Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
kulit yang terjadi terutama dibagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak, pinggang, alat
kelamin, sekeliling siku, aerola mammae (area sekeliling puting susu) dan permukaan
depan pergelangan (Sungkar, 2000)
Sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintikbintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi, dimana ada empat tanda kardinal
yaitu : (Handoko, 2009)
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Penyakit ini
menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barak-barak
tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena
penyakit ini. Penyakit scabies amat mudah menular melalui pemakaian handuk,
baju maupun seprai secara bersama-sama. Penyakit Skabies mudah menyerang
daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah.
2. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
12
13
14
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Pada nodus
biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal
dan aksila. Nodusini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau
skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.
Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan scabies manusia yaitu tidak dapat terowongan, tidak menyerang sela jari
dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangan yaitu paha, perut, dada, dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara
(4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. Binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal
pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular
Karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies
15
Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga system imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
Pada penderita kusta, skabies Norwegia mungkin terjadi akibat defisiensi
imunologi, terutama pada tipe kusta lepromatosa. Selain itu terjadi gangguan
neurologik yang menyebabkan gangguan persepsi gatal dan anestasi terutama
pada jari tangan dan kaki. Pada penderita kusta juga terjadi kontraktur pada jari-jari
tangan sehingga penderita tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada
bayi lesi di muka sering terjadi.
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
16
1. Permetrin
Merupakan obat pilihan dalam bentuk salep untuk saat ini, tingkat
keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak megiritasi kulit. Dapat
digunakan di kepala dan di leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya
dengan cara dioleskan ditempat lesi kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
(Harahap, 2013).
2. Malation
Malation 0,5% dengan dasar air dalam bentuk salep digunakan selama 24
jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %)
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.
Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
4. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini
digunakan pada malam hari selama 3 hari.
5. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2-3 hari.
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)
Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan
17
pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf
pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu
kemudian (Handoko, 2009). Krotamiton 10 % dalam krim atau lotion, merupakan
obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal
Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari
infeksi. Dariansyah, 2006 yang mengutip pendapat Azwar mengatakan langkah-langkah
yang dapat diambil dalam pencegahan penyakit skabies adalah sebagai berikut :
a. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam
di cairan antiseptik
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprai dalam air sabun hangat dan gunakan setrika
panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (dry-cleaned)
c. Keringkan topi dan jaket
d. Hindari pemakaian bersama sisir atau alat cukur dan lainnya
Kementrian Kesehatan RI, 2011, memberikan beberapa cara pencegahan
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang
cara penularan penyakit skabies. Diagnosis dini dan cara pengobatan penderita skabies
dan orang-orang yang kontak meliputi:
a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
b. Laporkan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan
c. Isolasi penderita yang terinfeksi penyakit skabies. Yang terinfeksi penyakit
skabies sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit
di isolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif
Disinfeksi serentak yaitu pakaian dan sprai yang digunakan oleh penderita
dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan
19
sistem pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh
kutu dan telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat.
Mencuci sprai, sarung bantal dan pakaian pada penderita (Ruteng, 2007).
Penanggulangan wabah yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya:
a. Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko
b. Pengobatan dilakukan secara massal
c. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik di dalam keluarga, di dalam
unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita dipindahkan Sediakan
sabun, sarana pemandian, dan pencuci umum, jika ada sangat membantu
dalam pencegahan infeksi.
(ganti-ganti
pasangan),
kesalahan
diagnosis
dan perkembangan
20
Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan
dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti
asuhan, dan pondok pesantren. Pondok pesantren adalah sekolah Islam dengan sistem
asrama dan pelajarnya disebut santri. Pelajaran yang diberikan adalah pengetahuan
umum dan agama tetapi dititikberatkan pada agama Islam. Di Indonesia, sebagai
negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, terdapat 14.798 pondok
pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi (Amajida & Saleha, 2014)
Pada tahun 2003, prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di Kabupaten
Lamongan adalah 48,8% dan di Pesantren An Najach Magelang pada tahun 2008
prevalensi skabies adalah 43%. Santri yang mengidap skabies terganggu kualitas
hidupnya karena keluhan gatal yang hebat serta infeksi sekunder. Keluhan tersebut
menurunkan kualitas hidup dan prestasi akademik. Pada tahun 2008 sebanyak 15,5%
santri penderita skabies di Provinsi Aceh menurun nilai rapornya. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Sudarsono di Medan pada tahun 2011 yang menunjukkan prestasi
belajar santri menjadi lebih rendah dibandingkan sebelum menderita skabies (Amajida
& Saleha, 2014).
Di Jakarta Timur, terdapat pesantren padat penghuni dan santrinya banyak
yang mengeluh kudisan. Untuk mengetahui apakah keluhan tersebut adalah skabies,
perlu dilakukan survei dan jika penyakit kulit yang diderita adalah skabies, santri perlu
diobati. Pengobatan skabies, mudah dilakukan dengan cure rateyang tinggi, namun jika
tidak secara masal dan serentak, maka rekurensi segera terjadi. Dengan demikian,
21
pengobatan skabies harus diikuti dengan penyuluhan kesehatan agar santri dapat
mencegah rekurensi skabies. Agar penyuluhan kesehatan memberikan hasil yang baik,
penyuluhan harus disesuaikan dengan karakteristik demografi santri antara lain jenis
kelamin dan pendidikan (Amajida & Saleha, 2014).
2.2
Hygiene Berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang atau kebersihan diri untuk mensejahterakan fisik
dan psikologis (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Adapun pentingnya Personal Hygiene dalam kehidupan manusia yaitu
meningkatkan derajat seseorang, memelihara kebersihan diri, memperbaiki
yang
22
24
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalah satu nya dalah PHBS sekolah,
yakni perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dna masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran. Berbagai penyakit yang
sering menyerang anak usia sekolah ummunya berkaitan dengan PHBS. Perilaku Hidup
Bersih dan Sheta sangat erat kaitannya dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang meliputi makan dengan menu
seimbang, olah raga, istirahat yang cukup dan kebersihan diri (Notoadmodjo, 2007).
Higiene perseorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan
kesehatan. Higiene personal adalah perawatan diri dengan cara melakukan beberapa
fungsi seperti mandi, toileting, higiene tubuh umum, cuci tangan pakai sabun dan
berhias. Higiene adalah persoalan yang sangat pribadi dan ditentukan oleh berbagai
faktor, termasuk nilai-nilai dan praktik individual. Higiene meliputi perawatan kulit dan
badan, rambut, kuku, gigi, rongga mulut, mata, telinga, dan area perineum-genital
(Alimul, 2006).
2.2.1.
hygiene perorangan. Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki peranan
yang sangat sentral dalam menjaga keutuhan badan. Kulit merupakan lapisan
terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh dibawahnya dan organorgan yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme
25
26
27
28
29
hygiene mulut merupakan aspek yang sangat penting dalam perawatan menggosok
gigi, lidah tidak cukup untuk mencapai kesehatan mulut. Dibutuhkan pemeriksaan
dan intervensi yang teliti bagi yang tidak mampu mencapai kesehatan mulut (Isroin
& Andarmoyo, 2012).
Plak pada gigi adalah lapisan tipis lunak yang melekat pada permukaan
enamel gigi (sisa makanan yang sudah mengeras). Plak bila tidka di bersihkan dapat
mengalami pengerasan atau mineralisasi membentuk karang gigi yang melekat
pada permukaan gigi (Roper, 2002).
30
31
2. Memberikan keindahan
Seseorang akan kelihatan baik menarik, apabila orang tersebut memilki mata
yang indah. Mata yang indah adalah mata yang cerah, bening, lebar dan sehat.
3. Mendeteksi kesehatan
Beberapa penyakit dapat diketahui dengan melihat keadaan mata pemiliknya,
misalnya kekurangan vitamin A, anemia (kekurangan darah merah), mata
bagian bawah kelihatan pucat, tekanan mental (stress), pandangannya kosong,
orang dalam keadaan pingsan, pupil mengecil dan gerakan mata sangat lemah.
Agar fungsi mata selalu optimal, maka mata harus selalu dijaga dan dipelihara
kesehatannya seperti menggunakan kaca mata khususnya (bewarna gelap)
untuk mengurangi rangsangan dari luar seperti debu atau sinar matahari yang
kuat. Kalau mata kemasukan benda-benda asing, seperti debu atau sejenisnya,
pergunakanlah boorwater pada gelas mata, rendam mata sambil dikedipkedipkan sampai terasa bersih jangan sekali-kali membersihkan mata dengan
sapu tangan bekas penderita sakit mata (Sylavia, 2002).
32
(relative exposure) dan reaksi individu terhadap setiap keadaan keterpaparan, sangat
berbeda atau dapat di- pengaruhi oleh berbagai sifat karakteristik tertentu. Pertama,
faktor genetis yang lebih bersifat tetap, seperti jenis kelamin, ras, data kelahiran, dan
lain-lain. Kedua, faktor biologis yang berhubungan erat dengan kehidupan biologis
seperti umur. Ketiga, faktor perilaku yang berpengaruh seperti tingkat pendidikan,
daerah tempat tinggal dan sebagainya.
a. Umur
Adapun hubungan antara kejadian frekuensi penyakit dengan umur
biasanya dinyatakan dalam bentuk age specific incidence maupun prevalence
(angka kejadian umur khusus) yakni jumlah kejadian suatu penyakit pada suatu
kelompok umur tertentu.
Selain faktor tersebut di atas, umur merupakan salah satu sifat karakteristik
yang sangat utama karena umur juga mempunyai hubungan yang erat dengan
keterpaparan. Umur juga mempunyai hubungan dengan besarnya resiko terhadap
penyakit tertentu dan sifat resistensi pada berbagai kelompok umur tertentu.
Dengan demikian maka dapat di mengerti bahwa adanya perbedaan pengalaman
terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai kemaknaan (pengaruh) yang
berhubungan dengan adanya perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan
menurut umur, adanya perbedaan dalam proses kejadian patogenesis, maupun
adanya perbedaan pengalaman terhadap penyakit tertentu.
Beberapa penyakit menular tertentu menunjukkan bahwa umur muda
mempunyai resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat kerentanannya ,
34
2.3.2. Lingkungan
2.3.2.1.
Pengertian
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan
36
makhluk
hidup termasuk
di dalamnya
manusia
dan perilakunya
yang
Lingkungan biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang meliputi
berbagai mikroorganisme baik patogen maupun yang tidak patogen, serta berbagai
binatang dan tumbuhan yang dapat mempengarui kehidupan manusia, baik
sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai
37
b.
Komponen perilaku menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007) dibagi menjadi tiga
komponen, yakni:
a.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang menurut
Notoatmodjo (2007) antara lain yaitu:
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut akan makin mudah
menerima dan memahami setiap informasi yang masuk dari luar.
2. Informasi
Seseorang yang mempunyai banyak informasi dapat memberikan peningkatan
terhadap tingkat pengetahuan seseorang tersebut. Informasi dapat diperoleh
melalui media masa seperti majalah, koran, berita televisi dan salah satunya
juga dapat diperoleh dari penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
39
3. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini
dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan
agama yang dianut.
4. Pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini
mengandung maksud bahwa semakin bertambahnya umur dan pendidikan
yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan jauh lebih luas.
5. Sosial Ekonomi
Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misal sekolah), tingkat
sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,
maka orang tersebut akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi.
dimandikan.
f.
g. Kondisi fisik, pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
a.
Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
b.
Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencinta,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
rendahnya
faktor
sosial
terjaga
personal
hygienenya.
Terdapat banyak
faktor
yang
menunjang
perkembangan penyakit skabies antara lain turunnya imunitas tubuh akibat HIV,
sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas (Murtiastutik, 2009)
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Yang menjadi penghambat saat pencegahan penyakit skabies adalah keterlambatan
atau kurangnya uang kebutuhan yang dikirim orangtua untuk para santri selama
diasrama tiap bulannya. Dan banyak para santri yang saling tukar alat mandi sampai
kiriman tiba. Sebagian dari santri apabila belum mendapatkan kiriman dari
orangtuanya mereka mandi tanpa menggunakan sabun atau sampo. Apabila saat
mandi kurang bersih maka penyakit scabies akan semakin mudah menyerang tubuh
para santri.
Tingkat ekonomi masyarakat pada dasarnya dipengaruhi oleh pendapatam yang
dimilikinya, makin rendah pendapatan seseorang maka akan sangat berpengaruh
terhadap rendah ekonominya, sebaliknya semakin tinggi pendapatan seseorang maka
makin baik pula keadaan ekonominya. Bagi keluarga yang berpenghasilan tinggi,
pemanfaatan pelayanan kesehat9an dan penecegahan peneyakit dapat dilakukan
dengan baik (Notoadmodjo, 2003)
Faktor pendapatan tidak disangsikan lagi mempunyai pengaruh dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam berbagai aspek.
43
Dalam keluarga untuk pemenuhan kebutuhan anggota keluarganya, baik itu kebutuhan
sandang, pangan, maupun kesehatannya. Hal ini juga mempengaruhi derajat kesehatan
seseorang dan mempengaruhi cara penggunaan pelayanan kesehatan (Notoadmodjo,
2005).
Upah minimum provinsi (UMP) Aceh tahun 2015 adalah Rp. 1.900.000/bulan.
Ini mengambarkan bahwa pengasilan keluarga minimal untuk memenuhi kebutuhan
dasar keluarga di Aceh adalah Rp. 1.900.000/ bulan. Bila penghasian keluarga tidak
mencapai target tersebut, maka akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar
keluarga termasuk dalam memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan (Peraturan
Gubernur No.81 Tahun 2015, Tentang UMP 2015)
Dalam kebutuhan akan kesehatan, ekonomi atau pendapatan mempunyai
peranan penting. Misalnya dalam pemenuhan personal hygiene keluarga, bila
pencegahan keluarga mencukupi akan sangat mudah memenuhi segala kebutuhan
akan pemeliharaan personal hygiene seluruh anggota keluarga, misalnya untuk
penyediaan sabun, odol, kebutuhan air bersih, bahkan pemeriksaan rutin ketempta
pelayanan kesehatan. Namun jika penghasilan keluarga tidak mencukupi maka akan
sulit memenuhi semua kebutuhan dasar termasuk kebutuhanm akan kesehatan
(Notoadmodjho, 2005)
2.3.6. Hubungan karakteristik, faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian
skabies
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
44
langsung, yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui
alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula
ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu
tempat yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak
kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam
melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan
kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai,
akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
(Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama disatu tempat tidur
yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas (Meyer, 2000).
45
2.3
Kerangka Teoritis
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Tarwoto & Wartonah 2006, Irianto,
2014, Djuanda, 2010, Notoatmojho 2007, Meyer 2000, Noor 2008 , Muin 2009,
Hendri 2008 dan Kepmenkes RI 2011, Hubungan Personal Hygiene dengan
kejadian Penyakit Scabies.
Tarwoto & Wartonah,
2010, Djuanda, 2010,
Irianto, 2014
Personal Hygiene
Notoatmojho, 2007
- Sikap
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Sosial Ekonomi
Penyakit Scabies
Karakteristik individu
-
Umur
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Kelompok Etnik
Pengetahuan
Budaya
kebiasaan