Oleh :
dr. Dimas Tri Anantyo
Pembimbing ;
dr. Bambang Suwardjo, SpA
dr. Timtri Dilli Murwati, SpA
Ujian ke
Tanggal pemeriksaan
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. DA
Umur
: 2 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 25 Juni 2016
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan ayah dan ibu penderita dan catatan medis tanggal
27 Juni 2016 jam 10.00 WIB, hari perawatan ke-2 di ruang perawatan Cendana
Bagian Anak RSUD Kayen Pati
I. Keluhan Utama : Demam
II. Riwayat Penyakit Sekarang
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, anak mengeluh demam, suhu
diukur dengan termometer 40C. Demam tinggi, mendadak, demam turun
dengan penurun panas kemudian naik lagi. Kejang (-), menggigil (-),
bintik-bintik merah di kulit seperti digigit nyamuk (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), keluar cairan dari telinga kanan/kiri (-), batuk (+), pilek (+),
mual (-), muntah (-), menangis saat buang air kecil (-), buang air kecil
sedikit-sedikit (-), buang air kecil sering (-), buang air besar hitam seperti
petis (-), buang air kecil kemerahan (-), kaki dan tangan dingin (-).
3 jam sebelum masuk rumah sakit anak masih demam tinggi, saat diukur
dengan termometer 400C, anak juga makin rewel dan tidak mau makan
minum. Kemudian anak dibawa ke UGD RSUD Kayen.
1
Saat di UGD RSDK anak masih demam tinggi 40C, dipasang infus dan
infeksi virus dengue dan gizi baik perawakan normal. Dari pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan hasil Hb : 11,2 g/dL, Ht : 33,1 %,
Leu : 5.400/uL dan Tro : 116.000/uL. Anak mendapatkan terapi infus RL
5cc/kgBB/jam 20 ml/jam, paracetamol sirup 130 mg tiap 4-6 jam (bila
suhu > 380C). Anak diprogramkan untuk evaluasi darah rutin serial, dan
evaluasi tanda-tanda syok.
Pada hari perawatan ke-2, anak masih didapatkan demam dengan suhu
Umur
5 bulan
Pohon Keluarga
VII.
Riwayat
Imunisasi
BCG
HepB
: 4x (0, 2, 3, 4 bulan)
DPT
: 3x (2, 3, 4 bulan)
Polio
: 4x (0, 2, 3, 4 bulan)
Campak
:-
Riwayat Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 49 cm.
Berat badan 1 bulan yang lalu 12 kg.
BB saat ini 11 kg. TB 112 cm
LK 62 cm, LILA 14 cm.
Kesan :
Cross-sectional: berat badan normal, perawakan normal, gizi baik,
mesosefal
Longitudinal : arah garis pertumbuhan loss of growth.
Riwayat Perkembangan :
-
Tersenyum
2 bulan
Miring
3 bulan
Tengkurap
4 bulan
Merangkak
Duduk
6 bulan
7 bulan
Berdiri
9 bulan
- Berjalan
12 bulan
Kesan: Perkembangan sesuai usia.
5
HR
: 118 x/menit
Nadi
RR
: 28 x/menit
Suhu
: 36,8C (axiler)
Status Internus
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
: discharge (-)
Hidung
Mulut
Aksila
Dada
Paru
- Inspeksi
gambang (-)
- Palpasi :
- Perkusi
- Auskultasi :
vesikuler,
RBH -/hantaran -/-
Vesikuler,
RBH -/Hantaran -/-
vesikuler,
RBH -/hantaran -/-
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
Iktus
kordis
teraba
di
linea
- Auskultasi :
Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
Genitalia
Ekstremitas
superior
inferior
Sianosis
- /-
- /-
Akral dingin
- /-
- /-
Anemis
- /-
- /-
Petekie
- /-
- /7
Capillary refill
R. fisiologis
< 2 /< 2
< 2/< 2
+N/+N
+N/+N
R. Patologis
Tonus
-/+N/+N
Klonus
Kekuatan
+N/+N
-/-
5-5-5/5-5-5
5-5-5/5-5-5
N. II
N. III, IV, VI : gerak bola mata (+) ke segala arah, strabismus (-)
N. V
: 0,22 SD
HAZ
: 0,74 SD
WHZ
: -0,19 SD
Kurva demam
Kurva Demam
41.0
40.0
39.0
38.0
37.0
36.0
35.0
Suhu C
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan
Nilai Rujukan
25/6
26/6
27/6
12.00
07.00
07.00
Hb (gr%)
9,5-12,5
11,2
10,5
11,3
Ht (%)
32,0-44,0
33,1
31,2
33,4
Leu (rb/mmk)
6,0-17,5
5400
4500
4700
Tro (rb/mmk)
150-400
116.000
97.000
99.000
E. DAFTAR MASALAH
Masalah Aktif
Tanggal
1. Demam
2. Trombositopenia
3. ISPA
Masalah Pasif
25/6/2016
Tanggal
1. Kualitas dan
25/6/2016
25/6/2016
kuantitas makan
kurang
2. Sosial ekonomi
25/6/2016
kurang
F. DIAGNOSIS
1. Diagnosis utama :
derajat I
2. Diagnosis komorbid
ISPA
3. Diagnosis komplikasi
4. Diagnosis gizi
Gizi
baik,
Imunisasi
perawakan
normal
5. Diagnosis imunisasi
dasar
BB
normal,
Sosial
ekonomi
kurang
G. RENCANA PENGELOLAAN
a) Rencana Pengobatan dan Diet
Infus RL 5 cc/kg/jam 20 tetes per menit mikro
Per oral : Paracetamol 180 mg/4-6 jam (bila suhu >38 C)
Ambroxol syr cth/8 jam
b) Saran/Rencana Pemeriksaan
o Pemeriksaan darah rutin serial
10
c) Rencana Perawatan
o Merawat penderita di bangsal, ruang biasa.
o Menjaga kebersihan penderita, makan minum dan ruangan.
d) Rencana Pemantauan
o Pemantauan keadaan umum, tanda vital, tanda perdarahan spontan,
tanda kebocoran plasma, warning sign, hematokrit, trombosit, tanda
overload cairan
o Pemantauan akseptabilitas diet
e) Rencana Edukasi
o Menjelaskan tentang penyakit dan prognosis.
o Menjelaskan tentang tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
o Menjelaskan pentingnya kebersihan dan pencegahan terhadap
penyakit
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad sanam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
11
PEMBAHASAN
I. DEMAM BERDARAH DENGUE
a. Definisi
Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan. DBD disebabkan oleh salah
satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang
mempunyai 4 serotipe yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa
serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus ini ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tersebar luas di seluruh
Indonesia.1-3
b. Epidemiologi
Infeksi dengue merupakan potensi ancaman terhadap kesehatan global sekarang
diakui secara global, dengan 2,5 miliar orang yang berisiko di seluruh dunia.4
Infeksi virus dengue endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis, dan lebih
dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania, Asia Selatan, dan Pasifik Barat.
Sekitar 2,5 juta penduduk di daerah tersebut pernah terinfeksi virus dengue.
Menurut WHO terdapat kira-kira 50 100 juta kasus infeksi virus dengue setiap
tahunnya, dengan 250.000500.000 demam berdarah dengue (DBD) dan 24.000 di
antaranya meninggal dunia.3
Di Indonesia DBD merupakan masalah kesehatan, karena hampir seluruh
wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit infeksi dengue. Virus
penyebab dan nyamuk sebagai vektor pembawa tersebar luas di perumahan
penduduk maupun fasilitas umum.3, 5
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya epidemi dengue, meliputi
faktor lingkungan, biologi dan demografis memainkan peran sentral. Pola
epidemiologi sepanjang tahun menunjukkan kejadian puncak infeksi virus dengue
selama bulan Oktober sampai April, biasanya bertepatan dengan musim hujan.5
12
14
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
demam berdarah dengue sesuai kriteria WHO adalah kadar hematokrit dan
trombosit. Pemeriksaan tersebut juga dapat digunakan untuk memantau respon
terapi.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari ke 4 sampai hari ke 6 (fase akut).
Apabila hasil pemeriksaan pertama negatif, diulang pada saat berobat untuk
kontrol (fase konvalesen). Infeksi primer apabila pada fase akut IgM positif dan
infeksi sekunder bila pada fase akut IgM dan IgG positif atau hanya IgG positif. 3,
10-13
15
16
pemeriksaan foto thoraks RLD tidak menunjukkan adanya efusi pleura, yang
menjadi salah satu parameter terjadinya kebocoran plasma. Pemeriksaan serologi
dilakukan pada hari sakit keempat berupa pemeriksaan dengue blot dan
didapatkan hasil IgM anti dengue dan IgG anti dengue didapat hasil positif. Hal
ini menunjukkan bahwa pada pasien terjadi infeksi sekunder virus dengue.
e. Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO.
Hingga saat ini terdapat beberapa pembaruan pada kriteria diagnosis menurut
WHO. Tabel di bawah ini menjelaskan perbedaan kriteria diagnosis pada kriteria
WHO tahun 1997, 2009, 2011, dan 2012.
Kriteria WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.1
Kriteria Klinis :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2 7 hari.
b. Tanda-tanda perdarahan
c. Pembesaran hati (hepatomegali)
18
d.
Syok
Kriteria Laboratoris :
a. Trombositopeni (100.000/L atau kurang)
b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20 % atau lebih dibandingkan nilai
hematokrit pada masa konvalesen).
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi cukup
untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia
dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemi dan atau terjadi perdarahan.
Derajat penyakit DBD menurut WHO tahun 1997 diklasifikasikan dalam 4 derajat:
1. Derajat I
2. Derajat II
3. Derajat III
4. Derajat IV
19
Berdasarkan skema kriteria WHO tahun 2011, kasus ini merupakan kasus
infeksi virus dengue simtomatik, yang mengarah pada tipe demam berdarah dengue
yang disertai syok.
Kriteria WHO tahun 2009 dan 2012 menggunakan warning sign untuk
menjaring lebih banyak kasus, dirangkum dalam skema berikut.8, 15
Berdasarkan kriteria WHO tahun 2009 dan 2012, kasus ini merupakan
tersangka infeksi dengue yang didapat dari pasien tinggal di daerah endemis dan
telah dikonfirmasi dengan tes laboratosis. Warning sign yang terdapat pada
pasien ini berupa penurunan trombosit secara cepat. Berdasarkan kriteria
tersebut, pasien termasuk ke dalam tipe pasien dengue yang disertai warning
sign.
f. Tatalaksana
Pasien yang pada waktu masuk rumah sakit dalam keadaan baik sewaktuwaktu dapat jatuh ke dalam keadaan syok (DSS), oleh karena itu kecepatan
menentukan diagnosis, monitor, dan pengawasan yang ketat menjadi kunci
keberhasilan penanganan DBD.3 Tatalaksana demam berdarah dengue mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. WHO menerbitkan panduan untuk tatalaksana
infeksi virus dengue pada tahun 1997, yang terus diperbarui pada tahun 2009,
2011, dan 2012.
20
21
Hematokrit stabil
g. Pencegahan
Oleh karena penyakit ini ditularkan oleh vektor, tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan adalah memutuskan rantai penularan yaitu dengan
pengendalian vektor. Berdasarkan penelitian Fathi dan kawan-kawan, beberapa
aspek dapat berperan untuk dapat mencegah penularan infeksi virus dengue,
yaitu:2 (Level of evidence 3)
Kepadatan penduduk
Mobilitas penduduk
Sanitasi lingkungan
22
SKV harus dilakukan pada saat penderita masuk rumah sakit dan diulang selama
fase akut DBD (72 jam berikutnya). Penilaian SKV dapat dilakukan di semua
rumah sakit tipe C.16 (Level of evidence 2)
Pada demam berdarah dengue yang tidak dapat tertangani dengan baik,
dapat terjadi komplikasi berupa overload cairan, gagal ginjal akut, ensefalopati,
DIC, dan bahkan kematian.
Dari penelitian di Sri Lanka oleh Kularatne dan kawan-kawan, berikut
adalah komplikasi yang diamati pada pasien infeksi virus dengue:17
waktu lampau.18
WAZ
HAZ
WHZ
>+2 SD
Jangkung
Gemuk
-2 SD s/d +2 SD
Normal
Normal
<-2 s/d -3 SD
Pendek
Kurus
<-3 SD
Sangat pendek
Sangat kurus
BB/U yang rendah dan PB/U yang normal menunjukkan indikator status gizi fase
akut, sedangkan BB/U yang rendah dan PB/U yang rendah menunjukkan indikator
status gizi fase kronis.
WAZ yang rendah dan HAZ yang normal menunjukkan indikator status gizi fase
akut, sedangkan WAZ yang rendah dan HAZ yang rendah menunjukkan indikator
status gizi fase kronis.
25
DAFTAR PUSTAKA
1.
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Infeksi virus dengue.
Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Jakarta: UKK Infeksi dan Pediatri Tropis
IDAI; 2008. p. 155-81.
2.
Fathi, Keman S, Wahyuni CU. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap
penularan demam berdarah dengue di kota Mataram. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2005;2(1):1-10.
3.
Hartoyo E. Spektrum klinis demam berdarah dengue pada anak. Sari Pediatri.
2008;10(3):145-50.
4.
Setiati TE, Wagenaar JFP, Kruif MDd, Mairuhu ATA, Gorp ECMv, Soemantri
6.
7.
8.
9.
10.
26
11.
Karyana IPG, Santoso H, Arhana BNP. The value of IgG to IgM ratio in
predicting secondary dengue infection. Paediatr Indones. 2006;46:113-7.
12.
Arhana BNP. Rasio IgM/IgG fase akut untuk menentukan infeksi dengue
sekunder. Sari Pediatri. 2006;8(1):2-8.
13.
Peeling RW, Artsob H, Pelegrino JL, Buchy P, Cardosa MJ, Devi S, et al.
Evaluation of diagnostic tests: dengue. Nature Review: Micobiology. 2010;530538.
14.
15.
16.
17.
18.
Sjarif DR. Prinsip asuhan nutrisi pada anak. In: Sjarif DR, Lestari ED,
Mexitalia M, Nasar SS, editors. Buku ajar nutrisi dan penyakit metabolik.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011. p. 36-62.
27