LAMPIRAN B
Rencana Kapal Isap Produksi 17

LAMPIRAN C
Spesifikasi Teknis Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 17

A. DREDGE SUCTION

3.

1. Name of the vessel

: KIP TIMAH 17

2. Type of the vessel

: Cutter Suction Dredger

Maker
4. Year of Manufacture

: PT TIMAH & PT DAK


: 2011

B. PONTOON
1. Overall Width
2. Inside pontoon Length
3. Outside Pontoon length
4. Inside pontoon dia.
5. Outside pontoon dia.
6. Bow Width
7. Ladder way Width
8. Ladder way Length
9. Port Side Aft Length
10. Starboard-Side Aft Length
11. Overall Height
12. Free board at full operation
13. Main Hole

: 17.60 M
: 80.520 M
: 58.560 M
: 2 x 2.60 M
: 2 x 2.60 M
: 9.20 M
: 3.20 M
: 58.30 M
: 58.50 M
: 85.00 M
: 10.5 M
: 1.0 M
: 98 units, all tank dia. 60 cm

C. LADDER, ENGINES, HYDRAULIC, CUTTER, PROPELLER


1. Ladder
- Type of Ladder
- Overall Length Ladder
- Digging depth
- Angle

: Weld Joint Steel Structure


: 58 M
: 45 meter (max. 50 m)
: 45 degree (max. 60 degree)

2. Cutter
- Type
: Circular Steel Cutter
- Diameter
: 1.8 Meter (bladed)
- Maximum rpm
: 24 RPM
- Power at Shaft
: 226 HP
3. Winch
Ladder winch/anchor winch by hydraulic
- Pulling Force
: 30 Ton
- Speed
: 12,2 m/min
- Wire Diameter
: 38 mm

4. Dredge Pump
- Type
: Gravel Pump
- Pump Engine
: Yanmar 12 LAK 1100 HP, 1850 rpm
- Pump Gearbox : ratio 3 : 1
- Suction pipe dia.
: 14
- Discharge pipe dia.
: 12
- Pump Capacity
: 250 m3/hr (solid)
- Impeller diameter 36, pump RPM 560
- Head
: 45 meter
5. Engine for sailing dredge (direct)
- Main Engine for Propulsion : 1 sets Yanmar
6AYM STE : 659 HP, 1900 rpm.
- Cooling system : Fresh water cooler
- Propeller
: 1750 mm, 4 bladed
6. Engine for thruster swing with hidraulic system (2 unit, L & R)
- Main Engine for Shaft Rudder Propeller : 1 sets Yanmar
6AYM STE : 659 HP, 1900 rpm
- Propeller: 52 Inch, 4 bladed
7. Engine for Water Pump & Hydraulic plant
- Engine 1 set Yanmar 6AYM STE : 659 HP, 1900 rpm
8. Engine for hydraulic pump for cutter and Ladder winch :
- Engine 1 set Yanmar 6AYM STE : 659 HP, 1900 rpm.
9. Hydraulic pump Power Pack :
- 3 Pcs Splitter Gear Box 1 : 1
10. Flexible Hose presuure : Min 420 bar
11. Water Pump : Taki Pump, capacity 1100 m3/hour, 1450 rpm 150
HP,Total Head : 15 M

D. MINERAL PROCESSING PLANT


1. Revolving Screen / Trommel :
- 1 set dia. 2000/1600 x 5160, steel construction
- Trommel Drive Hydraulic, High Torque Radial Piston
Input Power 60 HP, 10 rpm
2. Primary Jigs :
- 24 cell Pan American Jigs @ 1500 x 1500 / cell
- Jig drive hydraulic : Gerotor Motor T 400Nm, Speed 250 rpm
3. Clean-up Jigs :
- 16 cell Pan American Jigs @ 915 x 915 / cell
- Jig drive hydraulic : Gerotor Motor T 400Nm,Speed 250 rpm
4. Tailing Chutes : 2 sets (starboard & port side)
5. Stone Chute : 1 set

E. POWER PLANT & UTILITIES


1. Electric Generator :
- 1 set 150 kVA, rpm 1500
- 1 set 60 kVA, rpm 1500
2. Navigation :
- 1 units Radar (Garmin GMR 18) + 1 unit GPS (Garmin 4012)
3. Communication :
- VHF Marine ICOM IC M504 & HF ICOM IC- M700PRO
4. Compressor
:
- 1 unit Multipro / 750 liter/min, 8 bar, Tank Volume 180 Liter
5. Lifecraft
:
- 2 sets for 24 passenger

LAMPIRAN D
Profil Lubang Bor KIP Timah 17

LAMPIRAN E
Legenda Simbol di PT.Timah (Persero)Tbk.

LAMPIRAN F

LAMPIRAN G

LAMPIRAN H

LAMPIRAN I
Surat Penerimaan dan Selesai PLI

Anda mungkin juga menyukai