Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Artikel :
Sri Indriani
NIM :I2F 015 084
Maksi Batch 5 Unram
Page | 0
Abstrack :
Tujuan Penulisan Artikel ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dalam mengelola keuangan daerah berdasarkan
rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) selama tahun anggaran
2012 -2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2012-2014.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio kemandirian, efektifitas
dan efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, aktivitas (keserasian), dan rasio
pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah.
Dari hasil perhitungan atau analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa ada
sebagian besar rasio selama tiga tahun mengalami fluktuasi, untuk rasio kemandirian di
Kabupaten Lombok Timur masih rendah sekali dengan rata-rata 10,57%, kurang dari 25%.
ini menunjukkah ketergantungan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur masih tinggi.
Rasio Efektivitas untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan/penerimaan daerah yang direncakan dibanding target
yang ditetapkan. Semakin besar nilai rasio efektifitas menunjukkan semakin baiknya
efektifitas kinerja pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan/penerimaan yang
direncakan. Rata-rata keseluruhan dalam 3 tahun (2012-2014) besarnya rasio efektivitas
sebesar 94,90% sehingga kinerja penggunaan anggaran Pemda Lotim Efektif.
Rasio Keserasian ( Belanja Langsung dan Tidak Langsung) Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur sebagian besar didominasi oleh Belanja Tidak Langsung sebesar 70,19%
dan Belanja Langsung sebesar 30, 55%. Ini berarti bahwa alokasi dana lebih besar pada
Belanja tidak langsung yang dialokasikan untuk belanja yang berhubungan dengan
masyarakat (hibah, bantuan sosial dll).
Pertumbuhan PAD pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dapat dikategorikan
tinggi karena rasionya sudah melebihi atau di atas 40 %. Dimana rasio Pertumbuhan pada
tahun 2014 mencapai
(tinggi).
Page | 1
I. Pendahuluan
Pemerintah adalah pihak manajemen yang dipercaya oleh rakyat untuk mengatur dan
menyelenggarakan pemerintahan dalam rangka memenuhi hajat hidup orang banyak.
Tujuan dari penyelenggaraan pemerintah adalah dalam rangka mensejahterakan
Page | 2
masyarakat. Oleh karena itu agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan sesuai
dengan amanat maka harus ada laporaI yang melaporkan hal tersebut.
Mengacu kepada UU Nomor 17 tahun 2003, yang mulai berlaku efektif pada tahun
anggaran 2005, tentang Keuangan Negara, maka setiap pengelola keuangan daerah harus
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya dalam bentuk
Laporan Keuangan, yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara menyebutkan bahwa Laporan Keuangan dimaksud harus disusun berdasarkan
proses akuntansi, yang wajib dilaksanakan oleh setiap Pengguna Anggaran dan kuasa
Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum Daerah. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka setiap Pemerintah Daerah menyelenggarakan sistem akuntansi untuk
lingkungan pemerintah daerahnya yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
Dengan adanya laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan amanat undangundang tersebut serta disusunnya laporan keuangan melalui proses yang dapat
dipertanggungjawabkan tersebut maka diharapkan akuntabilitas pemda sebagai manajemen
yang dipercaya oleh rakyat sebagai stakeholder dapat disajikan sebagaimana mestinya.
Akuntabilitas dari pemerintah merupakan salah satu indikasi tegaknya perekonomian
suatu negara. Pemerintah yang akuntabel merupakan pemerintah yang dapat dipercaya dan
bertanggungjawab dalam mengelola sumber daya publik. Sumber daya publik yang
digunakan untuk membiayai pembangunan dan keberlangsungan roda pemerintah, dalam
setiap rupiah sumber daya publik harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban tersebut tidak cukup dengan laporan lisan saja, namun perlu didukung
dengan laporan pertanggungjawaban tertulis berupa penyajian laporan keuangan atas
kinerja yang telah dicapai.
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja pemerintah adalah dengan melakukan
analisis laporan keuangan terhadap anggaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Sumber untuk menganalisis laporan keuangan adalah laporan keuangan utama yang terdiri
dari neraca, laporan arus kas, dan laporan realisasi anggaran. Fungsi utama dari laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, laporan keuangan tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik.
Analisis laporan keuangan pada organisasi sektor publik dilakukan dengan cara
membandingkan kinerja keuangan satu periode dengan periode sebelumnya berdasarkan
laporan keuangan. Terdapat beberapa teknik dalam analisis laporan keuangan, yaitu antara
lain: analisis aset, analisis kewajiban dan ekuitas dana, analisis pendapatan, analisis
belanja, analisis pembiayaan, dan analisis laporan arus kas. Terdapat berbagai jenis rasio
Page | 3
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menggambarkan laporan keuangan. Hasil
dari perhitungan rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
keuangan organisasi sektor publik dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Dalam atikel ini, akan diuraikan tentang konsep analisis laporan keuangan sektor
publik (pemerintah) yang terdiri dari pengertian, tujuan dan pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap analisis laporan keuangan, tahapan, dan metode serta tehnik analisis laporan
keuangan.
Dikutip dari Artikel Danang Prio Utomo Mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong yang
diposting tanggal 14 Juli 2014 tentang Rasio Keuangan untuk mengukur Kinerja Keuangan
Pemda Lotim, prints.ung.ac.id/.../2012-1-62201-241408079-bab2-13082012112859 oleh R
DAMA - 2014. Yang diposting pada tahun 2014 tentang landasan teori Kinerja Keuangan
Daerah dan Buku Analisis Laporan Keuangan Daerah, Karya Mahmudi tahun 2010 Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN serta buku Analisis Laporan Keuangan dari karya
penulis lainya. Menguraikan seperti yang dijabarkan selanjutnya di bawah ini :
II.
Page | 4
Efisiensi biaya ;
Efektivitas program ;
Pemerataan dan keadilan .
b. Keuangan Daerah
Menurut Mamesah (Halim 2008: 18-19) keuangan daerah dapat diartikan sebagai
hak dan kewajiban yang dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa
uanga maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dikuasi
atau dimiliki negara atau daerah yang lebih tinggi atau pihak-pihak lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Berkaitan dengan hal ini Bastian (2001) dalam Moito (2010) menyatakan persektif
kedepan dari sistem keuangan daerah adalah mewujudkan sistem antara keuangan pusat
dan daerah yang mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggungjawab yang
jelas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang transparan, memperhatikan
aspirasi dan partisipasi masyarakat serta kewajiban untuk mempertanggungjawabkannya
kepada masyarakat, mengurangi kesenjangan antar daerah dalam kemampuannya untuk
membiayai tanggung jawab otonominya dan memberikan kepastian sumber keuangan
daerah yang berasal dari wilayah daerah yang bersangkutan.
Halim (2008: 25) menyatakan keuangan daerah memiliki ruang lingkup yang terdiri
atas keuangan yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang
termasuk keuangan daerah yang dikelola langsung adalah : Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Di lain pihak, keuangan
daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Jadi keuangan daerah dapat diartikan sebagai hak dan kewajiban yang dapat dinilai
dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara. Keuangan
daerah berperan penting dalam otonomi daerah karena dari keuangan daerah
menggambarkan cerminan kemampuan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan berdasarkan azas otonomi.
Salah satu aspek pemerintah daerah yang harus diatur adalah masalah pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah.
Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik, hal ini tidak saja
terlihat dari besarnya porsi penganggaran untuk kepentingan public, tetapi pada besarnya
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan pengawasan keuangan
daerah. Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan dalam peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai isi pasal
4 yaitu:
Page | 5
1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang undangan,
efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas
dengan peraturan
daerah.
Untuk bisa menjalankan tugas dan fungsi pemerintah, pemerintah daerah dilengkapi
dengan seperangkat kemampuan pembiayaan dimana menurut pasal 55 sumber
pembiayaan pemerintah terdiri dari 3 komponen yaitu:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari beberapa pos pendapatan yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah dan pendapatan yang sah lainnya
2. Pendapatan yang berasal dari pusat yang teridir dari pendapatan hasil pajak bukan
pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus;
3. Pendapatan Daerah yang Sah Lainnya. Pendapatan yang berasal dari besarnya
dana dari pusat merupakan cerminan atau indikator dari ketergantungan pendanaan
pemerintah daerah terhadap
proyek pemerintah pusat melalu APBN tetapi dana itu juga masuk dalam anggaran
pemerintah Daerah (APBD).
c. Kinerja Keuangan Daerah
Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu
dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili
realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Salah satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah
adalah
dan
publik
khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan, sehinggga secara teori belum ada
kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian
dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif,
efisien dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah
pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan
swasta (Halim, 2008: 231-232).
d. APBD sebagai Instrumen Kebijakan Pengelolaan Keuangan Dana Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Daerah, APBD sebagai Instrumen
kebijakan pengelolan keuangan masyarakat oleh Pemerintah Daerah memegang peranan
penting. Hal ini dikarenakan :
1. APBD merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial,
ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kwlitas hidup masyarakat;
Page | 6
2. APBD diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, sedang sumberdaya yang terbatas APBD diperlukan
karena adanya masalah keterbatasan sumber daya, pilihan dan trade off;
3. APBD diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hasil ini APBD merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik pemeritahan daerah.
e. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
1) Screening, untuk mengetahui situasi dan kondisi perusa-haan secara umum.
2) Understanding, memahami kondisi suatu daerah, kondisi keuangan dan apa
yang dihasilkan.
3) Forecasting, untuk meramalkan kondisi keuangan di masa datang.
4) Diagnosis, untuk melihat kemungkinan masalah yang terjadi, baik dalam
manajemen, operasi, keuangan atau masalah lainnya.
5) Evaluation, untuk menilai prestasi pihak eksekutif dalam pengelolaan suatu
daerah serta perbaikan kebijakan yang ada jika dibutuhkan
Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya
sehinggga dapat
daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun
Pemerintah No. 108/2000 pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada
APBD ini adalah:
1. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
DPRD adalah badan yang memberikan otorisasi kepada pemerintah daerah untuk
mengelola laporan keuangan daerah.
2. Badan eksekutif
Badan eksekutif merupakan badan penyelenggara pemerintahan yang
otorisasi pengelolaan keuangan daerah dari DPRD, seperti
menerima
Gubernur, Bupati,
keuangan bagi
pemerintah daerah.
Page | 7
lembaga
atau yang
III.
anggaran, yaitu dengan cara mengevaluasi selisih yang terjadi antara anggaran dengan
realisasinya.
Aspek yang penting dalam analisis varians ini, yaitu:
b.
diambil dari elemen laporan keuangan. Analisis ini dapat digunakan untuk
mengintepretasikan perkembangan kinerja dari tahun ke tahun dan membandingkanya
dengan kinerja organisasi lain yang sejenis. Terdapat berbagai macam analisis rasio
keuangan, antara lain:
Analisis Aset
Analalisis Likuiditas, meliputi:
Rasio Lancar
Rasio Kas
Rasio Cepat
Rasio Modal Kerja terhadap Total Aset
Analisis Solvabilitas
Analisis Kewajiban
Rasio Total Utang terhadap Equitas
Rasio Total Utang terhadap Aset Modal
Page | 8
penurunan kinerja selama kurun waktu tertentu. Analisis ini dapat diaplikasikan misalnya
untuk menilai pertumbuhan asset, pendapatan, utang, surplus/defisit, dan sebagainya.
d.
Analisis Regresi
Analisis ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependent. Analisis ini sangat bermanfaat untuk riset kebijakan publik yang hasilnya dapat
diaplikasikan oleh pemerintah daerah. Contohnya:
e.
menggunakan data tahun ini dan tahun sebelumnya sebagai dasar prediksi.
IV.
Rasio Keuangan
kemandirian
menggambarkan
kemampuan
pemerintah
daerah
dalam
PAD
Transfer Pusat + Provinsi+ Pinjaman
Kemandirian
Page | 9
Rendah sekali
0% - 25%
Rendah
25% - 50%
Sedang
50% - 75%
Tinggi
75% - 100%
efektifitas
menggambarkan
kemampuan
pemerintah
daerah
dalam
: > 100%
: 100%
: 90% - 99%
: 75% - 89%
: < 75%
Realisasi PAD
x 100
Target PAD
DSCR=
Page | 10
Keterangan:
PAD
DAU
DBH
DBHDR
Belanja Wajib
Biaya Lainnya
Rasio Pertumbuhan=
RPPADXn Xn1
x 100
RPPAD X n1
Dimana :
- RPPAD Xn X n-1 = Realisasi peneriamaan Pendapatan Asli daerah tahun
yang dihitung di kurangi tahun sebelumnya.
-RPPAD X n-1
sebelumnya
Kriteria Tingkat Pertumbuhan
Kriteria
%
Tingkat Pertumbuhan
Sangat rendah
0% - 10%
Rendah
11% - 20%
Sedang
21% - 30%
Tinggi
Diatas 40%
b. Analisis Belanja
Rasio Aktivitas,
Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya
kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan
anggaran.
Realisasi belanja
x 100
Anggaran Belanja
Page | 11
V.
Kriteria
Tingkat Belanja Rutin
%
Tingkat Belanja Rutin
Baik
Dibawah 40%
Cukup Baik
40% - 80%
Kurang Baik
80% - 100%
merupakan instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan
umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun
2003 Tentang Keuangan Negara, didalam pengelolaan APBD harus mengacu pada norma
dan prinsip; transparansi dan akuntabilitas, disiplin anggaran, keadilan anggaran serta
efisiensi dan efektifitas anggaran.
Untuk menjaga dan meningkatkan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan di daerah diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari
penerimaan daerah. Berdasarkan UndangUndang Nomor 25 Tahun 1999 Pasal 79 dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 pasal 3 dan 4 dikatakan bahwa sumber pendapatan/
penerimaan daerah terdiri atas:
a
Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain pendapatan asli daerah
b
c
d
yang sah;
Dana Perimbangan;
Pinjaman Daerah;
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Adapun besarnya kontribusi penerimaan daerah dalam pembentukan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Lombok Timur pada tahun
anggaran 2012-2014 dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Page | 12
No
Tahun Anggaran
2012
Pendapatan
PAD
Dana Perimbangan
Pendapatan lain-lain
Pendapatan
2013
2014
88.007.658.191
97.249.109.229
180.308.182.148
1.021.767.551.652
1.129.526.736.770
1.243.781.004.411
166.291.451.735
207.874.011.357
269.692.343.850
Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum pendapatan daerah mengalami
peningkatan yang cukup berarti dari tahun ketahunnya. PAD dari Tahun 2013 ke 2014
mengalami kenaikan 100 %, ini berdampak baik bagi kemajuan daerah.
Proporsi terbesar dalam pembentukan pendapatan daerah didominasi oleh Dana
Perimbangan yang bersumber dari pemerintah pusat. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam
membiayai pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan masih memiliki ketergantungan
yang besar dari pemerintah pusat.
Adapun kemampuan pemerintah dalam merealisasikan pendapatan dibandingkan
target yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Rencana dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun
Anggaran 2012-2014
Tah
un
201
2
201
3
201
4
Rencana
Realisasi
1.395.026.201.339,
00
1.276.066.661.578,0
0
91,47
1.666.585.050.506,
00
1.434.649.857.356,0
0
86,08
1.821.334.863.623,
00
1.693.781.530.409,0
0
93,00
Berdasarkan tabel di atas secara umum pencapaian target penerimaan daerah selama
tahun anggaran 2012 - 2014 menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini menunjukkan
efektifnya pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
Page | 13
1,821,334,863,623.00
2,000,000,000,000.00
1,800,000,000,000.00
1,600,000,000,000.00
1,395,026,201,339.00
1,400,000,000,000.00
1,200,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
800,000,000,000.00
600,000,000,000.00
400,000,000,000.00
200,000,000,000.00
-
Rencana
Realisasi
%
Grafik di atas menggambarkan posisi rencana dan realisasi anggaran yang tidak jauh
beda jumlahnya dan setiap tahunnya mengalami peningkatan terus menerus.
VI
Ket
Renca
na
Belanja Tidak
Langsung
Realis
asi
%
Renca
na
Belanja Langsung
Realis
asi
%
Renca
na
Realis
asi
2012
Tahun Anggaran
2013
2014
900.670.824.716,
00
1.083.383.510.29
7,00
1.221.397.163.383,
00
864.459.790.376,
00
975.313.652.685,
00
1.177.600.144.339,
00
59,37
71,88
72,50
477.174.368.421,
00
507.109.928.987,
00
586.403.940.022,0
0
591.635.291.085,
00
381.564.742.018,
00
446.683.341.686,0
0
40,63
28,12
27,50
1.377.845.193.13
7,00
1.590.493.439.28
4,00
1.807.801.103.405,
00
1.456.095.081.46
1.356.878.394.70
1.624.283.486.025,
Page | 14
1,00
%
3,00
00
114,11
94,58
95,90
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui secara umum peningkatan yang cukup
berarti terjadi pada belanja ltidak langsung dari tahun ketahunnya. Sedangkan belanja
langsungmengalami penurunan tiap tahun dan peningkatan pada tahunnya setelahnya lagi.
Dimana pada tahun 2013 terjadi penurunan belanja langsung dan tahun 2014 terjadi
kenaikan belanja langsung.
Peningkatan yang terjadi pada tiap tahun pada belanja tidak langsung berdampak
pada penurunan jumlah belanja belannja langsung,. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan pada perubahan sistem anggaran yang lebih menekankan kepada peningkatan
dan pencapaian tingkat pelayanan di berbagai bidang kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
VI.
Jenis Rasio
201
3
2014
8,61
8,61
14,50
10,57
Rendah Sekali
86,0
8
85,3
1
101,1
5
92,90
Efektif
89,85
93,61
Kurang Efisien
86,50
70,19
Cukup Baik
24,71
30,55
Cukup Baik
85,41
51,02
Tinggi
Rasio Kemandirian
Rasio Efektifitas
91,47
Rasio Efisiensi
105,6
8
62,74
42,94
Kriteria
2012
1
Ratarata
57,14
61,3
2
23,9
9
10,5
0
a
a. Analisis Rasio Kemandirian
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan
daerah. Semakin besar nilai rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan semakin
kecilnya tingkat ketergantungan pemerintahan daerah kepada pemerintahan pusat.
Page | 15
14.50
14.00
12.00
10.00
8.61
%
8.61
Rasio Kemandirian
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2012
2013
2014
Dalam grafik tersebut digambarkan kenaikan yang mencolok terjadi pada tahun 2014
dengan rasio kemandirian sebesar 14, 50%.
b. Analisis Rasio Efektifitas Analisis rasio efektifitas APBD
Rasio Efektifitas ini untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan/ penerimaan daerah yang direncakan dibanding target
yang ditetapkan. Semakin besar nilai rasio efektifitas menunjukkan semakin baiknya
efektifitas kinerja pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan/ penerimaan yang
direncakan.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dalam tabel hasil perhitungan rasio di
atas menggambarkan efektifitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, ini
dapat diilustrasikan pada grafik di bawah ini :
Page | 16
101.15
100.00
95.00
91.47
%
Rasio Efektivitas
90.00
86.08
85.00
80.00
75.00
2012
2013
2014
Page | 17
105.68
80.00
%
85.31
89.85
Rasio Efisiensi
60.00
40.00
20.00
0.00
2012
2013
2014
Rasio efisiensi Pemerintah Kabupaten Lombok Timur terjadi flesibilitas di mana terjadi
tren penurunan dan kenaikan ini dapat di lihat dari terjadi penurunan pada tahun 2013 yang
semula rasio efektivitasnya sebesar 105,68% menjadi 85,31%.
Pada tahun 2012 efisiensi penggunaan dana pada Pemerintah Kabupaten Lombok
Timur TIDAK EFISIEN kareba lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan ini sangatlah
berdampak buruk pada pengelolaan keuangan. Walapupun pada tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 85,31% menjadi kurang efisien lagi dengan adanya kenaikan
pengunaan dana dengan rasio sebesar 89,85%.
d. Analisis Rasio Belanja Langsung dan tidak langsung Terhadap APBD
(Rasio Aktivitas/Keserasian).
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran aktifitas pemerintah daerah dalam
mengalokasikan dananya pada belanja langsung dan tidak langsung secara optimal. Kinerja
pemerintah dinilai baik berdasarkan rasio ini apabila persentase rasio belanja langsung dan
tidak langsung terhadap APBD bernilai <40%.
Dilihat dari perhitungan Rasio Belanja Tidak Langsung dan Rasio Belanja Langsung,
Pemerintah Daerah lebih banyak menggunakan dana untuk kegiatan Belanja Tidak
Langsung dibandingkan dengan kegiatan Belanja Langsung. Ini dilihat dari rasio keserasian
untuk belanja tidak langsung sebesar 70,19% dan Belanja Langsung cuman 30, 55%.
e. Analisis Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah.
Analisis ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar perbandingan kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan pendapatan asli daerah
yang dicapai dari periode keperiode berikutnya. Semakin tingginya nilai rasio pertumbuhan
pendapatan asli daerah menunjukkan semakin baiknya kinerja pemerintah dalam
Page | 18
90.00
80.00
70.00
57.14
60.00
Rasio
Pertumbuhan PAD
Pemda Lotim
Tahun 2012-2014
50.00
% 40.00
30.00
20.00
10.50
10.00
0.00
2012
2013
2014
Grafik di atas menggambarkan Rata rata pertumbuhan PAD dalam 3 tahun (20122014) tinggi karena > 40%. Besarnya rasio pertumbuhan PAD yang signifikan terlihat pada
tahun 2014 sebesar 85,41% menunjukkan pertumbuhan PAD tinggi, walaupun pada tahun
2013 terjadi penurunan yang sangat drastis dari 57,14% (tinggi) menjadi 10,50% (rendah).
VII
Page | 19
Pertumbuhan
PAD
pada
Pemerintah
Kabupaten
Lombok
Timur
dapat
PAD
pada
tahun
2014
mengalami
kenaikan
yang
signifikan
Page | 20
sekali
daerah
pantai
yang
indah/menarik
yang
belum
DAFTAR PUSTAKA
Page | 21
Page | 22