Refkas Trauma Tumpul 2014
Refkas Trauma Tumpul 2014
LUKA MEMAR
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter
Oleh :
Afrina Lusia
Bheta Silfana Ulul Azmi
Bintan Tsabatus Silmi
Dewi Intisari
Fanny Fatma Octavianti
Galang Kusuma Anantyo
01.210.6070
01.210.6106
01.210.6107
01.210.6123
01.210.6154
01.210.6166
Pembimbing :
dr. Ratna Relawati M.Si. Med, Sp.F.
KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Presentasi Laporan Kasus
LUKA MEMAR
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter
Disusun Oleh :
Afrina Lusia
01.210.6070
01.210.6106
01.210.6107
Dewi Intisari
01.210.6123
01.210.6154
01.210.6166
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan izin-Nya, maka tugas pembuatan laporan kasus dengan judul Luka
Memar dapat selesai pada waktunya. Pembuatan laporan kasus ini merupakan
salah satu tugas wajib yang harus dikerjakan dalam rangka kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang, periode 21 Juli 16 Agustus 2014.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
3.
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis
berharap agar apa yang disajikan dalam laporan kasus ini bermanfaat bagi kita
semua.
iii
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................
iii
iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
2.2 Etiologi...................................................................................
19
31
39
44
46
3.1 Anamnesis...............................................................................
46
47
49
BAB
IV PEMBAHASAN............................................................................
51
BAB
V PENUTUP......................................................................................
57
5.1 Kesimpulan.............................................................................
57
5.2 Saran.......................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
59
BAB
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
10
Gambar 4.
11
Gambar 5.
12
Gambar 6.
12
Gambar 7.
Luka bacok..................................................................................
13
Gambar 8.
46
BAB I
PENDAHULUAN
pecahan kaca (15%), sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebabpenyebab lain yang tidak diketahui.
Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 persen pada 2014. Rata-rata
orang terkena kejahatan pun naik di tahun ini. Selama 2006, jumlah kejahatan
meningkat dari 256.543 (tahun 2013) menjadi 296.119. Inilah peningkatan
kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena
kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2014. Bila
dibandingkan tahun 2013 terjadi kenaikan 1,65 persen. Perlukaan disertai dengan
Surat Permintaan Visum Et Repertum (SPV) merupakan kasus forensik yang
terbanyak. Di Makassar dari tahun 2009-2010; 55% dan tahun 2010-2011: 60%
dari seluruh kasus forensik dan insiden perlukaan jenis memar menempati urutan
tertinggi dari jenis perlukaan.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah
Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan
korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana.
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran
Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu
menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk
mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan
benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim
untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter
sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya
pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus dibuat sedemikian
rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material, sehingga dapat dipakai
sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b.
c.
d.
yang
mempunyai
permukaan
tumpul
dapat
b.
daerah
antara
kedua
memar
yang
sejajar
dapat
10
11
12
Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan
kemudian digeserkan sepanjang kulit.
13
Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata
tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai
tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, balingbaling kapal.
3.
14
LTM jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir
mesiu, jelaga dan panas/api. LTM tempel/kontak dibentuk oleh seluruh
komponen tersebut di atas (yang akan masuk ke saluran luka) dan jejas
laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak
mengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang
terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.
Gambaran LTM jarak jauh dapat ditemukan pada korban yang
tertembak pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan
kulit terdapat penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang,
helm dan sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang
tidak habis terbakar, jelaga dan api tertahan oleh penghalang tersebut.
Apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki
tenaga untuk meneruskan lintasannya dan menembus ke luar tubuh maka
akan ditemukan luka tembak keluar (LTK). LTK umumnya lebih besar
dari LTM akibat terjadinya deformitas anak peluru, bergoyangnya anak
peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK.
LTK mungkin lebih kecil dari LTM bila terjadi pada luka tembak
tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada
saat akan keluar meninggalkan tubuh. Di sekitar LTK mungkin pula
dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat benda
yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar pada
dinding.
4.
15
ketinggian suhu serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat
panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III
atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II
atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III
atau IV.
b.
5.
16
17
Golongan Asam.
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain :
Asam organik, antara lain : asam oksalat, asam formiat dan asam
asetat.
18
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di
atas ialah:
Terlihat kering.
b.
Golongan Basa.
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain :
KOH
NaOH
NH4OH
19
Jumlah luka.
2.
b.
luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat
tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh
menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati
puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal
mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus
selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua
ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian
punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang
menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3.
20
b.
4.
5.
b.
c.
21
Luka Iris
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya
Lokasinya
Satu.
Bentuknya
22
Luka Tusuk
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya
: Satu.
Letaknya
Bentuknya
Ukurannya : Sebelum
dirapatkan
panjangnya
dua
koma
lima
3.
23
Jumlahnya
: Satu.
Lokasinya
Bentuknya
4.
Memar (Kontusi)
Pada pemeriksaan ditemukan memar.
24
Jumlahnya
: Dua buah.
Lokasinya
Bentuknya
: Tidak teratur.
5.
Luka Bacok
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya
: Sebuah
Lokasinya
Bentuknya
25
6.
: Satu
Lokasinya
Bentuknya
26
Sifatnya
7.
Luka Robek
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya
: Satu.
Lokasinya
Bentuknya
Ukurannya : Panjang satu koma lima sentimeter, lebar nol koma lima
sentimeter dan dalamnya nol koma tujuh sentimeter.
Sifatnya
8.
Luka Lecet
27
: Satu.
Lokasinya
Bentuknya
: Tidak teratur.
ditutupi
oleh
serum
yang
telah
: Satu.
28
Lokasinya
Bentuknya
: Tidak teratur.
: Satu.
Lokasinya
29
: Tidak teratur.
: Satu.
Lokasinya
Bentuknya
30
: Satu.
Lokasinya
Bentuknya
: Dua buah.
31
Lokasinya
Bentuknya
Ukurannya : Yang
berupa
luka
terbuka
panjangnya
sepuluh
32
33
Warna kemerahan
Terlihat bengkak
Terdapat pus
4) Reaksi biokimiawi
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka
pada daerah tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
Kenaikan kadar enzyme (ATP, aminopeptidase, acidphosphatase dan alkali-phosphatase) yang terjadi beberapa
34
35
36
Umur luka
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur
luka. Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk
menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup
ataupun mati) dilakukan mengingat adanya factor individual, penyulit
(misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi) serta factor
kualitas dari kekerasan itu sendiri.
37
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan
berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup perkiraan dihitung
dari saat trauma sampai saat diperiksa, pada korban mati mulai dari
saat trauma sampai saat kematiaanya.
b.
38
39
Aspek medic
Aspek yuridis
1.
Aspek Medik
Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo
Galilei, setiap benda akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada
kekuatan luar yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton
dengan 3 buah hukumnya berhasil menemukan metode yang dapat
dipakai untuk mengukur dan menghitung energi.
Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu
energi potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik
yang mampu menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat
disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit.
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa :
a.
b.
c.
Infeksi.
40
oleh
kuman.
Jenis
kuman
dapat
berupa
Penyakit.
Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya
penyakit jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan
dan masih dalam kontroversi.
e.
Kelainan psikik.
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan
dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental
yang spektrumnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational
neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia),
manic depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu
untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan faktor
utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat
serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan
mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri
atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relatif bagi yang
bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara
41
tanpa
mempersoalkan
lokasinya,
mengancam
kehidupan seseorang.
4) Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau
fungsinya dapat mempengaruhi emosi: organ genital, payudara,
mata, tangan atau wajah.
5) Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan.
6) Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal.
7) Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang
menimpanya.
2.
Aspek Yuridis
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik
disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma
maka dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan
oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja),
recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk
menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu
berat ringannya luka.
Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka
tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap :
a.
Kesehatan jasmani.
42
b.
Kesehatan rohani.
c.
d.
Estetika jasmani
e.
f.
1.
Luka ringan.
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya.
2.
Luka sedang.
Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk
sementara waktu.
3.
Luka berat.
Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP,
yang terdiri atas:
i.
ii. Luka
yang
dapat
mendatangkan
bahaya
maut.
Dapat
43
vi. Lumpuh.
vii. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan
daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat
juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau
gangguan jiwa lainnya.
viii. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang
dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum
masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana
umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang,
44
Kualifikasi Luka
Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu
Kedokteran Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana
45
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
(3) Kehilangan salah satu panca indera;
(4) Mendapat cacat berat;
(5) Menderita sakit lumpuh;
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
3.1.1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 44 tahun
Alamat
: Kaligawe, Semarang
Pekerjaan
: tidak bekerja
Keluhan utama
2.
Lokasi
: Mata
3.
Onset
: Satu hari
4.
Kualitas
: -
5.
Kuantitas
: -
6.
Kronologi
cerita
46
47
8.
Faktor modifikasi
-
:-
:-
b.
Kesadaran
: Komposmentis
c.
Status gizi
: Cukup
48
49
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No: 144/VRH/VIII/14
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Semarang Timur melalui suratnya tanggal 6
Agustus tahun 2014, Nomor polisi: B/18/XI/2012/Reskrim, yang ditandatangani oleh Soeprapto,
SH pangkat AKP, NRP 62120577 dan diterima pada tanggal 7 Agustus tahun 2014, jam 10.30
WIB, maka dengan ini, saya, dr. Setyo Trisnadi, Sp. F, SH., sebagai dokter yang bekerja pada
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 7 Agustus tahun
2014 jam 11.30 WIB, di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
telah memeriksa serta merawat orang, yang berdasarkan surat permintaan tersebut di atas
bernama Sri Kristiati, umur 44 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak bekerja, Warga Negara
Indonesia, agama Islam, alamat Jl. Raya Kaligawe km 5,5 No. 176 Semarang, diduga telah
mengalami peristiwa penganiayaan------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN :---------------------------------------------------------------------------------Dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan ditemukan fakta-fakta sebagai berikut :---------A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI : -----------------------------------------Tanggal tujuh agustus dua ribu empat belas--------------------------------------------------------------1. KEADAAN UMUM --------------------------------------------------------------------------------------- Tingkat kesadaran : sadar penuh -------------------------------------------------------------------- Denyut nadi : sembilan puluh enam kali per menit------------------------------------------------ Pernapasan : dua puluh kali per menit -------------------------------------------------------------- Tekanan darah : seratus dua puluh per sembilan puluh milimeter air raksa-------------------- Suhu badan : tiga puluh enam koma lima derajat celcius ---------------------------------------2. KELAINAN-KELAINAN FISIK -----------------------------------------------------------------------a. Bagian luar tubuh : terdapat dua buah luka memar, memar pertama pada kelopak mata
kanan warna biru keunguan, batas atas satu sentimeter dari bawah alis mata kanan, batas
batas bawah empat sentimeter dari bawah alis mata kanan, bentuk teratur berukuran
panjang lima sentimeter dan lebar tiga sentimeter, garis batas memar tegas dan
bentuknya teratur, daerah di dalam garis batas memar terlihat menonjol, terdiri atas kulit
50
yang masih utuh, disekitar memar tidak ditemukan kelainan. Memar kedua di kelopak
mata kiri warna biru keunguan, batas atas nol koma lima sentimeter dari bawah alis mata
kiri, batas bawah lima sentimeter dari bawah alis mata kiri, bentuk teratur berukuran
panjang empat koma lima sentimeter dan lebar lima sentimeter, garis batas memar tegas
dan bentuknya teratur, daerah di dalam garis batas memar terlihat menonjol, terdiri atas
kulit yang masih utuh, disekitar memar tidak ditemukan kelainan.-b.
Bagian dalam tubuh : tidak dilakukan pemeriksaan dalam tubuh
-----------------------------C. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN
1. Fakta berupa akibat : timbulnya rasa tidak nyaman pada kedua kelopak mata--------------------2. Fakta berupa tindakan medik : rawat jalan ------------------------------------------------------------D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR : --------------------------------------------------Tanggal dua puluh satu Agustus dua ribu empat belas --------------------------------------------------1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya : luka tersebut dapat sembuh
sempurna ---------------------------------------------------------------------------------------------2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya : yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan rumah-------------------------------------------------------------------------------------KESIMPULAN :---------------------------------------------------------------------------------------------Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas orang tersebut maka saya
simpulkan bahwa telah diperiksa seorang perempuan umur empat puluh empat tahun, warna kulit
kuning langsat, kesan gizi cukup. Dari pemeriksaan tampak ada kekerasan benda tumpul berupa
luka memar di kedua kelopak mata korban. Luka tersebut tidak mengakibatkan penyakit dan
halangan dalam menjalankan pekerjaan. --------------------------------------------------------------------
PENUTUP:----------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter-------------------------------------------------------------Semarang, 21 Agustus 2014
Dokter yang memeriksa,
BAB IV
PEMBAHASAN
luka
memar
biasanya
diawali
oleh
adanya
suatu
Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses
peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur
jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikat longgar
(mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar yang tampak seringkali tidak
51
52
sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas. Ada 4 faktor yang
mempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:
a.
b.
c.
d.
benda tumpul tidak dapat dilihat dengan segera. Dapat terlihat jejas sepanjang
jaringan tubuh atau dapat meluas jika terdapat pada bagian bagian tubuh yang
bergantung pada gravitasi. Penampakan tempat dan waktu dari perubahan warna
harus dinilai secara teliti sebelum membuat diagnosa pasti. Luka memar yang
jelas terlihat pada muka, leher, tungkai bawah, dan di sekitar mata kaki dan kaki
semua itu merupakan daerah-daerah yang rawan salah diagnosa. Selain itu tidak
semua luka memar disebabkan oleh serangan, luka memar karena serangan dan
yang bukan karena serangan dapat bercampur jadi diperlukan penekanan untuk
membedakan antara lesi yang lama dengan yang baru ketika memeriksa sebuah
kasus yang dicurigai karena serangan. Inilah yang membedakan antara luka
memar dan lebam mayat.
53
2. Kultikula
(Kuli air)
3. Lokasi
4. Gambaran
5. Pinggiran
6.Warna
7. Pada pemotongan
8. Dampak setelah
Penekanan
Lebam mayat
Epidermal, karena
pelebaran pembuluh
darah yang nampak
sampai ke permukaan
kulit
Tidak rusak
Memar
Subepidermal, karena
ruptur pembuluh
darah yang letaknya
bisa superfisial
atau lebih dalam
Kulit ari rusak
Pada pemotongan,
darah tampak dalam
pembuluh, dan mudah
dibersihkan. Jaringan
subkutan tampak
pucat.
Sel sebagai bagian dari sebuah jaringan yang apabila mengalami jejas atau
cedera akan melakukan respon adaptasi tersendiri. Penyebab jejas sel, antara lain:
a.
Hipoksia.
b.
Fisik
54
c.
d.
Reaksi imunologis.
e.
Defek genetic.
f.
Ketidakseimbangan nutrisi.
Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi dikarenakan trauma fisik benda
tumpul. Sel yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase unruk beradaptasi
agar dapat kembali homeosatis. Mekanisme jejas sel pada luka memar merupakan
suatu proses biomolekuler sel yang meliputi:
2.
Ischemia.
Pada jejas reversible seperti luka memar, sel akan mengalami
penurunan aktifitas oksidasi fosforilasi karena sel mengalami iskemia
(kekurangan suplai nutrisi), sehingga terjadilah penurunan jumlah ATP
(kalsium bebas dalam sitosol meningkat) dan penurunan kemampuan pompa
natrium.
Penurunan kemampuan pompa natrium ini berakibat ion natrium
berakumulasi di dalam sel, terjadi pembengkakan sel (peningkatan
isoosmotik), dan difusi ion kalium dari dalam sel. Lain halnya dengan ion
kalsium intra sel, pada kondisi ini terjadi peningkatan ion kalsium dalam
sitoplasma yang berasal dari mitokondria yang fungsinya menurun, reticulum
endoplasma, dan dari luar sel. Konsekuensi dari kenaikan kadar ion kalsium
intra sel ini adalah terjadinya aktivasi beberapa enzim, antara lain:
a.
b.
55
c.
d.
b.
c.
d.
Penurunan pH intrasel.
Pada ribosom juga terjadi penurunan sintesis protein, fungsi
56
a.
b.
c.
b.
c.
d.
Kontaminasi bakteri.
e.
Kematian sel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian
terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka
bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik dan kekerasan kimiawi.
Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan
benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda
yang mudah pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir,
dan akibat zat kimia korosif.
Luka pada kasus di atas adalah kasus luka memar. Luka memar
tersebut didapatkan di daerah kedua kelopak mata. Ciri-ciri luka memar
tersebut didapatkan garis batas memar tegas dan bentuknya teratur, daerah di
dalam garis batas memar terlihat sedikit menonjol dengan warna biru
keunguan.
Dari deskripsi luka, kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak
hukum untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal
351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk
menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan
melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita sebagai
calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum akan banyak
menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka baik pada korban hidup
maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum
et Repertum.
57
58
5.2 Saran
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/41221/6/BAB_I.pdf
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/509917ec3ba636ef6b2ff210fd845a2e.pdf
Bhayangkara RS, IKFM- UNHAS, 2011
http://puskesmassungkai.wordpress.com/emergency-news/dsc00180/
http://first-treatment.blogspot.com/2013/02/pertolongan-pertama-bila-luka
memar.html
www.fk.uwks.ac.id
www.usu.ac.id
Apuranto, Hariadi. Luka tumpul
[online]. 2010. Available
at:
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf
(cited : 10 Agustus 2014).
Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.
Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang : 2003.
Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan kelima semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2007.
Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar
[online]. 2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/
biomol-memar_rev.pdf. (cited : 10 Agustus 2014).
Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa
Aksara: Jakarta 1997. Hal 85-129.
Wales J. Visum et Repertum. [online]. 2010. Available at :
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. (cited : 10 Agustus
2014).
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.
59