Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

LUKA MEMAR
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter

Oleh :
Afrina Lusia
Bheta Silfana Ulul Azmi
Bintan Tsabatus Silmi
Dewi Intisari
Fanny Fatma Octavianti
Galang Kusuma Anantyo

01.210.6070
01.210.6106
01.210.6107
01.210.6123
01.210.6154
01.210.6166

Pembimbing :
dr. Ratna Relawati M.Si. Med, Sp.F.

KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Presentasi Laporan Kasus

LUKA MEMAR
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh :
Afrina Lusia

01.210.6070

Bheta Silfana Ulul Azmi

01.210.6106

Bintan Tsabatus Silmi

01.210.6107

Dewi Intisari

01.210.6123

Fanny Fatma Octavianti

01.210.6154

Galang Kusuma Anantyo

01.210.6166

Semarang, 12 Agustus 2014


Pembimbing,

dr. Ratna Relawati M.Si. Med, Sp.F.

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan izin-Nya, maka tugas pembuatan laporan kasus dengan judul Luka
Memar dapat selesai pada waktunya. Pembuatan laporan kasus ini merupakan
salah satu tugas wajib yang harus dikerjakan dalam rangka kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang, periode 21 Juli 16 Agustus 2014.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.

dr. Ratna Relawati M.Si. Med, Sp. F.

2.

Dokter-dokter Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Rumah


Sakit Bhayangkara Semarang dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.

3.

Serta teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara


langsung maupun tidak langsung
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis
berharap agar apa yang disajikan dalam laporan kasus ini bermanfaat bagi kita
semua.

Semarang, 12 Agustus 2014

iii

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................

iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

BAB

I PENDAHULUAN ........................................................................

BAB

II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................

2.1 Definisi luka ...........................................................................

2.2 Etiologi...................................................................................

2.3 Klasifikasi jenis luka berdasarkan jenis benda.......................

2.4 Petunjuk Deskripsi luka dan lokasi.........................................

19

2.5 Waktu terjadinya kekerasan....................................................

31

2.6 Akibat trauma.........................................................................

39

2.7 Kualifikasi Luka.....................................................................

44

III LAPORAN KASUS......................................................................

46

3.1 Anamnesis...............................................................................

46

3.2 Pemeriksaan Fisik...................................................................

47

3.3 Laporan Visum........................................................................

49

BAB

IV PEMBAHASAN............................................................................

51

BAB

V PENUTUP......................................................................................

57

5.1 Kesimpulan.............................................................................

57

5.2 Saran.......................................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

59

BAB

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Luka lecet jenis serut akibat kecelakaan lalu lintas ....................

Gambar 2.

Luka memar pada paha ...............................................................

Gambar 3.

Luka robek pada tungkai akibat kecelakaan lalu lintas ..............

10

Gambar 4.

Luka robek dengan jembatan jaringan .......................................

11

Gambar 5.

Luka iris ......................................................................................

12

Gambar 6.

Luka tusuk ..................................................................................

12

Gambar 7.

Luka bacok..................................................................................

13

Gambar 8.

Luka memar pada mata...............................................................

46

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia telah mencapai tingkat


perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi, terutama kota Jakarta sebagai
pusat kota karena merupakan ibukota negara. Meningkatnya jumlah penduduk
berbanding lurus dengan meningkatnya kasus kecelakaan. Berbagai jenis
kecelakaan tersebut merupakan penyebab kasus trauma. Trauma mengacu pada
luka tubuh atau kejutan yang dihasilkan oleh cedera fisik tiba-tiba, karena dari
kekerasan atau kecelakaan. Ini juga dapat digambarkan sebagai luka fisik atau
cedera, seperti fraktur atau pukulan. Kekerasan yang mengenai tubuh sesorang
dapat menimbulkan efek fisik maupun psikiknya. Efek fisik berupa luka-luka,
yang kalau diperiksa dengan teliti akan dapat diketahui jenis penyebabnya yaitu
benda-benda mekanik, benda-benda fisik, kombinasi benda fisik dan dinamik, dan
zat-zat kimia korosif.
Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik.
Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Hal yang harus dicatat
bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klubklub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus
penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub,
50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu penyerangan,
27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh
pukulan (46%), tendangan (17%), bermacam-macam senjata (17%), pisau dan

pecahan kaca (15%), sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebabpenyebab lain yang tidak diketahui.
Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 persen pada 2014. Rata-rata
orang terkena kejahatan pun naik di tahun ini. Selama 2006, jumlah kejahatan
meningkat dari 256.543 (tahun 2013) menjadi 296.119. Inilah peningkatan
kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena
kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2014. Bila
dibandingkan tahun 2013 terjadi kenaikan 1,65 persen. Perlukaan disertai dengan
Surat Permintaan Visum Et Repertum (SPV) merupakan kasus forensik yang
terbanyak. Di Makassar dari tahun 2009-2010; 55% dan tahun 2010-2011: 60%
dari seluruh kasus forensik dan insiden perlukaan jenis memar menempati urutan
tertinggi dari jenis perlukaan.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah
Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan
korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana.
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran
Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu
menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk
mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan
benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim

untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter
sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya
pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus dibuat sedemikian
rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material, sehingga dapat dipakai
sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka


Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Didalam
melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan
kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang
menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.
2.2 Etiologi
Kekerasan yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan efek pada
fisik dan psikisnya. Untuk efek fisik dapat berupa luka-luka, yang mana jika
dilakukan pemeriksaan dengan teliti dapat diketahui penyebabnya, yaitu:
a.

Benda-benda mekanik (benda tajam, benda tumpul, benda yang mudah


pecah atau kaca)

b.

Benda-benda fisik (benda bersuhu tinggi, benda bersuhu rendah,


sengatan listrik, petir, tekanan atau barotrauma)

c.

Kombinasi benda mekanik dan fisik

d.

Zat-zat kimia korosif (golongan asam dan golongan basa)

2.3 Klasifikasi Jenis Luka Berdasarkan Jenis Benda


1.

Jenis Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul (blunt force injury).


Benda-benda

yang

mempunyai

permukaan

tumpul

dapat

mengakibatkan luka pada tubuh. Luka tersebut berupa luka lecet


(ekskoriasi, abrasi), memar (kontusio, hematom), dan luka terbuka atau
robek (vulnus laseratm). Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut
sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.
a.

Luka lecet (abrasion):


Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh
terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar/epidermis.
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet
mempunyai arti penting didalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh
karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
1) Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alatalat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau
limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka
lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2) Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul
yang menyebabkan luka, seperti :
a) Luka lecet geser pada kasus penjeratan atau penggantungan,
akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merahcoklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai
dengan alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan
yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat,

seperti jalinan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka


lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan
jejas jerat, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada
pada leher korban.
b) Luka lecet gores di dalam kasus penjeratan dengan tangan
(manual strangulation), atau yang lebih dikenal dengan
istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat
menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau
bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat
diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan
tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Didalam
penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban
selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat
penjerat; dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah
lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang
pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan apakah
kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau
kasus pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung.
c) Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang
daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar
dan arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel. Dengan demikian, informasi dari sifatsifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat
bermanfaat di dalam penyidikan.

d) Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata


menempel pada tubuh korban, akan memberikan gambaran
kelainan yang khas yaitu dengan adanya jejas laras, yang
tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas
laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari
bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan
korban.
3) Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat
dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi
luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka
arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah
kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh
korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang
terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban
dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban
yang dipegang sewaktu korban diseret.

Gambar 1. Luka lecet jenis serut akibat kecelakaan lalu lintas.


Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id

b.

Luka memar (contusion)


Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan
dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya pembuluh darah
kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Bila
kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi
pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher,
atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak
seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali
lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan
berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan
gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan
informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang
dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal haemorrhages),
misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada
tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan,
kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang
bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban
yang berdekatan.
Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan
atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang
dan sejajar yang membatasi daerah yang tidak menunjukkan
kelainan;

daerah

antara

kedua

memar

yang

sejajar

dapat

menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai


tubuh korban.

Gambar 2. Luka memar pada paha


http://first-treatment.blogspot.com/2013/02/pertolonganpertama-bila-luka-memar.html
c.

Luka robek, retak, koyak (laceration)


Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian
kuatnya hingga melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih
dimungkinkan bila arah dari kekerasan tumpul tersebut membentuk
sudut dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul. Dengan
demikian bila luka robek tersebut salah satu tepinya terbuka ke
kanan misalnya, maka kekerasan atau benda tumpul tersebut datang
dari arah kiri; jika membuka ke depan maka kekerasan benda tumpul
datang dari arah belakang. Pelukisan yang cermat dari luka terbuka
akibat benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu
penyidik khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi; demikian
pula sewaktu dokter dijadikan saksi di meja hakim.

10

Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul


dapat dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam,
yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka.
Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatanjembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar
rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah
yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet
atau luka memar.
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri
yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang
dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan
benda tumpul.

Gambar 3. Luka robek pada tungkai akibat kecelakaan lalu lintas


Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id

11

Gambar 4. Luka robek dengan jembatan jaringan


Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id
2.

Jenis Luka Akibat Benda Tajam


Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang
bervariasi dari alat-alat seperti golok, pisau, dan sebagainya hingga
keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
Putusnya atau rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat
alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat
benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan
oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api. Gambaran umum
luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata,
berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka
berbentuk garis atau titik.
Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap
harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada
umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
a.

Luka iris / luka sayat (incised wound)

12

Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan
kemudian digeserkan sepanjang kulit.

Gambar 5. Luka Iris


Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id
b.

Luka tusuk (stab wound)


Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong
pada permukaan tubuh. Contoh: belati, bayonet, keris, clurit, kikir,
tanduk kerbau. Selain itu, pada luka tusuk, sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau
bermata satu atau bermata dua.

Gambar 6. Luka tusuk


Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id
c.

Luka bacok (chop wound)

13

Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata
tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai
tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, balingbaling kapal.

Gambar 7. Luka bacok


Dikutip dari: http://puskesmassungkai.wordpress.com/emergencynews/dsc00180/
d.

Luka akibat benda yang mudah pecah (kaca)


Kekerasan oleh benda yang mudah pecah (misalnya kaca),
dapat mengakibatkan luka-luka campuran; yang terdiri atas luka iris,
luka tusuk, luka lecet.
Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmenfragmen dari benda yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi
penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka campuran yang
terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca
mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga jika pecah akan
terurai menjadi bagian-bagian kecil.

3.

Luka Akibat Tembakan Senjata Api


Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh hanya dibentuk oleh
komponen anak peluru, sedangkan LTM jarak dekat dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar.

14

LTM jarak sangat dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir
mesiu, jelaga dan panas/api. LTM tempel/kontak dibentuk oleh seluruh
komponen tersebut di atas (yang akan masuk ke saluran luka) dan jejas
laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak
mengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang
terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.
Gambaran LTM jarak jauh dapat ditemukan pada korban yang
tertembak pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan
kulit terdapat penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang,
helm dan sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang
tidak habis terbakar, jelaga dan api tertahan oleh penghalang tersebut.
Apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki
tenaga untuk meneruskan lintasannya dan menembus ke luar tubuh maka
akan ditemukan luka tembak keluar (LTK). LTK umumnya lebih besar
dari LTM akibat terjadinya deformitas anak peluru, bergoyangnya anak
peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK.
LTK mungkin lebih kecil dari LTM bila terjadi pada luka tembak
tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada
saat akan keluar meninggalkan tubuh. Di sekitar LTK mungkin pula
dijumpai daerah lecet bila pada tempat keluar tersebut terdapat benda
yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang bersandar pada
dinding.
4.

Jenis Luka Akibat Suhu / Temperatur


a.

Benda bersuhu tinggi.


Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan
luka bakar yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya,

15

ketinggian suhu serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat
panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III
atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II
atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III
atau IV.
b.

Benda bersuhu rendah.


Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh
bagian tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga
atau hidung.
Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah superfisial sehingga terlihat pucat, selanjutnya akan
terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan daerah
tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat menjadi
gangren.

5.

Luka Akibat Trauma Listrik


Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka
bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Besarnya pengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari
besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan
(keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerah
terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa
kerusakan lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan disekitarnya

16

terdapat daerah pucat dikelilingi daerah hiperemis. Sering ditemukan


adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukannya
luka. Bahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu yang dilalui
oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar. Tegangan
arus kurang dari 65 voltase biasanya tidak membahayakan, tetapi
tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus
(ampere) yang dapat mematikan adalah 100 mA.
Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan
otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedang faktor yang sering
memperngaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang akan adanya arus
listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak menyadari
adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya biasanya pengaruhnya
lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari
berhubungan dengan listrik.
6.

Luka Akibat Petir


Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang
tegangannya dapat mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar
100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya
merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara.
Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara
berupa luka-luka yang mirip dengan akibat persentuhan dengan benda
tumpul.

17

Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan


susunan syaraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga
dapat terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang
ditimbulkannya. Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent
mark (percabangan pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon),
metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi bendabenda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robekrobek.
7.

Jenis Luka Akibat Zat Kimia Korosif


Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila
mengenai tubuh manusia.
Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut,
yaitu :
a.

Golongan Asam.
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain :

Asam mineral, antara lain : H2SO4, HCl dan NO3.

Asam organik, antara lain : asam oksalat, asam formiat dan asam
asetat.

Garam mineral, antara lain : AgNO3 dan Zinc Chlorida.

Halogen, antara lain : F, Cl, Ba dan J.

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga


mengakibatkan luka, ialah:

Mengekstraksi air dari jaringan.

18

Mengkoagulasi protein menjadi albuminat.

Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin.

Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di
atas ialah:

Terlihat kering.

Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric


acid berwarna kuning kehijauan.

b.

Perabaan keras dan kasar.

Golongan Basa.
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain :

KOH

NaOH

NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:

Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk


alkaline albumin dan sabun.

Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin.

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat


ini :

Terlihat basah dan edematus

Berwarna merah kecoklatan

Perabaan lunak dan licin.

2.4 Petunjuk deskripsi luka dan lokasi

19

Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,


bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak
perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka
jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu
ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi :
1.

Jumlah luka.

2.

Lokasi luka, meliputi:


a.

Lokasi berdasarkan regio anatomiknya.

b.

Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian


tertentu dari tubuh.
Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk

luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat
tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh
menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati
puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal
mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus
selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua
ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian
punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang
menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3.

Bentuk luka, meliputi :


a.

Bentuk sebelum dirapatkan

20

b.
4.

Bentuk setelah dirapatkan

Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam


bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.

5.

Sifat-sifat luka, meliputi :


a.

Daerah pada garis batas luka, meliputi :


1) Bentuk (beraturan atau tidak beraturan)
2) Tepi (rata atau tidak rata)
3) Sudut luka (ada atau tidak, jumlahnya berapa dan bentuknya
runcing atau tidak)

b.

Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:


1) Tebing luka (rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja)
2) Antara kedua tebing ada jembatan jaringan atau tidak
3) Dasar luka ( terdiri atas jaringan apa, warnanya, perabaannya,
ada apa di atasnya)

c.

Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :


1) Memar (ada atau tidak)
2) Tatoase (ada atau tidak)
3) Jelaga (ada atau tidak)
4) Bekuan darah (ada atau tidak)
5) Lain-lain ada atau tidak

Dikarenakan mendiskripsikan luka itu bersifat obyektif, maka tidak


diperbolehkan dikemukakan dengan interpretasi. Misalnya ditemukan luka
tusuk atau luka tembak maka kata-kata untuk luka tusuk atau luka tembak

21

tidak boleh diutarakan. Sehingga untuk penulisan di visum et repertum cukup


dengan menyatakan ditemukan luka dan kemudian diceritakan jumlah,
lokasi, bentuk, ukuran dan sifat luka tersebut.
Contoh Beberapa Deskripsi Macam-Macam Luka :
1.

Luka Iris
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya
Lokasinya

Satu.

: Di perut kanan atas, ujung pertama sepuluh sentimeter


sebelah kanan garis tengah tubuh dan lima sentimeter di
atas garis mendatar yang melewati pusat sedang ujung
kedua lima belas sentimeter dari garis tengah tubuh dan
empat sentimeter di atas garis mendatar yang melewati
pusat.

Bentuknya

: Sebelum dirapatkan terbuka dan ketika ditautkan rapat


serta membentuk garis lurus (atau sedikit lengkung) yang
arahnya miring.

Ukurannya : Sebelum ditautkan panjang lima sentimeter, lebar dua


sentimeter dan dalamnya satu sentimeter. Ketika
dirapatkan panjang luka menjadi lima koma tiga
sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka bentuknya teratur, tepi rata dan kedua


sudutnya runcing. Tebing luka rata dan terdiri atas
jaringan kulit, jaringan ikat, lemak serta otot. Jembatan

22

jaringan tidak ada. Dasar luka terdiri atas jaringan otot.


Daerah di sekitar garis batas luka tidak didapati memar
2.

Luka Tusuk
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Satu.

Letaknya

: Di dada bagian kanan atas, sepuluh sentimeter sebelah


kanan garis tengah tubuh dan tujuh sentimeter di atas
garis mendatar yang melewati puting susu.

Bentuknya

: Berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan


rapat serta membentuk garis lurus yang arahnya
mendatar.

Ukurannya : Sebelum

dirapatkan

panjangnya

dua

koma

lima

sentimeter, lebar nol koma enam sentimeter dan


dalamnya belum dapat ditentukan pada pemeriksaan luar
sebab luka menembus dinding dada. Ketika dirapatkan
panjangnya menjadi dua koma tujuh sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka bentuknya teratur dan simetris, tepinya


rata serta kedua sudutnya runcing. Tebing luka rata
terdiri atas kulit, jaringan ikat, jaringan lemak dan otot.
Tidak ditemukan ada-nya jembatan jaringan dan dasar
luka tidak terlihat pada pemeriksaan luar. Di sekitar garis
batas luka tidak ada memar.

3.

Luka Tembak Masuk


Pada pemeriksaan ditemukan luka.

23

Jumlahnya

: Satu.

Lokasinya

: Di perut bagian kanan atas, delapan sentimeter di sebelah


kanan dari garis tengah tubuh dan setinggi seratus
sepuluh sentimeter dari tumit. (Pada luka tembak selalu
diukur setinggi berapa sentimeter dari tumit guna
kepentingan rekonstruksi).

Bentuknya

: Terdiri atas dua bagian, yaitu bagian luar berupa cincin


lecet dan bagian dalamnya berupa lubang. Posisi lubang
terhadap cincin lecet konsentris (atau episentris).

Ukurannya : Diameter cincin lecet sebelas milimeter dan diameter


lubang sembilan milimeter.
Sifatnya

: Garis batas luar dari cincin lecet bentuknya teratur


(bulat) serta tepinya tak rata dan garis batas lubang
bentuknya juga teratur serta tepi-nya tidak rata.
Tebing luka tak rata, berbentuk silinder dan terdiri atas
jaringan kulit, jaringan ikat, otot dan tulang.
Dasar cincin lecet adalah jaringan ikat sedang dasar
lubang tidak dapat ditentukan pada pemeriksaan luar
sebab menembus dinding perut. Daerah di sekitar cincin
lecet terlihat memar berwarna merah kebiruan, jelaga
dan tatoase.

4.

Memar (Kontusi)
Pada pemeriksaan ditemukan memar.

24

Jumlahnya

: Dua buah.

Lokasinya

: Memar pertama di sisi luar dari lengan bawah kiri,


sepuluh sentimeter dari garis pergelangan tangan. Memar
kedua di pipi kiri, lima sentimeter sebelah kiri dari garis
tengah tubuh dan lima sentimeter sebelah bawah dari
garis mendatar yang melewati kedua mata.

Bentuknya

: Tidak teratur.

Ukurannya : Memar di lengan kiri tiga sentimeter kali empat sentimeter


dan memar di pipi tiga sentimeter kali tiga sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas memar tidak begitu tegas dan bentuknya


tidak teratur.
Daerah di dalam garis batas luka terlihat sedikit
menonjol (bengkak), terdiri atas kulit yang masih utuh.
Di sekitar memar tidak ditemukan kelainan.

5.

Luka Bacok
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Sebuah

Lokasinya

: Di paha kiri, ujung pertama pada sisi luar setinggi lima


belas sentimeter dari lutut, sedang ujung kedua pada sisi
depan setinggi dua puluh sentimeter dari lutut.

Bentuknya

: Sebelum ditautkan menganga dan ketika ditautkan rapat


serta membentuk garis lurus arahnya miring.

25

Ukurannya : Sebelum dirapatkan panjang tiga belas sentimeter,


lebarnya enam sentimeter dan dalamnya tujuh sentimeter.
Ketika dirapatkan panjangnya menjadi lima belas
sentimeter. Luka pada tulang paha panjangnya tiga
sentimeter, lebarnya satu sentimeter dan dalamnya dua
sentimeter.
Sifatnya

: garis batas luka bentuknya teratur serta simetris.


Tebing luka rata terdiri atas jaringan kulit, jaringan ikat,
lemak, otot, dan tulang. Tidak ditemukan jembatan
jaringan, dasar luka adalah tulang paha.
Daerah disekitar garis batas luka tidak terlihat memar
(atau terdapat memar jika senjatanya tidak begitu tajam).

6.

Luka Akibat Persentuhan Benda Tumpul


Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Satu

Lokasinya

: Di dahi bagian kanan, tiga sentimeter sebelah kanan dari


garis tengah tubuh dan empat sentimeter di atas garis
mendatar yang melewati kedua matanya.

Bentuknya

: Berupa luka terbuka, tak teratur dan jika ditautkan tidak


rapat.

Ukurannya : Tiga sentimeter, lebar dua sentimeter dan dalamnya nol


koma enam sentimeter.

26

Sifatnya

: Garis batas luka tak teratur, terdapat enam buah sudut


yang terdiri atas sudut tumpul dan runcing.
Tebing luka tak rata, terdiri atas jaringan kulit dan
jaringan ikat. Terdapat jembatan jaringan di antara ke
dua tebing. Dasar luka berupa tulang dahi yang masih
normal. Daerah di sekitar luka tampak bengkak
(menonjol) dan berwarna kebiruan.

7.

Luka Robek
Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Satu.

Lokasinya

: Pada tonjolan dibawah mata kanan, Sembilan sentimeter


sebelah kanan garis tengah tubuh dan dua sentimeter
dibawah garis mendatar yang melewati kedua mata.

Bentuknya

: Berupa robekan, simetris dan ketika dirapatkan terdapat


beberapa bagian yang tidak rapat. Arah luka mendatar.

Ukurannya : Panjang satu koma lima sentimeter, lebar nol koma lima
sentimeter dan dalamnya nol koma tujuh sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka teratur tetapi tepinya tidak rata dan


kedua sudutnya tumpul.
Tebing luka tidak rata, terdiri atas jaringan kulit dan
jaringan ikat. Terdapat jembatan jaringan.
Daerah disekitar luka terlihat memar.

8.

Luka Lecet

27

Pada pemeriksaan ditemukan luka.


Jumlahnya

: Satu.

Lokasinya

: Di perut dan dada dengan batas teratas dua puluh empat


sentimeter sebelah atas dari garis mendatar yang
melewati pusat dan batas terbawah tujuh sentimeter
sebelah bawah dari garis tersebut sedang batas paling kiri
enam belas sentimeter sebelah kiri dari garis tengah
tubuh dan batas paling kanan adalah dua belas sentimeter
sebelah kanan dari garis tersebut.

Bentuknya

: Tidak teratur.

Ukurannya : Tiga puluh satu sentimeter kali dua puluh delapan


sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka tidak teratur.


Tidak terlihat adanya tebing yang jelas. Dasar luka tidak
rata, terdiri atas jaringan kulit jangat, jaringan ikat dan
dibeberapa tempat masih terlihat adanya kulit ari.
Permukaannya

ditutupi

oleh

serum

yang

telah

mongering, warna merah kecoklatan dan perabaannya


kasar.
Di sekitar luka terlihat sedikit memar.
9.

Luka Karena Zat Kimia Korosif Asam Kuat


Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Satu.

28

Lokasinya

: Di dada sebelah kanan dengan batas teratas delapan


sentimeter sebelah atas dari garis mendatar yang
melewati kedua putting susu dan batas terbawah tujuh
sentimeter sebelah bawah dari garis tersebut, sedang
batas paling kiri dua sentimeter sebelah kanan dari garis
tengah tubuh dan batas paling kanan adalah enam belas
sentimeter sebelah kanan dari garis tersebut.

Bentuknya

: Tidak teratur.

Ukurannya : Panjang lima belas sentimeter, lebarnya empat belas


sentimeter, dalamnya luka empat millimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka tidak teratur.


Tebing luka tidak terlihat jelas. Dasar luka berwarna
coklat kehitaman perabaan keras dan kasar. Disekitar
luka terlihat kemerahan.

10. Luka Karena Zat Kimia Korosif Basa Kuat


Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Satu.

Lokasinya

: Di perut dengan batas teratas empat belas sentimeter


sebelah atas dari garis mendatar yang melewati pusat dan
batas terbawah tujuh sentimeter sebelah bawah dari garis
tersebut sedang batas paling kiri dua belas sentimeter
sebelah kiri dari garis tengah tubuh dan batas paling

29

kanan adalah enam belas sentimeter sebelah kanan dari


garis tersebut.
Bentuknya

: Tidak teratur.

Ukurannya : Panjang dua puluh delapan sentimeter, lebarnya dua


puluh satu sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka tidak teratur.


Dasar luka jaringan ikat, terlihat basah, berwarna merah
kecoklatan perabaannya lunak dan licin.

11. Jejas Jerat


Pada pemeriksaan ditemukan jejas.
Jumlahnya

: Satu.

Lokasinya

: Di leher sebelah atas, pada sisi depan setinggi dua


sentimeter di atas jakun sedang pada sisi belakang
setinggi batas rambut.

Bentuknya

: Berupa jejas yang melingkari leher secara penuh.

Ukurannya : Panjang lingkaran tiga puluh lima sentimeter, lebar nol


koma tujuh sentimeter dan dalamnya nol koma dua
sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka teratur, tetapi di beberapa tempat


kelihatan tidak begitu tegas.
Dasar jejas berupa kulit, warna kecoklatan, perabaan
licin seperti kertas perkamen.
Di sekitar garis batas jejas terlihat sedikit memar.

30

12. Jejas Gantung


Pada pemeriksaan ditemukan jejas.
Jumlahnya

: Satu.

Lokasinya

: Di leher sebelah atas, melingkari leher tersebut secara


tidak penuh. Pada sisi depan setinggi dua sentimeter di
atas jakun dan pada kedua sisi samping mengarah ke atas
serta berakhir di sisi belakang. Jika kedua ujung jejas
diteruskan dengan membuat garis semu maka akan
bertemu pada suatu titik yang letaknya lebih tinggi dari
letak jejas sisi depan.

Bentuknya

: Berupa lingkaran jejas yang tidak penuh.

Ukurannya : Panjang lingkaran tiga puluh lima sentimeter, lebar nol


koma tujuh sentimeter dan dalamnya nol koma dua
sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka teratur, tetapi dibeberapa tempat


kelihatan tidak begitu tegas.
Dasar jejas berupa kulit, warna kecoklatan, perabaan
licin seperti kertas perkamen.
Di luar garis batas jejas terlihat sedikit memar.

13. Luka Bakar


Pada pemeriksaan ditemukan luka.
Jumlahnya

: Dua buah.

31

Lokasinya

: Keduanya di paha sisi depan, yang satu sepuluh


sentimeter di atas lutut dan lainnya tujuh belas sentimeter
diatas lutut.

Bentuknya

: Yang letaknya sepuluh sentimeter di atas lutut berupa


luka terbuka yang bentuknya tidak teratur dan yang
lainnya berupa gelembung dan tidak teratur.

Ukurannya : Yang

berupa

luka

terbuka

panjangnya

sepuluh

sentimeter, lebar tujuh sentimeter dan dalamnya nol


koma enam sentimeter, sedang yang berupa gelembung
ukurannya tiga kali empat kali satu sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka terbuka tidak teratur dan tepinya tidak


teratur.
Tebing luka tak rata. Dasar luka jaringan ikat, tidak rata,
terlihat basah dan berwarna kemerahan.
Sekitarnya tampak kemerah-merahan.
Garis batas luka yang berupa gelembung tidak teratur.
Isi gelembung berupa cairan bening.
Sekitar gelembung tampak kemerah-merahan.

2.5 Waktu Terjadinya Kekerasan


Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi
keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum
terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,
informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan

32

sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, terutama yang


berkaitan dengan alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya
seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia
berada di tempat yang jauh dari tempat kejadian perkara
Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti, akan dapat ditentukan :
1.

Luka antemortem dan post mortem


Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaanya ialah
luka itu terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut perlu dicari ada tidaknya tandatanda intravital. Jika di temukan
berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian pula sebaliknya
Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang
menunjukan bahwa
a.

Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma


Tandatanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam
keadaan hidup ketika terjadi trauma antara lain :
1) Retraksi jaringan
Terjadi karena serabutserabut elastic dibawah kulit
terpotong dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit di
atasnya. Jika arah luka memotong serabut secara tegak lurus
maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar
dengan serabut elastic maka bentuk luka tak begitu menganga.
2) Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu:

33

Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya


berupa : Eritema (kulit berwarna kemerahan), vesikel atau
bulla.

Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravitas


berupa kontusi atau memar

3) Reaksi mikroorganisme (infeksi)


Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma
dan meninggalkan luka terbuka maka kumankuman akan
masuk serta menimbulkan infeksi yang ciricirinya sebagai
berikut :

Warna kemerahan

Terlihat bengkak

Terdapat pus

Bila sudah lama terlihat adanya jaringan granulasi

4) Reaksi biokimiawi
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka
pada daerah tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :

kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit


sesudah trauma)

Kenaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30


menit sesudah trauma).

Kenaikan kadar enzyme (ATP, aminopeptidase, acidphosphatase dan alkali-phosphatase) yang terjadi beberapa

34

jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme


pertahanan jaringan.
b.

Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma


Jika organ dalam (jantung atau paruparu) masih dalam keadaan
berfungsi ketika terjadi trauma maka tanda tandanya antara lain :
1) Perdarahan hebat (profuse bleeding) :
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan
perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga
terus menerus memompa darah keluar lewat luka. Berbeda
sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya
darah di sini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga
jumlahnya tidak banyak.
Perdarahan pada luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu
perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal mudah
dibuktikan karena darah tertampung di rongga badan (rongga
perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala dan kantong
pericardium) sehingga dapat di ukur pada waktu otopsi.
Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat
kejadian) hanya dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi di
temukan tanda-tanda anemis (muka dan organ-organ dalam
pucat) disertai tandatanda limpa melisut, jantung dan nadi
utama tidak berisi darah.
2) Emboli udara

35

Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli


udara arterial (sistematik). Emboli udara venosa terjadi jika
lumen dari vena yang terpotong tidak mengalami kolap karena
terfixir dengan baik, seperti vena jugularis eksterna atau
subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan di jantung kanan
negative. Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan
dapat terus menuju ke daerah paruparu sehingga dapat
mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari
emboli udara venosa pada penderita foramen ovale persisten
atau sebagai akibat dari tindakan pneumotoraks artificial atau
karena lukaluka yang menembus paruparu. Kematian dapat
terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner
atau otak.
3) Emboli lemak
Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai
jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang
panjang. Akibatnya, jaringan lemak akan mengalami pencairan
dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah
menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju
daerah paruparu.
4) Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru paru
menderita luka, sementara paru paru itu sendiri tetap berfungsi

36

maka luka tersebut dapat berfungsi sebagai ventil. Akibatnya,


udara luar atau udara paru- paru akan masuk ke rongga pleura
setiap inspirasi.
Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura
semakin banyak yang pada akhirnya akan menghalangi
pengembangan paru paru sehingga pada akhirnya paru paru
menjadi kolap.
5) Emfisema kulit ( krepitasi kulit ).
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan
menusuk paru paru maka pada setiap ekspirasi udara paru
paru dapat masuk ke jaringan ikat di bawah. Pada palpasi akan
terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini
tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang
meninggal dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal
dunia maka kelainankelainan tersebut di atas tidak mungkin
terjadi mengingat pada saat itu jantung dan paru parunya
sudah berhenti bekerja.
2.

Umur luka
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur
luka. Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk
menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup
ataupun mati) dilakukan mengingat adanya factor individual, penyulit
(misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi) serta factor
kualitas dari kekerasan itu sendiri.

37

Kendati demikian ada beberapa cara dapat digunakan untuk


memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :
a.

Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan
berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup perkiraan dihitung
dari saat trauma sampai saat diperiksa, pada korban mati mulai dari
saat trauma sampai saat kematiaanya.

b.

Pemeriksaan mikroskopik (histology).


Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan
maka perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.
Selain berguna bagi intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga
untuk menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah
dengan mengamati perubahan perubahan histologiknya
Perubahan perubahan histologik dari luka ini sangat dipengaruhi
ada tidaknya

infeksi. Perlu diketahui bahwa infeksi akan

memperlambat proses penyembuhan luka.


c. Pemeriksaan histokemik
Perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat trauma
adalah akibat dari fenomena fungsional yang sejalan dengan aktifitas
enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi
biologik.
Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat
dilihat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zatzat tertentu. Mula-mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan
menyertakan jaringan di sekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo

38

dari potongan itu difiksasi dengan mengunakan formalin 10% di


dalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam
untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase.
Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan
es kering guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan
aminopeptidase.
Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat
dilihat lebih dini setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas
aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedang peningkatan acid
phosphatase, alkali phophatase sesudah 4 jam.
d. Pemeriksaan biokemik
Meskipun pemeriksaan histokemik telah banyak menolong, tetapi
reaksi trauma yang ditunjukkan masih memerlukan waktu yang
relatif panjang, yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang
sering terjadi, korban mati beberapa saat sesudah trauma sehingga
belum dapat dilihat reaksinya dengan metode tersebut. Oleh sebab
itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik. Histamin dan serotinin
merupakan zat vasoaktif yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
inflamasi akut, terutama pada stadium awal trauma. Penerapannya
bagi kepentingan forensik telah diplubikasikan pertama kali pada
tahun 1965 oleh Vazekas dan Viragos-Kis. Mereka melaporkan
adanya kenaikan histamin bebas pada jejas jerat antemortem pada
kasus gantung. Oleh peneliti lain kenaikan histamin terjadi 20-30
menit sesudah trauma, sedang serotonin naik setelah 10 menit.

39

2.6 Akibat trauma


Kelainan yang terjadi akibat trauma dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

Aspek medic

Aspek yuridis

1.

Aspek Medik
Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo
Galilei, setiap benda akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada
kekuatan luar yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton
dengan 3 buah hukumnya berhasil menemukan metode yang dapat
dipakai untuk mengukur dan menghitung energi.
Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu
energi potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik
yang mampu menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat
disertai atau tidak disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit.
Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa :
a.

Kelainan fisik / organik.


Bentuk dari kelainan fisik atau organik ini dapat berupa :

b.

Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh.

Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu.

Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.


Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian
tubuh yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain
lumpuh, buta, tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam.

c.

Infeksi.

40

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrana mukosa merupakan


barier terhadap infeksi. Bila kulit atau membrana tersebut rusak
maka kuman akan masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat
masuk lewat daerah memar atau bahkan iritasi akibat benda yang
terkontaminasi

oleh

kuman.

Jenis

kuman

dapat

berupa

Streptococcus, Staphylococcus, Eschericia coli, Proteus vulgaris,


Clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.
d.

Penyakit.
Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya
penyakit jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan
dan masih dalam kontroversi.

e.

Kelainan psikik.
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan
dapat menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental
yang spektrumnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational
neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia),
manic depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi individu
untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan faktor
utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat
serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan
mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri
atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relatif bagi yang
bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara

41

umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan


tubuh atau organ dengan psikosis post trauma didasarkan atas :
1) Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma.
2) Trauma telah merusak susunan syaraf pusat.
3) Trauma,

tanpa

mempersoalkan

lokasinya,

mengancam

kehidupan seseorang.
4) Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau
fungsinya dapat mempengaruhi emosi: organ genital, payudara,
mata, tangan atau wajah.
5) Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan.
6) Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal.
7) Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang
menimpanya.
2.

Aspek Yuridis
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik
disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma
maka dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan
oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja),
recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk
menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu
berat ringannya luka.
Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka
tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap :
a.

Kesehatan jasmani.

42

b.

Kesehatan rohani.

c.

Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan.

d.

Estetika jasmani

e.

Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.

f.

Fungsi alat indera

1.

Luka ringan.
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya.

2.

Luka sedang.
Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk
sementara waktu.

3.

Luka berat.
Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP,
yang terdiri atas:
i.

Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh


dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma
pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah
dijahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.

ii. Luka

yang

dapat

mendatangkan

bahaya

maut.

Dapat

mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi

43

untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat


sembuh.
iii. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari
sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat
dikategorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan
kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat
dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi
menjalankan pekerjaan tersebut selamanya.
iv. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma
menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran
satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera.
Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat
berdasarkan butir (a) di atas.
v.

Cacat besar atau kudung.

vi. Lumpuh.
vii. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan
daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat
juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau
gangguan jiwa lainnya.
viii. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang
dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum
masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana
umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang,

44

kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi


menunjukkan tanda-tanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar
atau tidak dari perut ibunya.
2.7 Kualifikasi Luka
1.

Kualifikasi Luka
Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu
Kedokteran Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana

45

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
(3) Kehilangan salah satu panca indera;
(4) Mendapat cacat berat;
(5) Menderita sakit lumpuh;
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Anamnesis
3.1.1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 44 tahun

Alamat

: Kaligawe, Semarang

Pekerjaan

: tidak bekerja

3.1.2. Riwayat Penyakit Sekarang


1.

Keluhan utama

: Bengkak, terasa nyeri

2.

Lokasi

: Mata

3.

Onset

: Satu hari

4.

Kualitas

: -

5.

Kuantitas

: -

6.

Kronologi

: Korban pulang rumah jam 8 pagi dengan


kondisi sudah bengkak di kelopak mata
dan tampak kemerahan. Beberapa saat
setelah itu kakak korban yang menemui di
rumah menduga korban dipukuli oleh
tetangganya dikarenakan korban memiliki
gangguan jiwa. Tapi menurut

cerita

46

47

korban bahwa kepala korban di benturkan


ke tembok oleh pelaku.
7.

8.

Faktor modifikasi
-

Faktor yang memperingan

:-

Faktor yang memperberat

:-

Gejala lain : Tidak ada

3.1.3. Riwayat Penyakit Dahulu


Korban mengalami gangguan jiwa kurang lebih sudah 20 tahun dan
pernah dirawat di rumah sakit jiwa magelang sampai sekarang masih
dalam perawatan
3.1.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
3.2. Pemeriksaan Fisik
3.2.1. Status generalis :
a.

Keadaan umum : Baik

b.

Kesadaran

: Komposmentis

c.

Status gizi

: Cukup

3.2.2. Pemeriksaan Umum :


Terdapat luka memar pada kedua kelopak mata. Bengkak pada
kelopak mata kiri lebih besar dibanding kelopak mata kanan. Tidak
ditemukan luka memar pada kepala.

48

Gambar 8. Luka memar pada mata

49

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


Jl. Raya Kaligawe Km 4, Semarang

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No: 144/VRH/VIII/14
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Semarang Timur melalui suratnya tanggal 6
Agustus tahun 2014, Nomor polisi: B/18/XI/2012/Reskrim, yang ditandatangani oleh Soeprapto,
SH pangkat AKP, NRP 62120577 dan diterima pada tanggal 7 Agustus tahun 2014, jam 10.30
WIB, maka dengan ini, saya, dr. Setyo Trisnadi, Sp. F, SH., sebagai dokter yang bekerja pada
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 7 Agustus tahun
2014 jam 11.30 WIB, di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
telah memeriksa serta merawat orang, yang berdasarkan surat permintaan tersebut di atas
bernama Sri Kristiati, umur 44 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak bekerja, Warga Negara
Indonesia, agama Islam, alamat Jl. Raya Kaligawe km 5,5 No. 176 Semarang, diduga telah
mengalami peristiwa penganiayaan------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN :---------------------------------------------------------------------------------Dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan ditemukan fakta-fakta sebagai berikut :---------A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PERTAMA KALI : -----------------------------------------Tanggal tujuh agustus dua ribu empat belas--------------------------------------------------------------1. KEADAAN UMUM --------------------------------------------------------------------------------------- Tingkat kesadaran : sadar penuh -------------------------------------------------------------------- Denyut nadi : sembilan puluh enam kali per menit------------------------------------------------ Pernapasan : dua puluh kali per menit -------------------------------------------------------------- Tekanan darah : seratus dua puluh per sembilan puluh milimeter air raksa-------------------- Suhu badan : tiga puluh enam koma lima derajat celcius ---------------------------------------2. KELAINAN-KELAINAN FISIK -----------------------------------------------------------------------a. Bagian luar tubuh : terdapat dua buah luka memar, memar pertama pada kelopak mata
kanan warna biru keunguan, batas atas satu sentimeter dari bawah alis mata kanan, batas
batas bawah empat sentimeter dari bawah alis mata kanan, bentuk teratur berukuran
panjang lima sentimeter dan lebar tiga sentimeter, garis batas memar tegas dan
bentuknya teratur, daerah di dalam garis batas memar terlihat menonjol, terdiri atas kulit

50

yang masih utuh, disekitar memar tidak ditemukan kelainan. Memar kedua di kelopak
mata kiri warna biru keunguan, batas atas nol koma lima sentimeter dari bawah alis mata
kiri, batas bawah lima sentimeter dari bawah alis mata kiri, bentuk teratur berukuran
panjang empat koma lima sentimeter dan lebar lima sentimeter, garis batas memar tegas
dan bentuknya teratur, daerah di dalam garis batas memar terlihat menonjol, terdiri atas
kulit yang masih utuh, disekitar memar tidak ditemukan kelainan.-b.
Bagian dalam tubuh : tidak dilakukan pemeriksaan dalam tubuh
-----------------------------C. FAKTA YANG DIALAMI SELAMA PERAWATAN
1. Fakta berupa akibat : timbulnya rasa tidak nyaman pada kedua kelopak mata--------------------2. Fakta berupa tindakan medik : rawat jalan ------------------------------------------------------------D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TERAKHIR : --------------------------------------------------Tanggal dua puluh satu Agustus dua ribu empat belas --------------------------------------------------1. Fakta yang berkaitan dengan kondisi jasmaniahnya : luka tersebut dapat sembuh
sempurna ---------------------------------------------------------------------------------------------2. Fakta yang berkaitan dengan pekerjaannya : yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan rumah-------------------------------------------------------------------------------------KESIMPULAN :---------------------------------------------------------------------------------------------Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas orang tersebut maka saya
simpulkan bahwa telah diperiksa seorang perempuan umur empat puluh empat tahun, warna kulit
kuning langsat, kesan gizi cukup. Dari pemeriksaan tampak ada kekerasan benda tumpul berupa
luka memar di kedua kelopak mata korban. Luka tersebut tidak mengakibatkan penyakit dan
halangan dalam menjalankan pekerjaan. --------------------------------------------------------------------

PENUTUP:----------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter-------------------------------------------------------------Semarang, 21 Agustus 2014
Dokter yang memeriksa,

dr. Setyo Trisnadi, Sp.F, SH.

BAB IV
PEMBAHASAN

Luka memar (bruise/contussion) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt


force injury) yang merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam jaringan
subkutan sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya.
Terjadinya

luka

memar

biasanya

diawali

oleh

adanya

suatu

benturan/kekerasan dengan energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas


sel-sel pembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh
yang terkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan
sel-sel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan intersitsial. Mula-mula pembengkakan
timbul warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada
hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan
kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4.

Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses
peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur
jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikat longgar
(mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar yang tampak seringkali tidak

51

52

sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas. Ada 4 faktor yang
mempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:
a.

Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan subkutan.

b.

Kulit (epidermis) yang tipis.

c.

Wanita lebih mudah mengalami luka memar (contusion) daripada laki-laki.

d.

Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia, sirosis,


dan lain-lain.
Hal yang harus diingat bahwa luka memar yang disebabkan oleh serangan

benda tumpul tidak dapat dilihat dengan segera. Dapat terlihat jejas sepanjang
jaringan tubuh atau dapat meluas jika terdapat pada bagian bagian tubuh yang
bergantung pada gravitasi. Penampakan tempat dan waktu dari perubahan warna
harus dinilai secara teliti sebelum membuat diagnosa pasti. Luka memar yang
jelas terlihat pada muka, leher, tungkai bawah, dan di sekitar mata kaki dan kaki
semua itu merupakan daerah-daerah yang rawan salah diagnosa. Selain itu tidak
semua luka memar disebabkan oleh serangan, luka memar karena serangan dan
yang bukan karena serangan dapat bercampur jadi diperlukan penekanan untuk
membedakan antara lesi yang lama dengan yang baru ketika memeriksa sebuah
kasus yang dicurigai karena serangan. Inilah yang membedakan antara luka
memar dan lebam mayat.

53

Perbedaan antara lebam mayat dengan memar


Sifat
1. Letak

2. Kultikula
(Kuli air)
3. Lokasi

4. Gambaran
5. Pinggiran
6.Warna

7. Pada pemotongan

8. Dampak setelah
Penekanan

Lebam mayat
Epidermal, karena
pelebaran pembuluh
darah yang nampak
sampai ke permukaan
kulit
Tidak rusak

Memar
Subepidermal, karena
ruptur pembuluh
darah yang letaknya
bisa superfisial
atau lebih dalam
Kulit ari rusak

Terdapat pada daerah


yang luas, terutama
luka pada bagian tubuh
yang letaknya rendah.
Pada lebam mayat
tidak ada elevasi dari
kulit.
Jelas
Warnanya sama

Terdapat di sekitar bisa


tampak di mana saja
pada bagian tubuh dan
tidak meluas
Biasanya membengkak
karena resapan
darah dan edema.
Tidak jelas
Memar yang lama
warnanya bervariasi.
Memar yang baru
berwarna lebih tegas
daripada warna lebam
mayat disekitarnya.
Menunjukkan resepan
darah ke jaringan
sekitar, susah
dibersihkan jika hanya
dengan air mengalir.
Jaringan subkutan
berwarna merah
kehitaman.
Warnanya berubah
sedikit saja jika
diberi penekanan.

Pada pemotongan,
darah tampak dalam
pembuluh, dan mudah
dibersihkan. Jaringan
subkutan tampak
pucat.

Akan hilang walaupun


hanya diberi
penekanan
yang ringan
Dikutip dari : www.usu.ac.id

Sel sebagai bagian dari sebuah jaringan yang apabila mengalami jejas atau
cedera akan melakukan respon adaptasi tersendiri. Penyebab jejas sel, antara lain:
a.

Hipoksia.

b.

Fisik

54

c.

Obat-obatan dan zat kimia.

d.

Reaksi imunologis.

e.

Defek genetic.

f.

Ketidakseimbangan nutrisi.
Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi dikarenakan trauma fisik benda

tumpul. Sel yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase unruk beradaptasi
agar dapat kembali homeosatis. Mekanisme jejas sel pada luka memar merupakan
suatu proses biomolekuler sel yang meliputi:
2.

Ischemia.
Pada jejas reversible seperti luka memar, sel akan mengalami
penurunan aktifitas oksidasi fosforilasi karena sel mengalami iskemia
(kekurangan suplai nutrisi), sehingga terjadilah penurunan jumlah ATP
(kalsium bebas dalam sitosol meningkat) dan penurunan kemampuan pompa
natrium.
Penurunan kemampuan pompa natrium ini berakibat ion natrium
berakumulasi di dalam sel, terjadi pembengkakan sel (peningkatan
isoosmotik), dan difusi ion kalium dari dalam sel. Lain halnya dengan ion
kalsium intra sel, pada kondisi ini terjadi peningkatan ion kalsium dalam
sitoplasma yang berasal dari mitokondria yang fungsinya menurun, reticulum
endoplasma, dan dari luar sel. Konsekuensi dari kenaikan kadar ion kalsium
intra sel ini adalah terjadinya aktivasi beberapa enzim, antara lain:
a.

Enzim ATP-ase (menurunkan kadar ATP).

b.

Enzim Fosfolipase (menurunkan kadar fosfolipid).

55

c.

Enzim Endonuklease (merusak inti kromatin).

d.

Enzim Protease (merusal protein membrane dan sitoskeletal).


Efek dari iskemia tidak berhenti sampai disini, jejas sel pada luka

memar juga memacu peningkatan glikolisis anaerob yang mengkibatkan :


a.

Penipisan cadangan glikogen.

b.

Akumulasi asam laktat.

c.

Akumulasi fosfat anorganik.

d.

Penurunan pH intrasel.
Pada ribosom juga terjadi penurunan sintesis protein, fungsi

mitokondria menjadi jelek, kenaikan permeabiltas membran, hingga


kerusakan sitoskeleton. Pada akhirnya mitokondria, reticulum endoplasma,
dan sekitar sel ikut membengkak.
3.

Radikal Bebas (Activated Oxygen Species).


Jejas sel pada luka memar juga melibatkan radikal bebas, ini dapat
dilihat pada proses kerusakan oleh karena proses peradangan. Radikal bebas
sendiri ialah sejenis bahan kimia yang memiliki satu electron tanpa pasangan
pada orbit luarnya. Sifat radikal bebas tidak mantap, sangat reaktif, dalam sel
mengadakan reaksi dengan bahan kimia anorganik dan organik, protein,
lemak, dan karbohidrat.
Sumber radikal bebas berasal dari hidrolisis air menjadi OH- dan H+
dengan ionisasi radiasi, reaksi reduksi-oksidasi pada fisiologi normal
(respirasi, oksidasi intrasel, dan ekskresi logam transisi), dan metabolisme
bahan kimia eksogen. Mekanisme jejas oleh karena radikal bebas meliputi:

56

a.

Peroksidasi lemak dalam selaput organel sampai merusak retikulum


endoplasma, mitokondria, dan komponen mikrosom lain.

b.

Peroksidasi lipid pada membran.

c.

Kerusakan pada DNA karena radikal bebas bereaksi dengan Thymine.


Karena termasuk dalam proses peradangan (inflamasi), maka luka

memar memiliki 5 tanda mayor dari peradangan, yaitu: Rubor (kemerahan),


Kalor (panas), Dolor (rasa sakit), Tumor (pembengkakan), dan Fungsio Laesa
(perubahan fungsi). Ketika luka timbul, beberapa efek kemungkinan akan
muncul, antara lain:
a.

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ


Kehilangan seluruh atau sebagain fungsi ini atau fungsiolaesa,
merupakan efek gabungan dari bengkak, nyeri yang disertai sirkulasi
abnormal, dan lingkungan kimiawi local yang abnormal.

b.

Respon stres simpatis.


Akibat sensasi Dolor (rasa sakit) dari peradangan disebabkan oleh
perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung syaraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia
tertentu seperti histamine.

c.

Perdarahan dan pembekuan darah.

d.

Kontaminasi bakteri.

e.

Kematian sel.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian
terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka
bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik dan kekerasan kimiawi.
Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan
benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda
yang mudah pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir,
dan akibat zat kimia korosif.
Luka pada kasus di atas adalah kasus luka memar. Luka memar
tersebut didapatkan di daerah kedua kelopak mata. Ciri-ciri luka memar
tersebut didapatkan garis batas memar tegas dan bentuknya teratur, daerah di
dalam garis batas memar terlihat sedikit menonjol dengan warna biru
keunguan.
Dari deskripsi luka, kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak
hukum untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal
351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk
menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan
melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita sebagai
calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum akan banyak
menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka baik pada korban hidup
maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum
et Repertum.
57

58

5.2 Saran
1.

Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendiskripsikan


luka sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.

2.

Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari


ilmu kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/41221/6/BAB_I.pdf
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/509917ec3ba636ef6b2ff210fd845a2e.pdf
Bhayangkara RS, IKFM- UNHAS, 2011
http://puskesmassungkai.wordpress.com/emergency-news/dsc00180/
http://first-treatment.blogspot.com/2013/02/pertolongan-pertama-bila-luka
memar.html
www.fk.uwks.ac.id
www.usu.ac.id
Apuranto, Hariadi. Luka tumpul
[online]. 2010. Available
at:
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf
(cited : 10 Agustus 2014).
Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.
Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang : 2003.
Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan kelima semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2007.
Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar
[online]. 2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/
biomol-memar_rev.pdf. (cited : 10 Agustus 2014).
Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa
Aksara: Jakarta 1997. Hal 85-129.
Wales J. Visum et Repertum. [online]. 2010. Available at :
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. (cited : 10 Agustus
2014).
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

59

Anda mungkin juga menyukai