Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma ginjal merupakann traumaaa padaa syestem urologi yang paling sering
terjadi.Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma
abdominal.Pada trauma ginjal akan menimbulkan rupture berupa perubahan organic pada
jaringannya.Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadii akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas atau jatuh...
Trauma ini juga biasanya disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien,mendiagnosis trauma
dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin.Penanganan yang efisien dengan tehnik
resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk menjelaskan manajemen
klinik yang tepat.
Sebagai bagian yang penting dari trauma,radiologi harus menyediakan konsultasi
emergency,keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis digunakan dalam
evaluasi trauma,dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah abdominal.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang trauma ginjal yang terangkum pada
rumusan masalah,yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa definisi dari Trauma Ginjal?


Bagaimana Anatomi Fisiologi Ginjal?
Apa etiologi dari Trauma Ginjal ?
Bagaimana patofisiologi dari Trauma Ginjal ?
Apa manifestasi klinis Trauma Ginjal?
Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada trauma ginjal?
Bagaimana penatalaksaan Trauma Ginjal ?
Bagaimana Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
perkuliahan Sistem Perkemihan.
Trauma Ginjal

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Trauma Ginjal
2. Untuk mengetahiu Anatomi Fisiologi ginjal
3. Untuk mengetahui etiologi dari Trauma Ginjal
4. Untuk menegtahui patofisiologi Trauma Ginjal
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Trauma ginjal
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada trauma ginjal
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma ginjal
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan trauma ginjal

D. Manfaat penulisan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang konsep Askep pada pasien Trauma
Ginjal dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menambah
keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan.

Trauma Ginjal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam
rudapaksa baik tumpul maupun tajam.Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling
sering pada system urinary.Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot
lumbar,thoraks,badan vertebra dan viscera,ginjal mempunyai mobility yang besar
yang bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan vascular dengan
mudah.
Trauma sering kali disebabkan karena jatuh,kecelakaan lalu lintas,luka tusuk,dan
luka tembak. Klasifikasi trauma ginjal menurut Sergean dan Marquat yang
dimodifikasi oleh Federle :
Grade I
Lesi meliputi :
1) Kontusio ginjal
2) Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistempelviocalices
3) Hematom minor dari supcasular atau parinefron (kadang-kadang) 75-80% dari
keseluruhan trauma
Grade II
Lesi meliputi :
1) Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus sehingga
terjadi extravasasi urine
2) Sering terjadi hematom parinefron
3) Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10-15% dari
keseluruhan trauma ginjal
Grade III
Lesi meliputi :
1) Ginjal yang hancur
2) Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5% dari keseluruhan trauma ginjal
Grade IV
Lesi meliputi yang jarang terjadi
1) Avulsi pada ureteropelvic junction
2) Laserasi dari pelvis renal
B. Anatomi dan Fisiologi

Trauma Ginjal

1.

Ginjal
Ginjal

merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti kacang. Terletak di kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi
kosta 12, sedangkan kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada
orang dewasa memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara
120 sampai 150 gram. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat,
terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian eksternal yang disebut Korteks, dan bagian
internal disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan vena renalis,
saraf dan pembuluh getah bening yang keluar dan masuk melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalis membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior.Aliran darah yang
melalui ginjal jumlahnya 25% dari curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari: Kapsula, Korteks,
Piramid medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan tubulus: proksimal, ansa Henle,
distal), kaliks (minor dan mayor), pelvis ginjal dan ureter.
Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur ginjal, yaitu
adanya perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm.

2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri
atas otot polos. Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini
menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai
pipa untuk menyalurkan urin ke kandung kemih.
Trauma Ginjal

3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)


Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar dindingnya
terdiri dari otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat mengempis, terletak
dibelakang simfisis pubis. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan
kandung kemih pada saat BAK. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk
menampung urin dan mendorong kemih keluar tubuh dibantu oleh uretra.
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih
sampai ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8
inci.
Fungsi Utama Ginjal Adalah :

Fungsi Ekskresi
1) Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah
ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
3) Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3.
4) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea,
asam urat dan kreatinin).

Fungsi Non Ekskresi


1) Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah oleh

sumsum tulang.
3) Metabolisme vitamin D.
4) Degradasi insulin.
5) Menghasilkan prostaglandin
C. Etiologi
1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya karena kecelakaan
kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat berolahraga. Luka tusuk pada
ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.
Trauma tumpul dibedakan menjadi :
a) Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga,
kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang
juga mengenai organ organ lain.
b) Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini
Trauma Ginjal

dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri
renalis yang menimbulkan trombosis.
2. Trauma Iatrogenik
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy
3. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda tajam
misalnya tusukan pisau.
Luka karena senjata api dan pisau merupakan luka tembus terbanyak yang mengenai
ginjal sehingga bila terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma ginjal
sampai terbukti sebaliknya. Pada luka tembus ginjal, 80% berhubungan dengan
trauma viscera abdomen.
D. Patofisiologi
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat
kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat
langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, olahraga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya
menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung
misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di
dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau
robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang terletak
pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh pedikel pembuluh darah
serta ureter, sementara masa ginjal melayang bebas dalam bantalan lemak yang berada
dalam fascia Gerota. Fascia Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah
kecil hematom , tidak sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas
kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior aorta serta vena
cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya perdarahan hebat sehingga
perdarahan melewati garis tengah dan mengisi rongga retroperitoneal.(Guerriero,
1984).
Trauma Ginjal

Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh adanya akselerasi
maupun deselerasi mendadak, yang bisa menyebabkan trauma seperti avulsi collecting
system atau sobekan pada intima arteri renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun
komplet pembuluh darah. Sejumlah darah besar dapat terperangkap didalam rongga
retroperitoneal sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstrem ini sering terjadi pada
pasien yang datang di ruang gawat darurat dengan kondisi stabil sementara terdapat
perdarahan retroperitoneal. Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat.
Trauma yang menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan pada
kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang tidak
menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral aorta sehingga
luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma pada kedua struktur. Karena
letaknya yang berdekatan antara pankreas dan pole atas ginjal kiri serta duodenum
dengan tepi medial ginjal kanan bisa menyebabkan trauma kombinasi pada pankreas,
duodenum dan ginjal.. Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis
atau tumor maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh adanya trauma ringan.
(McAninch,2000).

Trauma Ginjal

Penyimpangan KDM
Trauma tumpul

.langsung
trauma ginjal
. Tdk langsung

kecelakaan
jatuh dari ketinggian
deselarasi
regangan
predikal
ginjal
robekan
tunika
intima
arteri
renalis

memacu pmbntukan
bekuan2 darah

perdarahan dlm retroperitonium


menimbulkan thrombosis renalis & cabangnya

resiko infeksi

distensi abdomen

Nyeri
abdomen

ketakutan bergerak

distensi ileus

Nausea

Intolerans
i aktivitas
Trauma Ginjal

anoreksia

ansieta
s

E. Manifestasi Klinis
1) Nyeri
2) Hematuria
3) Mual dan muntah
4) Distensi abdomen
5) Syok akibat trauma multisistem
6) Nyeri pada bagian punggung
7) Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
8) Massa di rongga panggul
9) Ekimosis
10) Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
F. Pemeriksaan Diagnostik
Volume
Warna
Berat jenis
Osmolaritas
SDM
Ph
Darah
PIV

: Biasanya < 400/24 jam, setelah ginjal rusak


: Kotor, sedimen kotor menunjukan adanya darah
: < 1,020 menunjukan adanya kerusakan berat pada ginjal
: < 350 mosm/kg menunjukan kerusakan ginjal
: Mungkin ada infeksi karena pengaruh trauma
: > 7 menunjukan ada infeksi saluran kemih
: Hb turun, pH > 7,2 asidosis metabolic (karena kemampuan
ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan hasil akhir metabolisme)
: Dilakukan jika luka tusuk dan luka tembak melukai ginjal, cedera
tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik
dan cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria
makroskopik yang disertai syok.

USG

: Dilakukan pada cedera tumpul pada ginjal yang menunjukan


hematuria mikroskopik tanpa disertai syok.

CT SCAN

: Pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya robekan jaringan


ginjal dan adanya nekrosis jaringan ginjal yang luas.

G. Penatalaksanaan
1.

Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan

observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya


penambahan masa di pinggang, adanya pembesaran lingkar perut, penurunan kadar
hemoglombin dan perubahan warna urin pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor
85% dengan hematuri akan berhenti dan sembuh secara spontan. Bed rest dilakukan
sampai hematuri berhenti.
2. Eksplorasi
a. Indikasi Absolut
Trauma Ginjal

Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh
adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah
adanya avulsi vasa renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b. Indikasi Relatif
1)

Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk

dilakukan eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila
ekstravasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan
pemeriksaan
incomplete

imaging
staging

untuk

menilai

memerlukan

derajat

pemeriksaan

trauma
imaging

ginjal. Adanya
dahulu

atau

eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang
memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang bisa
dilakukan hanyalah one shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal
atau tidak jelas atau adanya perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan
eksplorasi ginjal.
4) Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter
dibutuhkan eksplorasi segera dan revaskularisasi.
5) Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah
perdarahan arteri persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan
tindakan bedah. Perkecualian adalah trauma ginjal tanpa adanya penetrasi
peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior linea aksilaris posterior
3.

relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003)


Teknik Operasi

Trauma Ginjal

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TRAUMA GINJAL
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama

Usia

Jenis kelamin

Agama

Diagnosa Medis :
Rencana Terapi

2. Keluhan utama

: alasan pasien datang ke rumah sakit biasanya merasa nyeri bagian

pinggang
3. Riwayat Penyakit
-

Riwayat penyakit sekarang : Biasanya pasien mengalami nyeri bagian abdomen, Hematuria,
Distensi abdomen, Syok akinat trauma multisistem,Nyeri pada bagian punggung, Hematoma
di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar,Massa di rongga panggul, Ekimosis,
Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul
-

Riwayat penyakit dahulu

; Beberapa tahun sebelumnya pasien

mengalami benturan mengenai daerah pinggang, baik Trauma


penetrasi benda tajam (misalnya: luka tembak, luka tusuk atau tikam),
Trauma tumpul (misalnya: jatuh, cedera atletik, kecelakaan lalulintas,
akibat pukulan) Cedera iatrogenik (misalnya: prosedur endourologi,
ESWL, biopsiginjal, prosedur perkutaneus pada ginjal).Intraoperatif

Trauma Ginjal

11

(misalnya diagnostik peritoneal lavage). Dan juga penolakan


transplantassi ginjal, dan melahirkan
-

Riwayat peyakit keluarga

: Apakah keluarga klien ada yang

mempunyai penyakit seperti yang dialami pasien,dan apakah keluarga


pasien ada memiliki riwayat hipotensi, jantung, ginjal, DM, dan
penyakit menular, atau menurun lainnya.
4. Pemeriksaan fisik
-

Inspeksi
Mengkaji adanya gejala edema yang menunjukkan retensi cairan;

daerah muka dan ekstremitas dikaji secara khusus. Pada wanita dilakukan
pemeriksaan vulva, uretra, dan vagina.
-

Palpasi
Pemeriksaan letak ginjal, pemeriksaan rektal, kelenjar prostat,

pembesaran nodus limfatikus, hernnia inguinal, atau femoral.


-

Perkusi
Penyakit renal dapat menimbulkan nyeri tekan atau ketuk pada daerah

angulus kostovertebralis yang terletak pada tempay iga ke-12 atau iga
paling bawah.
-

Auskultasi
Auskultasi kuadran atas abdomen dilakukan untuk mendeteksi bruit

(suara vaskuler yang dapat menunjukkan stenosis pembuluh arteri renal).


5. Pengkajian 11 pola fungsi Pola Fungsi Gordon
1) Pola persepsi kesehatan
Biasanya klien dengan trauma akan langsung memeriksakan
keadaannya ke dokter berhubungan dengan keadaan yang di rasakan
setelah trauma.

2) Pola Nutrisi Metabolik


Biasanya klien mengalami kurang napsu makan, BB menurun.
3) Pola eliminasi
Trauma Ginjal

12

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya


terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan
pendengaran. Pada pola kognitif daya ingat klien masih baik.
5) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, dan nyeri.
6) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/ nyeri
otot
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya,dan merasa bersalah pada keluarga karena
merasa merepotkan keluarganya
8) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk beraktivitas
9) Pola Intoleransi dan Stres
Klien merasa cemasa dan khawatir dengan kondisi klien saat ini.
10) Pola kesehatan reproduksi
Adanya perubahan libido dalam melakukan aktivitas seksual.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/ kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
( Marilyn E. Doenges, 2000 ).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma yang dirasakan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan trauma yang dirasakan
3. Ansietas berhubungan dengan ketakutan bergerak

Trauma Ginjal

13

C. Perencanaan
n

Diagnosa

Keperawatan

Nyeri akut b.d Tingkat


trauma

Perencanaan
Tujuan (KH)

Intervensi

Rasional

nyeri,control 1. Kaji skala nyeri 1. Nyeri merupakan respon

nyeri,tingkat

(0-10)

kenyamanan.KH :

karakteristik

-Mampu mengontrol nyeri


-melaporkan bahwa nyeri
berkurang

dgn

dgn menggunakan skala

nyeri (PQRST)
2. Ajarkan teknik
relaksasi

dgn

napas

dalam

menggunakan manajemen

subjektif yg bisa dikaji


nyeri
2. Akan

melancarkan

peredaran darah,sehingga

nyeri

kebutuhan

-mampu mengenali nyeri

jaringan

akan

-mengatakan rasa nyaman

terpenuhi,sehingga

akan

setelah nyeri berkurang

3. Kolaborasi

dgn

O2

oleh

mengurangi nyerinya.

pemberian
analgetic

3. Nyeri

klien

dengan
2

Intoleransi
aktivitas

Setelah dilakukan tibdakan 1. Kaji klien dlm


b.d keperawatan selama 2x24

trauma

jam klien dpt menerima


keadaan

dirinya,dan

mampu

melakukan

perawatan

perawatan

Dgn KH :
Klien
aktivitas

ikut

serta

malu dgn dirinya.

klien

tdk

dlm

perawatan diri.
3. Anjurkan klien

aktivitas

3. Agar

14

klien

dapat

kekuatan dan energy


serta mengurangi rasa

yang

nyeri

berlebihan
1. Kaji tingkat 1. Cemas

b.d Setelah dilakukan tindakan

Trauma Ginjal

keefektifan intervensi.
2. Kesejahteraan
fisik

mengalami

mengurangi

Ansietas

mengevaluasi mengkaji

membuat

utk istirahat dan

utk

melakukan

perawatan

dirinya.

agen-agen farmakologi
1. Memberikan
dasar

diri,ketika klien
hambatan

dlm

menggunakan

pengkajian

dirinya
2. Bantu klien dlam

perawatan dirinya.

berkurang

dpt

ketakutan

keperawatan selama 2x24

kecemasan

bergerak

jam

klien

ansietas

dpt

berkurang.Dgn KH :

mempengaruhi persepsi
klien terhadap dirinya
2. Mengurangi rasa cemas

2. Berikan

-Klien tampak relax

klien
3. Mengungkapkan

informasi

-klien dpt mengungkapkan

yang akurat
3. Berikan

penurunan ansietas

takut secara terbuka dpt


meningkatkan

-klien mampu menerima

kesempatan

keadaan

pada klien utk

ketenangan

mengungkapk
an

apa

yg

dirasakan
4. Libatkan
keluarga

dlm

support mental

Trauma Ginjal

15

rasa

4. Agar klien tidak merasa


sendiri

BAB IV
PENUTUP
A.`Kesimpulan
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Penyebab nya adalah dari trauma
tumpul, trauma iatrogenic, dan trauma tajam. Adapun tanda dan gejala yang
muncul diantaranya : luka, jika terkena benda tajam, jejas jika terkena benda
tumpul, nyeri, perdarahan.
Adapun penatalaksanaan medis yaitu secara kenservatif dan operatif. Untuk
farmakologi yang bias digunakan yaitu : analgetik, antibiotic, diuretic, dan
kortikosteroid.
B. Saran
Trauma pada system perkemihan sangat fatal akibatnya bagi kesehatan tubuh.
Hal ini tidak bisa ditindaklanjuti sembarangan. Diperlukan penanganan khusus
dan serius agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah lagi. Bahkan sampai
penanganannya memerlukan pembedahan. Untuk itu agar tidak terjadi trauma
system perkemihan dapat tertangani dengan baik maka sebaiknya kita
mempercayakan kepada tim medis yang sudah berpengalaman dan mengerti
mengenai penanganan masalah trauma system perkemihan tersebut.

Trauma Ginjal

16

Anda mungkin juga menyukai