Anda di halaman 1dari 78

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskuler:
Congestive heart failure, di Ruang Rawat Kardiovaskuler, Lantai
6 Zona B, RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Tahun 2013

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

LAILA HASANAH
0706270794

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskuler:
Congestive heart failure, di Ruang Rawat Kardiovaskuler, Lantai
6 Zona B, RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Tahun 2013

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

LAILA HASANAH
0706270794

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

ii

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

iii

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

iv

Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah
akhir ners ini dengan baik. Karya ilmiah akhir ners ini dibuat dalam rangka
memenuhi salah satu mata kuliah di semester genap pada program profesi ners
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Karya ilmiah akhir ners ini dapat saya selesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dorongan
semangat yang tak terhingga. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuti Nuraini, S.Kp., M.Biomed sebagai dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya selama
penyusunan tugas akhir ini.
2. Ns. Yeane Anastania, S.Kep sebagai clinical instruction (CI) di lahan
praktek selama saya bertugas di lantai 7 zona A instalasi penyakit dalam,
RS. Dr. Cipto Mangunkusumo.
3. Kuntarti, S.Kp., M.Biomed sebagai pembimbing akademis saya selama
ini yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya selama
perkuliahan program sarjana sampai dengan program ners saat ini.
4. Orang tua tercinta, Bapak H.Toton Suhendi, SH dan Ibu Hj.Ratu Eti
Rohaeti, yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk terus
belajar kepada semua anak-anaknya.
5. Kakak pertama saya dr. Muhammad Syaifullah, Sp.P yang selalu
memberikan bantuan, perhatian, dan motivasi agar saya dapat
menyelesaikan studi profesi ners ini.
6. Kakak kedua dan ketiga saya, Saadiatul Munawwaroh, S.Pd dan
Muhammad Abdul Hadi, S.Si, yang memberikan saya motivasi untuk

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

terus bekerja dan melanjutkan pendidikan serta menjadi perawat yang


baik.
7. Kakak keempat dan kelima saya, Amaliah Hasanah, S.Hum, dan Siti
Chodijah, S.Si, yang memberikan semangat kepada saya untuk selalu
sabar dan bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
8. Kakak keenam dan ketujuh saya, Latifah, S.Farm, Apt., dan Muhammad
Hidayatullah, S.Pd, yang selalu memberikan suasana yang meriah dan
kekeluargaan di rumah.
9. Abduh Rasyid Rasanjani yang selalu sabar, setia, dan selalu memberikan
motivasi kepada saya.
10. Rekan-rekan perawat RSCM lantai 7 Zona A, yang telah sangat banyak
memberikan berbagi pengalaman klinik kepada saya.
11. Teman-teman program profesi ners angkatan 2012 yang telah
memberikan banyak kenangan selama dinas.
12. Teman-teman regular angkatan 2007 yang terus mendukung saya sampai
akhirnya menyelesaikan program studi ners ini.

Saya menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Besar pula harapan saya agar tugas akhir ini dapat menjadi
dasar bagi penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan
masyarakat.

Depok, Juli 2013


Penulis

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

vi

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

vii

Abstrak
Nama

: Laila Hasanah

Program studi

: Ilmu Keperawatan

Judul penelitian

: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskuler: Congestive
heart failure, di Ruang Rawat Kardiovaskuler, Lantai 6 Zona B, RS.
Dr. Cipto Mangunkusumo, Tahun 2013

Congestive heart failure

merupakan suatu sindrom kompleks yang disebabkan karena

gangguan dari struktur maupun fungsi jantung sehingga mengakibatkan gangguan fungsi
pompa jantung sebagai pendukung sirkulasi fisiologi manusia. Sindrom heart failure dapat
ditandai dengan adanya keluhan sesak nafas, kelelahan, dan terjadinya retensi cairan. Pasien
congestive heart failure dengan keluhan sesak nafas akan mengalami perburukan kondisi
yang cepat dan tak terkira jika tidak segera ditangani. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk
menganalisa pengaruh pemberian posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada
pasien congestive heart failure. Metode: Studi kasus dilakukan dengan pendekatan evidence
based practice. Implementasi dilakukan selama pasien mengeluhkan adanya sesak. Hasil:
Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan keluhan sesak yang dilaporkan oleh
pasien selama pemberian posisi semi fowler. Kesimpulan: Pemberian posisi semi fowler
mampu menurunkan keluhan sesak pada pasien yang ditunjukan dengan adanya perubahan
laju pernafasan menjadi mendekati nilai normal (20-24 x/menit)

Kata kunci: Congestive heart failure, sesak nafas, posisi semi fowler.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

viii

Abstract
Name

: Laila Hasanah

Study Program

: Nursing Science

Title

: Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Public Health in


Patien of Congestive heart Failure in Cardiovasculer Room Care
Floor 6 Zone B, RS. Dr. Cipto Mangunkusumo

Congestive heart failure is a complex syndrome that can result from any structural or
fuctional cardiac disorder that impairs the ability of the heart to function as a pump to
support a physiological circulation. The syndrome of

heart failure is characterized by

symptoms such as breathlessness, fatigue, and fluid retention. Patients who have congestive
heart failure with breathlessness, they may worsen rapidly and unpredictably if they not
have quick treatment. Purpose: Aim of study is to analyzing the effect of semi fowler position
to reduce breathlessness from patients who have congestive heart failure. Methode: The case
study conducted by evidence based practice approach. Implementation is done for patients
with breathlessness. Result: The results showed that the decrease of breathlessness were
report by the patient during administration of semi fowler position. Conclusion: Giving semi
fowler position can reduce breathlessness of the patients indicated by change in respiratory
rate to near normal value (20-24 x/minute)

Keywords: Congestive heart failure, breathlessness, semi fowler position.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

ix

DAFTAR ISI
Halaman Judul.. i
Halaman Pernyataan Orisinalitas. ii
Halaman Pengesahan... iii
Kata pengantar. iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi.... vi
Abstrak.... vii
Daftar Isi.. ix
Daftar Tabel. xi
Daftar Gambar. xii
Daftar Lampiran.. xiii
Bab I Pendahuluan. 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan...... 3
Bab II Tinjauan Pustaka... 4
2.1 Anatomi Fisiologi Jantung..... 4
2.2 Definisi Congestive Heart Failure (CHF). 6
2.3 Etiologi... 6
2.4 Patofisiologi.... 7
2.5 Tanda, Gejala dan Klasifikasi CHF 8
2.6 Manifestasi Klinis CHF...... 9
2.7 Gagal Jantung Kanan...... 9
2.8 Gagal Jantung Kiri. 10
2.9 Pemberian Posisi pada Pasien Gagal Jantung 11
Bab III Pembahasan Kasus... 12
3.1 Pengkajian.. 12
3.2 Analisa Data... 18
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan... 21
3.4 Evaluasi keperawatan. 33

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Bab IV Analisis Situasi... 40


4.1 Profil Lahan Praktek... 40
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP 40
4.3 Analisis Pemberian Posisi Semi Fowler pada Kondisi Dispnea. 42
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan. 43
Bab V Penutup 44
5.1 Kesimpulan.. 44
5.2 Saran 44
Daftar Pustaka. 45

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5

Tanda, Gejala dan Klasifikasi CHF.. 8

Tabel 2.6

Manifestasi Klinis CHF 9

Tabel 3.1

Terapi obat dan Hasil Laboratorium. 16

Tabel 3.2

Analisa Data.. 18

Tabel 3.3

Rencana Asuhan Keperawatan 21

Tabel 3.4

Evaluasi Keperawatan.. 31

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Letak jantung pada manusia........................................ 4

Gambar 2

Anatomi organ jantung.................................................. 4

Gambar 3

Pembagian ruang jantung.............................................. 5

Gambar 4

Posisi fowler dan semi fowler. 11

Gambar 5

Gravity balance chair.. 41

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Catatan Perkembangan Tn.A

Lampiran 2

Biodata Penulis

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung merupakan suatu kondisi akhir dari perburukan fungsi jantung. Kondisi ini
sering disebut gagal jantung kongestif yaitu suatu kondisi ketidak mampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan O2 dan nutrisi
(Brunner And Suddarth, 2002). Penyakit ini menjadi epidemis di seluruh dunia dengan
peningkatan insidensi yang cepat dalam dua dekade terakhir. Hal ini terbukti dengan terus
bertambahnya tingkat hospitalisasi pasien gagal jantung, meningkatnya kematian yang
berkaitan dengan gagal jantung, serta membesarnya biaya pengobatan dan penanganan gagal
jantung itu sendiri.
Menurut data WHO tahun 2008 dilaporkan bahwa sekitar lebih dari 6 juta jiwa penduduk
di Amerika teridentifikasi penyakit Congestive Heart Failure (CHF) dan diperkirakan lebih
dari 15 juta kasus baru gagal jantung setiap tahunnya diseluruh dunia. Insiden penyakit ini
meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga
5% pada usia 50-70 tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung
sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani dikarenakan hampir
50% penderita gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 4 tahun dan 50% penderita
stadium akhir meninggal dalam kurun waktu 1 tahun. Prosentase penyebab gagal jantung
terbanyak adalah ischemic heart disease (65%), penyakit jantung hipertensif (10%), penyakit
katup jantung dan murmur (10%), kardiomiopati (10%), miokarditis (2%), serta efusi/
konstriksi perikard (1%).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menemukan beberapa hal penting:
Penyebab kematian tertinggi adalah stroke (15,4%), diikuti penyakit jantung iskemik dan
penyakit jantung lainnya (9,7%), tuberculosis (7,5%), hipertensi (6,8%), cedera akibat
kecelakaan (6,5%), perinatal (6,0%), diabetes mellitus (5,7%), tumor (5,7%), penyakit
hati (5,2%), dan penyakit saluran nafas bawah (5,1%).
Prevalensi hipertensi umur > 18 tahun di Indonesia mencapai 31,7%, tetapi tak lebih dari
seperempat kasus yang terdiagnosis dan mendapat terapi. Prevalensi diabetes mencapai
5,7%, namun sebagian besar baru terdiagnosis saat penelitian dilakukan. Tingginya
prevalensi hipertensi dan diabetes, serta rendahnya proporsi kasus yang ditangani dengan

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

baik, adalah cermin pelayanan kesehatan yang kurang baik, khususnya pengendalian
penyakit tidak menular di Indonesia.
Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat
untuk mencegah penyakit kardiovaskuler:
Hanya setengah penduduk yang menjalani aktifitas fisik teratur.
Meskipun konsumsi makanan berlemak relativ rendah (12,8%), tetapi tidak lebih dari
10% penduduk yang makan buah dan sayur lima porsi per hari sesuai anjuran WHO.
Seperempat penduduk mengkonsumsi makanan asin setiap hari, memicu tingginya
prevalensi hipertensi.
Hampir seperlima penduduk dewasa tergolong kegemukan dan obese. Kondisi ini
tentu memicu sindrom metabolic dengan berbagai konsekuensinya.
Indonesia merupakan pasar rokok terbesar ketiga dunia. Tercatat bahwa laki-laki
dewasa perokok mencapai 54,1% dan perempuan perokok 2,6%. Hal ini tentu saja
akan menjadi faktor pemicu terjadinya hipertensi.
Dari berbagai data diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penyakit kardiovaskuler,
merupakan salah satu penyakit pembunuh nomer satu di Indonesia. Dalam tahap selanjutnya
jika penyakit kardiovaskuler tidak ditangani sejak dini maka akan sangat mungkin
mengganggu kerja jantung hingga terjadilah berbagai komplikasi dari gagal jantung.

1.2 Perumusan Masalah


Jantung dan paru-paru memiliki kesamaan peran yaitu sebagai sistem sirkulasi darah
dalam tubuh, maka pada saat terjadi gangguan pada jantung akan sangat beresiko
terganggunya fungsi paru-paru salah satunya adalah fungsi pernafasan. Manifestasi klinis,
sebagaimana yang kita ketahui, akan menyebabkan seseorang dengan penyakit gagal jantung
akan merasakan sesak (dyspnea) pada malam hari atau yang biasa disebut dengan
Paroxysmal Nokturnal Dispnea (PND). Dapat pula terjadi sesak pada saat posisi berbaring
yang dikenal dengan istilah ortopnea. Mengingat manifestasi klinis yang ditimbulkan
sangatlah berbahaya jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat, maka penulis tertarik
untuk mengangkat masalah ini ke dalam sebuah karya tulis akhir program Ners dengan judul
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien
dengan Gangguan Kardiovaskuler: Congestive Heart Failure Di Ruang Rawat
Kardiovaskuler Lantai 6 Zona B, RS. Dr. Cipto Mangunkusumo , Tahun 2013.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai tugas akhir dari praktek profesi ners dan untuk
menerapkan evidence based yang telah ada terhadap penurunan sesak nafas yang dirasakan
oleh klien dengan memberikan posisi semi fowler.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulis sangat berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
terutama untuk:
a. Lahan Praktek
Perawat ruangan mampu mengaplikasikan intervensi keperawatan serta mengetahui
rasional tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gagal jantung (CHF)
dalam upaya mengurangi keluhan sesak yang dirasakan.
b. Institusi Pendidikan
Melalui penulisan kali ini diharapkan pada institusi pendidikan agar mampu
melakukan berbagai penelitian lainnya yang dapat menambah khazanah ilmu
keperawatan, khususnya pada pasien dengan gagal jantung.
c. Mahasiswa FIK
Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang sedang
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Jantung


Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks), diantara kedua
paru. Selaput yang mengitari jantung disebut perikardium, yang terdiri atas 2 lapisan :
Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput
paru.
Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga
disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan selaput tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas yang berfungsi
mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa. Cairan ini disebut
cairan perikardium.

Gambar 1: Letak jantung pada manusia

Gambar 2: Anatomi organ jantung

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium
(serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik). Atrium kanan
berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh.
Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh
melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium.
Fungsi ventrikel kanan yaitu menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paruparu melalui arteri pulmonalis. Fungsi ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang
disebut septum ventrikel.

Gambar 3: Pembagian ruang jantung

Fungsi utama jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah
agar darah dapat mengalir ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah arteri maupun
vena. Selain itu jantung juga berfungsi sebagai suatu sistem sirkulasi yang menyediakan
oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Keadaan ini biasa disebut sebagai
sirkulasi paru. Kemudian dilanjutkan dengan sirkulasi sistemik dimana

jantung akan

mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di
seluruh tubuh.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

2.2 Definisi Congestive Heart Failure (CHF)


Congestive Heart Failure atau gagal jantung kongestif adalah gangguan multisistem
yang terjadi apabila jantung tidak lagi mampu memompa darah yang mengalir ke dalamnya
melalui sistem vena (Robbins, 2007). Keadaan ini merupakan keadaan patofisiologis dimana
jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Dapat pula digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi
akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal jantung merupakan suatu
sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gejala gagal jantung seperti: sesak nafas, lelah
saat beraktivitas, adanya tanda-tanda retensi cairan seperti kongesti paru atau bengkak di
pergelangan kaki, serta adanya bukti objektif kelainan struktur dan fungsi jantung yang
didapatkan dari hasil pemeriksaan lanjutan.

2.3 Etiologi
Etiologi dari gagal jantung meliputi :
1. Kelainan Otot Jantung.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis

mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi
untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Keadaan ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

5. Penyakit jantung lain


Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlihat mencakup
gangguan aliran darah melalui jantung (misalnya stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya tamponade perikardium,
perikarditas konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung abnormal
(misalnya insufisiensi katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat
meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi Maligna) dapat menyebabkan
gagal jantung meskipun tidak ada hipertropi miokardial.
6. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam, tirotoksikosis), hipoksia,
dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk mcmenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung yang dapat terjadi dengan
sendirinya secara sekunder akibat gagal jantung, menurunkan efisiensi keseluruhan
fungsi jantung.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep
curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah
jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume
sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan
dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga
faktor : preload, kontraktilitas, dan afterload.
Preload adalah sinonim dengan hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
Pada gagal jantung jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya
curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran hemodinamika melalui
prosedur pemantauan invasif telah mempermudah diagnosa gagal jantung kongestif dan
mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif.

2.5 Tanda, Gejala dan Klasifikasi CHF


Menurut New York Heart Association (NYHA), CHF diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I

Berupa penyakit ringan dan masih dapat melakukan aktivitas biasa.


Ketika melakukan aktivitas biasa tidak menimbulkan gejala lelah,
palpitasi, sesak nafas atau angina.

Kelas II

Aktivitas fisik sedikit terbatas. Ketika melakukan aktivitas biasa


dapat menimbulkan gejala lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina
tetapi akan merasa nyaman ketika istirahat.

Kelas III

Ditandai dengan keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan


aktivitas. Ketika melakukan aktivitas yang sangat ringan dapat
menimbulkan lelah, palpitasi, sesak nafas.

Kelas IV

Keluhan-keluhan seperti gejala isufisiensi jantung atau sesak nafas


sudah timbul pada waktu pasien beristirahat. Keluhan akan semakin
berat pada aktivitas ringan.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

2.6 Manifestasi Klinis CHF


Gambaran klinis gagal jantung sering dipisahkan menjadi efek ke depan (forward) atau ke
belakang (backward), dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik awal pandang.
Jenis gagal jantung

Efek forward

Gagal jantung kiri

Efek backward

Penurunan tekanan

Peningkatan kongestif

darah sistemik

paru, terutama sewaktu

Kelelahan

berbaring

Peningkatan kecepatan

Dispnea

denyut jantung

Apabila memburuk,

Penurunan pengeluaran

terjadi gagal jantung

urine

kanan

Ekspansi volume plasma


Gagal jantung kanan

Penurunan aliran darah

Peningkatan

paru

penimbunan darah

Penurunan oksigenasi

dalam vena, edema

darah

pergelangan kaki dan

Kelelahan

tungkai

Penurunan tekanan

DVJ

darah sistemik dan

Hepatomegali dan

semua tanda-tanda gagal

splenomegali

jantung kiri

2.7 Gagal Jantung Kanan


Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.
Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kernbali dari
sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan di dalam rongga
peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah. Edema dimulai pada kaki dan tumit
(edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha hingga pada
akhirnya ke genital eksterna dan tubuh bagian bawah.. Pitting edema adalah edema yang akan

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

10

tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah
terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal
meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan
asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada
diafragma dan distres pernapasan. Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi
akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen. Nokturia, atau rasa ingin
kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal di dukung oleh posisi penderita pada
saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung akan
membaik dengan istirahat. Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.

2.8 Gagal Jantung Kiri


Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
sesak (dispnea), batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi jantung
S3, kecemasan dan kegelisahan.
Dispnea terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran
gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal
atau sedang. Dapat terjadi ortopnea, kesulitan bernapas saat berbaring. Pasien yang
mengalami ortopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa
tegak di tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur. Beberapa pasien hanya
mengalami ortopnea pada malam hari, suatu kondisi yang dinamakan Paroxysmal Nokturnal
Dispnea (PND). Hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki
dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang
tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel
kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat.
Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke
alveoli hingga timbulah keluhan sesak.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

11

2.9 Pemberian Posisi pada Pasien Gagal Jantung


Pemberian posisi pada klien dengan gagal jantung dimaksudkan untuk mengurangi rasa
sesak yang menyerang serta meningkatkan rasa kenyamanan bagi klien. Menurut Angela
dalam Supadi, Nurachmah dan Mamnuah (2008), klien dengan penyakit kardiopulmonal
yang mengalami keluhan sesak, tidak dapat tidur dalam posisi berbaring melainkan harus
dalam posisi duduk atau setengah duduk. Berbagai posisi yang dapat digunakan untuk
mengatasi ketidaknyamanan akibat sesak diantaranya adalah posisi fowler, semi fowler, dan
posisi ortopnea.
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana kepala bagian tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikan. Perry & Potter (2005) menyebutkan bahwa posisi semi fowler
adalah posisi dimana kepala dan tubuh dinaikan dengan derajat kemiringan 450, yaitu dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan
dari abdomen pada diafragma. Serupa dengan kedua posisi ini, posisi ortopnea merupakan
adaptasi dari posisi fowler tinggi, dimana klien duduk di tempat tidur atau di tepi tempat tidur
dengan meja yang menyilang di atas tempat tidur. Dalam hal tujuan pemberian posisi fowler,
semi fowler, dan posisi ortopnea; ketiganya memiliki kesamaan tujuan yaitu untuk mengatasi
masalah kesulitan pernafasan dengan meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga
meningkatkan ekspansi dada dan ventilasi paru serta meningkatkan rasa nyaman.

Gambar 4: Posisi fowler dan semi fowler

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

12

BAB III
PEMBAHASAN KASUS PASIEN KELOLAAN

3.1 Pengkajian
Informasi Umum
Nama

: Tn.A (47 tahun)

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Tanggal masuk

: 21 Mei 2013

Sumber Informasi

: Klien, keluarga, status

Keluhan Utama
Sesak yang memberat sejak 1 minggu sebelum masuk RS, disertai perut membuncit dan
bengkak pada kedua kaki
Alasan Masuk
Klien merasa perut membengkak dan sesak yang dirasa memberat 1 minggu SMRS,
berobat di salah satu RS di daerah Subang dan diberikan terapi, namun tidak ada
perubahan
Sesak (+), batuk (+)
Kondisi badan semakin kuning
Riwayat Penyakit dahulu
Penyakit kuning (icterus obstruktif) (+), Diabetes melitus (-), Hipertensi (+), asma (-),
alergi (-), liver (+)
Klien mengatakan sewaktu kecil pernah sakit kuning, kemudian kambuh lagi dalam kurun
waktu 8 tahun terakhir ini
Hipertensi tidak terkontrol
Klien dan keluarga mengatakan pernah di rawat dengan keluhan yang sama, namun untuk
keluhan sesak dan bengkak baru kali ini saja.
Riwayat Penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
Aktivitas/Istirahat
Gejala (S)

: Klien bekerja sebagai staf di salah satu SMA di daerah Subang.


Aktivitas klien terbatas. Klien mengatakan sesak masih suka dirasakan

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

13

baik saat berbaring maupun beraktivitas. Klien mengatakan mudah


capek setelah melakukan aktivitas.
Tanda (O)

: Status mental compos mentis. GCS E4M6V5. Klien terlihat lemah


dan berbaring di tempat tidur. Klien istirahat lebih sering dengan
menggunakan bantal tambahan. Terdapat edema pada ekstremitas
bawah.

Sirkulasi
Gejala(S)

: Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Klien


mengatakan hipertensi tidak dikontrol. Flebitis (-), Edema kaki/kaki
(+). Klien mengatakan sesak masih dirasakan mudah capek setelah
beraktivitas, yang dirasakan adalah capek setelah dari kamar mandi.

Tanda (O)

: TD kiri berbaring 140/90 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR 31 x/menit


(tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu

35,5 C,

pengisian

kapiler > 2 detik. Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (+), gallop
(-), bunyi napas vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (+), membrane
mukosa kering, bibir kering, konjungtiva anemis (+), sklera ikterik
(+), kuku pucat, distensi vena jugularis (+). Akral hangat (+). Terdapat
pitting edema. Derajat pitting edema: 3 Lingkar abdomen 90 cm. Hasil
rontgen menunjukan terjadinya kardiomegali, hasil echocardiographi
menunjukan adanya penebalan katup mitral.
Integritas Ego
Gejala (S)

: Klien mengatakan ingin segera pulang dan kembali bekerja di


sekolah. Klien mengatakan mulai tidak betah dan bosan karena sudah
lama dirawat.

Tanda (O)

: Kondisi umun tenang, kooperatif

Eliminasi
Gejala (S)

: Klien mengatakan pola BAB lancar dan tidak ada masalah. Klien
BAK menggunakan pispot yang diletakan di bawah tempat tidur.
Klien menggunakan diapers untuk BAB, terkadang klien mampu ke
kamar mandi namun tidak sering karena klien merasa lemah dan
mudah lelah. Klien mengatakan urin berwarna sangat kuning.

Tanda (O)

: Bising usus (+), nyeri tekan (-), riwayat


perdarahan (-). Urin output 24 jam: 2300 cc (dengan pemberian Lasix
40 mg). Warna urin: kuning pekat. Klien didiagnosis icterus obstruktif

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

14

Makanan/Cairan
Gejala (S)

: Klien mengatakan: mengalami penurunan nafsu makan dan jarang


menghabiskan makanannya, jarang makan daging atau jeroan, klien
terkadang makan ikan asin, klien tahu bahwa minumnya dibatasi oleh
dokter dan klien mematuhinya. Klien dibatasi minum 600 cc/ hari

Tanda(O)

: BB: 57 kg dan TB: 160 cm. Membran mukosa kering, kesulitan


mengunyah (-). Bunyi napas vesikuler (+), Ronkhi (+). Turgor kulit
klien elastis. Pada ekstremitas bawah terdapat edema. Bibir sedikit
pucat. Penampilan lidah merah muda. Asites (+), kondisi gigi masih
lengkap, tidak ada pembengkakan gusi.

Higiene
Gejala(S)

: Aktivitas sehari-hari (mobilisasi, higiene, berpakaian, dan toileting)


klien dibantu keluarga, karena klien mengatakan mudah capek setelah
beraktivitas.

Tanda (O)

: Bau badan (+), kondisi kulit kepala bersih dan tidak ada kutu.
Memakai pakaian dibantu keluarga. Kulit klien terlihat kering dan
bersisik, terutama di bagian ekstremitas bawah.

Neurosensori
Gejala(S)

: Klien mengatakan tidak pusing dan sakit kepala. Klien mengeluh


lemah setelah beraktivitas.

Tanda(O)

: Status mental compos mentis. Orientasi waktu, ruang dan orang baik.
Ekspresi wajah klien tenang. Memori saat ini dan lalu masih baik.
Pendengaran baik, penglihatan saat pengkajian bagus. Klien tidak
menggunakan kaca mata, kontak lensa dan alat bantu dengar.

Nyeri/Kenyamanan
Gejala(S)

: Klien mengatakan saat awal-awal merasakan nyeri di perut dan dada


sebelah kiri. Nyeri dada tidak menyebar.

Klien mengatakan skala

nyeri: di perut 5 dan nyeri dada 7. Saat nyeri, klien hanya tidur, dan
klien merasakan nyeri berkurang. Sekarang nyeri sudah berkurang dan
tidak dirasakan mengganggu. Klien mengatakan mudah capek setelah
beraktivitas.
Tanda(O)

: Klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. Klien tidak
memperlihatkan ekspresi wajah kesakitan.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

15

Pernafasan
Gejala (S)

: Klien mengatakan merasa sesak saat berbaring dan saat tidur malam
hari. Klien mengeluh adanya batuk. Klien sudah berhenti merokok
sejak satu tahun ini. Klien mulai merokok sejak SMA, dan biasanya
menghabiskan hamper satu bungkus per hari.

Tanda (O)

: Bunyi napas vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (+), penggunaan otototot aksesori (+), RR: 31 x/menit. Taktil fremitus tidak terkaji, batuk
(+). Pengisian kapiler lambat dan kuku serta bibir terlihat pucat. Klien
terpasang nasal kanul oksigen 3 tpm/L

Keamanan
Gejala(S)

: Kerusakan penglihatan (-), kerusakan pendengaran (-), alergi (-).


Klien mengatakan mudah capek setelah beraktivitas, terutama setelah
dari kamar mandi.

Tanda(O)

: Klien terlihat lemah. TD kiri berbaring 140/90 mmHg, nadi 80


x/menit, RR 31 x/menit, suhu 35,5 C,

Terdapat edema pada

ekstremitas bawah.
Interaksi Sosial
Gejala(S)

: Status perkawinan; sudah menikah dengan 2 anak. Hidup dengan anak


dan istri serta keluarga lainnya yang berdekatan rumahnya.

Tanda (O)

: Klien senang bercerita pada saat pertama pengkajian, klien nampak


berbincang pada keluarga yang datang membesuk.

Penyuluhan/Pembelajaran
Bahasa dominan : Indonesia melek huruf : +. faktor resiko keluarga : tidak ada penyakit
hipertensi dan jantung.. Diagnosa saat masuk per dokter : Ikterus obstruktif, CHF Fc II-III.
Alasan dirawat per pasien: bengkak dan sesak yang semakin memberat.
Perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang : pola makan dan
lingkungan yang disesuaikan untuk pasien, serta semangat untuk sembuh perlu ditingkatkan.
Klien mengetahui penyakitnya, dan patuh terhadap pengobatan.
Pertimbangan pemulangan : Belum ada perencanaan pulang, dijadwalkan operasi
perbaikan katup jantung awal bulan Juni

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

16

Terapi
Obat-obatan:
Obat
Captopril

Dosis
2 x 6,25 mg

Tujuan
Obat hipertensi berat hingga sedang, untuk
gagal jantung yang tidak cukup responsif atau
tidak dapat dikontrol dengan diuretic dan
digitalis, dalam hal ini captropil diberikan
bersama diuretic dan digitalis

Aspirin

1 x 80 mg

Sebagai pencegahan thrombosis, mengurangi


bahaya

thrombosis

korener

lebih

lanjut,

mengurangi resiko kematian dan atau serangan


MCI
Aldacton

1x 100 mg

Kandungan obat: spironolactone. Berfungsi


sebagai diuretic. Indikasi: gangguan edamtosa,
gagal jantung kongestive, sirosis hati, edema
idiopatik, dan hipertensi

Lasix

1 x 40 mg

Diuretik dengan meningkatkan jumlah cairan


yang dikeluarkan oleh ginjal

NaCl Capsule

3x 500 mg

Sebagai terapi unuk koreksi elektrolit

Leshicol

3 x 60 mg

Sebagai makanan tambahan untuk menunjang


fungsi hati

Urdafak

3 x 25 mg

Obat untuk pengobatan batu empedu kolesterol


radiolusen yang diameternya tidak lebih dari 20
mm

Omeperazol

2 x 20 mg

Sebagai pengobatan jangka pendek pada tukak


usus duodenum, tukak lambung, dan refluks
esophagitis

Arixtra

1 x 2,5 mg

Sebagai antikoagulan (pengencer darah) yang


mencegah pembentukan gumpalan darah

KSR

1 x 60 mg

Untuk pengobatan dan pencegahan hipokalemia

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

17

Obat
Propanolol

Dosis
3 x 10 mg

Tujuan
Obat golongan beta bloker non selektif yang
umumnya digunakan dalam pengobatan tekanan
darah tinggi. Indikasi lainnya: pencegahan
perdarahan varises pada hipertensi portal,
angina, aritmia, dan pembesaran jantung

Vit K

1 x 10 mg

Sebagai pencegahan atau mengatasi perdarahan


akibat devisiensi vitamin K

Hasil Laboratorium

Pemeriksaan pada tanggal 27 Mei 2013


Pemeriksaan

Normal

Hasil

Hemoglobin (g/dl)

13.0-16.0

8.3

Hematokrit (%)

37.0-43.0

24.2

Eritrosit (juta/ul)

4.00-5.00

3.11

Darah Perifer Lengkap

Jumlah trombosit (juta/ul)

117

Jumlah leukosit (juta/ul)


Basofil (%)

10.69
0.5-1.0

0.2

Eusinofil (%)

1-4

0.4

Neutrofil (%)

55-70

88.2

Limfosit (%)

20-40

4.4

Monosit (%)

2-8

6.8

Laju endap darah

0-10

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

18

Pemeriksaan pada tanggal 29 Mei 2013


Pemeriksaan

Normal

Hasil

Hemoglobin (g/dl)

13.0-16.0

9.0

Hematokrit (%)

37.0-43.0

25.6

Eritrosit (juta/ul)

4.00-5.00

3.34

Darah Perifer Lengkap

Jumlah trombosit (juta/ul)

74

Jumlah leukosit (juta/ul)

8.9

Basofil (%)

0.5-1.0

0.2

Eusinofil (%)

1-4

1.0

Neutrofil (%)

55-70

83.6

Limfosit (%)

20-40

4.1

Monosit (%)

2-8

11.1

Laju endap darah

0-10

15

3.2 Analisa Data


NO
1.

DATA

MASALAH

DS:
Klien mengeluh sesak pada malam hari dan pada saat
berbaring
DO:
TD kiri berbaring: 140/90 mmHg, nadi ( 80 x/menit),
RR 31 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler),
Pola nafas tidak efektif

suhu 35,5 C
Hasil rontgen: kardiomegali dan adanya kongesti

berhubungan dengan penurunan


ekspansi paru

pulmonal
Klien bernafas cepat dangkal
Klien terpasang nasal kanul oksigen 3 tpm/L
Klien menggunakan otot-otot bantu pernafasan
Suara nafas: vesikuler (+), ronkhi (+), wheezhing (-)

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

19

NO
2.

DATA

MASALAH

DS:
Klien mengatakan mudah capek setelah melakukan
aktivitas, terutama saat ke kamar mandi
DO:
Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (+), gallop (-)
Nadi perifer lemah

Penurunan curah jantung


berhubungan dengan perubahan

Urin output 24 jam: 2300 cc (dengan pemberian Lasix

kontraktilitas miokard,

40 mg).

perubahan frekuensi

CRT >2
Konjungtiva anemis, bibir dan kuku pucat
Akral hangat
3.

DS:
Klien mengatakan mudah capek setelah aktivitas.
DO:

Intoleransi aktifitas b/d

Klien terlihat lemah, dan hanya berbaring di tempat


tidur

ketidakseimbangan antara suplai


oksigen dengan kebutuhan,
kelemahan umum

TD kiri berbaring: 140/90 mmHg, nadi ( 80 x/menit),


RR 31 x/menit, suhu 35,5 C
Klien nampak lemah
Aktivitas klien dibantu keluarga
4.

DS:
Klien mengatakan bengkak di kaki

Kelebihan volume cairan

DO:

berhubungan dengan

Edema pada ekstremitas bawah


Asites

menurunnya laju filtrasi


glomerulus (menurunnya curah

Lingkar abdomen 90 cm

jantung.)

Urin output 24 jam: 2300 cc (dengan pemberian Lasix


40 mg).

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

20

Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,

perubahan frekuensi
3. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan,

kelemahan umum
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus

(menurunnya curah jantung.)

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

21
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru

Tujuan
Pola nafas kembali efektif

Dibuktikan dengan:
DS: Klien mengeluh sesak

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
o Menunjukan tanda vital dalam
batas yang dapat diterima
o
(laju pernafasan normal 20-24
x/menit).
o Melaporkan penurunan sesak
.

DO:
o
o
o

Bunyi nafas ronki,


weezhing
Nafas cepat
Terdapat kongesti/
udem pulmonal

Penurunan curah jantung


berhubungan dengan:
perubahan kontraktilitas
miokardial

Penurunan curah jantung


teratasi.

o Menunjukan tanda vital dalam


batas yang dapat diterima
(misal parameter
hemodinamik dalam batas
normal, haluaran urine
adekuat).

Rasional

Intervensi
Kaji kualitas, frekuensi dan
kedalaman pernapasan,
laporkan setiap perubahan
yang terjadi.

Dengan mengkaji kualitas,


frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, dapat mengetahui
sejauh mana perubahan kondisi
klien

Baringkan klien dalam posisi


yang nyaman, dalam posisi
duduk, dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 60-90 derajat

Penurunan diafragma
memperluas daerah dada
sehingga ekspansi paru bisa
maksimal

Observasi tanda-tanda vital

Peningkatan RR dan takikardi


merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru

Lakukan auskultasi suara napas

Auskultasi dapat menentukan


kelainan suara napas pada
bagian paru-paru

Bantu dan ajarkan klien batuk


atau napas dalam yang efektif.

Menekan daerah yang nyeri


ketika batuk atau napas dalam.
Penekanan otot-otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih
efektif

Kolaborasi dengan tim medis


lain untuk pemberian O2 dan
obat-obatan

Pemberian oksigen dapat


menurunkan beban pernapasan
dan mencegah terjadinya
sianosis

Biasanya terjadi takikardi


(meskipun pada saat istirahat)
untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas
ventrikuler

Mandiri:
o Auskultasi nadi apical; kaji
frekuensi, irama jantung.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

22
Diagnosa Keperawatan
Dibuktikan dengan:
DS: DO:
o
o
o
o
o
o
o
o

Hipotensi/
hipertensi
Bunyi jantung
ekstra (S3/S4)
Penurunan
haluaran urine
Nadi perifer tidak
teraba
Kulit dingin kusam
diaphoresis
Ortopnea, krakels,
JVD
Pembesaran hepar,
edema

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Melaporkan penurunan sesak o Catat bunyi jantung.
dan bengkak.
o Ikut serta dalam aktivitas yang
mengurangi beban kerja
jantung.

Rasional
o

S1 dan S2 mungkin lemah


karena menurunnya kerja
pompa. Irama gallop umum (S3
dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi
yang distensi. Murmur dapat
menunjukkan
inkompetensi/stenosis katup.

o Palpasi nadi perifer.

Penurunan curah jantung dapat


menunjukan menurunnya nadi
radial, popliteal, dorsalis pedis,
dan postibial. Nadi mungkin
cepat hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi, dan pulsus
alternan (denyut kuat lain
dengan denyut lemah) mungkin
ada.

o Pantau tekanan darah.

Pada GJK dini, sedang atau


kronis tekanan darah dapat
meningkat sehubungan dengan
SVR. Pada CHF lanjut tubuh
tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi
tak dapat normal lagi.

o Kaji kulit terhadap pucat dan


sianosis.

Pucat menunjukkan
menurunnya perfusi perifer
sekunder tehadap tidak
adekuatnya curah jantung,
vasokonstriksi dan anemia.
Sinosis dapat terjadi sebagai
refraktori GIK. Area yang sakit
sering berwarna biru atau
belang karena peningkatan
kongesti vena.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

23
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Pantau haluaran urine, catat
penurunan haluaran dan
kepekatan/konsentrasi urine.

Rasional
o

Ginjal berespon untuk


menurunkan curah jantung
dengan menahan cairan dan
natrium. Haluaran urin
biasanya menurun selam
sehari karena perpindahan
cairan ke jaringan tetapi dapat
meningkat pada malam hari
sehingga cairan berpindah
kembali ke sirkulasi bila pasien
tidur

o Kaji perubahan pada sensori,


contoh letargi, bingung,
disorientasi, cemas, dan depresi

Dapat menunjukkan tidak


adekuatnya perfusi serebral
sekunder tehadap penurunan
curah jantung.

o Berikan istirahat semi rekumben


atau semi fowler pada tempat
tidur atau kursi. Kaji dengan
pemeriksaan fisik sesuai indikasi.

Istirahat fisik harus


dipertahankan selama GJK akut
atau refraktori untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan
kebutuhan/konsumsi oksigen
miokard dan kerja berlebihan.

o Berikan istirahat psikologi


dengan lingkungan tenang;
menjelaskan manajemen
medik/keperawatan; membantu
pasien menghindari situasi
stress, mendengar/berespon
terhadap ekspresi
perasaan/takut.

Stres emosi menghasilkan


vasokonstriksi, yang
meningkatkan tekanan darah
dan meningkatkan
frekuensi/kerja jantung.

Pispot digunakan untuk


menurunkan kerja ke kamar
mandi.

o Berikan pispot di samping


tempat tidur.
o
Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

24
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Tinggikan kaki, hindari tekanan
pada bawah lutut. Dorong
olahraga aktif/pasif. Tingkatkan
ambulasi/aktivitas sesuai
toleransi.

Rasional
o

Menurunkan stasis vena dan


dapat menurunkan insiden
thrombus/pembentukan
embolus

o Periksa nyeri tekan betis,


menurunnya nadi pedal,
pembengkakan, kemerahan
local atau pucat pada
ektremitas.

Menurunnya curah jantung,


bendungan/stasis vena dan
tirah baring lama meningkatkan
resiko tromboflebitis.

o Jangan beri preparat digitalis


dan laporkan dokter bila
perubahan nyata terjadi pada
frekuensi jantung atau irama
atau tanda toksisitas digitalis.

Insiden toksisitas tinggi (20%)


karena menyempitnya batas
antara rentang terapeutik dan
toksik. Digoksin harus
dihentikan pada adanya kadar
obat toksik, frekuensi jantung
lambat, atau kadar kalium
rendah.

Meningkatkan sediaan oksigen


untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek
hipoksia/iskemia.

Banyaknya obat dapat


digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas, dan menurunkan
kongesti.

Kolaborasi :
o Berikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal/masker
sesuai indikasi.

o Berikan obat sesuai indikasi.

Diuretic, contoh furosemid


(Lasix); asam etakrinik
(decrin); bumetanid
(Bumex); spironolakton
Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Digunakan untuk menurunkan


preload jantung.

Universitas Indonesia

25
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi

Intervensi
Vasodilator, contoh nitrat
(nitro-dur, isodril);
arteriodilator, contoh
hidralazin (Apresoline);
kombinasi obat, contoh
prazosin (Minippres).

Rasional
Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi
(vasodilator) dan tahanan
vaskuler sistemik
(arteriodilator), juga kerja
ventrikel.

Digoksin (Lanoxin).

Meningkatkan kekuatan
kontraksi miokard dan
memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan
konduksi dan memperlama
periode refraktori pada
hubungan AV untuk
meningkatkan efesiensi/curah
jantung.

Captopril (Capoten);
lisinopril (Prinivil); enalapril
(Vasotec).

Inhibitor ACE dapat digunakan


untuk mengontrol gagal
jantung dengan menghambat
konversi angiotensin dalam
paru dan menurunkan
vasokonstriksi, SVR, dan TD.

Morfin sulfat.

Penurunan tahanan vaskuler


dan aliran balik vena
menurunkan kerja miokard.
Menghilangkan cemas dan
mengistirahatkan siklus
umpan balik
cemas/pengeluaran
katekolamin/cemas.

Tranquilizer/sedatif.

Menurunkan kebutuhan
oksigen dan kerja miokard.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

26
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi

Rasional

Intervensi
Antikoagulan, contoh
heparin dosis rendah,
warfarin (Coumadin).

Dapat digunakan secara


profilaksis untuk mencegah
pembentukan
thrombus/emboli pada
adanya factor resiko seperti
statis vena, tirah baring,
disritmia jantung, dan riwayat
episode trombolik
sebelumnya.

o Pemberian cairan IV,


pembatasan jumlah total sesuai
indikasi. Hindari cairan garam.

Karena adanya peningkatan


tekanan ventrikel kiri, pasien
tidak dapat mentolerir
peningkatakn volume cairan
(preload). Pasien GJK juga
mengeluarkan sedikit natrium
yang menyebabkan retensi
cairan dan meningkatkan kerja
miokard.

o Pantau/ganti elektrolit.

Perpindahan cairan dan


pengguanaan diuretic dapat
mempengaruhi elektrolit
(khususnya kalium dan klorida)
yang mempengaruhi irama
jantung dan kontraktilitas.

o Pantau seri EKG dan perubahan


foto dada.

Deprsi segmen ST dan datarnya


gelombang T dapat terjadi
karena peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, meskipun tak
ada penyakit arteri koroner.
Foto dada dapat menunjukkan
pembesaran jantung dan
perubahan kongesti pulmonal.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

27
Diagnosa Keperawatan

Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan:
o Ketidakseimbangan
suplai oksigen dengan
kebutuhan.
o Kelemahan umum
o Tirah baring
lama/imobilisasi

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Pemeriksaan fungsi hati (AST,
LDH).

Tujuan

Klien mampu aktivitas


sesuai kemampuannya.

Berpartisipasi pada aktivitas


yang diinginkan, memenuhi
kebutuhan perawatan diri
sendiri.
Mencapai peningkatan
toleransi aktivitas yang
dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya
kelemahan dan kelelahan
dan tanda vital dalam batas
normal selama aktivitas.

Rasional
o

AST/LDH dapat meningkat


sehubungan dengan kongesti
hati dan menunjukkan
kebutuhan untuk obat dengan
dosis lebih kecil yang
didetoksikasi oleh hati.

o PT/APTT/pemeriksaan koagulasi.

Mengukur perubahan pada


proses koagulasi atau
keefektifan terapi antikoagulan.

o Siapkan untuk
insersi/mempertahankan alat
pacu jantung, bila diindikasikan.

Mungkin perlu untuk


memperbaiki bradisritmia tak
responsive terhadap intervensi
obat yang dapat berlanjut
menjadi gagal
kongesti/menimbulkan edema
paru

o Siapkan pembedahan sesuai


indikasi.

Gagal kongesti sehubungan


dengan aneurisma ventrikuler
atau disfungsi katup dapat
membutuhkan aneurisektomi
atau penggantian katup untuk
memperbaiki kontraksi/fungsi
miokard.

Mandiri:
o Periksa tanda vital sebelum dan
segera setelah aktivitas,
khususnya bila pasien
mengguanakan vasodilator,
diuretic, penyekat beta.

o Hipotensi ortostatik dapat


terjadi dengan aktiviyas karena
efek obat (vasodilatasi),
perpindahan cairan (diuretik)
atau pengaruh fungsi jantung.

o Catat respons kardiopulmonal


terhadap aktivitas, catat
takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.

o Penurunan miokardium untuk


meningkatkan volume dapat
menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

28
Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Kaji presipitator/penyebab
kelemahan contoh, pengobatan,
nyeri, obat.

Tujuan

Dibuktikan dengan:
DS:
o Klien mengeluh
mudah capek saat
aktivitas berat
DO:
o Kelemahan,
kelelahan
o Perubahan tanda
vital
o Mudah ngosngosan saat
beraktivitas

Kelebihan volume cairan


dapat teratasi.

Mendemonstrasikan volume
cairan stabil dengan
keseimbangan masukan dan
pengeluaran, bunyi nafas
bersih/jelas, tanda vital
dalam rentang yang dapat
diterima, berat badan stabil,
dan tak ada edema.
Menyatakan pemahan
tentang pembatasan caiaran
individual.

o Kelemahan adalah efek samping


beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, dan sedatif). Nyeri
dan program penuh stress juga
memerlukan energi dan
menyebabkan kelemahan.

o Evaluasi peningkatan intoleransi


aktivitas.

o Dapat menunjukkan peningkatan


dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.

o Berikan bantuan dalam aktivitas


perawatan diri sesuai indikasi.
Selingi periode aktivitas dengan
periode istirahat.

o Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress
miokard/kebutuhan oksigen
berlebihan.

Kolaborasi :
o Implementasikan program
rehabilitasi jantung/aktivitas.

Kelebihan volume cairan


berhubungan dengan:
o menurunnya laju filtrasi
glomerulus
(menurunnya curah
jantung).

Rasional

Mandiri:
o Pantau haluaran urine, catat
jumlah dan warna saat hari
dimana diuresis terjadi.

o Pantau/hitung keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran
selama 24 jam.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

o Peningkatan bertahap pada


aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila disfungsi
jantung tidak dapat membaik
kembali.
o Haluaran urine mungkin sedikit
dan pekat (khususnya selama
sehari) karena penururnan
perfusi ginjal. Posisi telentang
membantu diuresis, sehingga
haluaran urine dapat
ditingkatkan pada
malam/selama tirah baring.
o

Mencegah terjadinya
kehilangan/ kelebihan cairan

Universitas Indonesia

29
Diagnosa Keperawatan
Dibuktikan dengan:
DS: -

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Pertahankan duduk atau tirah
baring dengan posisi semifowler
selama fase akut.

Rasional
o

Posisi telentang meningkatkan


filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.

o Buat jadwal pemasukan cairan,


digabung dengan keinginan
minum bila mungkin. Berikan
perawatan mulut

Melibatkan pasien dalam


program terapi dapat
meningkatkan perasaan
mengontrol dan kerja sama
dalam pembatasan cairan

o Timbang berat badan tiap hari.

Catat perubahan ada/hilangnya


edema sebagai respons
terhadap terapi. Peningkatan
2.5 kg menunjukkan kurang
lebih 2L cairan. Sebaliknya,
diuretic dapat mengakibatkan
cepatnya
kehilangan/perpindahan cairan
dan kehilangan berat badan.

o Kaji distensi leher dan pembuluh


perifer. Lihat area tubuh
dependen untuk edema
dengan/tanpa pitting; catat
adanya edema tubuh umum
(anasarka).

Retensi cairan berlebihan dapat


dimanifestasikan oleh
pembendungan vena dan
pembentukan edema. Edema
perifer mulai pada kaki/mata
kaki (atau area dependen) dan
meningkat sebagai kegagalan
paling buruk. Peningkatan
kongesti vaskuler (sehubungan
dengan gagal jantung kanan)
secara nyata mengakibatkan
edema jaringan sistemik.

DO:
o

o
o
o
o
o
o
o

Terdengar bunyi
jantung ekstra,
ortopnea
Oliguria
Edema
DVJ
Peningkatan berat
badan
Hipertensi
Distress
pernafasan
Bunyi jantung
abnormal

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

30
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Ubah posisi dengan sering.
Tinggikan kaki bila duduk. Lihat
permukaan kulit, pertahanakan
tetap kering dan berikan
bantalan sesuai indikasi.

Rasional
o

Pembentukan edema, sirkulasi


melambat, gangguan
pemasukan nutrisi dan
imobilisasi/tirah baring lama
merupakan kumpulan stressor
yang mempengaruhi integritas
kulit dan memerlukan
intervensi pengawasan
ketat/pencegahan.

o Auskultasi bunyi nafas, catat


penurunan dan/atau bunyi
tambahan, contoh krekels,
mengi. Catat adanya
peningkatan dispnes, takipnea,
ortopnea, dispnea noktyurnal
paroksismal, batuk persisiten.

Kelebihan volume cairan sering


menimbulkan kongesti paru.
Gejala edema paru dapat
menunjukkan gagal jantung kiri
akut. Gejala pernafasan pada
gagal jantung kanan (dispnea,
batuk, otopnea) dapat timbul
lambat tetapi lebih sulit
membaik.

o Selidiki keluhan dispnea ekstrem


tiba-tiba, kebutuhan untuk
bangun dari duduk, sensasi sulit
bernafas, rasa panic atau
ruangan sempit.

Dapat menunjukkan terjadinya


komplikasi (edema
paru/emboli) dan berbeda dari
ortopnea dan dispnea nocturnal
paroksismal yang terjadi lebih
cepat dan memerlukan
intervensi segera.

o Pantau TD dan CVP (bila ada).

Hipertensi dan peningkatan CVP


menunjukkan kelebihan volume
cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya/peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

31
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi
Intervensi
o Berian makanan yang mudah
dicerna, porsi kecil dan sering.

Rasional
o

Penurunana motilitas gaster


dapat berefek merugikan pada
digestif dan absorpsi. Makan
sedikit dan sering
meningkatkan
digesti/mencegah
ketidaknyamanan abdomen.

o Ukur lingkar abdomen sesuai


indikasi.

Pada gagal ajntung lanan lanjut,


cairan dapat berpindah ke
dalam area peritoneal,
menyebabkan meningkatnya
lingkar abdomen (asites).

o Dorong untuk menyatakan


perasaan sehubungan dengan
pembatasan

Ekpresi perasaan/masalah
dapat menurunkan
stress/cemas, yang
mengeluarkan energi dan dapat
menimbulkan perasaan lemah

o Palpasi hepatomegali. Catat


keluhan nyeri abdomen kuadran
kanan atas/nyeri tekan.

Perluasan gagal jantung


menimbulkan kongesti vena,
menyebabkan distensi
abdomen, pembesaran hati,
dan nyeri. Ini akan mengganggu
fungsi hati dan mengganggu
/memperpanjang metabolisme
obat

o Catat peningkatan letargi,


hipotensi, kram otot.

Tanda defesit kalium dan


natrium yang dapat terjadi
sehubungan denga
perpindahan cairan dan terapi
diuretic.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

32
Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Evaluasi

Rasional

Intervensi

Kolaborasi :
Pemberian obat sesuai indikasi
(Lasix); bumetadine (Bumex).

Meningkatkan laju aliran urine


dan dapat menghambat
reabsorpsi natrium/klorida pada
tubulus ginjal.

Diuretik, contoh furosemid


Tiazid dengan agen
pelawan kalium, contoh
spironolakton (Aldakton)

Meningkatkan diuresis tanpa


kehilangan kalium berlebihan.

Tambahan kalium contoh


Asparka.

Mengganti kehilangan kalium


sebagai efek samping terapi
diuretic, yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung.

Mempertahankan
cairan/pembatasan
natrium sesuai indikasi

Menurunkan air total


tubuh/mencegah reakumulasi
cairan.

Konsul dengan ahli diet.

Perlu memberikan diet yang


dapat diterima pasien yang
memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.

Pantau foto torak.

Menunjukkan perubahan
indikasi peningkatan/perbaikan
kongesti paru.

Kaji dengan torniket


rotasi/flebotomi, dialysis,
atau ultrafiltrasi sesuai
indikasi

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Meskipun tidak sering


digunakan, penggantian cairan
mekanis dilakukan untuk
mempercepat penurunan
volume sirkulasi

Universitas Indonesia

33

3.4 Evaluasi Keperawatan


Hari
Jumat/
24 Mei
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif Dx: Penurunan curah jantung


S:
S:
- Klien mengatakan sesak
- Klien memiliki penyakit
terlebih saat tidur
hipertensi dan tidak terkontrol
berbaring
- Klien baru kali ini dirawat
- Klien nyaman tidur
dengan keluhan sesak
dengan dua bantal
memberat dan keadaan makin
melemah
- Klien perawatan hari ke 4
O:
- TD kiri berbaring 140/90
mmHg, nadi ( 80
O:
x/menit), RR 31 x/menit
- TD kiri berbaring 140/90
(tanpa pemberian posisi
mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
semi fowler), suhu 35,5
31 x/menit (tanpa pemberian
C
posisi semi fowler), suhu 35,5
- RR setelah pemberian
C
posisi semi fowler: 25
- Nadi mudah diraba, denyutan
x/menit
agak lemah
- Bunyi nafas Vesikuler (+), - Edema di kedua ektremitas
ronkhi (+), wheezing (-)
bawah
- Batuk kering, secret (-)
- Derajat pitting edema 3
- Penggunaan otot bantu
- CRT > 2
pernafasan (+)
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
Gallop (-), murmur (+)

Dx: Intoleransi aktifitas


S:
- Klien mudah capek saat
melakukan pekerjaan ringan
O:
- TD kiri berbaring 140/90
mmHg, nadi ( 80 x/menit),
RR 31 x/menit (tanpa
pemberian posisi semi
fowler), suhu 35,5 C
- Konjungtiva anemis (+)
- Klien lebih banyak tidur

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/hari
- Klien BAK sering
- Klien BAB setiap hari
- Bengkak masih ada
O:
- Intake (minum + Infus) sehari:
1680 cc,
- Output urine: 1800 cc
- BC: (-) 120 cc
- Distensi abdomen (+)

Universitas Indonesia

34

Hari
Sabtu/
25 Mei
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif


S:
- Klien mengatakan sesak
terlebih saat tidur
berbaring
- Klien nyaman tidur
dengan dua bantal

Dx: Penurunan curah jantung


S:
- Klien mengatakan lemah
- Klien mengatakan kadang
sesak, namun tidak terlalu
sering muncul

O:
- TD kiri berbaring 120/90
O:
- TD kiri berbaring 120/90
mmHg, nadi ( 78 x/menit), RR
mmHg, nadi ( 78
28 x/menit (tanpa pemberian
x/menit), RR 28 x/menit
posisi semi fowler), suhu 35,5
(tanpa pemberian posisi
C
semi fowler), suhu 35,5
- Edema di kedua ektremitas
C
- Derajat pitting edema 3-2
- RR setelah pemberian
- CRT > 2
posisi semi fowler: 23
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
x/menit
Gallop (-), murmur (+)
- Bunyi nafas Vesikuler (+), - Hasil echocardiographi:
ronkhi (+), wheezing (-)
terdapat penebalan katup mitral
- Batuk kering, secret (-)
(stenosis mitral)
- Penggunaan otot bantu
pernafasan (+)
- Hasil rontgen toraks:
terdapat kardiomegali

Dx: Intoleransi aktifitas


S:
- Klien mengatakan masih
mudah lelah
- Klien mengatakan aktivitas
dibantu keluarga pasien lain
saat keluarganya tidak ada.
O:
- TD kiri berbaring 120/90
mmHg, nadi ( 78 x/menit),
RR 28 x/menit (tanpa
pemberian posisi semi
fowler), suhu 35,5 C
- Klien tampak lemah
- Konjungtiva anemis (+)
- Klien hanya berbaring di
tempat tidur dan aktivitas
hanya tiduran atau duduk
saja
- Aktivitas klien dibantu
keluarga

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
- Bengkak masih ada tapi tidak
sebesar saat pertama kali
masuk ke IGD
O:
- Intake sehari: 1320 cc
- Output urine: 1400 cc
- BC: (-) 80 cc
- Lingkar perut 90 cm
- Shifting dullness (+)
- Asites (+)
- Derajat pitting edema pada
ekstremitas bawah 3-2

Universitas Indonesia

35

Hari
Senin/
27 Mei
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif Dx: Penurunan curah jantung


S:
S:
- Klien mengatakan sesak
- Klien mengatakan mulai berasa
berkurang, hanya pada
memiliki tenaga lagi
malam hari dan setelah
dari kamar mandi saja
O:
- Klien nyaman tidur
- TD kiri berbaring 120/80
dengan posisi kepala
mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
ditinggikan (posisi semi
25 x/menit (tanpa pemberian
fowler)
posisi semi fowler), suhu 35,5
C
- Edema di kedua ektremitas
O:
- TD kiri berbaring 120/80
berkurang
mmHg, nadi ( 80
- Derajat pitting edema 3 - 2
x/menit), RR 25 x/menit
- CRT > 2
(tanpa pemberian posisi
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
semi fowler), suhu 35,5
Gallop (-), murmur (+)
C
- RR setelah pemberian
posisi semi fowler: 21
x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+),
ronkhi (+), wheezing (-)
- Bunyi ronkhi sudah mulai
berkurang
- Batuk kering, secret (-)
- Penggunaan otot bantu
pernafasan (-)

Dx: Intoleransi aktifitas


S:
- Klien mengatakan mulai
berasa memiliki tenaga lagi
O:
- TD kiri berbaring 120/80
mmHg, nadi ( 80 x/menit),
RR 25 x/menit (tanpa
pemberian posisi semi
fowler), suhu 35,5 C
- Klien tampak lebih baik dari
hari sebelumnya
- Konjungtiva anemis (+)
- Klien mendapat transfusi
PRC 2 kantong ( 450 ml dan
430 ml)
- Nilai Hb terakhir 8.3 mg/dL

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 1540 cc
- Output urine: 1700 cc
- BC: (-) 160 cc
- Shifting dullness (+)
- Asites (+)
- Bengkak di kaki mulai
berkurang
- Distensi abdomen (+)

Universitas Indonesia

36

Hari
Selasa/
28 Mei
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif Dx: Penurunan curah jantung


S:
S:
- Klien mengatakan sesak
- Klien mengatakan kondisinya
berkurang, hanya pada
makin membaik
malam hari dan setelah
dari kamar mandi saja
O:
- Klien nyaman tidur
- TD kiri berbaring 100/80
dengan posisi kepala
mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
ditinggikan (posisi semi
23 x/menit (tanpa pemberian
fowler)
posisi semi fowler), suhu 35,5
C
- Edema di kedua ektremitas
O:
- TD kiri berbaring 100/80
bawah minimal
mmHg, nadi ( 80
- Derajat pitting edema: 2
x/menit), RR 23 x/menit
- CRT > 2
(tanpa pemberian posisi
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
semi fowler), suhu 35,5
Gallop (-), murmur (-)
C
- RR setelah pemberian
posisi semi fowler: 21
x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+),
ronkhi (+), wheezing (-)
- Bunyi ronkhi minimal
- Batuk (-) secret (-)
- Penggunaan otot bantu
pernafasan (-)

Dx: Intoleransi aktifitas


S:
- Klien mengatakan
kondisinya makin membaik
O:
- TD kiri berbaring 100/80
mmHg, nadi ( 80 x/menit),
RR 23 x/menit (tanpa
pemberian posisi semi
fowler), suhu 35,5 C
- Klien tampak banyak
berbicara dengan keluarga
- Klien mampu melakukan
aktifitas ringan tanpa sesak
- Klien mampu melakukan
aktifitas ringan tanpa
bantuan orang lain
- Hasil laboratorium terbaru
post transfusi belum ada

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 1380 cc
- Output urine: 2300 cc
- BC: (-) 920 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Bengkak di kedua kaki
minimal
- Derajat pitting edema 2
- Distensi abdomen (+)

Universitas Indonesia

37

Hari
Rabu/
29 Mei
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif Dx: Penurunan curah jantung


S:
S:
- Klien mengatakan sesak
- Klien mengatakan kondisinya
berkurang, hanya pada
masih sama seperti ini
malam hari dan setelah
dari kamar mandi saja
O:
- Klien nyaman tidur
- TD kiri berbaring 100/80
dengan posisi kepala
mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
ditinggikan (posisi semi
21 x/menit (tanpa pemberian
fowler)
posisi semi fowler), suhu 36,3
C
- Edema di kedua ektremitas
O:
- TD kiri berbaring 100/80
bawah masih ada, derajat
mmHg, nadi ( 80
pitting edema: 2
x/menit), RR 21 x/menit - CRT > 2
(tanpa pemberian posisi
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
semi fowler), suhu 36,3
Gallop (-), murmur (+)
C
- RR setelah pemberian
posisi semi fowler: 21
x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+),
ronkhi (-), wheezing (-)
- Batuk (-) secret (-)
- Penggunaan otot bantu
pernafasan (-)

Dx: Intoleransi aktifitas


S:
- Klien mengatakan lebih
bertenaga dibanding
kemarin
O:
- TD kiri berbaring 100/80
mmHg, nadi ( 80 x/menit),
RR 21 x/menit (tanpa
pemberian posisi semi
fowler), suhu 36,3 C
- Klien tampak banyak
berbicara dengan keluarga
- Klien mampu melakukan
aktifitas ringan tanpa sesak
- Klien mampu melakukan
aktifitas ringan tanpa
bantuan orang lain
- Nilai Hb post transfusi: 9.0
mg/dL sesuai dengan target
yang diharapkan

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 840 cc
- Output urine: 1900 cc
- BC: (-) 300 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (-)

Universitas Indonesia

38

Hari
Kamis/
30 Mei
2013

Jumat/
31 Mei
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif


-

Dx: Penurunan curah jantung


Dx: Intoleransi aktifitas
S:
- Klien mengatakan kondisinya
masih sama seperti ini
O:
- TD kiri berbaring 110/80
mmHg, nadi ( 84 x/menit), RR
20 x/menit, suhu 36 C
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
Gallop (-), murmur (+)

S:
- Klien mengatakan kondisinya

lebih baik, sudah beraktivitas


ke kamar mandi tanpa sesak
O:
- TD kiri berbaring 120/80
mmHg, nadi ( 78 x/menit), RR
22 x/menit, suhu 36 C
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
Gallop (-), murmur (+)

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 600 cc
- Output urine: 900 cc
- BC: (-) 300 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (+)
S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 820 cc
- Output urine: 1400 cc
- BC: (-) 580 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (-)

Universitas Indonesia

39

Hari
Sabtu/
01 Juni
2013

Dx: Pola nafas tidak efektif


-

Dx: Penurunan curah jantung


Dx: Intoleransi aktifitas
S:
- Klien mengatakan keluhan saat
ini hanya bengkak saja
O:
- TD kiri berbaring 110/80
mmHg, nadi ( 82 x/menit), RR
20 x/menit, suhu 36 C
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+),
Gallop (-), murmur (+)

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Dx: Kelebihan volume cairan


S:
- Klien minum dibatasi hanya
600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 900 cc
- Output urine: 1200 cc
- BC: (-) 300 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas
bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (-)

Universitas Indonesia

40

BAB IV
ANALISA SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktek


Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan
salah satu rumah sakit tertua di Indonesia. Status kepemilikan dimiliki oleh Kementrian
Kesehatan RI dan ditetapkan sebagai salah satu RS pendidikan di Indonesia. Berlokasi di Jl.
Diponegoro No.71 Jakarta Pusat dengan luas bangunan 507.638.04 m 2. Pelayanan rawat inap
di RSCM terbagi menjadi beberapa lokasi, diantaranya adalah rawat inap terpadu Gedung A.
Sebagai bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN), Gedung A yang terdiri
dari 8 lantai, 169 kamar rawat, dan total kapasitas 900 tempat tidur, berdiri diatas tanah seluas
26.000 m2. Dapat kita temui di lantai 6 zona B sebagai ruang rawat inap khusus pasien
penyakit kardiovaskuler yang terbagi menjadi 2 kamar untuk pasien laki-laki dan perempuan,
dimana masing-masing kamar memiliki kapasitas 6 tempat tidur.
Lantai 6 zona B ruang rawat inap penyakit kardiovaskuler terletak diantara zona A
dan ruang High Care Unit (HCU) untuk pasien dewasa dan anak. Terdapat pula ruang
rontgen khusus untuk pasien HCU dan rawat inap kardiovaskuler yang kondisinya tidak
memungkinkan untuk dibawa ke ruang radiologi di sisi luar gedung A. Berbagai jenis
penyakit yang terdapat di ruangan, antara lain: CHF (beserta komplikasinya), aneurisma
aorta, penyakit jantung konginetal, kelainan katup, dan penyakit arteri coroner. Sebagai ruang
rawat inap khusus penyakit kardiovaskuler, banyak dari pasien yang dirawat diperiksakan ke
Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) yang merupakan salah satu fasilitas yang diberikan RSCM
sebagai tempat dilakukannya pemeriksaan khusus penyakit kardiovaskuler, seperti:
Echocardiografi, angiography, CT angiography, sampai dilakukannya tindakan operasi
jantung.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP


Kondisi di Indonesia saat ini menghadapi transisi epidemiologi, yaitu pergeseran pola
penyakit dari penyakit menular menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM). Peningkatan
prevalensi PTM terjadi akibat pola hidup tidak sehat, yang dipacu oleh urbanisasi,
modernisasi, dan globalisasi. Disamping itu, usia harapan hidup sejalan dengan perbaikan
sosio-ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga ikut berperan melalui peningkatan prevalensi
penyakit degenerativ. Pada tahun 2008, WHO memprediksikan bahwa di Indonesia, 63%

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

41

(sekitar 1 juta) kematian diakibatkan oleh PTM, 9% akibat oleh cedera, dan 28% akibat
penyakit menular, maternal, perinatal, dan malnutrisi.
Faktor resiko klasik untuk penyakit jantung coroner (termaksud di dalamnya penyakit
gagal jantung) sudah lama diketahui yaitu: kolesterol, hipertensi, diabetes, merokok, asam
urat pada orang yang gemuk, beberapa kondisi karena gangguan metabolisme (seperti
sindrom metabolic) merupakan faktor terbesar penyebab penyakit jantung. Dalam
kenyataannya, faktor resiko penyakit/ serangan jantung tidaklah cukup dengan faktor resiko
diatas. Penelitian terbaru menunjukan bahwa kombinasi polusi udara, stress, bising dan
berbagai faktor psikososial lain, merupakan pemicu utama serangan jantung di kota besar
terutama dengan tingkat kemacetan lalu lintas yang parah. Hal ini terbukti dengan kekerapan
serangan jantung lebih banyak di kota-kota besar. Dimana kadar anti oksidan sebagai
penangkal timbulnya kerak arterosklerosis di pembuluh coroner lambat laun tergerus habis
dimakan oksidasinya polusi udara. Kebiasaan merokok dan makan makanan cepat saji (fast
food) pada masyarakat perkotaan diduga menjadi faktor yang memperberat resiko terkenanya
penyakit kardiovaskuler sampai timbulnya gagal jantung (congestive heart failure).
Tn. A (47 tahun) didiagnosis menderita gagal jantung. Tn.A masuk ke RSCM atas
rujukan dari salah satu rumah sakit di daerah Subang.

Keluhan utama saat masuk adalah

sesak yang makin memberat dan bengkak di kaki yang belum teratasi. Kondisi ini
menunjukan bahwa Tn. A telah mengalami gagal jantung kanan dan kiri. Kondisi sesak yang
dirasakan oleh Tn.A disebabkan karena ketidakmampuan jantung sebelah kiri dalam
memompakan darah dari paru ke seluruh tubuh, sehingga terjadilah kongesti pulmonal yang
mengakibatkan darah tertahan berada di paru. Kondisi ini berlangsung lama dan mengalami
perburukan sehingga terjadi gagal jantung kanan yang ditandai dengan adanya edema
pergelangan kaki dan tungkai. Kebisaan buruk Tn.A yang suka merokok memicu terjadinya
pembentukan kerak arterosklerotik hingga dapat menimbulkan hipertensi dan gangguan katup
jantung (stenosis mitral). Penyelesaian utama dari kondisi ini adalah dengan dilakukannya
operasi perbaikan katup, sehingga pada bulan Juni Tn.A dijadwalkan melakukan operasi
perbaikan katup.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

42

4.3 Analisis Pemberian Posisi Semi Fowler pada Kondisi Dispnea


Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan
upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena sifatnya subjektif, dispnea tidak dapat diukur.
Rasa dispnea buatan bisa didapat jika kita menahan napas selama kurang lebih 45-60 detik,
kemudian kita menarik napas, saat itu timbul perasaan yang disebut dyspneic, yaitu kemauan
untuk menambah upaya bernapas. Begitu juga setelah melakukan kegiatan latihan berat
(vigorous exercise), akan timbul perasaan dyspneic atau terengah-engah. Dispnea sebagai
akibat peningkatan upaya untuk bernapas (work of breathing) dapat ditemui pada kondisi
kongesti dan edema paru yang biasanya disebabkan oleh abnormalitas kerja jantung. Pada
kondisi seperti ini terdapat gangguan kardiopulmonal sehingga menyebabkan penderita sesak
dan enggan berada dalam posisi berbaring.
Menurut Angela dalam Supadi, Nurachmah dan Mamnuah (2008), saat terjadi
serangan sesak biasanya klien merasa sesak dan tidak dapat tidur dalam posisi berbaring,
melainkan harus dalam posisi duduk atau setengah duduk untuk meredakan penyempitan
jalan nafas dan memenuhi oksigen dalam darah. Posisi yang paling efektif bagi klien dengan
penyakit kardiopulmonal adalah posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikan dengan
derajat kemiringan 450, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu
pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma (Perry & Potter,
2005). Hal ini sesuai dengan apa yang dilaporkan pasien pada penelitian kali ini.
Supadi, Nurachmah dan Mamnuah (2008), menyatakan bahwa posisi semi fowler
membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran
nafas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran alveolus akibat tertimbunnya cairan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O 2 delivery menjadi optimal. Sesak
nafas akan berkurang dan akhirnya proses perbaikan kondisi klien lebih cepat. Pada
penelitian ini pun klien melaporkan sesak yang berkurang setelah pemberian posisi semi
fowler.
Dhwanit, Anjan, dan Nilam (2012) melakukan sebuah penilitian tentang efektivitas
pemberian posisi semi fowler dibandingkan dengan posisi miring kanan dan kiri kepada 30
orang dengan diagnosa ARDS di ruangan ICU. Hasil yang didapatkan menyatakan bahwa
pemberian posisi semi fowler pada pasien ARDS mampu menaikan tidal volum dan
oksigenasi ventilasi mekanik serta mengurangi FiO 2 dibandingkan saat pasien diberikan
posisi miring kanan dan kiri. Hal ini semakin memperkuat rasional tindakan keperawatan
dalam memberikan posisi semi fowler pada pasien yang mengalami sesak.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

43

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah


Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu sendiri
dengan menggunakan tempat tidur ortophedik (jika tersedia). Namun apabila tempat tidur
ortophedik tidak ada di ruangan, perawat dapat menggunakan bantal yang cukup untuk
menyangga daerah punggung, sehingga dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien
jantung saat terjadi serangan. Posisi lain yang juga dapat mengurangi keluhan sesak yaitu
posisi fowler dan posisi ortopnea. Selain itu, dengan perkembangan zaman, saat ini telah
diciptakan gravity balance chair yang dirancang dengan mengadaptasi konsep pemberian
posisi semi fowler. Pasien dengan kondisi ekonomi menengah keatas dapat mempergunakan
kursi khusus yang dibuat seperti posisi semi fowler saat tidur atau pun saat sesak menyerang.

Gambar 5: Gravity balance chair

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

44

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pemberian posisi semi fowler pada pasien dengan gangguan kardiopulmonal dapat
efektif mengurangi perasaan sesak (dyspnea). Hal ini terlihat dari respon pasien pada saat
penulis memberikan tindakan keperawatan dengan pemberian posisi semi fowler pada
saat serangan sesak terjadi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kim (2004) dan Safitri & Andriyani bahwa pemberian posisi semi fowler dapat
mengurangi sesak nafas pada pasien asma. Sedangkan dalam sebuah jurnal yang ditulis
oleh Dhwanit, Anjan, dan Nilam (2012) dikatakan bahwa pemberian posisi semi fowler
pada pasien ARDS di ICU mampu menaikan tidal volum dan oksigenasi ventilasi
mekanik serta mengurangi FiO2.

5.2 Saran
Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor lain yang bisa mengurangi serangan sesak pada pasien dengan
gangguan kardiopulmonal. Hal ini tentu saja akan menjadi landasan ilmu pengetahuan
bagi perawat untuk bisa menerapkan tindakan keperawatan tersebut saat memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Landasan ilmu keperawatan yang berkembang ini
akan membuat kemajuan dalam pelayanan keperawatan di Indonesia.

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

45

Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (edisi kedelapan),
volume 2. Jakarta : EGC

Dourman, Karel. (2011). Waspadalah! Jantung Anda Rusak. Cetakan pertama. Jakarta:
Cerdas Sehat

Firdaus, Isman, (2011). Buku Saku Jantung Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
Guyton and Hall. (2007). Textbook of Medical Physiology. 7th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company

Joyce. M. Black, (1997). Medical surgikal nursing : Clinical management for Continuity of
Care. Philadelphia: WB. Saunders company.

Marilyn. E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan


dan pendokumentasian Perawatan Pasien.(edisi ketiga). Jakarta : EGC.

Marulam. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Paul M. Paulman, Audrey A, Paulman, Taylor. (2010). Manual Diagnosis Klinik dalam 10
Menit, Edisi Kedua. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher

Perry & Potter. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:
EGC

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. (2005). Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC

Rilantono, Lily L. (2012). Penyakit Kardiovaskuler: 5 Rahasia. Jakarta: Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

46

Robbins, Stanley C. (2007). Buku Ajar Patologi Robbins. (terjemahan). Jakarta: Penerbit
EGC

Safitri, R & Andriyani, A. (2011). Keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien asama di ruang rawat inap kelas III RSUD dr. Moewardi
Surakarta. GASTER, Volume VIII, No.2. Diperoleh dari http:// www.jurnal.stikes-aisyiyahac.id/index.php/gaster/article/view/29/26 pada 25 Juni 2013

Supadi, E., Nurachmah, & Mamnuah. (2008). Hubungan analisa posisi tidur semi fowler
dengan kualitas tidur pada klien gagal jantung di RSU Banyumas Jawa Tengah. Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan, Volume IV No.2 hal 97-108.
Diperoleh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=60893&idc-24
pada 25 Juni 2013
NYHA

Functional

Classification

for

Congestive

Heart

Failure.

(2005).

http://www.medicalcriteria.com/criteria/nyha.htm. (diunduh pada tanggal 02 Juli 2013 pukul


03 pukul 13.00 WIB)
OBrien, Terrence. (2011). Congestive Heart Failure.
http://www.emedicinehealth.com/congestive_heart_failure/article_em.htm.
(diunduh pada tanggal 02 Juli 2013 pukul 03 pukul 13.00 WIB)

http://.www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=ABO0000002

http://www.nursingcenter.com/Inc/journalarticle?Article_ID=102279

http://www.innovativejournal.in/index.php/ijmhs

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

Catatan Perkembangan Tn.A


Nama klien
Hari/
Tanggal
Jumat/ 24 Mei
2013

: Tn.A (47 tahun)


Diagnosa
Keperawatan

Nama Mahasiswa : Laila Hasanah

Implementasi

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman


pernafasan dan ekspansi dada.
efektif berhubungan
Perhatikan adanya penggunaan otot
bantu nafas
dengan penurunan
2. Mengauskultasi bunyi nafas
ekspansi paru
3. Meninggikan posisi kepala dan
memberikan posisi yang nyaman
4. Mengobservasi pola batuk dan
karekteristik secret yang keluar
5. Memberikan terapi oksigen tambahan
6. Mengkaji TTV
Pola nafas tidak

Evaluasi
S:
- Klien mengatakan sesak terlebih saat tidur berbaring
- Klien nyaman tidur dengan dua bantal
O:
- TD kiri berbaring 140/90 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
31 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- RR setelah pemberian posisi semi fowler: 25 x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+), ronkhi (+), wheezing (-)
- Batuk kering, secret (-)
- Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
A: Pola nafas tidak efektif, masalah belum teratasi

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1. Mengkaji riwayat penyakit jantung


sebelumnya
2. Mengauskultasi bunyi jantung
3. Mempalpasi nadi perifer
4. Mengkaji TTV
5. Mengkaji kondisi kulit

P:
- Berikan posisi semi fowler
- Lanjutkan terapi oksigen dengan nasal kanul 3 tpm/L
- Lihat hasil rontgen torak
S:
- Klien memiliki penyakit hipertensi dan tidak terkontrol
- Klien baru kali ini dirawat dengan keluhan sesak
memberat dan keadaan makin melemah
- Klien perawatan hari ke 4

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

6. Mengkaji edema ekstremitas

O:
- TD kiri berbaring 140/90 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
31 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Nadi mudah diraba, denyutan agak lemah
- Edema di kedua ektremitas bawah
- Derajat pitting edema 3
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
-

Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
suplai oksigen
dengan kebutuhan

Mengobservasi TTV
Mengobservasi intake dan output
Mengobservasi kondisi kulit
Pantau hasil Echocardiographi

1. Mengkaji TTV
S:
2. Mengkaji kemampuan aktivitas yang
- Klien mudah capek saat melakukan pekerjaan ringan
dilakukan
3. Mengkaji respon kardiopulmonal
O:
setelah aktivitas dilakukan
- TD kiri berbaring 140/90 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
31 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Konjungtiva anemis (+)
- Klien lebih banyak tidur
A: Intoleransi aktivitas terjadi
P:
- Mengobservasi TTV sebelum dan setelah aktivitas
- Mengobservasi respon setelah aktivitas

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

- Memberikan latihan ROM bertahap


Kelebihan volume
cairan berhubungan 1. Mengkaji haluaran urin
dengan penurunan 2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
curah jantung
3. Mencatat UMU (ukur minum dan urin)
4. Membantu mempertahankan posisi
semi fowler
5. Mempalpasi abdomen
6. Membatasi pemasukan cairan 600
cc/hari

S:
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/hari
- Klien BAK sering
- Klien BAB setiap hari
- Bengkak masih ada
O:
- Intake (minum + Infus) sehari: 1680 cc,
- Output urine: 1800 cc
- BC: (-) 120 cc
- Distensi abdomen (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
- Membuat jadwal pemasukan dan pengeluaran cairan
- Mempertahankan tirah baring
- Mengukur lingkar abdomen
- Melakukan pemeriksaan shifting dullnes

Sabtu/ 25 Mei
2013

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman


pernafasan dan ekspansi dada.
efektif berhubungan
Perhatikan adanya penggunaan otot
bantu nafas
dengan penurunan
2. Mengauskultasi bunyi nafas
ekspansi paru
3. Meninggikan posisi kepala dan
memberikan posisi yang nyaman
4. Mengobservasi pola batuk dan
karekteristik secret yang keluar
5. Memberikan terapi oksigen tambahan
Pola nafas tidak

S:
- Klien mengatakan sesak terlebih saat tidur berbaring
- Klien nyaman tidur dengan dua bantal
O:
- TD kiri berbaring 120/90 mmHg, nadi ( 78 x/menit), RR
28 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- RR setelah pemberian posisi semi fowler: 23 x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+), ronkhi (+), wheezing (-)

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

6. Mengkaji TTV
7. Mengkaji hasil rontgen torak

- Batuk kering, secret (-)


- Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
- Hasil rontgen toraks: terdapat kardiomegali
A: Masalah belum teratasi

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1.
2.
3.
4.
5.

Mengauskultasi bunyi jantung


Mempalpasi nadi perifer
Mengobservasi TTV
Mengobservasi edema ekstremitas
Memantau nilai hasil
echocardiographi

P:
- Berikan posisi semi fowler
- Lanjutkan terapi oksigen dengan nasal kanul 3 tpm/L
- Pantau status pernafasan per 8 jam
S:
- Klien mengatakan lemah
- Klien mengatakan kadang sesak, namun tidak terlalu
sering muncul
O:
- TD kiri berbaring 120/90 mmHg, nadi ( 78 x/menit), RR
28 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Edema di kedua ektremitas
- Derajat pitting edema 3-2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)
- Hasil echocardiographi: terdapat penebalan katup mitral
(stenosis mitral)
A: Masalah belum teratasi
P:
- Mengobservasi TTV
- Mengobservasi intake dan output
- Mengobservasi kondisi kulit

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1
- Berkolaborasi dalam pemberian terapi obat dan cairan
- Pantau nilai Laboratorium terbaru

Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
suplai oksigen
dengan kebutuhan

1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi respon kardiopulmunal
terhadap aktivitas
3. Mengevaluasi penyebab kelemahan
klien
4. Mengevaluasi tingkat intoleransi
aktivitas

S:
- Klien mengatakan masih mudah lelah
- Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga pasien lain
saat keluarganya tidak ada.
O:
- TD kiri berbaring 120/90 mmHg, nadi ( 78 x/menit), RR
28 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Klien tampak lemah
- Konjungtiva anemis (+)
- Klien hanya berbaring di tempat tidur dan aktivitas hanya
tiduran atau duduk saja
- Aktivitas klien dibantu keluarga
A: Intoleransi aktivitas terjadi
P:
- Mengobservasi TTV sebelum dan setelah aktivitas
- Mengobservasi respon setelah aktivitas
- Memberikan latihan ROM ekstremitas bawah

Kelebihan volume
cairan berhubungan 1. Mengkaji haluaran urin
dengan penurunan 2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
curah jantung
3. Mencatat UMU (Ukur minum dan
urin)
4. Membantu posisi semi fowler
5. Mengukur lingkar perut dan mengkaji
asites
6. Melakukan pemeriksaan shifting

S:
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
- Bengkak masih ada tapi tidak sebesar saat pertama kali
masuk ke IGD
O:
- Intake sehari: 1320 cc
- Output urine: 1400 cc
- BC: (-) 80 cc

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

dullnes

Lingkar perut 90 cm
Shifting dullness (+)
Asites (+)
Derajat pitting edema pada ekstremitas bawah 3-2

A: Masalah belum teratasi

Senin/ 27 Mei
2013

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman


pernafasan dan ekspansi dada.
efektif berhubungan
Perhatikan adanya penggunaan otot
bantu nafas
dengan penurunan
2. Mengauskultasi bunyi nafas
ekspansi paru
3. Meninggikan posisi kepala dan
memberikan posisi yang nyaman
4. Mengobservasi pola batuk dan
karekteristik secret yang keluar
5. Memberikan terapi oksigen tambahan
6. Mengkaji TTV
Pola nafas tidak

P:
- Membuat jadwal pemasukan cairan
- Mempertahankan tirah baring
- Kolaborasi pemberian diuretic
S:
- Klien mengatakan sesak berkurang, hanya pada malam
hari dan setelah dari kamar mandi saja
- Klien nyaman tidur dengan posisi kepala ditinggikan
(posisi semi fowler)
O:
- TD kiri berbaring 120/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
25 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- RR setelah pemberian posisi semi fowler: 21 x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+), ronkhi (+), wheezing (-)
- Bunyi ronkhi sudah mulai berkurang
- Batuk kering, secret (-)
- Penggunaan otot bantu pernafasan (-)
A: Masalah mulai teratasi
P:
- Berikan posisi semi fowler
- Lanjutkan terapi oksigen dengan nasal kanul 3 tpm/L

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengauskultasi bunyi jantung


Mempalpasi nadi perifer
Mengobservasi TTV
Mengobservasi kondisi kulit
Mengobservasi edema ekstremitas
Mengobservasi intake dan output

- Pantau status pernafasan per 8 jam


S:
- Klien mengatakan mulai berasa memiliki tenaga lagi
O:
- TD kiri berbaring 120/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
25 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Edema di kedua ektremitas berkurang
- Derajat pitting edema 3 - 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
- Mengobservasi TTV
- Mengobservasi intake dan output
- Berkolaborasi memberikan terapi obat dan cairan

Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
suplai oksigen
dengan kebutuhan

1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi respon kardiopulmunal
terhadap aktivitas
3. Mengevaluasi penyebab kelemahan
klien
4. Mengevaluasi tingkat intoleransi
aktivitas

S:
- Klien mengatakan mulai berasa memiliki tenaga lagi
O:
- TD kiri berbaring 120/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
25 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Klien tampak lebih baik dari hari sebelumnya
- Konjungtiva anemis (+)
- Klien mendapat transfusi PRC 2 kantong ( 450 ml dan
430 ml)
- Nilai Hb terakhir 8.3 mg/dL

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

A: Masalah belum teratasi

Kelebihan volume 1.
cairan berhubungan 2.
dengan penurunan 3.
curah jantung
4.
5.

Mengkaji haluaran urin


Mengkaji jumlah cairan yang masuk
Mencatat UMU (Ukur minum dan
urin)
Membantu posisi semi fowler
Mempalpasi abdomen

P:
- Menganjurkan untuk membatasi aktivitas
- Pantau hasil laboratorium post transfusi
S:
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 1540 cc
- Output urine: 1700 cc
- BC: (-) 160 cc
- Shifting dullness (+)
- Asites (+)
- Bengkak di kaki mulai berkurang
- Distensi abdomen (+)
A: Masalah teratasi sebagian

Selasa/ 28
Mei 2013

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman


pernafasan dan ekspansi dada.
efektif berhubungan
Perhatikan adanya penggunaan otot
bantu nafas
dengan penurunan
2. Mengauskultasi bunyi nafas
ekspansi paru
3. Meninggikan posisi kepala dan
memberikan posisi yang nyaman
4. Mengobservasi pola batuk dan
karekteristik secret yang keluar
Pola nafas tidak

P:
- Mempertahankan tirah baring
- Kolaborasi pemberian diuretic
S:
- Klien mengatakan sesak berkurang, hanya pada malam
hari dan setelah dari kamar mandi saja
- Klien nyaman tidur dengan posisi kepala ditinggikan
(posisi semi fowler)
O:
- TD kiri berbaring 100/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
23 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

5. Memberikan terapi oksigen tambahan


6. Mengkaji TTV

35,5 C
RR setelah pemberian posisi semi fowler: 21 x/menit
Bunyi nafas Vesikuler (+), ronkhi (+), wheezing (-)
Bunyi ronkhi minimal
Batuk (-) secret (-)
Penggunaan otot bantu pernafasan (-)

A: Masalah mulai teratasi

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengauskultasi bunyi jantung


Mempalpasi nadi perifer
Mengobservasi TTV
Mengobservasi edema ekstremitas
Mengobservasi intake dan output
Memberikan klien istirahat
Memposisikan kaki klien lebih tinggi
saat klien duduk

P:
- Berikan posisi semi fowler
- Lanjutkan terapi oksigen dengan nasal kanul 3 tpm/L
- Pantau status pernafasan per 8 jam
S:
- Klien mengatakan kondisinya makin membaik
O:
- TD kiri berbaring 100/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
23 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Edema di kedua ektremitas bawah minimal
- Derajat pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (-)
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Mengobservasi TTV
- Mengobservasi intake dan output
- Berkolaborasi memberikan terapi obat dan cairan

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
suplai oksigen
dengan kebutuhan

1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi respon kardiopulmunal
terhadap aktivitas
3. Mengevaluasi penyebab kelemahan
klien
4. Mengevaluasi tingkat intoleransi
aktivitas
5. Melatih ROM bertahap hanya
ekstremitas bawah
6. Menganjurkan klien menggunakan
pispot untuk mengurangi aktivitas ke
kamar mandi
7. Memantau hasil laboratorium

S:
- Klien mengatakan kondisinya makin membaik
O:
- TD kiri berbaring 100/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
23 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
35,5 C
- Klien tampak banyak berbicara dengan keluarga
- Klien mampu melakukan aktifitas ringan tanpa sesak
- Klien mampu melakukan aktifitas ringan tanpa bantuan
orang lain
- Hasil laboratorium terbaru post transfusi belum ada
A: Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

P:
- Menganjurkan untuk membatasi aktivitas
- Pantau hasil laboratorium post transfusi, dengan target
Hb minimum 9.0 mg/dL
Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
curah jantung

1. Mengkaji haluaran urin


S:
2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
3. Mencatat UMU (Ukur minum dan urin)
4. Membantu posisi semi fowler
O:
5. Mempalpasi abdomen
- Intake sehari: 1380 cc
- Output urine: 2300 cc
- BC: (-) 920 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Bengkak di kedua kaki minimal
- Derajat pitting edema 2

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

- Distensi abdomen (+)


A: Masalah mulai teratasi sebagian

Rabu/ 29 Mei
2013

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman


pernafasan dan ekspansi dada.
efektif berhubungan
Perhatikan adanya penggunaan otot
bantu nafas
dengan penurunan
2. Mengauskultasi bunyi nafas
ekspansi paru
3. Meninggikan posisi kepala dan
memberikan posisi yang nyaman
4. Mengobservasi pola batuk dan
karekteristik secret yang keluar
5. Memberikan terapi oksigen tambahan
6. Mengkaji TTV
Pola nafas tidak

P:
- Mempertahankan tirah baring
- Lanjutkan terapi diuretik
S:
- Klien mengatakan sesak berkurang, hanya pada malam
hari dan setelah dari kamar mandi saja
- Klien nyaman tidur dengan posisi kepala ditinggikan
(posisi semi fowler)
O:
- TD kiri berbaring 100/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
21 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
36,3 C
- RR setelah pemberian posisi semi fowler: 21 x/menit
- Bunyi nafas Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
- Batuk (-) secret (-)
- Penggunaan otot bantu pernafasan (-)
A: Masalah teratasi

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas

1.
2.
3.
4.
5.

Mengauskultasi bunyi jantung


Mempalpasi nadi perifer
Mengobservasi TTV
Mengobservasi edema ekstremitas
Mengobservasi intake dan output

P:
- Berikan posisi semi fowler
- Pantau status pernafasan per 8 jam
S:
- Klien mengatakan kondisinya masih sama seperti ini
O:
- TD kiri berbaring 100/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

miokardial

6. Memberikan klien istirahat

21 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu


36,3 C
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
-

Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
suplai oksigen
dengan kebutuhan

1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi respon kardiopulmunal
terhadap aktivitas
3. Mengevaluasi penyebab kelemahan
klien
4. Mengevaluasi tingkat intoleransi
aktivitas
5. Melatih ROM bertahap hanya
ekstremitas bawah
6. Menganjurkan klien menggunakan
pispot untuk mengurangi aktivitas ke
kamar mandi
7. Memantau hasil laboratorium

Mengobservasi TTV
Mengobservasi intake dan output
Berkolaborasi memberikan terapi obat dan cairan
Direncanakan operasi perbaikan katup

S:
- Klien mengatakan lebih bertenaga dibanding kemarin
O:
- TD kiri berbaring 100/80 mmHg, nadi ( 80 x/menit), RR
21 x/menit (tanpa pemberian posisi semi fowler), suhu
36,3 C
- Klien tampak banyak berbicara dengan keluarga
- Klien mampu melakukan aktifitas ringan tanpa sesak
- Klien mampu melakukan aktifitas ringan tanpa bantuan
orang lain
- Nilai Hb post transfusi: 9.0 mg/dL sesuai dengan target
yang diharapkan
A: Masalah teratasi
P:
- Pantau keadaan umum klien secara berkala

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
curah jantung

1. Mengkaji haluaran urin


2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
3. Mencatat UMU (Ukur minum dan
urin)
4. Membantu mempertahankan posisi
semi fowler
5. Mempalpasi abdomen

S:
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
O:
- Intake sehari: 840 cc
- Output urine: 1900 cc
- BC: (-) 300 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (-)
A: Masalah belum teratasi

Kamis/ 30
Mei 2013

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1. Mengauskultasi bunyi jantung


2. Mempalpasi nadi perifer
3. Mengobservasi TTV
4. Mengobservasi edema ekstremitas
5. Mengobservasi intake dan output
6. Memberikan klien istirahat

P:
- Mempertahankan tirah baring
- Lanjutkan terapi diuretic
S:
- Klien mengatakan kondisinya masih sama seperti ini
O:
- TD kiri berbaring 110/80 mmHg, nadi ( 84 x/menit), RR
20 x/menit, suhu 36 C
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
- Mengobservasi TTV

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1
- Mengobservasi intake dan output
- Berkolaborasi memberikan terapi obat dan cairan
- Direncanakan operasi perbaikan katup

Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
curah jantung

1. Mengkaji haluaran urin


S:
2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
3. Mencatat UMU (Ukur minum dan urin)
4. Membantu mempertahankan posisi
O:
semi fowler
- Intake sehari: 600 cc
5. Mempalpasi abdomen
- Output urine: 900 cc
- BC: (-) 300 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (+)
A: Masalah belum teratasi

Jumat/ 31 Mei
2013

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengauskultasi bunyi jantung


Mempalpasi nadi perifer
Mengobservasi TTV
Mengobservasi edema ekstremitas
Mengobservasi intake dan output
Memberikan klien istirahat

P:
- Mempertahankan tirah baring
- Lanjutkan terapi diuretic
S:
- Klien mengatakan kondisinya lebih baik, sudah
beraktivitas ke kamar mandi tanpa sesak
O:
- TD kiri berbaring 120/80 mmHg, nadi ( 78 x/menit), RR
22 x/menit, suhu 36 C
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

A: Masalah belum teratasi


P:
-

Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
curah jantung

Mengobservasi TTV
Mengobservasi intake dan output
Berkolaborasi memberikan terapi obat dan cairan
Direncanakan operasi perbaikan katup awal Juni

1. Mengkaji haluaran urin


S:
2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
3. Mencatat UMU (Ukur minum dan urin)
4. Membantu mempertahankan posisi
O:
semi fowler
- Intake sehari: 820 cc
5. Mempalpasi abdomen
- Output urine: 1400 cc
- BC: (-) 580 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (-)
A: Masalah belum teratasi

Sabtu/ 01 Juni
2013

Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan
kontraktilitas
miokardial

1. Mengauskultasi bunyi jantung


2. Mempalpasi nadi perifer
3. Mengobservasi TTV
4. Mengobservasi edema ekstremitas
5. Mengobservasi intake dan output
6. Memberikan klien istirahat

P:
- Mempertahankan tirah baring
- Lanjutkan terapi diuretic
S:
- Klien mengatakan keluhan saat ini hanya bengkak saja
O:
- TD kiri berbaring 110/80 mmHg, nadi ( 82 x/menit), RR
20 x/menit, suhu 36 C
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 1

pitting edema: 2
- CRT > 2
- Bunyi Jantung S1 dan S2 (+), Gallop (-), murmur (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
-

Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
curah jantung

Mengobservasi TTV
Mengobservasi intake dan output
Berkolaborasi memberikan terapi obat dan cairan
Direncanakan operasi perbaikan katup awal Juni

1. Mengkaji haluaran urin


S:
2. Mengkaji jumlah cairan yang masuk
- Klien minum dibatasi hanya 600 cc/ hari
3. Mencatat UMU (Ukur minum dan urin) O:
4. Membantu mempertahankan posisi
- Intake sehari: 900 cc
semi fowler
- Output urine: 1200 cc
5. Mempalpasi abdomen
- BC: (-) 300 cc
- Asites (+)
- Shifting dullness (+)
- Edema di kedua ektremitas bawah masih ada, derajat
pitting edema: 2
- Distensi abdomen (-)
A: Masalah belum teratasi
P:
- Mempertahankan tirah baring
- Lanjutkan terapi diuretic

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Lampiran 2

BIODATA PENULIS
Nama Lengkap

: Laila Hasanah

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 7 Mei 1988


Agama

: Islam

Fakultas

: Ilmu Keperawatan

NPM

: 0706270794

Alamat

: Jl.Pisangan Lama 3, RT 001/04 No.6, Jakarta Timur 13230

No.HP

: 0858-1329-3696

Email

: hasanahlaila@rocketmail.com

Riwayat Pendidikan
PENDIDIKAN FORMAL

TAHUN

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Program Profesi)

2012-2013

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (S1)

2007-2011

SMAN 31 Jakarta

2004-2007

SMPN 44 Jakarta

2001-2004

SDN 05 Pagi Pisangan Timur

1995-2001

TK Al-Abbasiyah Pisangan Timur

1994-1995

Analisis praktik ..., Laila Hasanah, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai