DEFINISI
Sinonim
: Neuroleptics,
Major
Transquillizers,
Ataractis
Antipsychotics,
2.3.
FARMAKOKINETIK
Obat-obat anti psikotik dapat diserap pada pemberian peroral, dan dapat memasuki
sistem saraf pusat dan jaringan tubuh yang lain karena obat anti psikotik adalah lipidsoluble. Kebanyakan obat-obatan antipsikotik bisa diserap tapi tidak seluruhnya. Obatobatan ini juga mengalami first-pass metabolism yang signifikan. Oleh karena itu, dosis
oral chlorpromazine and thioridazine mempunyai availability sistemik 25 35%.
Haloperidol dimetabolisme lebih sedikit, dengan availability sistemik rata-rata 65%.
Kebanyakan obat antipsikotik bergabung secara intensif dengan protein plasma (92
99%) sewaktu distribusi dalam dalam darah. Volume distribusi obat-obatan ini juga
besar, biasanya lebih dari 7L/kg.
Obat-obatan ini memerlukan metabolisme oleh hati sebelum eliminasi dan
mempunyai waktu paruh yang lama dalam plasma sehingga memungkinkan once-daily
dosing. Walaupun setengah metabolit tetap aktif, seperti 7-hydroxychloropromazine dan
reduced haloperidol, metabolit dianggap tidak penting dalam efek kerja obat tersebut.
Terdapat satu pengecualian, yaitu mesoridazine, yang merupakan metabolit utama
thioridazin, lebih poten dari senyawa induk dan merupakan kontributor utama efek obat
tersebut. Sediaan dalam bentuk parenteral untuk beberapa agen, seperti fluphenazine,
thioridazine dan haloperidol, bisa dipakai untuk terapi inisial yang cepat.
Sangat sedikit obat-obatan psikotik yang diekskresi tanpa perubahan. Obat-obatan
tersebut hampir dimetabolisme seluruhnya ke substansi yang lebih polar. Waktu paruh
eliminasi (ditentukan oleh clearance metabolic) bervariasi, bisa dari 10 sampai 24 jam.
2.4. MEKANISME KERJA
Secara umum, terdapat beberapa hipotesis tentang cara kerja antipsikotik, yang
dapat digolongkan berdasarkan jalur reseptor dopamin atau reseptor non-dopamine.
Hipotesis dopamin untuk penyakit psikotik mengatakan bahwa kelainan tersebut
disebabkan oleh peningkatan berlebihan yang relatif dalam aktifitas fungsional
neurotransmiter dopamin dalam traktus tertentu dalam otak. Hipotesis ini berlandaskan
observasi berikut:
Sebagian besar obat antipsikotik memblok reseptor postsinaps pada SSP, terutama
pada sistem mesolimbik-frontal.
Pada pasien skizofrenia yang terapinya berhasil, telah ditemukan perubahan jumlah
homovallinic acid (HVA) yang merupakan metabolit dopamin, pada cairan
serebrospinal, plasma, dan urin.
obat-obatan antipsikotik hanya sebagian yang efektif pada kebanyakan pasien dan obatobatan tertentu yang efektif mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi untuk reseptorreseptor selain reseptor D2.
Lima reseptor dopamin yang berbeda telah ditemukan, yaitu D 1 D5. Setiap satu
reseptor dopamin adalah berpasangan dengan protein G dan mempunyai tujuh domain
transmembran. Reseptor D2, ditemukan dalam kaudatus-putamen, nukleus accumbens,
kortek serebral dan hipotalamus, berpasangan secara negatif kepada adenyl cyclase.
Efek terapi relatif untuk kebanyakan obat-obatan antipsikotik lama mempunyai korelasi
dengan afinitas mereka terhadap reseptor D2. Akan tetapi, terdapat korelasi dengan
hambatan reseptor D2 dan disfungsi ekstrapiramidal.
Beberapa antipsikotik yang lebih baru mempunyai afinitas yang lebih tinggi
terhadap reseptor-reseptor selain reseptor D2. Contohnya, tindakan menghambat alfaadrenoseptor mempunyai korelasi baik dengan efek antipsikotik kebanyakan obat baru
ini. Inhibisi reseptor serotonin (S) juga merupakan cara kerja obat-obatan antipsikotik
baru ini. Clozapin, satu obat yang mempunyai tindakan menghambat reseptor D 1, D4, 5HT2, muskarinik dan alfa-adrenergik yang signifikan, mempunyai afinitas yang rendah
terhadap reseptor D2. Kebanyakan obat-obatan atipikal yang baru (seperti olanzapin,
quetiapin, resperidon dan serindole) mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor
5-HT2A, walaupun obat-obat tersebut juga bisa berinteraksi dengan reseptor D2 atau
EFEK KERJA
D2
++
D4
-
Alfa1
++
5-HT2
+
M
+
H1
+
++
+++
++
+
+
++
++
++
-
++
+
++
+
+
+
+
+
+
++
++
++
++
+++
+++
++
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
phenothiazin
e
dan
thioxanthene
Thiordazine
Haloperidol
Clozapin
Molindone
Olazapin
Quetiapin
Risperidon
Sertindole
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),
bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai
norma sosial (judgement) terganggu, dan insight terganggu.
A. Pengobatan skizofrenia
Antipsikosis merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk skizofrenia.
Tetapi tidak semua pasien responsif dan normalisasi tingkah laku yang komplit jarang
dicapai. Antipsikosis tradisional (tipikal) paling efektif dalam pengobatan gejala
skizofrenia yang positif (delusi, halusinasi, dan gangguan pemikiran). Obat-obat baru
dengan aktifitas penghambat serotonin (atipikal) efektif untuk pasien-pasien yang
resisten dengan obat tradisional, terutama pengobatan dengan gejala
negatif dari
skizofrenia (menarik diri, emosi buntu, kemunduran dalam komunikasi dengan orang
lain.
Klorpromazin (CPZ) berefek antipsikosis dan bersifat sedasi. Indikasi utama
fenotiazin adalah skizofrenia, dengan gangguan psikosis. Gejala psikosis yang
dipengaruhi oleh fenotiazin dan antipsikosis lain adalah ketegangan, hiperaktivitas,
combativeness, hostality, halusinasi, delusi akut, susah tidur, anoreksia, perhatian diri
yang buruk, negativisme dan kadang-kadang mengatasi sifat menarik diri. Sedangkan
pengaruh fenotiazin kurang terhadap insight, judgement, daya ingat dan orientasi.
Nama Dagang
LARGACTIL
Sediaan
Tab. 25 mg, 100 mg
Dosis Anjuran
150-600 mg/h
PROMACTIL
MEPROSETIL
2
Haloperidol
ETHIBERNAL
SERENACE
Amp.25 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 1,5&5 5-15 mg/h
mg
Liq. 2 mg/ml
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
HALDOL
Amp. 5 mg/ml
GOVOTIL
LODOMER
Tab. 2 mg, 5 mg
HALDOL DECA-
Tab. 2 mg, 5 mg
50 mg / 2-4
Perphenazine
Fluphenazine
NOAS
TRILAFON
ANATENSOL
Amp. 50 mg/ml
Tab. 2 mg, 4&8 mg
Tab. 2,5 mg, 5 mg
minggu
12-24 mg/h
10-15 mg/h
Fluphenazine-
MODECATE
Vial 25 mg/ml
25 mg / 2-4
decanoate
Levomepromazine
NOZINAN
Tab.25 mg
minggu
25-50 mg/h
Trifluoperazine
Thioridazine
Sulpiride
STELAZINE
MELLERIL
DOGMATIL
Amp. 25 mg/ml
Tab. 1 mg, 5 mg
Tab. 50 mg, 100 mg
Tab. 200 mg
10-15 mg/h
150-600 mg/h
300-600 mg/h
Pimozide
Risperidone
FORTE
ORAP FORTE
RISPERDAL
Amp. 50 mg/ml
Tab. 4 mg
Tab. 1,2,3 mg
2-4 mg/h
Tab 2-6 mg/h
NERIPROS
Tab. 1,2,3 mg
NOPRENIA
Tab. 1,2,3 mg
PERSIDAL-2
Tab. 2 mg
RIZODAL
CLOZARIL
SEROQUEL
Tab. 1,2,3 mg
Tab. 25 mg, 100 mg
25-100 mg/h
Tab. 25 mg, 100 mg, 50-400 mg/h
Clozapine
Quetiapine
200 mg
13
Olanzapine
ZYPREXA
Tab. 5 mg, 10 mg
10-20 mg/h
: sekitar 2 4 minggu
: sekitar 2 6 jam
: 12 24 jam (pemberian obat 1-2 x
perhari)
- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas
hidup pasien.
Pengobatan dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan
setiap 2 3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan Sindrom
Psikosis)
dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi Sulfas Atropin 0,25 mg (IM), tablet
Trihexyphenidyl 3 x 2 mg/h).
Oleh karena itu, pada penggunaan bersama antipsikosis + antiparkinson, bila
sudah tiba waktu penghentian obat, antipsikosis dihentikan lebih dahulu, kemudian baru
menyusul obat antiparkinson yang dihentikan.
Pada penggunaan parenteral, antipsikosis long-acting (Fluphenazine Decanoate
25 mg/ml atau Haloperidol Decanoas 50 mg/ml, IM, untuk 2 4 minggu) sangat
berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak
efektif terhadap medikasi oral.
Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan per oral dahulu beberapa
minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas.
Dosis mulai dengan ml setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian baru
ditingkatkan menjadi 1 ml setiap bulan.
Pemberian antipsikosis long-acting hanya untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15-25% kasus
menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal.
Berefek bloker
EKSTRA
PIRAMI
DAL
EFEK
ANTIEMETIK
EFEK
SEDATIF
EFEK
HIPOTEN
SIF
A. DERIVAT FENOTIAZIN
1. Senyawa dimetilaminopropil :
Klorpromazin
++
++
+++
++
Promazin
++
++
++
+++
Triflupromazin
+++
+++
+++
Mepazin
++
++
+++
++
Tioridazin
++
++
Asetofenazin
++
++
Karfenazin
+++
+++
++
++
Flufenazin
+++
+++
++
Perfenazin
+++
+++
Proklorperazin
+++
+++
++
Trifluoperazin tiopropazat
+++
+++
++
++
++
+++
++
2. Senyawa piperidil :
3. Senyawa piperazin :
B. NON-FENOTIAZIN
Klorprotiksen
C. BUTYROPHENONE
Haloperidol
+++
+++
Distonia akut
GAMBARAN
RESIKO
MEKANIS
KLINIS
MAKSIMA
ME
L
1-5 hari
Belum
Spasme
lidah,
otot
wajah,
diketahui
Dapat
diberikan
berbagai pengobatan,
leher, punggung
bersifat
dapat
menyerupai
diagnostik
dan kuratif
bangkitan
Akatisia
PENGOBATAN
bukan histeria
Ketidak-
5-60 hari
tenangan,
Belum
diketahui
motorik, bukan
Parkinson,
ansietas
benzodiazepin,
atau
Parkinsonism
agitasi
Bradikinesia,
rigiditas,
5-30 hari
dengan
macam-macam
tremor,
Antagonisme
atau
propanolol
Obat anti Parkinson
menolong
dopamin
wajah
topeng, suffling
Sindroma
gait
Katatonik,
malignan
Berminggu-
Ada
Hentikan antipsikotik
kontribusi
segera;
tekanan
darah dapat
antagonisme
atau
tidak
stabil, bertahan
dengan
dantrolene
bromokriptin
mioglobinemia,
anti
; dapat fatal
setelah
obat
Parkinson
Tremor
dihentikan
Tremor perioral Setelah
Belum
Obat
perioral
(mungkin
berbulan-
diketahui
sering menolong
(sindroma
sejenis
bulan
atau
antiparkinson
kelinci)
perkinsonisme
yang
bertahun-
dating tahun
terlambat)
Diskinesia
pengobatan
Diskinesia
Setelah
Diduga
tardif
mulut-wajah;
berbulan-
kelebihan
koreoatetosis
bulan
atau
meluas
atau efek
distonia bertahun-
: Sulit
pengobatan
dicegah,
tidak
memuaskan
dopamine
tahun
(memburuk
dengan
penghentian)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran- Universitas Indonesia; 1995.
2. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Science/ Clinical Psychiatry. 8th ed. Maryland: William & Wilkins;
1998.
3. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 8th ed. New York: McGraw-Hill;
2001.
4. Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Klini, Obat Psikotropik. Edisi 3.
Jakarta: 2001.
5. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Lippincotts Illustatrated Reviews:
Pharmacology. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2000.
6. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran- Universitas Indonesia; 1995.