Anda di halaman 1dari 7

Bab 9 Materialitas Dan Risiko

Paragraf ruang lingkup dalam aporan auditor mencakup 2 frasa penting dengan
standar-standar auditing yang berlaku umum yang mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit untuk :
1. Frasa memperoleh kepastian yang layak
dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai bahwa auditor tidak
menjamin atau memastikan kewajaran penyajian laporan keuangan. Namun
tetap ada risiko bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,
meskipun pendapat auditor adalah wajar tanpa pengecualian.
2. Frasa bebas dari salah saji yang material
dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai bahwa tanggung jawab
auditor terbatas pada informasi keuangan yang material saja. Materialitas
ini penting karena tidaklah praktis jika auditor harus memberikan kepastian
menyangkut jumlah yang tidak material.
Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan
audit yang harus dikeluarkan.
FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai :
Besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang
bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan berubah atau
terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas :
1. Merencanakan luas pengujian
Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke
segmen-segmen
2. Mengevaluasi hasil-hasil
Langkah 3 : Mengestimasikan total salah saji dalam segmen
Langkah 4 : Memperkirakan salah saji gabungan
Langkah 5 : Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas
Menetapkan Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji
gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal
audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kami
menyebut keputusan ini sebagai pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas (preliminary judgement about materiality) karena, meskipun
merupakan pendapat profesional, hal itu mungkin saja berubah selama
penugasan. Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.

Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum


yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana
Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk
membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai
uang pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang
dibutuhkan.
Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas. Kami menyebut hal ini sebagai pertimbangan
tentang materialitas yang direvisi (revised judgement about materiality).
Auditor mungkin akan melakukan revisi karena asanya perubahan dalam salah
satu faktor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan terlalu
besar atau terlalu kecil.
Beberapa faktor-faktor penting akan mempengaruhi pertimbangan
pendahuluan auditor tentang materialitas untuk seperangkat laporan keuangan
tertentu, yaitu :
1. Materialitas adalah Konsep yang Bersifat Relatif ketimbang Absolut.
Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan
kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi perusahaan besar. Jadi, tidak
mungkin menetapkan pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas yang dapat diterapkan pada semua klien audit.
2. Dasar yang Diperlukan untuk Mengevaluasi Materialitas.
Karena materialitas bersifat relatif, diperlukan dasar untuk menentukan
apakah salah saji itu material. Laba bersih sebelum pajak sering kali
menjadi dasar utama untuk menentukan berapa jumlah yang material bagi
perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai
item informasi yang penting bagi para pemakai.
3. Faktor-faktor Kualitatif yang Juga Mempengaruhi Materialitas.
Jenis salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai
dibandingkan salah saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama. Sebagai
contoh :
Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting
ketimbang kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama,
karena kecurangan itu mencerminkan kejujuran serta reliabilitas
manajemen atau personil lain yang terlibat.
Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada
konsekuensi yang mungkin timbul dari kewajiban kontraktual
Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material
jika mempengaruhi tren laba.
Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas ke Segmensegmen (Salah Saji yang Dapat Ditoleransi).
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen
perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk
laporan keuangan secara keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas untuk setiap segmen, pertimbangan tersebut
akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus
dikumpulkan.
Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas ke akun-akun neraca dan
bukan ke akun-akun laporan laba-rugi, karena kebanyakan salah saji dalam

laporan laba-rugi memiliki pengaruh yang sama terhadap neraca akibat


digunakannya sistem pembukuan double-entry. Jadi pertimbangan pendahuluan
tidak boleh dialokasikan baik ke akun-akun laporan laba-rugi maupun neraca
karena akan menghasilkan perhitungan ganda, yang selanjutnya akan
menyebabkan salah saji yang dapat ditoleransikan menjadi lebih kecil dari yang
diinginkan.
Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu disebut
dalam SAS 107 (AU 312) sebagai salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable
misstatement).
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas
pada akun-akun neraca :
1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah
saji dibandingkan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.
Mengestimasikan Salah Saji dan Membandingkan Dengan Pertimbangan
Pendahuluan
Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Salah saji yang diketahui (known misstatement)
adalah salah saji yang mungkin.
2. Salah saji yang diketahui (known misstatement)
adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor.
Salah saji yang mungkin (likely misstatement) terbagi lagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen
dan auditor tentang estimasi saldo akun.
2. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu
populasi.
Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji (direct projection
estimate of misstatement) adalah :
Salah saji bersih dalam sampel
Proyeksi langsung estimasi
Total Sampel

Total nilai populasi

yang tercatat

Auditor menangani risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit


terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model ini bersumber dari
literatur profesional dalam SAS 110 (AU 350) tentang sampling audit serta dalam
SAS 107 (AU 312) tentang materialitas dan risiko. Model risiko audit membantu
auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus
dikumpulkan dalam setiap siklusnya. Model ini biasanya dinyatakan sebagai
berikut :

PDR =
AAR
IR

Dimana :

PDR = risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk)


AAR = risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
IR

= risiko inheren (inherent risk)

CR = risiko pengendalian (control risk)

Jenis-jenis Risiko
1. Risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk)
adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi
salah saji yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi.
Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan
lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan risiko itu.
2. Risiko inheren
mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji (kekeliruan
atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan
keefektifan pengendalian internal.
Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji,
dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa
risiko inheren adalah tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan
risiko inheren karena pengendalian internal ini diperhitungkan secara terpisah
dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian.
Jika risiko inheren adalah tinggi, maka akan menghasilkan risiko deteksi yang
direncanakan adalah lebih rendah serta lebih banyak bukti yang direncanakan
ketimbang jika risiko inheren lebih rendah.
Selain meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam
bidang audit tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih
berpengalaman pada bidang itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai
secara lebih menyeluruh.
3. Risiko pengendalian (control risk)
mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah
yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
SAS 107 (AU 312) menyebut kombinasi risiko inheren dan risiko pengendalian
ini risiko salah saji yang material (risk of material misstatement).

Seperti pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian dan risiko
deteksi yang direncanakan adalah berbanding berbalik, sedangkan hubungan
antara risiko pengendalian dan bukti substantif bersifat langsung. Jika auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi yang
direncanakan dapat diperbesar sehingga bukti dapat dikurangi. Auditor dapat
memperbesar risiko deteksi yang direncanakan bila pengendaliannya efektif
karena pengendalian internal yang efektif akan memperkecil kemungkinan
terjadinya salah saji dalam laporan keuangan.
4. Risiko audit dapat diterima (acceptable audit risk)
adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan
pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
Apabila auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang lebih
rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak disalahsajikan
secara material.
Sering kali, auditor menyebut istilah audit assurance (yang juga disebut
assurance keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat
diterima. Audit assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan
pelengkap risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang
dapat diterima.
Jika auditor memutuskan untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima
dan risiko deteksi yang direncanakan jiga dikurangi, dan bukti yang direncanakan
harus ditambah.
Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima
Risiko penugasan (engagement risk)
adalah risiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita
kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima :
1. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan.
Jika pemakai eksternal sangat tergantung pada laporan keuangan, maka tepat
untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima. Jika laporan keuangan sangat
diandalkan, mungkin saja timbul kerugian sosial yang besar jika salah saji yang
signifikan dalam laporan keuangan tetap tidak dideteksi.
Ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai derajat
ketergantungan pemakai ekstern pada laporan keuangan :
a. Ukuran klien. Secara umum, semakin besar operasi klien, semakin luas
pemakaian laporan keuangan. Ukuran klien, yang diukur menurut total aktiva
atau total pendapatan, akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima.
b. Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan terbuka umumnya
diandalkan oleh lebih banyak pemakai ketimbang laporan keuangan
perusahaan tertutup. Bagi perusahaan-perusahaan ini, pihak-pihak yang
berkepentingan mencakup SEC, para analis keuangan, serta masyarakat
umum.

c. Sifat dan jumlah kewajiban. Apabila dalam laporan keuangan terdapat


kewajiban berjumlah besar, laporan keuangan tersebut kemungkinan besar
akan digunakan secara luas oleh kreditor akrual maupun calon kreditor,
ketimbang sekadar kewajiban berjumlah kecil.
2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah
laporan audit dikeluarkan.
Jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita
kerugian yang besar setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungkinan yang
lebih besar untuk membela mutu audit ketimbang jika klien tidak mengalami
tekanan keuangan.
Memang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal
itu terjadi, tetapi ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik bahwa
probabilitasnya meningkat :
a. Posisi likuiditas. Jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal
kerja hal ini mengindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan di
masa depan. Auditor harus menilai kemungkinan dan signifikansi posisi
likuiditas yang terus menurun.
b. Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya. Jika suatu perusahaan mengalami
penurunan laba atau kenaikan kerugian yang pesat selama beberapa tahun,
auditor harus mengetahui masalah solvensi yang mungkin dihadapi klien di
masa depan. Auditor juga harus dipertimbangkan perubahan laba relatif
terhadap saldo laba ditahan yang tersisa.
c. Metode pembiayaan pertumbuhan. Jika klien semakin mengandalkan utang
sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika
keberhasilan operasi klien menurun. Auditor harus mengevaluasi apakah
aktiva tetap klien dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau jangka
panjang, karena kebutuhan arus kas keluar yng berjumlah besar dalam
jangka pendek dapat membuat perusahaan pailit.
d. Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih
besar dari yang lainnya.
e. Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten akan selalu waspada
terhadap potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode
operasinya untuk meminimalkan dampak masalah jangka pendek. Auditor
harus menilai kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas
kemungkinan terjadinya kepailitan.
3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen
sebagai bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi atas kelanjutan
klien, jika klien memiliki integritas yang meragukan, auditor mungkin akan
menilai risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah.
Metode yang digunakan praktisi untuk menilai risiko audit yang dapat
diterima
Faktor-faktor

Ketergantungan pemakai eksternal


pada laporan keuangan

Metode yang digunakan untuk


menilai risiko audit yang dapat
diterima
Menelaah laporan keuangan,
termasuk catatan kaki.

Kemungkinan terjadinya kesulitan


keuangan

Integritas manajemen

Membaca notulen rapat dewan


direksi untuk menentukan rencana
masa depan.
Menelaah Formulir 10K untuk
perusahaan terbuka.
Membahas rencana pembiayaan
dengan manajemen.
Menganalisis laporan keuangan untuk
mengenali dengan menggunakan rasio
serta prosedur analitis lainnya.
Menelaah laporan arus kas historis
dan yang diproyeksikan untuk
mempelajari sifat arus kas masuk dan
arus kas keluar.
Mengikuti prosedur yang dibahas pada
Bab 8 tentang penerimaan dan
kelanjutan klien.

Evaluasi yang lazim atas risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang,
atau rendah, dimana penilaian risiko audit yang dapat diterima yang rendah
berarti bahwa klien itu riskan dan membutuhkan bukti yang lebih ekstensif,
penugasan personil yang lebih berpengalaman, dan/atau review yang lebih
ekstensif atas dokumentasi audit.

Anda mungkin juga menyukai