Anda di halaman 1dari 9

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropadborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Aedes albopictuse dan Aedes aegypti) yang ditandai oleh demam akut
yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Sampai
sekarang dikenal ada 4 jenis virus dangue yang dapat menimbulkan
penyakit, baik demam dangue maupun demam berdarah. Demam
Berdarah Dangue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dangue I,
II, II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albocpitus. (Soegijanto, 2014).
B. Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah
virus dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri
dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat
serotip ini ada di Indonesia, dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3
sering menimbulkan wabah. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. (Sudoyo
Aru, 2009)
C. Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam
ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20% pada
kasus-kasus berat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan
ekstravasasi

diabsorbsi

dengan

cepat,

menimbulkan

penurunan

hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3


faktor, yaitu perunahan vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi
(Soegijanto, 2014).

PATHWAYS

Sumber : Buku Saku Patofisiologi


(Corwin : 2007)
D. Tanda & Gejala
a. Demam tinggi selama 5 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
2

c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, hematoma


d. Epistaksis (mimisan), Melena, Trombositopenia, Hemoglobin &
Hematoktrit meningkat > 20 %
e. Nyeri otot, tulang sendi, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, tekanan darah menurun, gelisah, nadi
cepat dan lemah)
E. Penatalaksanaan
a. DHF tanpa Renjatan
1) Beri minum banyak (1 - 2 Liter / hari)
2) Berikan Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga
dilakukan kompres dengan air hangat
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal (Anticonvulsan) untuk anak
<1 tahun dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15
menit kejang belum teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg /
Kg BB anak <1 tahu ndan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
(20 30 ml/ kg BB)
3) Tranfusi jika Hb (Hemoglobin) dan Ht (Hematokrit) turun
F. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik
Pengkajian yang efektif pada DHF di ruang IGD dan Poli didasarkan
pada kemampuan analisis kritis perawat untuk memprediksikan,
mengenali dan menentukan dengan cepat sehingga dapat diberikan
penanganan yang cepat pula, karena keterlambatan resusitasi dapat
meningkatkan resiko mortalitas. Hal ini sangat didukung oleh pengetahuan
perawat tentang hal-hal yang harus dikaji pada pasien dengan DHF atau
DSS, termasuk manifestasi klinis yang mungkin muncul dalam setiap
tahap dari penyakit tersebut. Secara umum munculnya tanda dan gejala
nyeri atau tenderness pada abdomen, muntah terus menerus, akumulasi
cairan misalnya efusi pleura atai asites, perdarahan mukosa,penurunan
kesadaran : letargi, gelisah, peningkatan hematokrit dengan penurunan
jumlah platelet secara cepat merupakan indikator bahwa diperlukan

evaluai medis segera. CDC (Center Disease Control and Prevention)


menjelaskan bahwa fokus pengkajian adalah sebagai berikut (CDC, 2010):
a. Riwayat demam
Riwayat demam yang akurat penting untuk ketepatan diagnosis dan
membantu prediksi kehilangan cairan, dan fase penyakit. Terdapat
perbedaan karakteristik demam pada :
Dengue Fever demam akut biasanya 2 hari atau lebih
Dengue Hemorrhagic Fever : 2-7 hari
b. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda kegawatan/kritis adalah ketika didapatkan nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi yang sempit (TD sistolik-TD diastolik <20mm
Hg) atau hipotensi berdasarkan tekanan darah sesuai usia.
c. Pemeriksaan fisik fokus dan manifestasi perdarahan
Kondisi pasien mulai kritis ketika didapatkan tanda-tanda manifestasi
klinis perdarahan atau tes torniquet positif disertai tanda munculnya
asites dan atau efusi pleura, kulit dan ekstremitas teraba dingin, basah,
kesadaran menurun (letargi atau gelisah),CRT>2 detik, oliguria, tandatanda shock (Phanmeesuk & Suksin, 2009).
d. Pemeriksaan laboratorium
Untuk kewaspadaan ,didapatkannya leukopenia dengan onset baru
(WBC <5,000 cells/mm3)
1) Thrombocytopenia (100,000 cells per mm3)
2) Hemokosentrasi ( peningkatan hematocrit 20%diatas rata-rata
sesuai usia atau penurunan hematocrit 20% dari terapi cairan
yang diperlukan, hipoproteinemia, hipokolesterolemia
Deteksi dini menjadi sangat penting karena kesalahan dalam
mengenali tanda-tanda kritis dapat menyebabkan keterlambatan reusitasi
cepat yang dapat menyebabkan pasien masuk kedalam komplikasi atau
yang ditandai dengan perdarahan masif dan gangguan metabolisme seperti
hipokalsemia,

hipoglikemia,

hiperglikemia,

asidosis

hiponatremia. Sehingga monitor ketat oleh perawat

laktat,

dan

terhadap volume

intravaskular, fungsi organ vital, dan respon pasien terhadap treatment,


jenis cairan yang masuk, serta kemungkinan sumber perdarahan lainnya
menjadi sangat penting. (Phanmeesuk & Suksin, 2009).

G. Diagnosa & Intervensi Keperawatan


a. Diagnosa Keperawatan : Resiko shock hipovolemik (kurangnya volume cairan)
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas. Ditandai dengan : penurunan
tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi nadi, kulit/membran mukosa kering,
hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat,
kelemahan.
-

Kriteria hasil : keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa

tercapai, hidrasi adekuat.


Intervensi prioritas NIC

1) Autotranfusi : pengumpulan dan reinfusi darah yang hilang akibat


perdarahan
2) Pengelolaan elektrolit : peningkatan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak
normal atau tidak diinginkan
3) Pengelolaan cairan : peningkatan dan analisis data paisen untuk
mengatur keseimbangan cairan
4) Pengelolaan hipovolemia : expansi volume cairan intravaskular
pada pasien yang mengalami penurunan volume.
5) Terapi intravena : Pemberian dan pemantauan cairan dan obat
intravena
6) Pengelolaan syok , volume : peningkatan keadekuatan perfusi
jaringan pada pasien yang mengalami

masalah volume

intravaskular yang berat


-

Aktifitas Keperawatan
1) Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
2) Observasi khusus terhadap kehilangan cairan dan elektrolit
yang tinggi
3) Pantau perdarahan
4) Identifikasi

faktor-faktor

yang

berkontribusi

terhadap

bertambah buruknya dehidrasi


5) Tinjau ulang elektrolit terutama natrium, kalium dan klorida.

6) Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.


7) Pengelolaan cairan (NIC) :
a) Pantau status hidrasi
b) Pantau

hasil

laboratorium

yang

relevan

dengan

keseimbangan cairan
c) Pertahankan keakuratan asupan dan keluaran.
-

Pendidikan untuk pasien dan keluarga


1) Anjurkan pasien untuk melaporakan kepda perawat bila haus

Aktivitas kolaboratif :

1) Laporkan dan catat keluaran (Output)


2) Laporkan abnormalitas elektrolit
3) Berikan terapi IV sesuai dengan anjuran
-

Aktifitas lain

1) Bersihkan mulut secara teratur,


2) Tentukan jumlah cairan dalam 24 jam
3) Tingkatkan asupan oral, pasang kateter bila perlu
4) berikan cairan sesuai indikasi
b. Diagnosa keperawatan: Hipertermia (Peningkatan suhu tubuh) lebih
dari normal berhubungan dengan terjadinya proses penyakit/infeksi
-

Ditandai dengan :
Suhu tubuh lebih dari normal (36.5- 37 C), kulit memerah
(hiperemi), RR meningkat, kulit hangat, tachikardi
Kriteria Hasil:
Suhu tubuh Normal (365-37 C), RR dan nadi Normal, perubahan
warna kulit tidak ada. Keadaan umum baik
Intervensi prioritas NIC
1) Pengobatan demam : pengelolaan pasien dengan hipertermia
yang

disebabkan

oleh

faktor-faktor

yang

bukan

dari

lingkungan
2) Regulasi suhu/Termoregulasi : mencapai dan atau untuk
mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal

3) Pemantauan tanda vital : pengumpulan dan analisis data


kardiovaskular, respirasi, suhu tubuh untuk menentukan serta
mencegah komplikasi
-

Aktivitas Keperawatan

1) Pantau aktivitas kejang


2) Pantau hidrasi
3) Pantau tekanan darah dan, nadi dan pernafasan
4) Regulasi suhu (NIC) : pantau suhu tubuh minimal tiap 2 jam
sesuai dengan kebutuhan dengan pantau warna kulit dan suhu
-

Pendidikan untuk pasien dan keluarga


1) Ajarkan indikasi keletihan karena panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan

Aktifitas kolaboratif :
1) Berikan obatantipiretik sesuai dengan kebutuhan
2) Gunakan air jangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh
sesuai dengan kebutuhan

Aktifitas lain :
1) Lepaskan pakaian yang yang berlebihan
2) Anjurkan asupan cairan oral
3) Gunakan selimut
4) Gunakan kompres pada aksila, kening, leher dan lipat paha

c. Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang proses penyakit,


diet dan perawatan pasien DHF sehubungan dengan kurangnya
informasi.
- Tujuan :
Pengetahuan klien/keluarga tentang proses penyakit, diet,
perawatan meningkat sehingga klien/keluarga memperlihatkan
perilaku yang kooperatif.
-

Intervensi prioritas NIC:


1) Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF

2) Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga.


3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obatobatan pada klien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah
dimengerti.
4) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya
pada klien.
5) Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan
hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang
diderita klien.
6) Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam memberikan
penjelasan.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC
CDC (Centers for Disease and Prevention). (2010). Dengue Branch Canada
SanJuan,PuertoRico.From:http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.ht
ml diakses 5 Juli 2016
Phanmeesuk, Y., and Suksin, W. (2009).

Nursing Care of Dengue Shock

Syndrome (Case study). Medical Journal of Srisake Surinam Buriram


Hospital Vol 24 No.2.
Soegijanto Soegeng, 2014. Demam Berdarah Dangue. Tinjauan dan Temuan
Baru di Era 2013. Airlangga University Press. Surabaya.

Wilkinson J.M, Ahern N.R. (2013). Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9,
EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai