Anda di halaman 1dari 95

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id
1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA


PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA
AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV
SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN
BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh :
NIKEN ARESTA
NIM. X7108717

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA


MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO
VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV
SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO
KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh :
NIKEN ARESTA
NIM. X7108717

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :


Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas IV SD
Negeri I Talunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
Tahun Pelajaran 2009/2010
Oleh

Nama

: Niken Aresta

NIM

: X7108717

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan


dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :


Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua

: Drs. Kartono, M.Pd.

.................................................

Sekretaris

: Drs. Usada, M.Pd.

.................................................

Anggota I

: Ngadino Y, M.Pd.

.................................................

Anggota II

: Dra. Siti Istiyati, M.Pd

.................................................

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP.19600727198702 1 001

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

Abstract
Niken Aresta, THE IMPROVEMENT OF THE ABILITY OF LISTENING
ATTENTIVELY OF SUBSTANCE STORY BY USING THE AUDIO VISUAL
ANIMATED FILM MEDIA IN INDONESIAN LANGUAGE SUBJECT FOR
THE FOURTH GRADE STUDENTS OF TALUNOMBO I BATURETNO
REGENCY OF WONOGiRI IN THE 2009/2010 ACADEMIC YEAR. Mini
thesis. Surakarta : Education and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University.
Surakarta, April 2011
The goals to be achieved in the research is to improve the ability of
listening attentively of substance story by using the audio visual Animated film
media in Indonesian subject also to solve the constraint in the imploying by
audio visual animated film media for the fourth grade student of Talunombo 1
state owned elementary schools, Baturetno regency of Wonogiri in the 2009/2010
academic year .
This research is class room action research. The model consist of one
system that formed a cycle.. Each cycle consist of four stages. Such as ; planning,
action, observation, analysis and reflection. This research held in Talunombo 1
state owned elementary school. The subject of this research are teacher and the
fourth grade student of Talunombo 1 Baturetno regency of Wonogiri in the
2009/2010 academic years consist of 22 students. The technique that used to
conclude the data consist of : observation, archives recording test and
documentation. The datas validity were used on this research is theorys
triangulation and curriculums triangulation. The datas analyzing technique that
used is Miles and Huberman interactives analysis that conclude of three
action.They are : data reduction, data gathering, and make conclusions.
According to this research can be knowing that the pre cycle is showing
result are 36,36% students can thorough the mastery learning.The first cycle
showing 45,45 % or grow up 9,09% from pre cycle. But this result have not
reached the worked indicators yet that certain of student who have theroughed the
mastery learning 70%. The research is continued to the second cycle. The students
who can through the mastery learning are 81,81% grow up 36.36% from the first
sycle . Based from the second cycle the research is success., because the students
who can through the mastery learning extend 81,81% was over from the worked
indicators that certained.It can be concluded that the audio visual film animation
media can improved the listening atentivevely on the fourth grade students of
Talunombo 1 state owned elementary school, subdistrict Baturetno regency
Wonogiri in the 2009/2010 of academic year.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6

ABSTRAK

Niken Aresta, PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA


PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA
AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1
TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN AJARAN 2009/2010.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, April 2011
Tujuan peelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyimak
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui media audio visual film animasi
serta mengatasi kendala-kendala dalam menggunakn media audio visual film
animasi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri Tahun ajaran 2009/2010.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model ini
menggambarkan serangkaian langkah yang membentuk siklus. Setiap langkah
terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
serta analisis dan refleksi. PEnelitian ini dilaksanakan di SD negeri 1 Talunombo,
Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 22
siswa. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi: observasi,
pencatatan arsip dan dokumen, tes dan dokumentasi. Validitas data yang
digunakanadalah triangulasi teori dan kurikulum/ isi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis interaktif Milles dan Hubermn yang mencakup
tiga kegiatan yaitu: Reduksi data, penyajian data, dn penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada prasiklus
menunjukkan hasil sebanyak 36,36% siswa lulus Kriteria Ketuntasan Minimal
( KKM ). Siklus I menunjukkan sebanyak 45,45% atau meningkat sebanyak
9,09% dari prasiklus. Namun hasil ini belum mencapai indikator kerja siswa yaitu
siswa lulus KKM sebanyak 70% . Penelitian kemudian dilanjutkan pada siklus II.
Siswa yang lulus KKM sebanyak 81,81% meningkat sebesar 36,36% dari siklus I.
Berdasarkan penelitian pda siklus II maka penelitian dinyatakan berhasil, karena
jumlah siswa yang lulus KKM yaitu 81,81% telah melebihi indikator kerja yang
ditentukan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah media audio fisual film
animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak si cerita pada mat pelajaran
Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Nenegri 1 Talunombo, kecamatan Baturetno,
Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2009/2010

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

MOTTO

Veni vidi vici


( Julius Caesar )

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

PERSEMBAHAN

Skrisi ini kupersembahkan kepada :


1.

Ayah dan Ibu tercinta yang selalu menjadi


motivatorku

2.

Riska Septian kakakku

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari banyak sekali hambatan yang menimbulkan
kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya akhir ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah mlibatkan berbagi pihak.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih.
Ucapan terima kasi penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1.

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin bagi penulis untuk menyusun skripsi ini.

2.

Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah menyetujui dan mengesahkan judul skripsi yang telah diajukan.

3.

Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

4.

Ngadino Y, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah tulus ikhlas


membimbing, mengarahkn dan memberikan petunjuk dalam penyusunan
skripsi ini.

5.

Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah tulus ikhlas
membimbing mengarahkan dn meberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi
ini.

6.

Ali Supomo selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Talunombo

7.

Sri Wahyuni selaku guru kelas IV SD Negeri 1 Talunombo

8.

Bapak/ ibu guru beserta staf SD Negeri 1 Talunombo, yang telah membntu
dlam pelaksanaan penelitian.
Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan.

Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

Semoga

skripsi

ini

dapat

bermanfaat

bagi

semua

pihak

berkepentingan dan dunia pendidikan pda umumnya.

Surakarta,

April 2011

Penulis

commit to user

yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................


PENGAJUAN SKRIPSI ..................................................................................
PERSETUJUAN ..............................................................................................
PENGESAHAN ...............................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
MOTTO ...........................................................................................................
PERSEMBAHAN ............................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Identifikasi Masalah .................................................................
C. Pembatasan Masalah ................................................................
D. Rumusan Masalah ....................................................................
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
1. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak .......................
a. Pengertian Kemampuan .............................................
b. Kecerdasan Linguistik ...............................................
c. Pengertian Menyimak ..................................................
d. Tujuan Menyimak .......................................................
e. Pengertian Bahasa Indonesia .......................................
2. Tinjauan Tentang Media Audio Fisual Film Animasi .......
a. Pengertian Media Pembelajaran ..................................
b. Media Sebagai Bahasa Guru .......................................
c. Pemilihan Media .........................................................
d. Fungsi Media Pembelajaran ........................................
e. Jenis Media .................................................................
f. Pengertian Audio Visual .............................................
g. Pengertian Film ...........................................................
h. Jenis Film ....................................................................
i. Sejarah Animasi ..........................................................
j. Pengertian Film Animasi .............................................
k. Jenis Animasi ..............................................................
l. Jenis Teknik Film Animasi .........................................
B. Penelitian Yang Relevan ..........................................................
C. Kerangka Berfikir ....................................................................
D. Hipotesis ................................................................................... ..

commit to user

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
xv
1
3
3
4
4
4
6
6
6
7
7
8
10
10
10
11
12
14
15
17
17
19
20
22
24
27
29
30
32

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................
C. Sumber Data .............................................................................
D. Subjek Penelitian ......................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
F. Validitas Data ............................................................................
G. Analisis Data .............................................................................
H. Prosedur Penelitian ....................................................................
I. Indikator Kerja ..........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................
B. Diskripsi Hasil Penelitian .........................................................
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................
B. Implikasi ...................................................................................
C. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .....
LAMPIRAN

commit to user

33
34
35
36
36
37
38
39
41

43
43
75
78
79
80
81

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar bagan kerangka berfikir ..................................................

31

Gambar 2. Gambar model tindakan dari Kurt Levin .....................................

34

Gambar 3 Gambar model analisis interaktif Milles dan Huberman .............

38

Gambar 4 Gambar grafik kelas distribusi frekuensi pra siklus ......................

44

Gambar 5 Gambar kelas distribusi frekuensi siklus I pertemuan I ................

54

Gambar 6 Gambar kelas distribusi frekuensi siklus I pertemuan II ...............

59

Gambar 7 Grafik data nilai terendah, tertinggi, dan hasil belajar ..................

62

Gambar 8 Grafik distribusi frekuensi siklus II pertemuan I ..........................

70

Gambar 9 Grafik distribusi frekuensi siklus II pertemuan II .........................

72

Gambar 10 Grafik perbandingan nilai terendah, tertinggi, dan belajar tuntas


pra siklus dan siklus I ....................................................................

74

Gambar 11 Grafik perbandingan ketuntasan dan peran serta pra siklus,siklus I 74


dan siklus II

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

DAFTAR TABEL
Tabel 1.

Tabel Indikator siklus I ................................................................

41

Tabel 2.

Tabel indikator siklus II ................................................................

41

Tabel 3

Tabel daftar distribusi frekuensi pra siklus ..................................

44

Tabel 4

Tabel distribusi frekuensi siklus I pertemuan I .............................

54

Tabel 5

Tabel prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan I..............

55

Tabel 6

Tabel distribusi frekuensi siklus I pertemuan II ............................

57

Tabel 7

Tabel prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan II .............

58

Tabel 8

Tabel ketuntasan KKM dan peran serta siswa pra siklus dan siklus I 61

Tabel 9

Tabel perbandingan hasil belajar pra siklus dan siklus I ...............

62

Tabel 10

Tabel distribusi frekuensi siklus II pertemuan I ............................

70

Tabel 11

Tabel daftar ketuntasan KKM siklus II pertemuan I .....................

70

Tabel 12

Tabel distribusi frekuensi siklus II pertemuan II ..........................

71

Tabel 13

Tabel ketuntsan KKM siklus II pertemuan II ...............................

72

Tabel 14

Tabel perbandingan ketuntasan KKM dan peran serta siswa, .....

73

pra siklus siklus I dan siklus II


Tabel 15

Tabel perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II

commit to user

73

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Bahasa Indonesia kelas IV .............................................

83

Lampiran 2 Daftar Siswa Kelas IV ..................................................................

84

Lampiran 3 Daftar Nilai Pra Siklus ..................................................................

85

Lampiran 4 Tabel Prosentase dan Frekuensi Pra Siklus ...................................

86

Lampiran 5 Grafik Data Nilai Pra Siklus.........................................................

87

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...............................

88

Lampiran 7 Instrumen Penilaian Evaluasi Siklus I...........................................

92

Lampiran 8 Lembar Instrumen Siklus I ...........................................................

94

Lampiran 9 Lembar Observasi Siklus I ...........................................................

99

Lampiran 10 Daftar Skor Nilai, Prosentase dan Frekuensi serta Grafik Siklus I 107
Lampiran 11Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................

110

Lampiran 12 Instrumen Penilaian EvaluasiSiklus II ........................................

114

Lampiran 13Lembar Instrumen Siklus II .........................................................

115

Lampiran 14 Lembar Observasi Siklus II ........................................................

120

Lampiran 15 Data Skor Nilai, Prosentase dan Frekuensi serta ...................

128

Grafik Siklus II

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu

pengetahuan

dan

pendidikan

mengalami

perubahan

dan

perkembangan setiap saat untuk menuju arah yang lebih baik, serta mengarah
pada hal yang modern. Dengan pesatnya perkembangan hidup manusia menuntut
kita untuk berfikir kritis dan maju serta senantiasa mengembangkan pengetahuan
di dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan mutu dan kualitas hidup. Semakin tinggi mutu pendidikan kita
maka akan semakin bermakna pula kehidupan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara terus menerus
(continue) serta mnyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kecakapan ( life skill ) yang diwujudkan
melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta
menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan masa yang akan datang. Untuk
itu , sekolah dapat mewujudkan tujuan pendidikan.
Sekolah sebagai tempat peserta didik belajar. Dalam belajar diharapkan
peserta didik dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Akan tetapi terkadang
prestasi belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan daya serap
masing-masing peserta didik berbeda dalam menerima pelajaran yang
disampaikan oleh guru ( Winkel, 1984 : 162) . Untuk memperoleh prestasi yang
diharapkan, baik guru maupun peserta didik harus saling mendukung serta
berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun salah satu mata pelajaran
yang diharapkan mempunyai prestasi yang baik adalah pelajaran bahasa
Indonesia.
Belajar Bahasa Indonesia berarti belajar berkomunikasi. Sebab bahasa
merupakan salah satu alat komunikasi. Dengan Bahasa, maka seseorang dapat
saling bertukar pikiran, ide dan informasi. Dengan Bahasa, manusia dapat
birenteraksi antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, belajar

commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

bahasa Indonesia sama halnya dengan belajar berinteraksi dan berkomunikasi


antara satu dengan lainnya.
Guru dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya terbatas pada penularan
ilmu pengetahuan, tapi juga memberikan teladan, baik tingkah laku dan berbicara,
yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena
itu guru diharapkan mampu menguasai seluruh aspek dan keterampilan berbahasa
sesuai dengan struktur dan aturan yang berlaku. Henry Guntur Tarigan (1993)
menjelaskan aspek keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu
keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara
(speaking skill) keterampilan membaca (reading skill), keterampilan menulis
(writing skill).
Penerapan aspek keterampilan harus dilakukan oleh guru secara optimal
dengan penerapan strategi, yaitu

metode pembelajaran inovatif,

media, dan

teknik pembelajaran yang tepat. Media yang tepat dalam meningkatkan


keterampilan aspek berbahasa salah satunya adalah dengan menggunakan media
audio visual.(Yudhi Munadi :11:2008).
Berdasarkan observasi penulis saat pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya kemampuan menyimak isi cerita peserta didik kelas IV SD Negeri 1
Talunombo Baturetno Wonogiri masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
nilai ulangan harian dalam aspek menyimak masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 70, pada tahun ajaran 2008/2009 nilai ulangan harian khususnya
aspek menyimak 60. Hal ini disebabkan karena hanya menggunakan metode
ceramah dan tidak menggunakan media yang menarik bagi siswa sehingga anak
merasa bosan terhadap pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penulis ingin
melakukan tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita
dengan menggunakan media audio visual
Media audio visual merupakan media pandang dengar yang berupa
potongan-potangan gambar dan diolah melalui tekhnik tertentu dan memberikan
kesan hidup pada gambar sehingga memudahkan anak untuk meriilkan sesuatu
yang bersifat abstrak serta disesuaikan dengan dunia anak, sehingga

dapat

merangsang peserta didik lebih berkonsentrasi dan lebih memahami materi yang
diajarkan karena penyampaian materi dengan media audio visual bisa lebih jelas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

daripada penyampaian materi melalui ceramah yang menjenuhkan. Selain itu,


media audio visual memberikan kesan positif yaitu lebih menarik, lebih
menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat ( Yudi Munadi, 2008 :13)
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi
Cerita Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas
IV SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri Tahun 2009/2010.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah


sebagai berikut :
1. Adanya anggapan siswa bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah
pelajaran yang menjenuhkan.
2. Penggunaan media audio visual untuk pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan suatu media pembelajaran yang inovatif dan efektif, khususnya
pada peningkatan kemampuan menyimak isi cerita.
3. Belum tercapainya kompetensi (tujuan pembelajaran) sesuai dengan
harapan.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk spesifikasi masalah pada fokus


tertentu sehingga dimungkinkan dapat mengkaji dan meneliti lebih mendalam
tentang permasalahan tertentu. Pembatasan masalah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Peningkatam kemampuan menyimak isi cerita kelas IV SD Negeri 1
Talunombo Baturetno Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Penggunaan media audio visual film animasi pada peningkatan
kemampuan menyimak isi cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

D. Rumusan Masalah

Supaya masalah dalam suatu penelitian dapat terjawab dengan baik, maka
masalah harus dirumuskan dengan baik dan jelas. Berdasar latar belakang di atas
maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah media audio visual film animasi dapat meningkatkan kemampuan
menyimak isi cerita siswa kelas IV SD N 1 Talunombo Baturetno?
2. Apakah keuntungan dan kendala dalam penggunaan media audio visual
film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita siswa
SD 1 Talunombo Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010 ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran bahasa
Indonesia melalui media audio visual film animasi pada siswa kelas IV SD
Negeri 1 Talunombo Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan media audio visual
film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata
pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo
Baturetno Wonogiri Tahun ajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan.
b. Dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang media pembelajaran
inovatif serta penerapannya, yaitu audio visual film animasi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

2. Manfaat Praktis
a. Untuk Siswa
Dengan adanya penelitian tindakan kelas, siswa yang mengalami kesulitan
belajar dapat diminimalkan, yang selanjutnya hasil belajar siswa akan
meningkat. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya kemampuan menyimak isi cerita dapat meningkat sehingga
kriteria ketuntasan dapat meningkat.
b. Untuk Guru
Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas, guru dapat meningkatkan
kemampuan mengajarnya dengan menggunakan strategi pembelajaran
yang bervariasi, termasuk dalam memilih metode dan media yang sesuai
dengan tujuan dan materi yang akan diberikan sehingga apa yang
diharapkan oleh guru dapat tercapai.
c. Untuk Sekolah
Dapat memberikan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran
para guru. Sehingga pendidikan dapat meningkat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak

a. Pengertian Kemampuan
Setiap manusia yang terlahir di dunia telah dianugerahi kemampuan oleh
Sang Pencipta. Kemampuan sering disebut juga dengan kecakapan (ability).
Menurut Akhmad Sudrajat kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian
yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential
ability).(http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui
belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji
dengan segera. Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang
masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan
(herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu
kecakapan dasar umum (intelegensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus
(bakat atau aptitudes).
Selanjutnya Muhammad Musrofi (2008:145) tentang delapan kecerdasan
dasar, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan
kinetik-jasmani, kecerdasan antar pribadi (interpersonal), kecerdasan intra pribadi
(intrapersonal), kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan
natural. Selain itu ada satu jenis kecerdasan di luar delapan kecerdasan tersebut,
yaitu kecerdasan eksistensial. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan dan
sensitifitas untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keberadaan manusia, seperti
arti kehidupan, mengapa kita mati, bagaimana kita di alam kematian, dll.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah segala
daya kecakapan yang dimiliki individu yang diperoleh dari bawaan (kecerdasan
dan bakat) dan dari belajar. Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun
jarang semua kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemapuan di
dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

b. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik termasuk dari delapan kecerdasan ganda (multiple
intelgensi) yang dikemukakan oleh Howard Gadner. Kecerdasan linguistik adalah
kecerdasan menggunakan bahasa (verbal). Menurut Beni S Ambarjaya (2008 :92)
Kecerdasan linguistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) bisa berfikir secara
sistematis ; (2) senang berdebat dan berargumentasi, membaca, mendengar dan
menulis; (3) mampu mengeja dengan mudah; (4) mengingat dengan detail sebuah
hal; (5) menyukai permainan kata, dan percaya pada saat berbicara di depan
publik.
Selanjutnya Beni S Ambarjasa (2008 :92), menyebutkan bahwa kegiatan
belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah (1) meminta
siswa bercerita; (2) mengadakan forum debat dan diskusi; (3) bermain permainan
ingatan tentang nama dan tempat; (4) membaca dan menulis cerita, menulis
resensi atau kliping: (5) permainan teka-teki atau permainan yang berhubungan
dengan kosakata: (6) meminta siswa untuk mewawancarai seseorang mengenai
topik; (7) serta meminta siswa untuk membuat pajangan kelas atau majalah
dinding.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik
adalah kemampuan

menggunakan bahasa dan kempuan verbal untuk

mengemukakan pendapat , serta mengungkapkan apa yang dilihat dalam kalimat


verbal yang berhubungan dengan berdebat, berargumentasi, membaca, mendengar
dan menulis.

c. Pengertian Menyimak
Dalam jurnal internasional (In H. C. Liou, J. E. Katchen, and H. Wang
(Eds.),

Lingua

Tsing

Hua

(pp.

221-236)

Taipei:

Crane,

2003.

http://mx.nthu.edu.tw/~katchen/professional/festschrift.htm), menyimak diartikan


sebagai berikut :
University-level listening courses are usually taught using a textbook with
accompanying audiotapes. More recently some texts and also some
teachers have been incorporating some video materials. While there have
been many anecdotal reports about how motivating video is, there have
been few serious studies on video use.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

Pernyataan dalam Jurnal Internasional di atas dapat diterjemahkan ke


dalam bahasa Indonesia seperti berikut : Menyimak adalah suatu kegiatan yang
biasanya menggunakan teks bacaan dilengkapi

dengan suara untuk lebih

menyempurnakan suatu kegiatan menyimak teks bacaan beserta guru pengajar


memanfaatkan suatu video yang digunakan sebagai tes bacaan, kegiatan
menyimak adalah kegiatan diamana pendengar akan menyampaikan isi teks dan
motivasi yang ada dalam video tersebut dari pembelajaran menyimak tersebut
diharapkan penyimak mendapatkan pengetahuan dalam pembelajaran tersebut .
Menurut Sutari ( dalam Beni S. Ambarjaya, 2008: 17) menjelaskan bahwa
menyimak mempunyai makna mendengar atau meperhatikan baik-baik apa yang
dikatakan orang lain. Menyimak memiliki faktor pemahaman yang lebih luas dan
mendalam lebih dari sekedar mendengar, karena dalam menyimak ada kegiatan
usaha untuk memahami apa yang disimaknya, sedangkan kegiatan mendengar
tingakatan pemahamannya belum dilakukan.
Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,

serta interpresensi untuk

memperoleh informasi menangkap isi atau pesan, serta memahami makna


komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan (Tarigan: 1994:28)
Dari pernyataan-pernyataan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpresensi untuk memperoleh informasi
dan menangkap pesan.

d. Tujuan Menyimak
Logan dan kawan-kawan (dalam Sutari dkk: 1994: 32) mengklasifikasikan
menyimak atas dasar tujuan khusus/spesifik Menurut mereka ada tujuh ragam
menyimak yang perlu dikembangkan melalaui pelajaran bahasa bagi peserta didik.
Ragam tersebut antara lain :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

1) Menyimak untuk belajar


Melalaui kegiatan menyimak seseorang mempelajari apa yang dibutuhkan.
Misalnya seorang peserta didik menyimak guru bahasa, sejarah,
mendengar berita, ataupun diskusi.
2) Menyimak untuk menghibur
Penyimak menyimak sesuatu unutuk menghibur dirinya, misalnya
menyimak suatu cerita lucu, dagelan, komedi, ataupun film lainnya.
3) Menyimak untuk menilai
Penyimak mendengar simakan lalu menelaah, mengkaji, menguji,
membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak
4) Menyimak apresiasif
Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan.
Misalnya menyimak pembacaan puisi, lagu, pantun, cerita pendek
5) Menyimak untuk mengkomunikasi
Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan penyimak,
memahamai, merasakan gagasan, ide, perasaan pembicara, sehingga
perasaan pembicara dapat dipahami oleh penyimak
6) Menyimak deskriminatif
Menyimak unntuk membedakan bunyi bahasa.
7) Menyimak pemecah masalah
Penyimak mengikuti uraian pemecah masalah secara kreatif dan analitis
yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat
memecahkan masalah yang dihadapi secara kreatif dan analitis setelah
bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu tersebut.
Tujuan orang menyimak itu beraneka ragam. Dalam hal ini terdapat
delapan tujuan kegiatan menyimak, dintaranya yaitu : (1) menyimak untuk
belajar; (2) menyimak untuk menikmati; (3) menyimak untuk mengevaluasi; (4)
menyimak untuk apresiasi, (5) menyimak untuk mengkomunikasi; (6) menyimak
untuk membedakan bunyi-bunyi; (7) menyimak untuk menyelesaikan masalah;
(8) menyimak untk meyakinkan (Tarigan 1997: 57).
Dari kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kegiatan
menyimak dalam pembelajaran mempunyai tujuan memahami apa yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

disampaian oleh sumber kepada penyimak untuk mendapatkan informasi dan


menelaah isi simakan

e. Pengertian Bahasa Indonesia


Hakikat Bahasa dapat diartikan sebagai suatu yang mendasar dari bahasa.
Bahasa adalah kombinasi yang diatur secara sistematis sehjingga dapat dijadikan
sebagai alat komunikasi.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia yang dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan
identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan
adalah bahasa sekunder

2.

Tinjauan Tentang Media Audio Visual Film Animasi

a. Pengertian Media Pembelajaran


Dalam jurnal internasional (www.techterms.com/definition/media). Media
diartikan sebagai berikut :
In general, "media" refers to various means of communication. For
example, television, radio, and the newspaper are different types of media.
The term can also be used as a collective noun for the press or news
reporting agencies. In the computer world, "media" is also used as a
collective noun, but refers to different types of data storage options
Pernyatan dalam Jurnal Internasional di atas dapat diterjemahkann ke
dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: Pada umumnya media daiartikan sebagai
alat komuikasi dalam bentuk lain contohnya, televisi, radio koran dan beberapa
jenis media lainnya, media juga dapat digunakan untuk mengumpulkan suatu
berita untuk disebarluaskan atau sebagai agen reprtasi berita. Dalam dunia
komputer media juga dapat digunakan sebagai pengumpul dan penghubung tetapi
mengacu pada bentuk atau tipe lain dari data untuk mengatur suatu pilihan)
Yudhi Munadi (2008:7) menjelaskan tentang defini media pembelajaran,
yaitu Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya
berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam Bahasa Arab media disebut
wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim alwasth yang artinya juga

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

tengah. Kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut
juga sebagai perantara (wasilah) atau yang mengantari kedua sisi tersebut.
Karena posisinya di tengah bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung,
yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari
satu sisi ke sisi lainnya.
Selanjutnya Yudhi Munadi (2008 :7 ) menjelaskan tentang definisi media,
yaitu segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
dimana

penerimaannya

dapat

melakukan

proses

belajar

secara

efektif dan efesien.


Latuheru (dalam artikel guru Bahasa Indonesia, edufiesta ), menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi
edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya
guna.
Schramm

(dalam

http://apadefinisinya.blogspot,com/2008/05/media-

pembelajaran.) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi


pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah pengantar atau perantara yang digunakan dalam proses
pembelajaran

yang dapat menyalurkan pesan

sehingga tercipta lingkungan

belajar yang kondusif, efektif dan efesien.

b.

Media sebagai bahasa guru


Onong (dalam Yudhi Munadi 2008 :8) membagi proses komunikasi

menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi
secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau peresaan seorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat,
gambar, warna dan lain sebagainya secara langsung maupun menerjemahkan
pikiran komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

menggunakan sarana atau alat sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arif S. Sadiman (dalam Yudhi
Munadi 2008;11) yang menyatakan bahwa media adalah perangkat lunak
(soffware). Media dibagi menjadi dua bentuk. Media jenis pertama berbentuk
lambang/simbol berisi pesan atau informasi yang biasanya disajikan dengan
menggunakan peralatan. Media jenis kedua sebagai perangkat kerasnya (
hardware), yakni sebagai sarana untuk dapat menampilkan pesan yang
terkandung pada media tersebut.
Selanjutnya Yudhi Munadi (2008: 10) menjelaskan bahwa dalam proses
pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanaya dilakukan di dalam
kelas ( ruang) guru dalam proses lebih berperan sebagai sumber sedangkan siswa
sebagai penerimanya.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media sebagai bahasa
guru adalah sumber-sumber belajar selain guru inilah atau penghubung pesan ajar
yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik.

c. Pemilihan Media
Media

apapun

yang

digunakan

pada

prinsipnya

harus

mampu

meningkatkan efektifitas dan kelancaran proses belajar mengajar terutama dalam


proses penerimaan materi yang diajarkan sehingga memudahkan terjadinya proses
belajar.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media dalam
pembelajaran antara lain : (1) Wawasan dan pengetahuan guru; (2) tujuan yang
ingin dicapai sesuai dengan Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin
dicapai; (3) Fasilitas yang tersedia; (4) sederhana dan mudah dimengerti; (5)
memotivasi siswa; (6) menggunakan bahan yang mudah didapat; (7) dapat
menggantikan

objek

yang

sesungguhnya;

(8)

menarik

perhatian.

(http://www.google.co.id/pembuatan DVD solusi permasalahan pembelajaran


mendengarkan di sekolah /htm.)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

Yudhi Munadhi (2008:187) menjelaskan faktor-faktor yang perlu


diperhatikan dalam pemilihan media dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut :

1) Karakteristik siswa
Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai
hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya.
2) Tujuan belajar
Pemilihan media harus disesuaikan oleh tujuan belajar dan kompetensi
yang akan di capai
3) Sifat bahan ajar
Isi bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan
peserta didik. Setiap kategori pembelajran menuntut ktivitas dan perilaku
yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan
media beserta teknik dan pemanfaatannya.
4) Pengadaan media
Menurut Arief S. Sadiman (dalam Yudhi Munadi 2008:191) membagi
media menjadi dua macam yakni media jadi dan media rancangan. Aspek
teknis lain yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan adalah waktu,
tenaga, fasilitas dan dan peralatan pendukung. Karena aspek-aspek
tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan
pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal
5)

Sifat pemanfaatan media


Pemilihan media harus sesuai dengan sifat pemanfaatannya, yaitu media
primer (media yang diperlukan guru untuk proses pembelajaran) dan
sekunder (media yang mempunyai tujuan memberika pengayaan materi).
Pemanfaatan media tidak hanya disesuaikan dengan tutuan, materi, dan
karakteristik peserta didik, tetapi juga pengalaman dan profesionalisme
guru
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media harus

memperhatikan faktor kemampuan guru dalam menggunakan media, karakteristik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

peserta didik, tujuan yang hendak dicapai, pengadaan media serta kesesuaian
dengan bahan ajar.

d. Fungsi Media Pembelajaran


Yudhi Munadhi (2008: 37) membagi fungsi media pembelajaran menjadi
lima, yaitu :
1) Sebagai Media belajar
Media pembelajaran berfungsi menggantikan tugas-tugas guru pada halhal tertentu
2) Fungsi semantik
Kemampuan media menambah perbendaharaan kata ( simbol verbal) yang
makna atau maksudnya benar-benar dipahami peserta didik ( tidak
verbalistik).
3) Fungsi manipulatif
Media mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan
indrawi
4) Fungsi psikologi
a) Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian peserta didik terhadap
materi ajar.
b) Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat
penerimaan dan penolakan peserta didik terhadap sesuatu.
c) Fungsi kognitif, yaitu siswa yang belajar melalui media pembelajaran
akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representatif yang
mewakili obejek-objek yang dihadapi baik berupa orang, peristiwa,
maupun benda.
d) Fungsi imajinatif, yaitu

media pembelajaran dapat meningkatkan

imajinasi siswa.
e) Fungsi motivasi, yaitu media dapat mendorong siswa untuk
melakukan apa yang semestinya dilakukan sehingga tujuan tercapai.
5) Fungsi sosio-kultural
Media dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi
pembelajaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

Selanjutnya Sadiman ( Artikel Bahasa Indonesia Edufiesta 2006)


menjelaskan fungsi media pembelajaran sebagai berikut :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang , waktu dan daya indra dalm pembelajaran.
3) Dengan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap
pasif peserta didik yang dapat menimbulkan kegairahan belajar, interaksi
yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan belajar,
memungkinkan anak belajar sendiri sesuai dengan kemampuannya.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi
bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah
ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya
dalam memberiksn perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman
serta menimbulkan persepsi-persepsi yang sama
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, media berfungsi sebagai
pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima . ( I Wayan Santyasa,
Landasan Konseptual media pembelajaran 2007: 5)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
fungsi media pembelajaran adalah sebagai media pemebelajaran, semantik,
manipulatif, psikologi, sosio-kultural, dengan tujuan meperjelas penyajian selama
proses pembelajaran yang disampaikan dari pengirim ( guru) menuju penerima
(peserta didik).

e. Jenis Media
Yudhi Munadi (2008 : 55) membagi jenis-jenis media menjadi empat
kelompok yaitu
1) Media audio, yaitu media yang melibatkan indra pendengaran yang hanya
mampu memanipulasi kemampuan suara semata
2) Media visual, yaitu media yang hanya melibatkan indra penglihatan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

3) Media audio visual, yaitu media yang melibatkan indra penlihatan dan
pendengaran sekaligus dalam satu proses.
4) Media multimedia, yaitu media yang melibatkan berbagai indra dalam satu
kali proses pembelajaran.
Selanjutnya Heni Citraningrum (2009 :40 ) membagi jenis-jenis media
menjadi tiga yaitu :
1) Media audio, yaitu alat bantu pengajaran yang berhubungan dengan bunyibunyi dan pendengar.
2) Media visual, yaitu media yang berhubungan dengan penglihatan.
Menurut Heinich Molenda, Russel (1996:8) membagi jenis-jenis media
sebagai berikut
1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster
dan komik
2) Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk padat model penampang,
model susun, model kerja, dan diorama.
3) Media proyeksi seperti slide, film, film stips dan OHP
4) Lingkungan sebagai media pembelajaran
Akhmad Sudrajat membagi jenis-jenis media menjadi empat jenis, yaitu
media visual, media audio, Projected still media, projected motion media.
(http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/media-pembelajaran.html)
Sumber lain membagi media pembelajaran menjadi empat jenis yaitu, (1)
Media grafis/ alat peraga dua diemensi; (2) media visual dua dimensi; (3) media
audio; (4) media yang diproyeksikan .
Berdasarkan paparan dari berbagai pakar tersebut dapat disimpulkan
macam-macam media antara lain media audio, media visual, media audio visual,
media multimedia, media yang dproyeksikan, serta lingkungan belajar dan dapat
digambarkan dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
Media yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah
media dengan jenis audio visual (suara dan pandang)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

f. Pengertian Audio Visual


Media audio visual adalah alat bantu mengajar yang berbentuk gambar
dan mengeluarkan suara secara silmutan. Dengan media audio visual ini, orang
tidak hanya dapat melihat tetapi juga mendengar , sehingga sering disebut audio
visual aid (AVA) atau alat bantu pandang dengar. Termasuk dalam media ini
adalah film cerita, video, televisi, compact disc, laser disc. (http//;www.google.
co.id/ pembuatan VCD, solusi permasalahan pembelajaran mendengarkan di
sekolah/ htm).
Selanjutnya Rohani ( dalam Heni Citraningrum 49: 2009) menyatakan
bahwa media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan
perkembangan jaman /sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi meliputi
media yang dapat didengar, dipandang, dan pandang dengar.
Sumber lain menyebutkan, pengertian dari media pandang dengar adalah
media yang menggunakan peralatan elektromagnetik dengan teknologi tinggi,
yaitu motion film, televisi dan video cassete, tape ( http ://dosen fip.um.ac.id)
Dari pernyataan-pernyataan tersebut disimpulkan pengertian media audio
visual adalah alat bantu mengajar yang dapat dilihat dan mengeluarkan suara
secara simultan yang melibatkan indra pendengaran serta disesuaikan dengan
perkembanagan jaman dan menggunakan peralatan elektromagnetik.

g. Pengertian Film
Dalam

jurnal

internasional

(Harold

Moellering

(http://www.sciencedirect.com/ Department of Geography, Ohio State Univeristy,


Columbus, OH 43210, U.S.A.), film diartikan sebagai berikut :
The purpose of a computer animated film is to display the object(s) of
analysis in a dynamic temporal setting. Scientific applications of this
technique are beginning to see use in a large variety of areas since it is
often far easier to display complicated spatiotemporal processes than to
describe them either verbally or in mathematical terms. Uses of such a
tool in a geographical setting are fundamentally twofold. Initially the film
can be used as a cognitive device to aid the research person in perceiving
the spatiotemporal dynamics of the process as represented by the patterns.
Secondly, the film may be used as an heuristic device to aid in suggesting
hypotheses which later may be tested in the data .

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

Pengertian Film dalam Jurnal Internasional dapat diterjemahkan dalam


Bahasa Indonesia sebagai berikut : Tujuan dari film animasi adalah untuk
menampilkan objek menganalisis ojek bergerak. Inti dari teknik aplikasi ini
dalalah untuk melihat area yang bervariasi dan lebih luas serta jauh sehingga lebih
mudah untuk ditampilkan dan untuk menampilkan objek yang sulit diterima serta
mendiskripsikan ojek yang verbal (abstrak). Mengacu pada kegunaannya,
pengaturan tempat pada intnya mmemiliki dua bentuk. Inti dari film dapat
digunakan sebagai perangkat kognitif untuk sebuah penelitian).
Yudhi Munadi (2008: 144) menjelaskan definisi film, yaitu alat yang
ampuh sekali di tangan yang efektif untuk sesuatu maksud terutama sekali
terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih banyak
menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalitasnya.
Sumber lain menyebutkan definisi film yaitu alat yang biasa dipaaki untuk
merekam suatu keadaan , atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai unutk
memenuhi suatu keadaan umum , yaitu mengkomunikasikan gagasan , pesan
kenyataan. ( http:zawa.blogsome.com/2008/04/30/)
Film adalah suatu sistem yang memiliki elemen-elemen yang saling
tergantung satu sama lain, oleh karena itu dalam penyajiannya film harus
memiliki unity atau kesatuan yang utuh yang dismpaikan melalui adegan, konflik
dan penokohan yang ditampilkan dapat dismpaikan dengan jelas bagi penikmat
film. (http:// walangkramat.wordpress.com/2010/03/13/film-pendidikan)
Selanjutnya berdasarkan sumber yang sama menyebutkan definisi film
yaitu karya seni yang dapat meberikan sebuah pengalaman bagi yang
menikmatinya.
Berbeda dengan pendapat di atas, (http :// dosen.fip.um.ac.id/)
menjelaskan tentang definisi film yaitu serangkaian gambar mati yang merupakan
hasil pemotertan dengan kecepatan tertentu sehingga apabila diproyeksikan
dengan proyektor film dengan kecepatan tertentu akan memberikan ilusi
pandangan yang nampak hidup/ bergerak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan definisi film yaitu sebuah
alat yang menggunakan aspek emosi, memiliki elemen kesatuan dalam penyajian
melalui penokohan dan konflik serta memberikan pengalaman bagi penikmatnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

h. Jenis Film
Film dalam penggunakaan dan jenis isinya memiliki jenis yang berbedabeda. Yudhi Munadi (2008;117) membagi jenis-jenis film menjadi tiga jenis, yaitu
(1) film dokumenter ( menggambarkan permasalahan kehidupamn manusia
meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia etika dan
lain sebagainya), (2) film docudrama ( berdasarkan kisah nyata ) ; (3) film drama
atau semi drama ( film yang melukiskan human relation.)
Asnawir ( dalam Yudhi Mundahi 2008: 119) membagi film menjadi 10
jenis , yaitu film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film
dokumenter, film rekreasi, film episode, film sain, film berita (news), film
industri, dan film provokasi
Sumber lain menyebutkan jenis-jenis film anatara lain :
1) Film informasi, yaitu film yang dapat memberikan informasi data autentik
petunjuk sehingga penonton mendapat pengetahuan tentang film.
2) Film kecakapan, yaitu berarti menonton film tersebut penonton akan
mendapatkan keterampilan tertentu, yaitu dengan memutrnya berulangulang.
3) Film apresiasi, yaitu film yang mendorong orang untuk berapresiasi
tentang isi film yang ditampilkan
4) Film dokumnter, yaitu film yang berisi rekaman tentang kejadian yang
sebenarnya, walaupun penampilannya mungkin sudah melalui editing.
5) Film rekreasi, yaitu film yang memberikan hiburan semata-mata kepada
penontonnya.
6) Film episode, yaitu film yang terdiri atas edisi- edisi pendek mungkin
isinya informasi umum, pengetahuan, industri dan sebgainya.
7) Film science, yaitu film yang memberikan perbendaharaan pengetahuan
baru bagi penontonnya. Bisa berupa episode pendek, dapat pula panjang.
8) Film berita (news), yaitu berupa liputan dari kejadian langsung yang
dianggap penting. Jadi sifatnya sama dengan film dokumenter.
9) Film Industri, yaitu film yang memperlihatkan informasi hasil dari industri
tertentu. Baik berupa episode-episode pendek maupun panjang.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

10) Film provokasi, yaitu film yang menantang sekelompok orang bereaksi
secara cepat dan langsung terhadap apa yang disajikan dan mendorong
untuk diskusi.
Dari pernyataan tersebut disimpulkan jenis-jenis film antara lain : film
dokudrama

film

rekreasi,episode,

science,

industri,

provokasi,

berita,apresiasi dan film kecakapan


Pembelajaran menggunakan animasi harus segera dikembangkan di
Indonesia, karena dengan animasi ilmu pengetahuan atau pelajaran akan
mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik. Hal ini disampikan oleh
Ketua Sinergi Biro Perencanaan dan Luar Negeri Departemen Pendidikan
Nasional Didik Sulistyanto saat membuka festival game Edukasi dan Animasi
tahun 2008 putaran ke-2 di Universitas Dian Nuswantoro ( http ://cetak.
Kompas.com/red/xml/2008/04/21.00292783)
Dari pendapat di atas peneliti mempunyai pikiran untuk mengembangkan
animasi sebagai media dalam penyampaian pembelajaran menyimak.

i. Sejarah Animasi
Animasi merupakan suatu tekhnik yang banyak sekali dipakai di dunia
film dewasa ini, baik sabagai satu kesatuan utuh, bagian dari suatu film, maupun
bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar fotogrfi, sedangkan
animasi berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar,
yaitu ilustrasi dan design grafis. (desain komunikasi visual) Melalui sejarahnya
masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi calon wujud
baru dalam live clan animasi. ( http://zawa.blogsome.com/2008/04/30/)
Selanjutnya, Wojowasito dalam http://zawa.blogsome.com/2008/04/30/
menjelaskan mengenai sejarah film animasi yaitu berwal dari keinginan manusia
untuk membuat gamabar atau image yang hidup dan bergerak sebagai perantara
dari pengungkapan ( expression) mereka, merupakan perwujudan dari bentuk
dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu sendiri sebenarnya
penyesuaian dai kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate. Dalam
kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti penghidupan. Secara umum animasi
merupakan suatu kegiatan mnghidupkan, menggerakkan benda mati; suatu benda

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup
bergerak, atau hanya berkesan.
Masih dai sumber yang sama ( http : // Zawa blogsome com/2008/04/30.)
menyebutkan beberapa sejarah teknik film animasi dari berbagai negara yaitu
antar lain :
1) Hallas and Manvell mengemukkan pendapatnya mengenai sejarah film
sebgai berikut Sebenarnya, sejak jaman dahulu, manusia telah mencoba
menganimasi gerak gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh
para ahli para purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur
dua ratus ribu tahun lebih ;
2) Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti
celeng, bison, kuda, digambarkan dengan delapan kaki dalam posisi yang
berbeda dan bertumpuk ; Orang-orang Mesir kuno menghidupkan gambar
mereka dengan urutan gambar-gambar para penggulat yang sedang
bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun 2000 sebelum
Masehi ( Thomas 1958 : 8) ;
3) Hingga tahun 1880-an , Jean Marey menggunakan alat potret beruntun
merekam secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan
manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal
kamera film berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892,Emile
Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut
praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan
diproyeksikan pada suatu cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat
cikal bakal proyektor pada bioskop (Laybourne 1978 : 23).
4) Lukisan di Jepang kuno memperlibatkan suatu alur cerita yang hidup ,
dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa heian (7941192)( ensiklopedia Americana 19, 1976). Kemudian muncul mainan yang
disebut thaumatroupe sekitar abad 19 di Eropa, berupa lembaran cakram
tebal, bergambar burung sangkar, yang kedua sisinya diikat seutas tali,
bikla dipilin dengan tangan akan memberikan santir gambar burung itu
bergerak (Laybourne 1978 :18).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37

5) kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini, dianggap
sebagai pembuka awal dari perkembanagan teknik film animasi
(ensiklopedi AmericanovoL VI, 1976: 740 ) ; Fleischer dan Sullivan telah
memanfaatka teknik animasi sell , lembaran tembus pandang yang terbuat
dari seluloid (celluloid) yang disebut sell . Pemula lainnya di Jerman ,
Lotte Leineger di tahun 1919 mengembangkan filmanimasi bayangan , dan
bertosch dari Perancis di tahun 1930 membuat percobaan film animasi dari
potongan dengan figure yang berasal dari potongan kayu.
6) Gorge Pal memulai penggunaan boneka sebagai figure dalam film animasi
pendeknya. Pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexander Ptushko dari
Rusia membuat film animasi boneka Jepang The New Gulliver di tahun
1935 ; tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung
pada film setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui
colour box . Perkembangan tekhnik film animasi yang terpenting , yaitu
di sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang
dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film Micky
mouse , Donald Duck dan Silly Symphony yang dibuat selama
tahun 1928 sampai 1940. ; Pada tahun 1931 Disney membuat film animasi
warna pertama dalam filmnya Flower and trees . Dan film animasi
kartun panjang pertama dibuat diosney pada tahun 1938, yaitu film Snow
White and seven Dwarfs .

j. Pengertian Film Animasi


Film animasi berangkat dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada
dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal
dari bahasa Inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita lihat di
kamus Bahasa Indonesia Barang tipis seperti selaput yang dibuat dari selulid
empat gambar potret negative ( yang akan dibuat potret atau dimainkan di bioskop
); 2 lakon ( cerita) gambar hidup; . Sedangkan secara mendasar pengertian film
yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru dapat diartikan jika dilihat dari
konteksnya; misalnya dipakai untuk potret negatif atau cetak, film mengandung
suatui lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

hasilnya; atau yang berhubungan dengan cerita atau lelakon., film mempunyai
pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak
menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung
unsur dasar cahaya , suara dan waktu. (http :// zawa blogsome.com/2008/04/30/)
Sedangkan pengertian animasi secara khusus menurut ensiklopedi
Americana : animated, a motion picture consisting of series of individual handdrawn sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied
slightly from one sketch to another . Generally , the series is film hand, when
projcted on creen, suggest that figures are moving (Encyclopedi Americana vol
VI, 1976 )
Animasi diambil dari Bahasa Latin Anima yang berarti jiwa, hidup,
nyawa, semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak
karena kemampuan otak untuk mengingat dan menyimpan gambar-gambar yang
terlihat sebelumnya (Vega 2004: 1) Animasi adalah susunan imej-imej dua
dimensi atau posisi model agar mnghasilkan gerakan. Animasi adalah ilusi optik
pergerakan disebabkan oleh penerusan penglihatan dan boleh dihasilkan dan
dimdemonstrasikan berbagai cara. Kaidah persembahan animasi yang paling laris
adalah wayang gambar atau video (http ://id.wikipedia.org/wiki/animasi )
Navrianz mengungkapkan bahwa animasi adalah suatu gambar diam
secara inbeethwin dengan jumlah banyak, dan bila diproyeksikan akan seolah-olah
hidup (bergerak) seperti film-film kartun di televisi. Animasi tidak hanya
digunakan duntuk film kartun saja, tapi juga dapat digunakan untuk pendidikan,
informasi, dan media pengetahuan lainnya yang tidak dapat dijangkau dngan life
melalui kmera foto atau

video. (http:www.google.co. id/ Navriaz/pengertian

animasi/htm)
Animasi menurut Encharta adalah gambar gerak yang direkam dari satu
seri dari gambar diam , gambar objek atau gambat orang dari berbagai posisi yang
berbeda yang mengalami perubahan gerak jika dimainkan sendiri, bukan lagi
gambar statis yang berdiri sendiri, namun sudah menjadi kesatuan gerak yang
halus.

(http://www.google.co.id/Norma

Ann>>Blog

Archive>>Bab

02

Anime/htm).
Animasi adalah salah satu bentuk karya seni yang menarik dan
menawarkan banyak kelebihan antara lain : (1) Menggambarkan hal yang tidak
mungkin terjadi di dunia nyata menjadi mungkin. (2) Membuat imajinasi lebih

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

berkembang (3) Membuat objek diam menjadi menarik dan bergerak (4) Dapat
dibuat sesuai dengan tujuan pembuatannya. (5) Sebagai media hiburan dan
informasi. Selanjutnya film animasi adalah film yang memanfaatkan gambar dan
benda mati yang lain seperti boneka, meja, kursi, yang dapat dihidupkan dengn
teknik animasi. Selain itu subjek-subjek hidup seperti manusia, hewan juga dapat
dianimasikan. (http://www.google.co.id/Norma Ann>>Blog Archive>>Bab 02
Anime/htm)
Dari paparan-paparan diatas dapat disimpulkan bahwa animasi adalah
gambar dua dimensi yang diolah dengan teknik tertentu yang seolah-olah bergerak
atau menghidupkan benda mati yang diproyeksikan menjadi suatu gerakan. Film
animasi adalah film yang memanfaatkan benda mati ataupun hidup untuk
diproyeksikan sebagai hiburan mupun media ajar untuk menghidupkan benda
mati dan memudahkan merealisasikan (memvisualisasikan) sesuatu yang tidak
live agar mudah dinikmati dan dipahami .

k. Jenis Animasi
Animasi telah mengalami perkembangan dari awal pembuatannya. Pada
awal pemnbuatannya, animsi memakai prinsip yng sederhana, baik konsep,
tekhnik alat maupun objeknya. Namun kini animasi telah mengalami kemajuan,
Berdasarkan sumber ( http://zawa blogsome com/2008/04/30 ) membagi jenisjenis animasi sebagai berikut
1) Animasi 2D
Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut
dengan film cartoon,yang artinya gambar yang lucu. Memanag film kartun
ini kebanyakn adalh film yang lucu. Contohnya banyak sekali, misalnya
doraemon, Looney tonees, Pink Panther, Tom and Jery Scobydoo, Mulan,
dan banyak lagi.
2) Animasi 3D,
Perkembangan teknologi dan komputer membutan teknik pembuatan animsi
3D semkin berkembang dan maju pesat.Animasi 3D adalah pengembangan
daroi animasi 2D . Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin
hidup dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Misalnya Nemo, shark

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

tile, Cars, Valian. Animasi 3D juga disebut denagn CGI ( Computer


Generated Imagery)
3) Animasi tanah liat (clay animation)
Jenis animasi ini adalah jenis yang paling jarang kita dengar dan temukan
diantra jenis yang lain.Padahal teknik bukanlah teknik yang baru, bahkan
bisa dibilang sebagai nenek moyang animasi karena animasi pertama kali
dalam bentuk clay animation. Animasi ini tidak menggunakan tanah liat
biasa nmun menggunakan plastisin, bahan lentur seperti permen karet.
Tokoh-tokoh dalam clay animation dibuat dengan menggunakan rangka
khusus untuk bentuk rangka tubuhnya.Lalu rangka tersebut ditutup dengan
plastisin sesui denagan bentuk tokoh yang dibuat.Bagian-bagin tubuhnya
seperti kepala, badan, tangan, kaki, bisa di lepas dan di pasang lagi. Setelah
toko-tokohnya siap, difoto gerakan pergerakan. Foto tersebut lalu digabung
menjadi gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film. Animasi
clay tersebut termasuk dalam animasi stop-motion picture.
4) Animasi Jepang (anime).
Film animasi Jepang hampir sama dengn film nimasi jenis lainny yng
didominasi oleh Bangsa Amerika dan Eropa, anime juga terdiri dari
beberapa jenis, yang membedakan bukanlah cara pembuatannya, namun
formatnya, yaitu serial TV, OVA, dan film bioskop.
Sejalan dengan pendapat di atas, Heni Citra Ningrum membagi animasi
teknik animasi menjadi empat, yaitu ; teknik animasi 2D, teknik animasi 3D,
teknik animasi tanah liat (clay animation ), animasi Jepang ( anime)
1) Animasi 2D ( 2 Dimensi ) yatu animasi yang menggunakan dua sudut/ aksis,
yaitu X dan Y. X mewakili lebar dan gerak kiri kanan, dan Y mewakili tinggi
dan gerak atas bawah. Gambar dua dimensi dapat dianalogikan gerak wayang
kulit.

Tidak

ada

ketebalan

pada

animasi

dua

dimensi

(http

//

www.lecturer.ukdw.ac.id.anton.download.multimedia5.pdf )
2) Animasi 3D (3 Dimensi ), yaitu animasi yang menggunakan perkembangan
teknik dan komputer. Teknik 3D merupakan pengembangan dari teknik 2D,
karakter yang dibuat lebih hidup dan nyata dan mirip dengan wujud aslinya.
Animasi 3D menggunakan wujud 3 aksis ( sudut pandang) yaitu X, Y, Z.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

Aksis Z mewakili ketebalan dan gerakan maju mundur. Dengan tiga aksis
maka objek dan gerakan lebih realistis. Bentuk ini memiliki objek lebar,
tinggi, dan ketebalan. Gerakan objek bisa ke samping, atas bawah, maju
mundur. Pada animasi 3 D juga dapat dikreasi efek-efek seperti pencahayaan
dan bayangan. (http//lecturer. Ukdw.ac.id.anton.download.multimedia5.pdf)
3) Animasi tanah liat ( clay animation ), yaitu animasi yang paling jarang kita
dengar dan kita temukan diantara jenis lainnya. Padahal jenis tekhnik animasi
ini bukan termasuk tekhnik yang baru seperti pada saat toy story membuka
animasi 3D. Bahkan boleh dibilang sebagai nenek moyangnya animasi.
Karena animasi pertm dalam bentuk clay animation. Meski namanya clay (
tanah lit),yang dipakai buknlh tanah liat yang biasa. Animasi ini memakai
plasticin, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan pad tahun 1897.
Tokoh dalam animasi clay dibuat dengan rangka khusus untuk kerangka
tubuhnya, lalu kerangka tersebut ditutup dengan plasticine sesuai bentuk tokoh
yang ingin dibuat. Bgian-bagian tubuh kerangka ini serperti kepala, tangan,
kaki, bisa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya siap, lalu difoto
pergerakan. Gambar tersebut digabung menjadi gambar yang bergerak. Clay
animation termasuk dalam stop-motion picture. Film Animasi Clay pertama
kali dirilis pada bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors Welsh Rarebit
Nightmare. (http//zawa.blogsome.com/?s=gambar+kartun+lucu)
4) Animasi Jepang (anime) . Pada jenis animasi di atas yang banyak dibahas
adalah film animsi buatan Amerika dan Eropa. Namun, Jepang pun tak kalah
soal animasi. Jepang sudah banyak memproduksi nime (sebutan untuk animasi
Jepang) Berbeda dengan animasi Amrika, animasi Jepang tidak semuanya
diperuntukkan anak, bhkan ada yang khusus untuk dewasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tekhnik animasi


dapat di bagi menjadi empat jenis, yaitu ; animasi 2 D yaitu animasi yang berupa
kartun, yang memiliki 2 aksis yaitu X dan Y/ tinggi dan lebar ; animasi 3D, yaitu
animasi yang

menggunakan tekhnik komputer dan merupakan bentuk

penyempurnaan dari animasi 2D yang memiliki 3 aksis/ sudut pandang yaitu X,Y,
dan Z / tinggi, lebar dan ketebalan ; clay animation , yaitu animasi yang paling

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

awal dan sederhana. Bahannya menggunakan plastisin/ karet lentur yang tersusun
atas bagian-bagian yang dapat dilepas dan difoto berulang-ulang; Animasi Jepang
(anime), yaitu animasi yang berasal dari Jepang pembuatannya tidak semuanya
diperuntukkan anak-anak, tapi juga orang dewasa.
Berdasarkan urain di atas, jenis animasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah animasi 2D (dua dimensi)

l. Jenis Teknik Film Animasi


Menurut http//zawa blogsome.com/-2008/04/30, animasi yang
dipakai dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu film animasi dwi-matra( flat
animation) dan animasi trimatra(object animation).
1) Film animasi dwi-matra (flat nimation) yaitu film animasi yang
menggunakan bahan papar yang dapat digambarkan di atas permukaannya.
Disebut juga jens film animasi gambar, sebab hampir semuaobjek
animasinya melalui runtun kerja gambar. Semu runtun kerja jnis film
animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar. Beberapa jenis film
animasi dwi-matra adalah :
a)

Film animasi sel (cel technique) teknik dasar ini adalah merupakan
teknik dasar film animasi kartun ( cartoon animation). Teknik ini
memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat di atas lembaran
plastik tmbus pandang, dibuat sel. Figur animasi dibuat sendiri di
atas sel untuk tiap perubahan gambar ang bergerak, selain itu ada
bagian yang diam, yait latar belakang (beckground) dibuat untuk
setiap adegan, digambar memanjang lebih besar dari gambaran sell.

b)

Penggambaran langsung pada film. Film ini menggunakan teknik


penggambaran obyek animasi dibua langsung pada pita seluloid bik
positive atau negative. Tanpa mlalui runtun pemotretan kamera stop
frame,

untuk

kebutuhan

suatu

karya

seni

yang

bersifat

pengungkapan. Atau yang bersifat percobaan, mencari suatu barang.

2) Film animasi Tri-Matra (objec animation), yaitu

menggunakan tknik

runtun kerja yang sama dengan film animasi dwi-matra, yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
43

membedakan adalah animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan


menghitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu,
cahaya dan ruang.Berdasarkan bahan dan bentuk yang digunakan , yang
termasuk film animasi ini adalah :
a)

Film animasi Boneka (Puppet Animation) yaitu film yang


menggunakan objek animasi boneka dan figur linnya, merupakan
penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari
bahan-bahan yang bersifat lentur, dan mudah digerakkan sewaktu
melakukan pemotretan bingkai perbingkai. Seperti bahan kayu yang
mudah ditatah, kain, kertas, lilin, tanah lempung, dan lain-lain.

b)

Film Animasi Model, yaitu film animasi yang menggunakan macammacam bentuk animasi yang bukan boneka , tetapi model abstark
seperti ; bola, balok, prisma, silinder, kerucut dan lilin-lilin.
Penggunaannya tidak trlalu rumit dan tidak banyak membutuhkan
gerak, bahan yang dipakai trbuat dari kayu, plastik keras dn bahn
keras lainnya yang sesuiai dengan sifat karakter yang dimiliki. Film
animasi ini dapat dikatkn sebgi film animasi non-figur, karena
kesluruhan cerita tidak mebutuhkan tokoh. Jenis film teknik yang
memanfatkan

lembaran

sel

merupakan

suatu

pertimbangan

penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari objek


animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan;
dan bagian yang tidak bergerak, cukup dibuat sekali saja.
c)

Film animasi potongan (Cut-out Animation), yaitu film animasi yang


menggunakan figur atu objek animasi yang dirancang, digambar
pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah
dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar
belakangnya. Pemotetan dilakukan dengn menganalisis langsung tiap
gerakan dengan tangan, sesuai dengan runtutan cerita. Gerak figur
animasi dan figure terbatas. Karakter figur dibuat terpisah. Untuk
menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu biasanya
sesuai dengan tuntutan cerita.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
44

d)

Film Animasi Bayangan ( Silhoutte Animation), yaitu film animasi


yang menggunakan figure berupa bayangan dan latar belakang yang
terang, karena pencahayaannya berada di belakang layar. Teknik
yang dipakai sama dengan film animasi potongan, figur digambar
lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar lalu diletakkan
pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di sini
kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas
berwarna atau diberi warna sesuai dngan kebutuhan, sedangkan film
animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna
gelap atau warna hitam, baik itu figur atau objek animasi lainnya.

e) Film animasi kolase (Collage Animation), yaitu film yang


menggunkan teknik bebas mengembangkan keinginan kita untuk
menggerakkan objek animasi semuanya di meja dudukan kamera.
Teknik yang digunakan cukup mudah dan sederhana, yaitu potongn
koran, potret, gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari
semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun
sedemikian rupa lalu diubah secara berangsur-angsur menjadi bentuk
susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan
kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang bebas

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian yang relevan dengan ini adalah skripsi milik Heni Citraningrum
dengan judul Peningkatan Keterampilan Menyimak menggunakan Media Audio
Visual Animasi pada Siswa Kelas VII D SMP Margasari kabupaten Tegal dengan
simpulan sebagai berikut :
Simpulan dari penelitian ini yaitu keterampilan menyimak, khususnya
menyimak dongeng pada siswa kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal
setelah menggunakan media audio visual animasi mengalami peningkatan.
Tingkah laku siswa kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal mengalami
perubahan ke arah yang positif. Saran yang disampaikan oleh peneliti yaitu guru
bahasa Jawa hendaknya menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa
dan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku siswa.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45

C. Kerangka Berfikir

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mengandung


bagaimana cara berkomunikasi yang baik karena belajar Bahasa Indonesia adalah
belajar berkomunikasi. Ada empat aspek dalam Bahasa Indonesia, yaitu berbicara,
membaca, mendengarkan, dan menulis. Selain keempat aspek tersebut yang harus
dipahami dan dikuasai guru, terdapat inti sari pelajaran Bahasa Indonesia yaitu
penularan ilmu pengetahuan, memberikan teladan, baik tingkah laku dan
berbicara, yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
terdapat anggapan bahwa Pelajaran Bahasa Indonesia menjenuhkan oleh siswa,
dikarenakan variasi media dan metode yang diterapkan guru kurang menarik bagi
siswa.
Salah satu media yang dapat menimbulkan ketertarikan, kebermaknaan
dan motivasi siswa adalah dengan penggunaan media audio visual film animasi.
Dengan menayangkan film animasi akan menimbulkan rasa tertarik siswa untuk
mengikuti memperhatikan, kebermaknaan bagi siswa karena siswa materi yang
disampaikan guru melalui film animasi. selain itu siswa juga termotivasi karena
film animasi merupakan tayangan televisi sehari-hari yang merupakan kesukaan
mereka. Melalui media audio visual film animasi siswa dibimbing oleh guru untuk
memahami isi cerita dari film yang ditayangkan. Secara tidak langsung siswa
sudah menerapkan kompetensi yang hendak dicapai meliputi aspek menyimak.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
46

KONDISI
AWAL

TINDAKAN

KONDISI
AKHIR

Guru belum
menerapkan media
apa pun (masih
konvensional)

Kemampuan
menyimak isi cerita
IV rendah

Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia
(menyimak isi cerita)
melalui Penerapan
Media Audio Visual
Film Animasi

Siklus I

Siklus II

Melalui Penerapan Media Audio Visual Film


Animasi dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyimak isi cerita meningkat.

Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
47

D. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat


disimpulkan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut : penerapan Media Audio
Visual Film Animasi adalah alat bantu mengajar yang memudahkan guru untuk
menyampaikan pembelajaran yang memiliki suara dan visual ( gambar) serta
berbentuk serangkaian adegan yang dibuat dari gambar yang digerakkan secara
cepat dan deolah dengan tekhnik tertentu sehingga memiliki kesan hidup dan
merialisasikan benda yang bersifat abstrak serta memiliki jenis gambar yang
sangat sesuai dengan dunia serta perkembangan anak, Maka media audio visual
film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata pelajaran
Bahasa Indonesia sert dapat mengatasi kendala- kendala dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri
Tahun Ajaran 2009/2010

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
48

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Talunombo Kecamatan
Baturetno, Kabupaten Wonogiri dengan alasan sebagai berikut :
a. Di Sekolah Dasar ini belum pernah menjadi tempat penelitian tindakan
kelas.
b. Peneliti adalah salah satu pengajar di SD ini.
c. Pada tahun sebelumnya pembelajaran bahasa Indonesia untuk menyimak
isi cerita belum menggunakan media audio visual pemutaran film.
d. Di SD Negeri 1 Talunombo rata-rata nilai Bahasa Indonesia kelas IV
rendah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2009/2010 selama 5 bulan, mulai Maret 2009 sampai dengan bulan Juli 2010.
Dengan pembagian waktu sebagai berikut :
1. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Maret, April dan Mei pada
minggu pertama.
2. Pencarian ijin skripsi dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada bulan
Mei minggu kedua dan ketiga
3. Pelaksananaan tindakan dilaksanakan selama selama empat minggu.
Pelaksanaan pada bulan Mei minggu ke empat dan Juni minggu pertama,
kedua dan ketiga.Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus dimana
setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Siklus pertama pertemuan
pertama dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke empat, siklus pertama
pertemuan kedua dilaksanakan pada bulan Juni pada minggu pertama.
Siklus kedua pada pertemuan pertama dilaksanakan pada bulan juni
minggu kekedua , sedangkan siklus kedua pertemuan kedua dilkasanakan
pada Juni minggu ke tiga

commit to user
33

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
49

4. Analisis data dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada bulan Juni
minggu ke empat dan Juli minggu ke pertama dan kedua
5. Penyusanan skripsi dilaksanakan selama lima bulan, yaitu bulan Juli
sampai November
B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan, yang menekankan pada perbaikan
proses pembelajaran, maka jenis penelitian yang tepat adalah penelitian tindakan
kelas. Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menambah pengetahuan
guna meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan
model siklus:

Planning
Reflecting

Siklus I

Acting

Observing
Planning
Reflecting

Siklus II

Acting

Observing
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan dari Kurt Levin

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
50

Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaaan, pelaksanaan


tindakan, observasi, refleksi.
a. Perencanaan, meliputi :
1) Membuat perencanaan pembelajaran
2) Melengkapi media pembelajaran
3) Membuat lembar observasi
4) Membuat alat evaluasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai apa yang telah direncanakan.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi
Dalam tahap ini, semua data yang diperoleh dari hasil observasi
dikumpulkan dan dianalisis guna mengetahui sejauh mana tindakan
membawa perubahan dan apa serta dimana perubahan terjadi.

C. Sumber Data

Informasi dikumpulkan dan dikaji secara mendalam. Sebagian besar


informasi berupa kualitatif. Informasi digali dari berbagai sumber data dan jenis
data yang ada dalam penelitian ini, yaitu meliputi :
1. Informasi, terdiri dari informasi guru kelas IV dan guru lain yang pernah
mengajar kelas IV di tahun sebelumnya, serta siswa-siswi kelas IV SD
Negeri 1 Talunombo.
2. Tempat dan Peristiwa
1. Tempat

: Ruang kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno,


Wonogiri.

2. Peristiwa

:Proses

belajar

mengajar

dengan

penerapan

menggunakan media audio visual film animasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
51

3. Arsip dan Dokumen


a. Arsip

: Kurikulum KTSP

b. Dokumen : Daftar nilai

4. Tes Hasil Belajar


5. Perekaman

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga


(organisasi),

yang

sifat-keadaannya

(attribut-nya)

akan

diteliti.

(http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-penelitian) Dengan kata


lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau
terkandung objek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV SD SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri sebanyak 22 siswa.
Dengan rincian jumlah siswa putra 9 dan putri 13, serta tidak terdapat siswa yang
berkemampuan khusus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan


peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau
kondisi

lokasi

penelitian

sesuai

dengan

lingkup

penelitian.

(http://tkplb.org/documents/etraining%20-%20KTI). Teknik pengumpulan data


yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung
adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek
yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa dan guru Kelas IV SD Negeri 1
Talunombo guna mengetahui kemampuan siswa meggunakan media audio visual
pemutaran film dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
52

2. Pencatatan Sumber Data dan Dokumentasi


a. Sumber Data
1) Kurikulum KTSP tentang ruang lingkup standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan, dan materi pokok kelas IV.
2) Silabus tentang tema dan alokasi waktu.
b. Dokumen
Berupa nilai formatif untuk mengetahui data tentang peningkatan hasil
belajar sebelum diadakan tindakan.
3. Tes
Tes dilakukan setelah diadakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah
tes lesan maupun tertulis, baik dilakukan pada saat pembelajaran maupun
akhir pembelajaran.
4. Dokumentasi
Perekaman menggunakan kamera berupa hasil foto maupun video untuk
memperjelas diskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti.

F. Validitas Data

Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan


penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Menurut

STY. Slamet dan

Suwarto, WA (2007: 54), Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung dari
ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga
diperlukan teknik pengembangan validitas datanya.
Validitas data yang digunakan adalah triangulasi. Menurut Elliot dan
Pattington dalam Wahyudi, (2008:51), triangulasi bukanlah teknik untuk
memonitor (mengawasi), namun sebagai metode yang lebih umum untuk
membawa beragam jenis bukti ke dalam suatu hubungan satu sama lain sehingga
ragam itu dapat dibandingkan dan diperbedakan.
Untuk mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
53

1.

Validitas isi (content validity)


Menurut Zaenal Arifin (2009: 248) Validitas isi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik mengusai materi pelajaran yang telah
disampaikan.

Validitas

memvalidkan soal soal

isi

dalam

penelitian

ini

digunakan

untuk

tes yang terdapat pada renacana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum (silabus dan kisi kisi) dan
sesuai dengan kemampuan yang akan di ukur.
2.

Trianggulasi Metode
Menurut STY. Slamet dan Suwarto, WA (2007: 54) Trianggulasi
metode adalah mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan
teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda yang mengarah pada
sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.
Trianggulasi metode ini digunakan untuk memantapkan validitas data peran
serta siswa dalam pembelajaran dan data kegiatan guru saat mengajar.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan(verifikasi). Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan
proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Proses analisis interaksi
daapt digambarkan sebagai gambar 3:
Pengumpulan Data

Sajian Data

Reduksi Data

Verifikasi

Gambar 3: Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (2000: 43)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
54

Langkah-langkah analisis :
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart nework, diagaram, matrik, dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Hasil dari data data yang telah didapatkan dari laporan penelitian
selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
sehingga kesimpulan kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil
dari laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan
validitasnya.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus


dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang yang telah
didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Observasi terhadap kegiatan
pembelajaran dilakukan guru untuk mengetahui permasalah yang menyebabkan
rendahnya kemampuan siswa dalam memahami isi cerita siswa kelas IV SD N 1
Talunombo, Baturetno, Wonogiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
55

Berdasarkan temuan dikelas, maka peneliti berusaha meningkatkan


kemampuan menyimak isi cerita siswa kelas IV dengan penanaman konsep
melalui pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Sehubungan dengan itu
maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan penggunaan media audio
visual dalam menanamkan pemahaman isi cerita Bahasa Indoesia.
Prosedur penelitian meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan
b. Merencanakan pembelajaran dengan media audio visual film animasi.
c. Membuat laporan observasi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dalam rencana pada
siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten
Wonogiri.
b. Siswa melakukan pembelajaran dengan media audio visual film
animasi dengan bimbingan guru.
3. Tahapan Observasi
a. Tindakan guru mengobservasi siswa selama proses pembelajaran.
b. Menilai hasil pembelajaran Bahasa Indonesia.
4. Tahap Refleksi
Merefleksi dan mengevaluasi kegiatan 1, 2, dan 3. Berdasarkan hasil
refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
tindakan kelas pada siklus berikutnya. Permasalahan yang timbul dalam
silkus pertama dicari pemecahannya dan ditindaklanjuti pada siklus kedua.
Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan menyimak isi cerita pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo,
Baturetno, Wonogiri, namun belum memenuhi target indikator kinerja
maka perlu dilakukan siklus II. Siklus II meliputi tahap perencanaan
tindakan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Apabila
hasil dari siklus II sudah menunjukkan peningkatan kemampuan siswa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
56

menyimak isi cerita memenuhi target indikator kerja maka tidak perlu
dilakukan siklus III

I. Indikator Kerja

Indikator kerja adalah alat untuk mengukur keberhasilan suatu tindakan.


Dalam indikator kerja memuat indikator kerja itu sendiri, kriteria keberhasilan,
target dari peneliti, dan alat pengumpulan data. Adapun indikator kerja dalam
penelitian ini ada dua yaitu kemampuan siswa memahami isi cerita dan
keberhasilan penerapan penggunaan media audio visual film animasi
Tabel 1: indikator siklus I
No.

Indikator

Kriteria

Target

Pengumpulan
data

1.

Kemampuan

Nilai minimal

40 % siswa

Evaluasi

siswa memahami

(KKM) dalam

mendapat

meyimak isi

isi cerita

menyimak isi cerita

nilai 70

cerita

adalah 70
2.

Peran serta siswa

40 % siswa dapat

45 % siswa

Observasi

dalam

mengikuti

dapat

dalam

penggunaan

pembelajaran

mengikuti

pembelajaran

media audio

penggunaan media

penggunaan

visual pemutaran

audio visual

media audio

film.

pemutaran film.

visual
pemutaran
film.

Tabel 2 : indikator siklus II


No.

Indikator

Kriteria

Target

Pengumpulan
data

1.

Kemampuan

Nilai minimal

70 % siswa

Evaluasi

siswa memahami

(KKM) dalam

mendapat

menyimak isi

isi cerita

menyimak isi

nilai 70

cerita

cerita adalah 70

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
57

2.

Peran serta siswa

70 % siswa dapat

75 % siswa

Observasi

dalam

mengikuti

dapat

dalam

penggunaan

pembelajaran

mengikuti

pembelajaran

media audio

penggunaan media

penggunaan

visual pemutaran

audio visual

media audio

film.

pemutaran film.

visual film
animasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
58

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Sekolah Dasar Negeri 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten
Wonogiri berdiri pada tahun 1925. Sejak berdiri status SD N 1Talunombo adalah
Sekolah Dasar Negeri. SD N 1 Talunombo memiliki satu Kepala Sekolah dan 11
guru PNS serta 3 guru Wiyata Bhakti. Dari kelas I VI, hanya kelas VI dan IV
yang tidak paralel. Jumlah siswa pada Tahun Ajaran 2009/2010 adalah 180 siswa.
Secara geografis SD Negeri 1 Talunombo barada di wilayah Kecamatan
Baturetno, Kabupaten Wonogiri tepatnya di Jalan Solo Pacitan Patisari
Talunombo. Siswa di SD Negeri 01 Talunombo termasuk siswa heterogen yang
berasal dari latar belakang keluarga, ekonomi, dan agama yang berbeda. Hal ini
dikarenakan masyarakat sekitar adalah masyarakat majemuk yang termasuk
golongan menengah kebawah.
Kemampuan rata-rata peserta didik SD 1 Talunombo sudah baik, namun
ada beberapa kelas yang masih di bawah rata-rata. Selain itu dalam bidang
kemampuan menyimak khususnya kelas IV masih harus ditingkatkan lagi.
Sekolah Dasar Negeri 1 Talunombo memiliki ruang kelas sebanyak 6 ruang kelas,
1 kantor guru, UKS, 1 perpustakaan, 1 laboratorium komputer, dan 1 kantin serta
toilet.

B. Diskripsi Hasil Penelitian


1. Diskripsi Pra Siklus
Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil
observasi sebelum tindakan. Dari hasil observasi yang berupa hasil evaluasi
individu menyimak isi cerita melalui media audio visual, diketahui bahwa
kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Tahun Ajaran 2009/2010
dalam menyimak isi cerita melali media audio visual masih rendah. Peserta didik
yang

masih

belum

mencapai

KKM

(Kriteria

Ketuntasan

Minimal)

sebanyak 14 anak atau 63,64 % dari 22 siswa; dan siswa yang sudah mencapai
KKM hanya sebanyak 8 siswa atau 36,36 % saja. Adapun Kriteria Ketuntasan

commit to user
43

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
59

M
Minimal
un
ntuk meyimaak isi cerita melalui meedia audio visual
v
adalahh 65. Oleh
s
sebab
itu, peeneliti sebaggai guru kellas IV menggadakan koordinasi denggan Kepala
S
Sekolah
dan
n guru kelass lain untuk melakukan tindakan. Tindakan
T
yan
ng diambil
d diterapk
dan
kan dalam peembelajarann Bahasa Ind
donesia adalaah menyimaak isi cerita
m
melalui
med
dia audio visual
v
kelas IV SD Neegeri 1 Tallunombo tah
hun ajaran
2
2009/2010
Daftaar nilai sebeelum tindakaan dengan ju
umlah siswa 22. Dapat dilihat
d
pada
t
tabel
3.
T
Tabel
3 : disstribusi frekuuensi pra sikklus
Rentang nilaai
R
20-31
32-43
44-55
56-67
57-79
80-91
jumlah

frekw
wensi
5
3
4
2
5
3
22

Dari hasil evaluaasi pretes (ttabel 03) dipperoleh nilaii rata-rata keelas adalah
4
48,63.
Dari tabel 04 dapat
d
dilihatt bahwa terddapat 1 sisw
wa atau 4,5
54 % yang
m
mendapat
niilai 20; terdaapat 4 siswa atau 18,18 % yang menddapat nilai 30;
3 terdapat
3 siswa atau
u13,63 % yanng mendapaat nilai 40; teerdapat 4 sisswa atau 18,18 % yang
m
mendapat
niilai 50; terdaapat 2 siswa atau 9,09 % yang menddapat nilai 60;
6 terdapat
5 siswa atau
u 22,72 % yaang mendapaat nilai 70; terdapat
t
3 siiswa atau 13,63% yang
m
mendapat
niilai 80. Grafiik nilai Pra-ssiklus terlihaat seperti padda gambar 4.
5
4.5
4
4
3.5
3
3
2.5
2
2
1.5
1
1
0.5
0
0

203
31
324
43
445
55
566
67
577
79
809
91

freekuensi

Gam
mbar. 4. Graafik kelas disstribusi freku
uensi pra Nilai Pra Sikluus

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
60

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran Bahasa


Indonesia menyimak isi cerita adalah 70. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
baru 8 atau 36,36 % siswa memenuhi KKM, dan terdapat 14 atau 63,64 % siswa
belum memenuhi KKM.
Penilaian ini untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV dalam
menyimak isi cerita melalui media audio visual tanpa adanya perlakuan atau
threatment. Jumlah soal yang diberikan adalah 10 soal. Di dalam pretes ini siswa
sudah mendapat pemahaman dasar mengenai menyimak isi cerita. Dari observasi
yang dilakukan guru sebelum diadakan pretes, ternyata siswa kelas IV SD Negeri
1 Talunombo masih rendah kemampuannya dalam menyimak isi cerita.
Dari analisis data skor pretes dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menyimak isi cerita Bahasa Indonesia kelas IV SD N 1 Talunombo masih rendah.
Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak isi cerita. Adapun tindakan dalam usaha meningkatkan kemampuan
menyimak isi cerita mata plajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media
audio visual film animasi.

2. Tindakan Siklus I
Tindakan Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan yaitu satu
kali kegiatan pembelajaran (2 x 35 menit). Siklus I dilakukan selama 2 minggu
pada bulan Juni, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Perencanaan Siklus I
Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil
observasi sebelum tindakan. Dari hasil observasi yang berupa hasil evaluasi
individu isi dalam menyimak isi cerita, diketahui bahwa kemampuan siswa
Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Tahun Ajaran 2009/2010 dalam menyimak
isi cerita masih rendah. Siswa yang masih belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22 anak; dan siswa
yang sudah mencapai KKM hanya sebanyak 8 siswa atau 36,36 % saja.
Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal untuk menyimak isi adalah 70. Oleh
sebab itu, peneliti sebagai guru kelas IV mengadakan koordinasi dengan
Kepala Sekolah dan guru kelas lain untuk melakukan tindakan. Tindakan yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
61

diambil dan diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menyimak isi


cerita yaitu dengan menggunakan media audio visual film animasi guna
meningkatkan kemampuan menyimak isi isi cerita siswa Kelas IV SD Negeri
1 Talunombo.
Langkah-langkah yang hendak dilakukan berpedoman pada silabus Kelas
IV, yang berisi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun langkah di dalam perencanaan
meliputi :
(1) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang
hendak dicapai.
(2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menerapkan Media
audio visual film animasi.
(3) Mempersiapkan media guna mendukung pembelajaran menyimak isi
cerita dengan menggunakan kaset DCD film animasi.
(4) Mempersiapkan alat evaluasi individu guna mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa menyimak isi cerita.
(5) Mempersiapkan lembar penilaian.
(6) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam
pembelajaran.
Merujuk pada hasil analisis dan refleksi pertemuan 1, peneliti
merencanakan pertemuan 2. Informasi yang didapat berupa informasiinformasi yang mesti harus ditingkatkan dari pertemuan 1 memerlukan
alternatif pemecahan. Hal-hal yang masih kurang dalam pertemuan pertama
harus ditingkatkan di pertemuan 2, seperti meningkatkan kemampuan
menyimak isi cerita, meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran, dan
meningkatkan ketrampilan mengajar guru dalam memanfaatkan media audio
visual film animasi.
b) Pelaksanaan Siklus I
i) Pertemuan 1
Peneliti dalam tahap ini melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia
menyimak isi cerita melalui media film animasi. Sebelum pelaksanaan
pertemuan 1, peneliti mengkondisikan kelas guna mendukung kelancaran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
62

pembeleajaran yang akan dilakukan. Kondisi kelas yang baik adalah tahap
awal suatu pembelajaran yang harus dilakukan guru, seperti menyiapkan alat
media seperti pengoprasian dengan menggunakan laptop, proyektor dan kaset
DVD serta kabel dan listrik. Mengatur dan memastikan layar dapat ditangkap
oleh semua siswa baik yang duduk di depan, belakang maupun sudut.
memotivasi (apersepsi), dan menyampaikan peraturan dan cara kerja
penggunakan media tersebut terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya menyimak isi cerita.
Setelah kelas dikondisikan seperti yang telah diuraikan di atas, peneliti
harus memastikan betul apakah siswa benar-benar memahami peraturanperaturan di dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini sangat perlu
karena jika siswa tidak memahami dan mengerti peraturan dalam
pembelajaran ini maka pembelajaran akan kacau dan tidak mencapai tujuan
yang diharapkan.
Siswa diputarkan film animasi. Dalam hal ini yang digunakan adalah film
animasi dengan judul Timun Mas. Film diputarkan secara bertahap. Setelah
film siap diputar, siswa difokuskan untuk mnyaksikan dan menyimak isi film
dalam tahap pertama. Tahap pertama siswa diputarkan film dengan
permasalahan yang lebih ringan, tokoh yang lebih sedikit, sehingga
membutuhakan ingatan (memori) yang lebih ringan. Setelah film diputarkan
pada tahap pertama, peneliti memberikan pertanyaan secara klasikal kepada
siswa mengenai isi film tersebut, baik meliputi, tokoh, latar, alur, maupun
watak yang ada pada cerita tersebut.
Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa

secara

personal/ individu mengenai isi cerita film animasi tersebut, pertanyaaan


tersebut dapat meliputi latar cerita, tokoh, alur maupun perwatakan.
Untuk mengetahui kemampuan siswa menyimak dan menyusun kalimat
terhadap isi cerita tersebut adalah dengan cara memberi tugas menulis hasil
cerita film animasi yang telah disimak ke dalam sebuah kalimat, Berikutnya
peneliti meminta siswa untuk membacakan hasil tulisan berupa ringkasan isi
cerita tersebut secara bergilir. Kegiatan ini ditujukan untuk memastikan
pemahaman siswa dalam menyimak isi cerita film animasi yang telah diputar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
63

ii) Pertemuan 2
Pada pertemuan 2 siswa sudah memahami aturan yang harus dipatuhi
dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum memulai pembelajaran,
guru mengkondisikan kelas sama seperti pada pertemuan pertama.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi guru berupa motivasi,
menyampaikan materi dan kompetensi, memeriksa kesiapan siswa, dan
menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menggunakan media audio visual film animasi.
Agar siswa lebih paham serta menegaskan kembali aturan pembelajaran,
maka guru mengulang aturan-aturan yang ada dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan seperti pada pertemuan pertama,.
Siswa menempatkan diri dan memfokuskan perhatian pada alur cerita,
pada pertemuan ke dua ini, guru memberikan cerita yang memiliki tingkat
yang lebih kompleks daripada pertemuan pertama, baik meliputi pergantian
setting/ latar yang tidak hanya pada satu tempat saja. Tokoh yang ditampilkan
pun lebih banyak dan memiliki perwatakan yang lebih kompleks, meliputi
antagonis( jahat) protagonis (baik perwatakannya) dn tritagonis ( tokoh
pelengkap yang membantu tokoh protagonis),
Pada akhir pemutaran film, penulis memberikan umpan pertanyaan kepada
siswa secara klasikal untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menyimak
isi cerita pada tahap awal dengan menggunakan cerita yang lebih kompleks di
banding pertemuan pertama. Setelah guru memberikan pertanyaan siswa
secera klasikal, selanjutnya penulis memberikan pertanyaan kepada siswa
secara personal/ individu terhadap isi cerita yang telah disimak. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa lebih dalam terhadap isi
cerita, disamping itu pertanyaan yang diberikan kepada siswa secara individu
diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsentrasi
siswa terhadap pelajaran.
Berikutnya, penulis memberikan tugas kepada siswa untuk menulis isi
cerita ke dalam bahasa mereka sendiri. Selain untuk megetahui kemampuan
siswa dalam menyimak dan menuangkannya dalam tulisan, juga untuk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
64

mengetahui seberapa besar siwa dapat menyimak dan menangkap isi cerita ke
dalam alur yang runtut ke dalam bahasa verbal.
Pada tahap berikutnya penulis memberikan pertanyaan dengan tujuan lebih
meyakinkan seberapa dalam siswa memahami kegiatan menyimak isi cerita
melalui media audio visual, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada
siswa secara tertulis mengenai isi cerita dan dijawab sesuai pemahaman
masing-masing. Pertanyaan tersebut meliputi alur cerita, setting/ tempat,
perwatakan maupun tokoh. Dari jawaban siswa ini akan terlihat tingkat
pemahaman masing-masing siwa dalam kegiatan menyimak isi cerita melalui
media audio visual berdasarkan jawaban tingkat kesesuaian antara pertanyaan
dan ketepatan jawaban dari cerita.

c) Observasi
Observasi dilakukan setiap pertemuan berlangsung. Setiap siklus terdiri
dari 2 kali pertemuan, dan durasi setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x
35 menit). Observasi dilakukan untuk memperoleh data, informasi, dan umpan
balik bagi peneliti. Observasi yang dilakukan yaitu observasi langsung dan
tidak langsung.
Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti
(tanpa perantara) terhadap subjek penelitian. Alat yang digunakan dalam
observasi langsung adalah catatan lapangan, berisi tentang kegiatan dan
kejadian dalam pembelajaran yang perlu dicatat untuk dievaluasi dan
dianalisis guna dijadikan umpan balik bagi peneliti. Catatan-catatan tersebut
dapat berupa kegiatan yang sesuai rencana dan kegiatan diluar rencana.
Observasi tidak langsung yaitu observasi yang dilakukan dengan bantuan
perantara. Adapun perantaranya yaitu guru kelas lain. Dengan berkolaborasi
dengan guru lain sebagai observer sekaligus penilai dalam pembelajaran,maka
data dan informasi yang diperoleh lebih bersifat objektif. Alat yang digunakan
dalam observasi tidak langsung berupa lembar penilaian mengajar guru dan
lember observasi peran serta siswa. Lembar penilaian mengajar guru bertujuan
untuk menilai kemampuan mengajar guru dan kegiatan guru dalam
pembelajaran. Lembar observasi peran serta siswa bertujuan untuk menilai

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
65

sejauh mana kemampuan siswa menyimak isi cerita melalui media audio
visual film animasi Adapun hasil observasi pada siklus I adalah sebagai
berikut :
Indikator :

- Menemukan pokok pikiran yag terdapat dalam setiap teks


- Menjelaskan isi teks dengan kalimat yang runtut
- Meringkas isi teks bacaan dengan kalimat yang runtut.

Media :

- kaset DVD film animasi Timun Mas

i) Pertemuan Ke-1
Hasil Observasi :
(1)

Kegiatan Siswa (berdasarkan lampiran 9) : (1)19 siswa atau 86,36%%


siswa memperhatikan penjelasan guru (2) 4 atau 18,18 % siswa
bertanya tentang penjelasan guru; (3)

17 atau 72,27% siswa

memperhatikan isi film; (4) 17 siswa atau 72,27 siswa semangat dan
senang mengikuti pelajaran(5) 15 atau,68,18% siswa serius menyimak
isi cerita; (6) 13 atau 59,09% siswa merespon pertanyaan guru; (7) 11
atau50% siswa mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita; (8) 10
siswa atau 45,45% dapat meneceritakan dengan kalimat yang runtut; (9)
15 siswa atau 68,18% dapat membedakan watak dan karakter setiap
tokoh; (10) 17 siswa atau 77,27 mampu mengingat nama setaiap tokoh;
(11) 6 atau 27,27% siswa mempunyai keberanian mengungkapakan
pikiran dan pertanyaan setiap tokoh; (12) 5 atau 22,72% kemampuan
menggunakan bahasa yang baik untuk menceritakan isi cerita; (13) 5
siswa atau 22,72 % siswa dapat menangkap amanat dari isi cerita; (14) 4
siswa atau 18,18 % kepuasan siswa memperoleh poin setiap menjawab
pertanyaan; (15)22 atau 100% semua siswa mengerjakan evaluasi
individu; (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 53,54%.
(2)

Kegiatan Guru ( berdasarkan lampiran 9) : Kegiatan guru meliputi,


penyiapan peralatan dan media yang akan dipergunakan; memeriksa
kesiapan siswa; kesesuaian apersepsi dengan materi yang akan
diajarkan; menyiapkan kompetensi yang akan dicapai; menunjukkan
penguasaan materi yang akan disampaikan,menguatkan materi dengan
pengetahuan

yang

relevan;

mengaitkan

commit to user

materi

dengan

realitas

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
66

kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang


akan dicapai; melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan
siswa; melaksanakan pembelajaran secara urut; penguasaan kelas;
melaksanakan yang menumbuhkan kebiasaan positif; melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu; menunjukkan penguasaan
terhadap media pembelajaran; menggunakan media pembelajaran secara
efektif, efesien dan menarik; melibatkan siswa dalam penguasaan media;
menumbuhkan partisipatif siswa dalam pembelajaran; memfasilitasi
terjadinya interksi antara guru, murid dengan sumber belajar; merespon
positif partisipasi siswa; menunjukkan hubungan antar pribadi yang
kondusif, memantau kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi; melakukan refleksi pembelajarn dengan melibatkan
siswa; melaksanakan tindak lanjut; penggunakaan bahasa lisan, benar
dan lancar; menggunakan bahasa tertulis dengan baik dan benar;
penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai;kerapian penampilan;
perfoma dan semangat mengajar. Kegiatan guru yang sangat baik
meliputi pelibatan siswa dalam pemanfaatan media. Sedangkan catatan
dari observer mengenai kegiatan yang dilakukan guru yaitu untuk lebih
memperhatikan penggunaan waktu. Kemampuan guru mengajar masih
kurang.
(3)

Catatan Lapangan: (1) siswa yang bertanya sangat sedikit, (2) rasa ingin
tahu siswa besar, (3) siswa kurang memahami aturan dalam
pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi. (4)
semangat untuk fokus terhadap isi cerita pada film animasi tinggi, (5)
siswa belum dapat menulis hasil menyimak isi cerita pada film animasi
dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik dan benar. (6) adanya
kegaduhan karena ada siswa yang menganggap menggap kegiatan
menggunakan audio visual film animasi bukan merupakan bagian dari
proses kegiatan pembelajaran melainkan sekedar menyaksikan film (7)
kegaduhan

siswa

yang

dapat

mengganggu

siswa

lain

untuk

mendengarkan dialoge yang disampaikan pada film tersebut., (8) siswa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
67

yang duduk di depan cenderung lebih fokus terhadap isi film dan
pembelajaran, (9) kurang waktu dalam evaluasi individu.
ii) Pertemuan Ke-2
Hasil observasi
(1)

Kegiatan siswa: (1) 20 siswa atau 90,90% siswa memperhatikan


penjelasan guru, (2) 6 siswa atau sebesar 27,27 % siswa

bertanya

penjelasan guru, (3) 19 siswa atau 86,36 memperhatikan isi film , (4)
semangat dan senang mengikuti pelajaran 86,36% (5) 18 siswa atau
81,81% siswa serius menyamak isi cerita, (6) 14 siswa atau 63,63%
siswa merespon pertanyaan guru, (7) 13 siswa atau 59,09% siswa
mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita , (8) 12 siswa atau 54,54%
siswa dapat menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan
kalimat yang runtut, (9) 9 siswa atau 36,36% siswa dapat membedakan
watak dan karkter setiap tokoh dalam setiap ceita , (10) 19 siswa atau
86,36% siswa dapat mengingat nama setiap tokoh , (11) 9 siswa atau
40,90% siswa mempunyai keberanian mengungkapakan pikiran dan
pertanyaan dalam isi crita tersebut , (12) 7 siswa atu 31,81% siswa
mempunyai kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar
untuk menceritakan isi cerita, (13) 9 siswa atau 40,90% siswa mampu
menangkap amanat dari cerita tersebut, (14) 7 siswa atau 31,81%
kepuasan siswa dalam memperoleh poin pada setiap pertanyaan, (15)
semua siswa atau 100% melakukan evaluasi individu; (16) rata-rata
pencapaian peran serta siswa 61,21%.
(2)

Kegiatan guru: kegiatan guru yang masih kurang yaitu penguasaan kelas
dan penggunaan media secara efisien, efektif dan menarik. Kegiatan
guru yang baik meliputi kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran;
memeriksa kesiapan siswa; apersepsi; penyampaian kompetensi yang
akan dicapai; menunjukkan penguasaan materi pembelajaran; pengaitan
materi dengan pengetahuan yang relevan dan realitas kehidupan;
melakukan pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai;
melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa.
pembelajaran yang urut; menguasai kelas; menumbuhkan kebiasaan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
68

positif; melaksabajan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu;


memfasilitasi interkasi anatara guru dan siswa serta sumber belajar;
merespon

positif pertisipatif siswa; menumbuhkan keceriaan dan

antusias siswa; menunjukkan antar pribadi yang kondusif; memantau


kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi;
melakukan refleksi dan tindak lanjut; penggunaan bahasa lesan secara
jelas, lancar, dan benar; penggynaan bahasa tulis yang baik dan benard;
penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan.
Kegiatan guru yang sangat baik yaitu pelibatan siswa dalam
pemanfaatan media dan peforma semangat mengajar. Kemampuan guru
mengajar baik.
(3)

Catatan lapangan : siswa serius memperhatikan penjelasan guru, hanya


sedikit siswa yang bertanya tentang pembelajaran yang akan dilakukan,
sebagian besar siswa sudah bisa menyesuaikan diri dan memahami aturan
main pada pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi.
Sebagian siswa sudah dapat mengingat isi, karakter maupun tokoh dalam
cerita tersebut namun belum mempunyai kemampuan untuk menyusun
isi cerita ke dalam kalimat yang runtut, baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis, namun mereka cenderung mempunyai antusiasme untuk
mengikuti pelajaran,

hal

tersebut terlihat dari

tertibnya siswa

mengerjakan dan menyelesaikan soal dan tugas individual dengan tepat


waktu
(4)

Refleksi : semua data yang diperoleh dari observasi berupa daftar nilai
dan lembar observasi pertemuan 1 dikumpulkan kemudian dianalisis.
Proses analisis harus dimulai dari hasil evaluasi kemampuan siswa
menyimak isi cerita sebelum adanya tindakan. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam
menyimak isi ceita pada mata pelajarann Bahasa Indonesia sebelum dan
sesudah tindakan. Data yang diperolah sebelum tindakan adalah daftar
nilai yang mengukur kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
69

Untuuk menerapkkan pembelaajaran meng


ggunakan meedia audio visual
v
film
animasi pada mata pelajaran B
Bahasa Indon
nesia sikluss pertama yang
y
terdiri
dari 2 kali pertem
muan memerrlukan perssiapan yangg matang. Mulai
M
dari
pembuattan RPP (rrencana keggiatan pembbelajaran, eevaluasi pem
mbelajaran,
tindakan, melakukan observasi
pembuattan alat obbservasi), pelaksanaan
p
pembelaj
ajaran, dan reefleksi dari ssiklus pertam
ma.
i) Pertem
muan Ke-1
Settelah diadakkan tindakann yaitu sikluus I pertem
muan 1 diperroleh hasil
sepertii pada tabel 4.
4
Tab
bel 4. Distribbusi frekuennsi Pertemuaan 1 Siklus I
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rentang kelas
30-29
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
jumlah

freekwensi
2
3
3
7
5
2
22

Berdasarkan tabel
t
4 dappat digambaarkan dalam
m bentuk grafik
g
nilai
pertem
muan Ke-1 seeperti pada ggambar 5.
7
6

3039

4049

5059

6069

2
7079

1
8089

0
fre
ekuensi

Gambar 5: Grafik
G
distribbusi frekuen
nsi siklus I peertemuan 1

Daari hasil evvaluasi indivvidu yang dilakukan setelah perrtemuan 1


(tindakkan) diperolleh nilai ratta-rata kelass untuk kem
mampuan sisswa dalam
menyim
mak isi cerrita, yaitu 556,81 Angkka tersebut menunjukkkan adanya
pening
gkatan nilai rata-rata kelas sebelum
m tindakan dan setelahh tindakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
70

pertemuan 1 sebesar 8,18 Terdapat 1 siswa atau 4,54 % yang mendapat nilai
20; terdapat 1 siswa atau 4,54% yang mendapat nilai 30; terdapat 3 siswa
atau 13,63 % yang mendapat nilai 40; terdapat 3 siswa atau 13,63 % yang
mendapat nilai 50; terdapat 5 siswa atau 22,72 % yang mendapat nilai 60;
terdapat 7 siswa atau 31,81 % yang mendapat nilai 70; terdapat 2 siswa atau
9,09 % yang mendapat nilai 80;.
Dari tabel 4 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas KKM dan belum
tuntas KKM seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan I


No.
Nilai
1.
0-60
2.

70-100

Jumlah Siswa
13

Prosentase
59,09%

40,91%

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi menyimak cerita film


soal cerita perkalian adalah 70. Dari uraian di atas terdapat 13 siswa atau
59,09 % siswa yang belum mencapai KKM, sedangkan siswa yang sudah
mencapai KKM sebanyak 9 siswa atau 40,91 % siswa. Dari angka tersebut
dapat diketahui siswa yang tuntas KKM mengalami peningkatan dari
sebelum adanya tindakan yaitu sebesar 36,36 % atau sebanyak 8 siswa.
Target indikator kerja untuk kemampuan menyimak isi cerita adalah 70 %
siswa mencapai KKM, sedangkan hasil dari evaluasi individu pertemuan 1
siklus I hanya sebesar 40,91 % siswa yang mencapai KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa target indikator kerja belum tercapai.
Informasi yang diperoleh dari hasil lembar observasi dikumpulkan
kemudian di analisis untuk mengetahui hasil observasi pembelajaran yang
telah dilakukan. Lembar observasi meliputi lembar-lembar kegiatan siswa
(peran serta siswa dalam pembelajaran), kegiatan guru (penilaian
kemampuan guru mengajar), dan catatan lapangan.
Lembar kegiatan siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran
serta siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru. Dari hasil analisis
diperoleh informasi bahwa peran serta siswa dalam pembelajaran yang
dilakukan guru sebesar 53,54 %. Angka tersebut diperoleh dari jumlah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
71

prosentase setiap aspek penilaian dibagi banyaknya aspek penilaian, yaitu


803,14 : 15 = 53,54%. Setiap prosentase aspek penilaian diperoleh dari
jumlah siswa yang melakukan aspek tersebut dibagi jumlah keseluruhan
siswa kemudian dikali 100 %. Jumlah aspek penilaian sebanyak 15 item.
Target indikator kerja untuk peran serta siswa yaitu 45 %, sedangkan
perolehan tingkat peran serta siswa pada pertemuan 1 siklus I yaitu 53,54 %.
Maka target indikator kerja untuk siklus pertama sudah tercapai, namun
masih perlu ditingkatkan lagi.
Lembar

observasi

kegiatan

guru

bertujuan

untuk

mengetahui

kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang telah direncanakan.


Dari lembar observasi kegiatan guru diperoleh informasi yaitu kemampuan
mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
media audio visual film animasi. Kriteria tersebut diperoleh dari total skor
setiap item aspek yang dinilai dibagi jumlah aspek (40 item). Angka yang
diperoleh yaitu 107 : 40 = 2,7. Interval angka 1,00-1,99 masuk dalam
kriteria sangat kurang, interval angka 2,00-2,99 masuk dalam kriteria
kurang, interval angka 3,00-3,99 masuk dalam kriteria baik, dan interval
angka 4,00 masuk dalam kriteria sangat baik. Selain itu terdapat catatan atau
komentar dari observer mengenai pembelajaran yang dilakukan yaitu
peneliti harus memperhatikan penggunaan waktu dalam setiap kegiatan.
Analisis catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti meliputi
informasi-informasi yang diperoleh dari lapangan. Hasil analisis yaitu
pertama, siswa yang bertanya tentang penjelasan guru sangat sedikit, hal ini
dikarenakan sebagian besar siswa masih bingung akan pembelajaran yang
dilakukan sehingga siswa tidak tahu apa yang harus ditanyakan kepada guru.
Rasa ingin tahu siswa yang besar dengan ditunjukkan mendengarkan
penjelsan guru dengan seksama, hal ini wajar karena siswa belum pernah
melakukan pembelajaran menyimak isi cerita dengan menggunakan media
audio visual film animasi. Siswa kurang mengetahui aturan permainan dan
cara pembelajaran, hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan siswa yang
hanya melihat film tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan. Semangat
dan tinggi dengan ditunjukkan keceriaan dalam mengikuti pembelajaran dan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
72

bersaing positif dalam mencari poin. Siswa belum dapat menulis hasil
menyimak cerita pada film animasi dengan menggunakan bahasa yang
runtut. Hal ini terlihat pada bahasa yang digunakan siswa masih monoton (
sama). Banyak siswa yang kurang menghargai aktivitas siswa lain
ditunjukkan dengan saling ejek dan adu mulut sehingga menimbulkan
kegaduhan di dalam kelas. Dalam pembahasan soal hanya siswa yang duduk
di depan yang mengikutinya. Pada saat evaluasi individu, siswa kekurangan
waktu dalam menulis hasil film yang mereka simak ke dalam kalimat
mereka sendiri. Selain itu dipeoleh juga informasi dari penilaian proses pada
saat menjawab pertanyaan dan respon isi film selama proses pembelajaran
dan pemaparan hasil menyimak isi cerita tersebut.
Dari hasil refleksi siklus pertama dapat diperoleh informasi-informasi
yang dapat dijadikan umpan balik untuk peneliti (guru). Umpan balik ini
sangat diperlukan guna mengetahui apakah indikator kerja sudah tercapai
atau belum. Setelah diadakan analisis, ternyata target indikator kerja siklus
pertama belum tercapai. Target indikator kerja yang belum tercapai adalah
kemampuan siswa dalam mnyimak isi cerita menggunakan media audio
visual film animasi. Maka untuk mencapai target indikator kerja
kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita
siklus pertama perlu diadakan pertemuan 2 yang lebih baik dari pertemuan
1. Selain itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari pertemuan 1, yaitu
(1) guru harus lebih memeriksa kesiapan siswa, (2) meningkatkan apersepsi,
(3) meningkatkan penguasaan kelas, (4) melaksanakan alokasi waktu yang
tepat, (5) meningkatkan penggunaan media, (6) meningkatkan hubungan
antar pribadi yang kondusif, (7) lebih memantau kemajuan siswa, (8)
refleksi yang lebih mendalam, (9) tindak lanjut yang lebih efektif, (10) guru
harus menumbuhkan berpikir kreatif dengan pembelajaran yang dilakukan
guru dengan membuat pemebalajaran lebih menarik, (11) guru harus lebih
membantu peserdik memahami dan membantu siswa dalam menggali dan
menyampaikan segala gagasan serta ide menurut apa yang mereka lihat ke
dalam kalimat dan sesuai kemampuan masing-masing, (12) guru harus bisa
menunjukkan secara nyata, apa pentingnya kemampuan menyimak bagi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
73

kehidupan sehari-hari, (13) dan gaya mengajar yang tepat. Selain itu peneliti
harus bisa mencari alternatif pemecahan dari masalah yang ditimbulkan
siswa antara lain bagaimana meningkatkan siswa yang bertanya, merespon
aktivitas siswa lain, menghargai pendapat dan gagasan

siswa lain,

melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menghargai aktivitas siswa


lain, dan tertib mengikuti peraturan. Catatan lain yang mesti harus
diperhatikan adalah penggunaan waktu secara efisien, pengaturan tempat
duduk, pengendalian kelas agar pembelajaran dapat berjalan lancar,
pemilihan film yan menarik disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa.
ii) Pertemuan Ke-2
Refleksi pertemuan 2 diawali dari pengumpulan informasi dari hasil
observasi yang kemudian dianalisis. Analisis pertama yang dilakukan adalah
mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita dengan
menggunakan media audio visual film animasi mencapai target indikator
kerja.
Hasil analisis kemampuan menyimak isi cerita film melalui media audio
visual film animasi dengan interval 00-100.
Tabel 6 : distribusi frekuensi Siklus I Pertemuan 2
Rentang kelas
40-47
48-55
56-63
64-71
72-79
80-87
jumlah

Nilai
2
4
6
6
0
4
22

Berdasarkan tabel 6 dapat digambarkan dalam bentuk grafik nilai


pertemuan Ke-1 seperti pada gambar 6.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
74

6
5

4047

4855

5663

6471
7279

8087

0
frekuensi

G
Gambar
6: Grafik
G
distribbusi frekuensi siklus 1 peertemuan 2

Daari hasil annalisis hasill evaluasi individu peertemuan 2 diketahui


kemam
mpuan rata-rrata siswa kelas
k
IV daalam menyim
mak isi ceriita melalui
media audi visual film animassi yaitu 62,227 Jika dibaandingkan deengan ratan
56,81 pada perteemuan 1, maka
m
pada pertemuan 2 terjadi
rata nilai
pening
gkatan yaitu sebesar 5,446%. Frekueensi nilai paada pertemuuan 2 yaitu
terdapaat 2 atau 9,09
9
% sisw
wa yang meendapat nilaai 40, terdappat 5 atau
22,27%
% siswa yan
ng mendapatt nilai 50, teerdapat 6 ataau 27,27% siswa
s
yang
mendaapat nilai 60, terdapat 6 atau 27,27 % siswa yaang mendapaat nilai 70,
terdapaat 4 atau 18,18 % siswa yang mendaapat nilai 80..
Daari tabel 6 daapat diketahhui jumlah siiswa yang sudah tuntas KKM dan
belum tuntas KKM
M seperti padda tabel 7.

Tabeel 7. Prosentaase ketuntasan KKM suk


klus I pertem
muan II
No..

Nilaai

Jumlah Siswaa

Proseentase

1.

0-60

12

54,554%

2.

70-100

10

45,445 %

Berdassarkan data dapat dilihaat jumlah siiswa yang bbelum mencapai KKM
d yang su
dan
udah mencappai KKM. Siiswa yang beelum mencap
apai KKM seebanyak 10
s
siswa
atau 45,45
4
% dan siswa yang sudah mencapai KKM ssebanyak 12 siswa atau
5
54,54
%. Adapun
A
targget indikatoor kerja unntuk siklus I untuk kemampuan
k
m
menyimak
c
cerita
melalu
ui media auddio visual film
m animasi yyaitu 40 % siiswa tuntas
K
KKM.
Ini berarti targ
get indikatorr kerja sikllus I sudahh tercapai. Dibanding

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
75

pertemuan 1, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan siswa yang mencapai KKM


sebanyak 1 siswa atau 4,54 %.
Lembar kegiatan siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peran serta
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Peran serta siswa dalam
pembelajaran dinilai dengan prosentase. Prosentase didapat dari jumlah total
prosentase semua aspek dibagi jumlah aspek. Pada pertemuan 2 peran serta siswa
sebesar 61,21 %. Dibanding pertemuan 1, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan
sebesar 7,67 %.
Lembar kegiatan guru dianalisis untuk mengetahui kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran yang telah direncanakan. Dari hasil observasi tidak
langsung dari observer diperoleh informasi bahwa kemapuan mengajar dan
menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audio visual film
animasi sudah baik. Kriteria ini diperoleh dari total skor semua aspek dibagi
jumlah aspek (3,00). Selain itu ada catatan tersendiri dari observer yaitu
penguasaan kelas dan penggunaan media perlu ditingkatkan.
Hasil observasi langsung yang berupa catatan dianalisis guna mengetahui
informasi yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Hal yang harus
dipertahankan karena sudah baik meliputi perhatian siswa mendengarkan
penjelasan guru, menumbuhkan partisipatif siswa dalam pembelajaran, dan
pengerjaan evaluasi individu dengan batas waktu. Selain itu ada hal-hal yang
masih perlu ditingkatkan lagi yaitu dalam hal membangkitkan siswa untuk
bertanya dan penanaman konsep ketergantungan positif.
Refleksi berguna bagi guru untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran
yang telah dilakukan. Pada pertemuan 2 ada beberapa kekurangan yang harus
ditingkatkan dengan mencari alternatif pemecahan masalahnya. Dalam kegiatan
siswa meliputi, siswa yang bertanya masih sedikit hanya sebesar 28,5 %.
Alternatif pemecahan masalahnya, guru harus menumbuhkan rasa keberanian
siswa untuk bertanya dan rasa ingin tahu siswa. Salah satu caranya yaitu membuat
media yang lebih menarik, soal yang lebih bervariasi, serta perlu adanya gaya
mengajar guru yang lebih menarik. Siswa dalam hal merespon siswa dan
menghargai pendapat siswa lain lain juga masih rendah, hanya 47,6 %. Alternatif
pemecahan masalahnya adalah guru harus menanamkan konsep tenggang rasa,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
76

saling menghormati pendapat orang lain, dan kepedulian antar sesama. Konsep
tersebut merupakan salah satu nilai-nilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dalam mengungkapkan pikiran dan gagasan.
Dalam kegiatan guru, aspek yang masih perlu ditingkatkan karena masih
kurang yaitu penggunaan media secara efektif, efesien dan menarik. Alternatif
pemecahan masalah yaitu guru harus lebih meguasai keterampilan mengajar,
pendekatan individu, menyampaikan pembelajaran yang lebih menarik dengan
cara pemilihan film yang menarik dan sesuai dengan dunia dan pertumbuhan
anak, yang lebih membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu siswa sehingga
pemanfaatan media menjadi lebih efektif dan efisien serta penempatan tempat
duduk dengan menempatkan siswa yang tinggi di belakang, sehingga objek yang
ditampilkan dapat dilihat oleh semua siswa dengan baik.
Dari catatan lapangan terdapat beberapa hal yang harus ditingkatkan, yaitu
membangkitkan siswa untuk bertanya. Alternatif pemecahan masalah untuk
meningkatkan siswa bertanya yaitu memilih jenis film yang menarik dengan dunia
anak, soal yang lebih bervariasi, perlu adanya gaya mengajar guru yang lebih
menarik, merespon dengan baik segala sesuatu yang ditanyakan oleh siswa
sehingga tidak menimbulkan perasaan takut kepada siswa serta meningkatkan
kepercayaan diri pada siswa.
Berdasarkan hasil analisis yang terdiri dari pra siklus, siklus I (2 x
pertemuan) diperolah data sebagai berikut :
Table 8 : Daftar Ketuntasan KKM dan Peran Serta Siswa pra siklus dan Siklus I

Per-1

KETUNTASAN KKM
Tidak
Tuntas
63,64 %
36,36 %
59,09%
40,91 %

Per-2

54,54 %

TAHAP
Pra Siklus
Siklus I

45,45 %

PERAN SERTA
SISWA
53,54%
61,21%

Dari tabel 5, tabel 7, dan tabel 8 dapat dibuat perbandingan hasil belajar
siswa sebelum tindakan dan setelah siklus I seperti pada tabel 9.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
77

Tabeel 9. Perband
dingan hasil belajar pra siklus
s
dengann Siklus I
Siklus I
Keteran
ngan
Pra siiklus
Nilaai terendah
20
0
30
Nilaai tertinggi
80
0
80
Rata-rata nilai
48,663
56,81
Sisw
wa belajar tuuntas
36,366%
40,91
Berd
dasarkan tabbel 9 dapat ddibuat grafik
k data nilai tterendah, terrtinggi, dan
hasil belajar sebelum
m tindakan ddan setelah siiklus I sepertti pada gambbar 7.
80
70
60
50
40

Nilai terendah

30

Nilai tertinggi

20

Belajar tu
untas

10
0
Pra
siklus

Siklus I

Gam
mbar 7. Graafik Data Nillai Terendah,Tertinggi, dan
d Hasil Beelajar

mampuan sisswa dalam


Dari tabel 8 daan 9 dapat diketahui bahwa kem
menyimaak isi ceritaa dan peran serta siswaa belum menncapai targeet indikator
kerja. Olleh karena ittu perlu diaddakan sikluss II guna meemperbaiki siklus
s
I dan
mencapaai target indiikator kerja sseperti yang telah direnccanakan.
Hasil refleksi siiklus I mennunjukkan kendala-kend
k
dala dalam penerapan
udio visual film animassi. Kendala--kendala terssebut harus ditemukan
media au
pemecah
han

seriaap

masallah

yang
g

akan

diterapkaan

pada

siklus beerikutnya (siklus


(
II). A
Adapun ken
ndala dan pemecahan masalahnya
m
dapat diringkas sebaagai berikutt; (1) siswa yang bertannya tentang penjelasan
guru sanngat sedikit, pemecahan masalahnyaa yaitu dengan menumbuhkan rasa
keberaniian siswa unntuk bertanyaa dan rasa inngin tahu sisw
wa. Salah saatu caranya
yaitu meembuat meddia yang lebih menarik, pertanyaan yang lebih bervariasi,
perlu adanya gaya mengajar
m
gurru yang lebiih menarik; (2) penggunnaan media
belum maksimal
m
kaarena terkaddang ada siswa yang ttidak teraturr dan suka
berdiri sehingga menngganggu koonsentrasi siiwa lainnya. Pemecahan
nnya adalah
m
an siswa yanng tinggi di belakang
b
dann siswa yang
g pendek di
dengan menempatka
depan seerta duduk yang
y
semi m
melingkar dengan
d
tujuaan memudah
hkan siswa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
78

melihat objek dalam layar; (3) pembahasan cerita hanya siswa yang duduk di
depan

yang

mengikutinya,

alternatif

pemecahan

masalahnya

yaitu

memberikan perhatian kepada siswa yang duduk dibelakang untuk ikut dalam
pembahasan cerita dalam film tersebut; (4) banyak siswa yang terlalu asik
bermain-main sehingga suasana kelas menjadi gaduh, pemecahan masalahnya
yaitu dengan penguasaan kelas yang lebih baik dari guru, meguasai
keterampilan mengajar, pendekatan individu dengan siswa lebih intensif,
menyampaikan pembelajaran yang lebih menarik dan memilih film yang
menarik bagi siswa serta disesuaikan dengan dunia anak. (5) rendahnya
respons dan rasa menghargai pendapat siswa lain, pemecahan masalahnya
yaitu dengan menanamkan konsep tenggang rasa, saling menghormati, serta
kebebasan menyampaikan aspirasi ide serta gagasan sesuai hati nurani
masing-masing baik dalam kalimat verbal maupun tertulis. Konsep tersebut
merupakan salah satu nilai-nilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; (6)
penanaman konsep ketergantungan positif, alternatif pemecahan masalahnya
yaitu dengan di dalam apersepsi guru harus menyampaikan makna
ketergantungan positif kepada siswa agar nanti di dalam pembelajaran dapat
diterapkan oleh siswa; (7) terjadi kekurangan waktu dalam evaluasi individu
karena dilakukan 2 kali penyampaikan hasil menyimak isi film , yaitu secara
lisan maupun tertulis, baik dengan cara menjawab pertanyaan seputar isi film
tersebut atau penyampaian cerita secara runtut melalui bahasa mereka sendiri,
alternatif pemecahan masalahnya yaitu pada siklus II setiap pertemuan hanya
dilakukan 1 kali jenis pertanyaan, dan pembahasan yang lebih mendalam,
serta pembatasan waktu dalam mengemukakan/ menulis hasil dari menyimak
isi film tersebut.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan yaitu


satu kali kegiatan pembelajaran (2 x 35 menit). Siklus II dilakukan selama 2
minggu pada bulan Juni, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
79

a) Perencanaan
Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil
observasi dan analisis pada siklus I. Dari hasil analisis dapat diperoleh
kekurangan yang harus ditingkatkan pada Siklus II. Target indikator kerja
untuk peningkatan kemampuan menyimak isi cerita yaitu peran serta siswa
dan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita. Peran serta siswa dan
kemampuan menyimak isi cerita dalam pembelajaran siklus I masih harus
ditingkatkan lagi karena belum mencapai target indikator kerja
Pada siklus I yang terdiri dari 2 x pertemuan terdapat kekurangan yang
sangat pokok yaitu kurangnya waktu dalam penerapan media pembelajaran
audio fisual animasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini
disebabkan karena pada setiap pertemuan dipaksakan untuk melaksanakan 2
kali penyampaian hasil menyimak isi cerita melalui media audio fisual film
animasi, yaitu baik secaa lesan maupun tertulis. Baik dengan cara menjawab
pertanyaan seputar isi film tersebut maupun pemaparan hasil menyimak isi
cerita ke dalam ide/ pikiran serta kalimat sesuai pemahaman masing-masing.,
sehingga evaluasi menjadi sangat sedikit. Karena waktu yang sedikit tersebut,
kegiatan evaluasi menjadi kurang efektif. Oleh sebab itu pada siklus II ini
penggunaan waktu harus dimodifikasi guna tercapainya kegiatan yang lebih
efektif. Siklus II terdiri dari 2 x pertemuan, setiap pertemuan hanya akan
dilaksanakn 1 kali pemaparan diskusi dan evaluasi.
Langkah-langkah yang hendak dilakukan berpedoman pada silabus Kelas
IV, yang berisi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun langkah di dalam perencanaan
meliputi :
i) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
yang hendak dicapai.
ii) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menerapkan Media
Pembelajaran Audio Visual Film Animasi
iii) Mempersiapkan media dan alat penunjang media seperti proyektor,
laptop, guna mendukung Pembelajaran menggunakan Media Audio
Visual Film Animasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
80

iv) Mempersiapkan alat evaluasi individu guna mengetahui sejauh mana


kemampuan siswa menyimak isi cerita .
v) Mempersiapkan lembar penilaian.
vi) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam
pembelajaran.

b) Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus II sedikit berbeda dengan silkus I yaitu hanya
terjadi 1 kali pemaparan pada setiap pertemuan. Tahapan pelaksanaan
pertemuan 1 dan 2 yaitu guru memberikan apersepsi dan pengkondisian kelas
seperti yang telah direncanakan. Pengkondisian kelas berupa penataan meja
dan tempat duduk. Kemudian pemberian motivasi berupa nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak dan
penyampain ide gagasan serta pendapat. Setelah itu siswa yang masih duduk
di meja masing-masing diputarkan film animasi dari kaset DVD melalui
proyektor. Siswa secara bersamaan mempehatikan isi film animasi. Siswa
menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada murid secara
klasikal. Siswa bersaut-sautan dan antusias menjawab pertanyaan dari guru.
Berikutnya, guru meminta siswa menulis kembali apa yang mereka lihat dari
film tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Penulisan hasil menyimak isi cerita tersebut baik
meliputi ketepatan alur, setting serta perwatakan dari masing-masing karakter.
Setelah semua selesai menulis isi cerita, kira- kira 30 menit, guru
mengkoreksi isi tulisan siswa tersebut.Pada hal ini, guru menjumpai kalimatkalimat monoton, seperti penggunaan kata lalu terus dan . Kalimat
yang diguakannnya pun juga masih sangat sederhana dan kurang runtut.
Berikutnya dilakukan diskusi secara lebih mendalam, baik dari segi
perwatakan, setting, alur, isi amanat, nama-nama tokoh serta evaluasi terhadap
pembelajaran. Pada kegiatan ini, dalam mengingat nama tokoh, setting siswa
sudah hampir semua dapat menyebutkan dengan benar satu persatu. Namun
terkadang siswa masih belum memahami secara penuh arti watak antagonis,
protagonis, tritagonis, pemeran utama, pemeran pembantu serta amanat yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
81

tersirat dari film tersebut. Guru membimbing cara memahami amanat yang
ada dalam film. Misalnya saja, tokoh Timun Mas yang bersifat tidak pantang
menyerah dan pemberani. Bahwa orang yang pemberani itu akan berhasil dan
mendapatkan apa yang didapatkan. Kejahatan pasti dapat dikalahkan dengan
kebaikan. Oleh karena itu kita harus seantiasa berbuat baik kepada siapapun
dan tidak boleh berbuat jahat serta serakah. Siswa yang bertanya serta dapat
menjawab dengan tepat, menulis kembali isi cerita film secara benar dan
runtut mendapatkan poin dari hasil pemaparan yang mereka lakukan dengan
lembar penilaian proses dari guru.
Setelah semua siswa menulis isi cerita dari film yang mereka lihat ke
dalam bahasa mereka sendiri, dilanjutkan dengan evaluasi individu. Evaluasi
individu dikerjakan dengan batas waktu tertentu, kemudian dikumpulkan
sesuai nomor urut absen. Setelah kegiatan evaluasi, guru memberikan
pemantapan materi dan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran hampir sama seperti
pada pertemuan pertama.Hanya saja pada pertemuan ke dua hasil menyimak
isi cerita tidak ditulis namun diungkapkan oleh siswa dengan mengfgunakan
bahasa mereka sendiri.
c) Observasi
Observasi yang dilakukan berupa observasi langsung dan tidak langsung.
Kegiatan observasi meliputi observasi kegiatan guru, kegiatan siswa, catatan
lapangan (termasuk penilaian proses).
Indikator : - Menemukan pokok pikiran yang teerdapat daloam setiap teks.
- Menjelaskan isi teks dengan kalimat yang runtut
- Meringkas isiteks bacaan dengan kaliat yang runtut
Media :

- Kaset DVD film animasi

Pendekatan :

i) Pertemuan ke-1
(1) Kegiatan Siswa meliputi, (1) semua siswa memperhatikan penjelasan
dan petunjuk guru sebanayak
penjelasan dan

22 atau 100% (2) bertanya tentang

petunjuk guru sebanyak 9 siswa atau 40,90 %,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
82

(3) memperhatikan isi film 86,36%, (4) semangat dan senang


mengikuti pelajaran. Sebanyak 19 atau 86,36 % siswa, (5) serius
menyimak isi ceita sebanyak 18 anak ayau 81,81 % siswa, (6)
merespon pertanyaan guru sebanyak 14 atu 63,63% siswa, (7) mampu
mengingat dan menjelaskan isi cerita sebanyak 18 atau 81,81 % siswa
, (8) menceritakan dan menjelaskan dengan kalimat yang runtut
sebanyak 12 atau 54,54% siswa,(9) mampu membedakan watak dan
tokoh sebanyak 12 atau 54,54% siswa, (10) mampu mengingat dan
nama tokoh dan setting dalam cerita

sebanyak 19 atau 86,36%

siswa,(11) keberanian mengungkapkan pikiran dan pertanyaan


terhadap isi cerita. Sebanyak 9 atau 40,90% siswa, (12) kemampuan
menggunakan bahasa yng baik dan benar untuk menceritakan isi cerita
sebanyak 9 atau 40,90 % siswa, (13) dapat menangkap amanat cerita
sebanyak 12 atau 54,54 % siswa, (14) kepuasan memperoleh poin
dalam menjawab pertanayaan sebanyak 9 atau 40,90 % siswa, (15)
semua siswa mengejakan evaluasi individu; peran serta siswa
1013,55% siswa, (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 76,o6 %
siswa.
(2) Kegiatan Guru (lampiran 14) yang sudah baik meliputi, kesiapan
siswa; kesesuaian apersepsi dengan materi ajar; menyampaikan
kompetensi

yang

akan

dicapai;

mengaitkan

materi

dengan

pengetahuan yang relevan; mengaitkan materi dengan realitas


kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan
tingkat kebutuhan siswa, melakukan pembelajaran sesuai dengan
tingkat kebutuhan siswa, melaksanakan pembelajaran secara urut;
penguasaan kelas; menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajran; memfasilitasi interaksi guru, siswa, dan sumber belajar
menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif; memantau
kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi;
melaksanakan tindak lanjut; penggunaan bahasa lisan secara jelas,
lancar, dan benar; penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar;
penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan;

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
83

Sementara catatan dari observer yaitu keseluruhan pembelajaran sudah


cukup efektif. Kemampuan mengajar guru baik.
(3) Catatan Lapangan: sebagian siswa sangat bersemangat untuk menerima
pelajaran Bahasa Indonesia berupa film animasi, suasana kelas tidak
gaduh disaat menunggu persiapan media audio visual film animasi,
siswa dengan seksama mengikuti alur cerita film

yang diputar.

Beberapa siswa mudah menghafal nama karakter dengan cara


mencatat pada selembar kertas. Siswa dengan cermat

menghafal

karakter tokoh yang ada. Semua siswa mengerjakan soal individu


sesuai waktu yang ditentukan serta tindak lanjut guru dengan
pertanyaan lisan tentang isi cerita yang ditayangkan mendapat
sambutan siswa.meliputi, keseluruhan siswa tidak sabar melihat film
yang akan ditayangkan oleh guru.
Pertemuan ke-2
(1) Kegiatan Siswa meliputi, (1) semua memperhatikan penjelasan guru
100% siswa, (2) bertanaa tentang penjelasan dan petunjuk guru
sebanyak 9 atau 40,90% siswa, (3)memperhatikan isi film sebanayak
19 atau 86,36% siwa, (4) semanagat dan senang dalam mengikuti
pelajaran sebanyak 19 atau 86,36%, (5) serius menyimak isi cerita
sebanyak 18 atau 81,81%, (6) merespon pertanyaan guru sebanyak 18
atau 81,81 % siswa, (7) mampu mengingat dan menjelaskan isi
ceritasebanyak 20 atau 90,90%, (8) menceritakan dan menjelaskan isi
secara runtut sebanyak 18 atu 81,81%, (9)mampu membedakan tokoh
dan watak setiap tokoh sebanyak 18 atau 81,81% siswa, (10) mamapu
mengingat nama tokoh dan setting tiap cerita sebanyak 19 atau 86,36%
siswa (11) keberanian mengungkapkan pikiran dan ertanyaan terhadap
isi cerita sebanayak 12 atu 54,54% siswa, (12) kemampuan
menggunakan bahasa yang baik dan benar untuk menceritakan isi
cerita sebanyak 12 atau 54,54%, (13) dapat menangkap amanat cerita
sebanyak 18 atau 81,81 %, (14) kepuasan memperoleh poin dalam
menjawab pertanyaan sebanyak 12 atau 54,54%, (15) semua siswa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
84

mengerjakan evaluasi individu; peran serta siswa 1163,55%, (16) ratarata pencapaian peran serta siswa 86,06%.
(3) Kegiatan guru yang sangat baik meliputi kesiapan ruang, alat, dan
media pembelajaran; menunjukkan penguasaan materi pembelajaran;
melaksanakan

pembelajaran

yang

memungkinkan

tumbuhnya

kebiasaan positif; melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu;


menunjukkan penguasaan media pembelajaran; melibatkan siswa
dalam pemanfaatan media; merespon positif partisipatif siswa;
menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa; melakukan refleksi
pembelajaran dengan melibatkan siswa. Perfoma dan semangat belajar.
Sedang kegiatan guru yang baik meliputi memeriksa kesiapan siswa;
kesesuaian kegioatan apersepsi dengan materi ajar; menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai; mengaitkan materi dengan pengetahuan
yang relevan;

mengaitkan

materi dengan realitas kehidupan;

melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai;


melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa;
mealukan pembelajaran secara urut; menguasai kelas;menggunakan
media secara efisien, efektif, dan menarik; menumbuhkan partisipatif
aktif siswa dalam pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interksi guru,
siswa dan sumber belajar; menunjukkan hubungan antar pribadi yang
kondusif; memantau kemajuan siswa; melakukan

penilaian akhir

sesuai kompetensi; melaksanakan tindak lanjut; penggunaan bahasa


lisan secara jelas, lancar, dan benar; penggunaan bahasa tulis yang baik
dan benar; penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian
penampilan.
(4) Catatan Lapangan meliputi, keseluruhan siswa tidak sabar melihat
film yang akan ditayangkan oleh guru. Siswa merasa bersemangat
sehingga kelas menjadi sedikit gaduh , Siswa tidak kesulitan lagi
mengingat nama tokoh dan karakter dalam cerita. Cerita yang
ditayangkan cukup menarik bagi siswa yang

cerita. Siswa dapat

dengan mudah menjawab soal individu yang diberikan guru dan


menyelesaikan soal individu dengan tepat waktu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
85

d Refleksi
d)
Setellah semua data
d
dari sikllus II dikum
mpulkan, kem
mudian direffleksi guna
mengetaahui sejauh mana
m
hasil dari
d penerap
pan pembelaajaran menyyimak pada
mata pellajaran bahassa Indonesiaa melalui meedia audio visual film aniamasi dari
siklus II yaitu :
i) Perteemuan ke-1
D
Dari
pertemuuan ke-1 haasil refleksi berupa kem
mampuan sisswa dalam
meny
yelesaikan soal cerita, kkegiatan guru
u dalam meenerapkan media
m
audio
visuaal film annimasi, dann peran serta siswa dalam pem
mbelajaran.
Kem
mampuan meenyelesaikan soal cerita dapat diketaahui dari hassil evaluasi
indiv
vidu yang tellah dekerjakkan oleh sisw
wa. Adapun hasil evaluaasi individu
padaa pertemuan ke-1 yaitu:
klus II perteemuan I
Tabel 100. distribusi ffrekuensi Sik
Rentang
R
kellas

frekw
wensi

50-59
5
60-69
6
70-79
7
80-89
8
90-99
9
100-109
1
jumlah
j

2
4
4
3
6
3
22

5059

6069

4
3

7079

8089

9099

0
100109

Frekkuensi

. Gambar
G
8: grrafik ditribuusi frekuensi siklus II perrtemuan I
Daari tabel 10 dapat dilihaat jumlah sisswa yang tuuntas KKM dan belum
tuntas KKM sepertti pada tabell 11.
Tabel
T
11. Proosentase ketuuntasan KKM
M siklus II pertemuan
p
I
No.
N
Nilai
1.
0 - 50
2.
60-100

Jumlah Sisw
wa
6
16

commit to user

Proosentase
277,27%
722,72%

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
86

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai evaluasi individu dalam


menyimak isi cerita adalah 78,63. sedangkan jumlah siswa yang sudah
tuntas KKM sejumlah 16 siswa atau 72,72%, sedangkan siswa yang belum
tuntas KKM sejumlah 5 siswa atau 27,27 %.
Kegiatan guru dalam menerapkan media audio visual film animasi
juga direfleksi. Hasil observasi kegiatan guru dianalisis untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan guru dalam penerapan pembelajaran yang
dilakukan. Adapun hasil analisis yaitu kemampuan mengajar guru dalam
penerapan media audio visual film animasi adalah baik (3,33). Refleksi
selanjutnya yaitu menganalisis hasil observasi kegiatan siswa, yaitu
dengan mencari prosentase siswa yang melakukan aspek penilaian. Dari
hasil analisis diperoleh hasil yaitu prosentase pencapaian peran serta siswa
dalam pembelajaran sebesar 76,96%.
ii) Pertemuan ke-2
Kegiatan refleksi pertemuan ke-2 sama seperti pada pertemuan ke-1,
yaitu kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita, kegiatan guru dalam
menerapkan pembelajaran menyimak isi cerita, dan peran serta siswa
dalam pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyimak isi cerita, maka analisis dilakukan pada hasil evaluasi individu
yang telah dikerjakan siswa. Hasil refleksi pertemuan kedua dapat dilihat
dibawah ini.
Tabel 12: distribusi frekuensi siklus 2 pertemuan ke II
Rentang kelas
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
100-109
jumlah

frekwensi
2
2
3
2
8
5
22

Dari tabel 12 dapat dilihat grafik rentang kelas beserta frekwensinya


pada gambar grafik 9

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
87

8
7

5059

6
6069

5
4

7079

8089

9099

1
100109

0
Frekuensi

. Gambar
G
9: graafik distribuusi frekuensi siklus II perrtemuan II
Daari data di attas dapat dibuat prosenntase siswa yang
y
tuntas KKM dan
belum tuntas KKM
M seperti padda tabel 13.
Table
T
13. Proosentase ketuuntasan KKM
M siklus II pertemuan
p
II
No.
N
Nilai
1.
0 - 60
2.
70-100

Jumlah Sisw
wa
4
18

Proosentase
188,18%
81,81%

Dari tabel 18 dappat diketahuii nilai tiap annak dan rataa-rata nilai seemua siswa
d
dalam
menggerjakan soaal cerita. Seddangkan tabeel 19 dan taabel 20 dapaat diketahui
j
jumlah
siswa yang sudah
h tuntas dann belum tuntaas KKM. Jum
mlah siswa yang
y
sudah
t
tuntas
adalaah 18 siswa atau 81,881 %, sedaangkan sisw
wa yang bellum tuntas
s
sejumlah
4 siswa
s
atau 188,18 %.
Hasill observasi kegiatan guuru dianalisiis untuk meengetahui sej
ejauh mana
k
kemampuan
n mengajar guru
g
dalam m
menerapkan
n media pem
mbelajaran auudio visual
f
film
animassi. Dari hassil analisis diketahui
d
baahwa kemam
mpuan men
ngajar guru
d
dalam
meneerapkan pem
mbelajaran yaaitu baik (3,3). Hasil obbservasi kegiiatan siswa
j
juga
dianallisis guna mengetahuii sejauh mana
m
perann serta sisw
wa dalam
p
pembelajara
an yang dilakkukan guru. Dari hasil annalisis dikettahui bahwa prosentase
p
pencapaian
p
peran
serta siswa
s
dalam pembelajaraan sebesar 866,06 %.
Berd
dasarkan hasil refleksi siiklus I dan siklus II (perrtemuan ke-11 dan ke-2)
d
dapat
dilihatt terdapat peeningkatkan kemampuann siswa dalam
m menyimaak isi cerita
m
melalui
med
dia audio vissual film animasi oleh guru.
g
Adapuun peningkattannya dari
p siklus saampai dengann siklus II daapat dilihat dalam
pra
d
tabel dibawah ini.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
88

Tabel 14: Perbandingan Ketuntasan KKM dan Peran Serta Siswa pra siklus, siklus
I, dan siklus II.

Per-1
Per-2

KETUNTASAN KKM
Tidak
Tuntas
61,64%
36,36 %
59,09%
40,91 %
54,54%
45,45 %

Per-1

27,27 %

72,72%

76,06%

Per-2

18,18 %

81,8 1%

86,06 %

TAHAP
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II

PERAN SERTA
SISWA
53,54 %
61,21 %

Dari tabel di atas dapat dilihat peningkatan kemampuan siswa dalam


menyimak isi cerita dari tiap siklus. Dari siklus I terjadi peningkatan sebesar 9,09
% dan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar 36,36% dari siklus I.
Sedangkan peran serta siswa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar
10 %. Kriteria indikator kerja yang untuk kemampuan siswa menyimak isi cerita
nilai minimal (KKM) dalam menyelesaikan soal cerita adalah 70, sedangkan
target indikator kerjanya adalah 70 % siswa mendapat nilai minimal 70. Kriteria
indikator kerja untuk peran serta siswa dalam pembelajaran adalah 70 % siswa
dapat menyimak isi cerita, sedangkan target indikator kerjanya adalah 75 % siswa
dapat menyimak isi cerita. Dengan ketentuan tersebut maka penggunaan media
audio visual film animasi dalam meningkatkan kemampuan menyimak isi film
berhasil pada siklus ke-II.
Berdasarkan data dari tabel 13 dan tabel 14 dapat dibuat perbandingan
hasil belajar yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai kelas,
siswa belajar tuntas, dan rata-rata pencapaian peran serta siswa seperti pada
tabel 15.
Tabel 15. Perbandingan hasil belajar pra siklus, Siklus I, siklus II.
Keterangan
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Siswa belajar tuntas
Peran serta siswa

Pra siklus
20
80
48,63
36,33%
-

commit to user

Siklus I
20
80
59,54
43,18
61,21

Siklus II
40
100
80,31
77,26
86,06

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
89

Dari tabel 15 daapt dibuaat grafik peerbandingann nilai teren


ndah, nilai
tertinggii, dan siswa belajar
b
tuntaas seperti pad
da gambar 10.
100
80
Niilai terendah

60

Niilai tertinggi

40

Be
elajar Tuntas

20
0
Pra
siklus
s

Siklus I

S
Siklus II

Gambar
G
10. Grafik
G
Perbaandingan Nilai Terendah,Tertinggi, dan
d
Belajar Tunntas pra sikluus dan siklus I

Graffik peningkaatan kemam


mpuan meny
yelesaikan soal cerita (ketuntasan
(
K
KKM)
dan peran
p
serta siswa
s
dalam
m penggunaan media auddio visual fillm animasi
d
dapat
dilihatt pada gambar 12.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Ketuntasan
Peranserta

PraSikluss

SiklusI

SiklusII

Gam
mbar 11. Graafik Perbanddingan Ketunntasan dan Peran
P
Serta Pra
P
Siklus, Siklus I, Sik
klus II

Peneerapan alternnatif pemecahhan masalah


h akan kendaala-kendala pada
p
siklus
I sudah dapat
d
diminiimalkan sepeerti, (1) sisw
wa yang bertaanya sudah meningkat;
m
(2) mediia yang lebih
h menarik ddengan mem
milih film yanng menarik dan sesuai
dengan perkembang
p
gan dan duniia anak;(3) pembahasan
p
m
soal sudah melibatkan
semua siswa;
s
(4) susana
s
kelaas sudah ko
ondusif messkipun dalam
m suasana
bermain; (5) sudahh meningkattnya rasa menghargai
m
dan responn terhadap

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
90

pendapat teman; (6) pengaturan tempat sudah baik; (7) manajemen waktu
pembelajaran sudah dikelola dengan baik. Namun kendala-kendala seperti itu
pasti akan timbul jika persiapan guru sebelum mengajar, kemampuan
menguasai kelas, dan manajemen waktu kurang baik. Maka kemampuan guru
mengajar dengan menggunakan media audio visual film animasi perlu
ditingkatkan lagi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yaitu peningkatan


kemampuan menyimak cerita dengan menggunakan media audio visual film
animasi telah mendapatkan hasil. Media audio visual film animasi yang dimaksud
di sini adalah alat bantu pembelajaran yang memiliki gambar dan suara serta
diolah dengan teknik tertentu agar seolah-olah tampak bergerak/menghidupkan
benda mati yang diproyeksikan menjadi suatu gerak sebagai bahan ajar untuk
memudahkan atau

memvisualisasikan sesuatu agar mudah dipahami. Hal ini

dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa dalam menyimak isi cerita.
Selain materi yang cukup sulit dan membutuhkan kepekaan daya ingat serta
konsentrasi yang tinggi, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik minat
siswa, sehingga siswa merasa bosan dan membuat motivasi belajar siswa menjadi
turun. Kedua alasan tersebut yang sering membuat pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya menyimak menjadi menjenuhkan.
Siswa Sekolah Dasar masih kental dengan dunianya, yaitu bermain.
Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi adalah
media yang mengemas suatu materi pelajaran dalam suatu cerita yang menarik
disertai ilustrasi dan suara dan memvisualisasikan sesuatu yang abstrak sehingga
memudahkan siswa menangkap pesan dan menerima cerita tersebut. Srswa secara
tidak langsung dibawa pada keadaan yang santai tidak merasa jenuh atau beban
namun

pwmbelajaran tetap mendapatkan hasil memuaskan. Dengan adanya

nuansa santai dalam penyampaian materi ajar dapat membuat siswa tertarik dan
senang. Ketertarikan dan rasa senang dalam diri siswa secara langsung berdampak
positif bagi siswa, guru, dan pembelajaran. Dampak positif tersebut tentu saja

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
91

memberikan hasil yang positif juga. Hasil positif dapat berupa keaktifan siswa
dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Dalam diskripsi hasil penelitian dapat dilihat bahwa penerapan media
audio visual film animasi meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi
cerita. Kemampuan siswa yang meningkat dapat dilihat dari hasil belajar siswa
yang meningkat. Selain kemampuan tersebut yang dapat meningkat, keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran juga dapat meningkat. Hal tersebut dapat
dilihat dari keikutsertaan siswa yang cukup besar dalam mengikuti pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya menyimak dengan menggunakan media audio visual
film animasi yang diterapkan guru. Kemampuan guru dalam mengajar juga
meningkat, yaitu guru mampu menerapkan pembelajaran yang inovatif serta
mampu menanamkan nilai-nilai afektif yang terkandung dalam pembelajaran
tersebut.
Kondisi awal siswa sebelum adanya tindakan menunjukkan rendahnya
kemampuan dalam menyimak isi cerita. Pretes sebelum tidakan yang mencakup
10 soal cerita yang mengandung alur, perwatakan, setting serta karakter serta
adegan-adegan yang ada dalam film tersebut menunjukkan bahwa hanya 36,33 %
siswa yang mampu mencapai KKM. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan
indikator yang ingin dicapai yaitu 70 % siswa mencapai KKM. Setelah dilakukan
2 siklus ternyata siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18 %. Dengan itu,
penelitian tindakan kelas peningkatan kemampuan siswa menyimak isi cerita
melalui media audio visual film animasi berhasil.
Pembelajaran menyimak isi cerita menggunakan media audio visual film
animasi juga memilki beberapa kendala dalam penerapannya. Kendala-kendala
tersebut terlihat dari penelitian yang sudah dilakukan. Pembelajaran dengan
menggunakan media audio visual film animasi merupakan media yang baru bagi
guru di sekolah dasar. Pembelajaran menggunakan media audio visual film
animasi memiliki banyak sekali variasi dan pengembangannya yang sangat
membutuhkan

kreatifitas

guru

dalam

penerapannya.

Selain

itu

dalam

pembelajaran tersebut terdapat nilai-nilai kognitif dan afektif yang harus dipahami
guru dan ditanamkan pada siswa. Nilai inti dari pembelajaran menggunakan
media audio visual film animasi adalah meningkatkan konsentrasi dan daya tarik

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
92

bagi siswa dengan cara memvisualisasikan segala sesuatu yang abstrak serta
membawa anak ke dalam suasana pembelajaran yang santai untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
93

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan mengunakan media audio visual film
animasi dalam pembelajaran menyimak isi cerita Bahasa Indonesia siswa kelas IV
SD N 1 Talunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan menyimak isi cerita daripada sebelum adanya tindakan (pra
siklus) yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia khusnya kemampuan menyimak isi cerita. Prosentase siswa
yang mencapai KKM sebesar 45,45 pada siklus I,sedang siklus II
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti daripada Siklus I dengan
prosentase siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18%.
2. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi dapat
meningkatkan peran serta siswa antara lain perhatian dan rasa ingin tahu
siswa; penyesuain diri, menciptakan suasana belajar yang santai; semangat,
serius, dan tertib dalam pembelajaran; respon dan menghargai pendapat ide
dan gagasan teman yang lain; kegiatan yang kompetitif dan; kepuasan siswa
dalam pembelajaran.
3. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi dapat
meningkatkan

kemampuan

guru

mengajar,

antara

lain

guru

lebih

mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran; penguasaan akan meteri


pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran secara urut, sesuai alokasi waktu dan
penguasaan kelas; pembelajaran yang menumbuhkan kebiasan positif;
penguasaan, pemanfaatan, dan pelibatan siswa dalam media pembelajaran;
penilaian akhir dan tindak lanjut sesuai kompetensi; bantuan kepada peserdik
untuk berfikir kritis; menumbuhkan kebiasaan untuk mengemukakan gagasan,
ide peserdik; bantuan kepada peserdik memahami dan menghayati prinsip dan

commit to user
78

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
94

nilai belajar Bahasa Indonesia; pemanfaatan Pembelajaran Menggunakan


Media Audio Visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
4. Kendala-kendala dalam penerapan Pembelajaran menggunakan media audio
visual film animasi antara lain, penyesuaian diri terhadap lingkungan, yaitu
tidak bicara sendiri dan konsentrasi terhadap film yang disajikan; suara pada
dialog kadang tidak sepenuhnya terdengar karena banyak siswa yang gaduh.
kegiatan diskusi dan kadang kurang efektif; guru harus mengatur dan
menguasai kelas dalam suasana yang nyaman tanpa menghilangkan fungsi
media audio visual film animasi dari tujuan pembelajaran itu sendiri;
membutuhkan waktu ekstra bagi siswa untuk memahami peraturan pada
proses pembelajaran; perlu persiapan matang bagi guru sebelum pembelajaran
agar bisa berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan; setiap kegiatan dalam
pembelajaran harus disesuaikan dengan waktu yang ada; diperlukan
kemampuan guru dalam penggunaan media audio visual secara maksimal
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama
2 siklus , 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2
kali pertemuan pada siklus II dapat membuktikan hipotesis yang dirumuskan
telah terbukti kebenarannya, artinya bahwa ternyata dengan penerapan Media
Audio Visual Film Animasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dapat
meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita pada siswa kelas IV SD N 1
Talunombo tahun ajaran 2009/2010.

B. Implikasi
Pelaksanan

pembelajaran

dalam

penelitian

ini

didasarkan

pada

penggunaan media audio visual film animasi pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia menyimak isi cerita. Strategi yang dipakai dalam penelitian tindakan
kelas adalah model siklus. Siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini
sebanyak 2 (dua) siklus. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan menerapkan
Media audio visual film animasi. Siklus II juga terdiri dari 2 kali pertemuan.
Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
95

Dari pembahasan dan temuan hasil penelitian, maka penelitian ini layak
diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan yang sejenis. Pembelajaran
menggunakan media audio visual film animasi sebenarnya salah satu
pembelajaran inovatif yang harus diterapkan oleh guru untuk mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan mengajar. Selain itu, pembelajaran ini dapat
meningkatkan

kemampuan

siswa

dalam

menyimak

isi

cerita.

Dalam

penerapananya dibutuhkan pengetahuan tentang makna pembelajaran itu sendiri


dan kreatifitas guru dalam menerapkan di dalam kelas dengan latar belakang yang
berbeda-beda.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat


dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup
skripsi ini antara lain :
1. Bagi Guru
Guru hendaknya meningkatkan kreatifitas mengajar dan menyarankan
kepada para guru untuk menerapkan Pembelajaran dengan menggunakan
Media Audio Visual Film Animasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pada materi menyimak isi cerita. Peningkatan kualitas dan perbaikan
pembelajaran harus terus ditingkatkan oleh guru, baik prestasi belajar siswa
atau pun kemampuan guru mengajar.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru serta aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
guru agar prestasi belajarnya baik dan pengetahuannya terus berkembang.
3. Bagi Sekolah
Hendaknya memberikan sarana bagi guru untuk mengembangkan
kemampuan dan kreatifitas mengajarnya dengan pengetahuan tentang
pembelajaran inovatif. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan menuntut
guru untuk lebih cerdas, kreatif, dan inovatif.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai