Anda di halaman 1dari 44

BAB II

ISI
2.1 PENGERTIAN FLUIDA
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan
gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau
seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.
Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair
itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga
dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan
contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di
dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di
atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya.
Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia
setiap saat meskipun sering tidak disadari.
Fluida terbagi atas dua, yaitu :
1
2

Fluida statis
Fluida Dinamis

2.2 FLUIDA STATIS


2.2.1 Tekanan Hidrostatika
Tekanan didefinisikan sebagai persebaran gaya yang bekerja pada
suatu permukaan atau gaya per satuan luas. Di mana gaya F bekerja secara
merata dan tegak lurus terhadap suatu permukaan A dirumuskan sebagai:
F
P
A
(1.1)

Satuan tekanan adalah Pascal atau N/m 2


Satuan tekanan yang lain adalah atmosfer (atm), cmHg atau bar.
1 atm = 76 cmHg = 1,013 x 105 Pa = 1,013 Bar
Tekanan pada fluida menyebar ke segala arah, sementara pada zat
padat tekanan yang dihasilkan hanya searah dengan gaya yang diberikan.
Contoh jika anda diinjak seseorang maka anda hanya mengalami sakit pada
bagian yang terinjak saja. Fluida yang ada di sekitar kita selalu mengalami
gaya gravitasi yang arahnya ke bawah. Fakta eksperimental menunjukkan
bahwa fluida memberikan tekanan ke segala arah. Hal ini telah dikenal
oleh perenang dan penyelam yang merasakan tekanan air di seluruh bagian
badan mereka. Di setiap titik pada fluida yang diam, besarnya tekanan dari
seluruh
besarnya
sama.
Gambar 1.1 Tekanan zat
cair arah
kesegala
arah

Perhatikan Gambar 1.1 Sebuah kubus kecil dalam suatu fluida yang

karena bentuknya sangat kecil maka kita bisa mengabaikan gaya gravitasi
padanya. Tekanan pada satu sisi harus sama dengan tekanan di sisi yang
sebaliknya. Jika hal ini tidak terjadi, akan ada gaya total pada kubus dan
kubus akan mulai bergerak.

Sifat penting lainnya dari fluida yang berada dalam keadaan diam
adalah bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan fluida selalu bekerja tegak
lurus terhadap permukaan yang bersentuhan dengannya. Seandainya tekanan
itu arahnya miring maka gaya yang menyebabkan tekanan itu dapat diuraikan
menjadi komponen tegak lurus dan komponen sejajar dinding yang dapat
menyebabkan adanya aliran di sepanjang dinding wadah zat cair, padahal zat
cair dalam keadaan tidak mengalir. Jadi arah tekanan itu haruslah tegak lurus
dinding wadah.

Dalam suatu fluida yang diam, setiap bagian dari fluida itu berada
dalam keadaan kesetimbangan mekanis. Kita tinjau sebuah elemen
berbentuk cakram pada suatu fluida yang berjarak y dari dasar fluida,
dengan ketebalan cakram dy dan luasnya A (lihat gambar).

Total gaya pada elemen cakram tadi harus sama dengan nol. Untuk
arah horizontal gaya yang bekerja hanyalah gaya tekanan dari luar elemen
cakram, yang karena simetri haruslah sama. Untuk arah vertikal, selain
gaya tekanan yang bekerja pada permukaan bagian atas dan bagian bawah,
juga terdapat gaya berat, sehingga
pA (p + dp)A dw = 0

(1.2)

dengan dw = gAdy adalah elemen gaya berat. Kita dapatkan


dp
= g
dy

(1.3)

Persamaan ini memberikan informasi bagaimana tekanan dalam


fluida berubah dengan ketinggian sebagai akibat adanya gravitasi.
Tinjau kasus khusus bila fluidanya adalah cairan.

Untuk

cairan, pada rentang suhu dan tekanan yang cukup besar, massa jenis
cairan dapat dianggap tetap. Untuk kedalaman cairan yang tidak terlalu
besar kita dapat asumsikan bahwa percepatan gravitasi g konstan. Maka

untuk sembarang dua posisi ketinggian y 1

dan y2, kita dapat

mengintegrasikan persamaan di atas


p2

y2

dp=g dy
p1

Atau

y1

p2 p1 = g(y2 y1 )

Bila kita pilih titik y 2

(1.4)

adalah permukaan atas cairan, maka

tekanan yang beraksi di permukaan itu adalah tekanan udara atmosfer,


sehingga
p = p0 + gh

(1.5)

dengan h = (y2 y1) adalah kedalaman cairan diukur dari permukaan


atas. Untuk kedalaman yang sama tekanannya sama.
Kasus lain adalah bila fluidanya adalah gas, atau lebih khusus lagi
bila fluidanya adalah udara atmosfer bumi.

Sebagai titik referensi adalah

per- mukaan laut (ketinggian nol), dengan tekanan p 0 dan massa jenis 0.
Kita asumsikan gasnya adalah gas ideal yang mana massa jenisnya
sebanding dengan tekanan, sehingga:
p
=
0 p0
Dengan memakai pers. (1.3), maka
dp
p
=0 g
dy
p0

atau

dp 0 g
=
dy
p
p0

yang bila diintegralkan akan menghasilkan


g (

p= po e
2.2.2

0
)y
p0

(1.5)

Hukum Pascal
Blaise Pascal (1623-1662), seorang ilmuwan Prancis menyatakan
bahwa ketika tekanan diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup,
perubahan tersebut akan diteruskan ke segala arah sama besar yang
dikenal dengan hukum Pascal. Untuk suatu cairan dalam wadah tertutup,
tetap berlaku pers. (1.4). Karena itu bila terjadi perubahan tekanan ada titik 1
sebesar p1, maka
p2 = p1 g(y2 y1 )

(1.8)

Tetapi untuk cairan perubahan rapat massanya dapat diabaikan


0, sehingga p2 = p1 . Ini berarti tekanan yang diberikan pada titik 1
akan diteruskan tanpa pengurangan ke sembarang titik dalam cairan tersebut.
Inilah yang dikenal sebagai prinsip Pascal. Prinsip ini hanya konsekuensi
dari persamaan tekanan hidrostatika.
Marilah kita tinjau hukum Pascal secara kuantitatif dengan
menggunakan angka-angka atau besaran-besaran.
Pada Gambar 1.3 sebuah bejana tertutup yang dilengkapi dengan
pengisap berpenampang berbeda, yaitu A1 dan A2 (A1 A2). Gaya sebesar

P1

F1
A1

F1 pada penampang (A1) akan memberikan tekanan sebesar


Tekanan tersebut diteruskan ke segala arah dalam bejana sama besar.
F
F1 F2
P2 2

A2
A1 A2
sehingga P1 = P2 karena
diperoleh
(1.9)

F1

F1

(4.17)

d1
h2

F2

d2

F2
h1
Gambar 1.3 Bejana tertutup

Beberapa alat yang menerapkan prinsip hukum Pascal diantaranya


dongkrak hidrolik, pompa hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil, alat
pengepres hidrolik, dan rem hidrolik pada motor.
2.2.3

Hukum Archimedes
Fluida tadi akan memberikan daya tekanan kepada setiap bagian
permukaan benda. Gaya tekan pada bagian yang lebih dalam tentunya
lebih besar (karena tekanannya lebih besar). Karena itu total gaya tekan
yang bekerja pada seluruh permukaan benda tadi akan menimbulkan total
gaya ke atas.
Apabila anda mengangkat sebuah batu dalam air terasa lebih ringan
dibandingkan saat anda mengangkat batu di udara. Mungkin anda pernah
h = h2 h1

melihat balok kayu di sekitar anda yang dapat terapung di air, melayang dan
tenggelam.

8
Gambar 1.4 Menghitung tekanan pada Kedalaman h dalam zat cair

Jika benda dicelupkan dalam zat cair sesungguhnya berat benda itu
tetap sebesar mg akan tetapi karena zat cair memberikan tekanan ke atas
pada benda tercelup di dalamnya sehingga berat benda seakan-akan
berkurang.
Gaya apung terjadi karena tekanan pada fluida bertambah terhadap
kedalaman, sehingga tekanan ke atas pada permukaan bawah benda lebih
besar daripada tekanan ke bawah pada permukaan bagian atas benda.
Perhatikan Gambar 1.5 sebuah balok silinder dengan alas (A) dan ketinggian
f

(h) terbenam dalam fluida yang massa jenisnya (

). Fluida memberikan

P1 f gh1

tekanan pada permukaan atas benda sebesar

sehingga gaya tekan

F1 P1 A f gh1

ke bawah balok sebesar

begitu juga gaya tekan ke atas

F2 P2 A f gh2

balok sebesar

Gaya total (F2)yang disebabkan tekanan fluida ini merupakan gaya


apung (Fa) yang arahnya ke atas dengan besar:
Fa = F2 F1 = f g A (h2 h1) = f g A h = f g A V (1.10)

dimana V = Ah merupakan volume balok. Karena

adalah massa

f gV m f g

fluida, hasil kali

merupakan berat fluida yang mempunyai

volume sama dengan volume balok. Hal ini merupakan penemuan


Archimedes (287-212 SM) yang dikenal dengan prinsip Archimedes: Sebuah
benda yang tercelup ke dalam suatu fluida akan terdapat total gaya ke atas
(gaya apung) yang besarnya sama dengan berat fluida yang ditempati benda
tadi.
Sebuah benda yang dimasukkan dalam fluida akan mengalami
peristiwa terapung, melayang dan tenggelam.
a. Terapung
Pada saat benda terapung maka hanya sebagian volume benda yang
tercelup dalam fluida sehingga volume fluida yang dipindahkan lebih kecil
dari volume benda.
Pada saat seimbang resultan gaya yang bekerja pada benda sama
dengan nol.

F 0
Fa

Fa mb g

w = mg

f gVt b gVb

f Vt bVb

(1.11)

Gambar 1.5 Benda terapung

10

karena volume benda tercelup (Vt) lebih kecil dari volume benda (Vb)
maka syarat suatu benda terapung apabila massa jenis benda lebih kecil dari
massa jenis zat cair. Contoh benda terapung adalah gabus dalam air.

b. Melayang
Pada peristiwa melayang volume fluida yang dipindahkan (Vt) sama
dengan volume benda (Vb) sehingga:

F 0
Fa mb g
f gVt b gVb

f b

(1.12)

Fa

w = mg

Gambar 1.6 Benda melayang

sehingga benda akan melayang benda apabila massa jenis benda sama
dengan massa jenis fluida.
c. Tenggelam

11

Pada peristiwa tenggelam volume fluida yang dipindahkan (Vt) sama


dengan volume benda (Vb) tetapi benda bertumpu pada dasar bejana sehingga
ada gaya normal dasar bejana pada benda sebesar N sehingga:

F 0
Fa N mb g
f gVt N b gVb

N bVb g f Vt g

(1.13)

N
Fa

w = mg

Gambar 1.7 Benda tenggelam


karena Vt = Vb maka b > f sehingga benda akan tenggelam apabila
massa jenis benda lebih besar dari massa jenis fluida.
Adapun beberapa penerapan dari hukum Archimedes adalah alat
pengukur massa jenis (hidrometer), kapal selam, galangan kapal dan balon
udara.
2.2.4

Tegangan Permukaan
Sejumlah observasi umum menunjukkan bahwa permukaan zat cair
berperilaku seperti membran yang teregang karena tegangan. Sebagai
contoh, setetes air di ujung keran yang menetes membuat bentuk yang hampir
bulat seperti balon kecil yang berisi air, serangga dapat hinggap di permukaan

12

air, jarum baja dapat diapungkan di permukaan air walaupun massa jenisnya
lebih besar dari air.
Tegangan permukaan cairan berhubungan dengan gaya tegang yang
dimiliki cairan itu. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik kohesi (gaya tarik
antara molekul-molekul sejenis) dalam cairan.
A
B

Gambar 1.8 Konsep kohesi antara molekul-molekul


Perhatikan Gambar 1.8 molekul A yang berada dalam cairan mengalami
gaya kohesi dari segala arah, sehingga molekul

ini

berada

dalam

keseimbangan (resultan gaya nol), tetapi molekul B yang berada di permukaan


hanya mengalami kohesi partikel dari bawah dan di samping saja sehingga
resultan gaya kohesi molekul B ke arah bawah (tidak nol).
Untuk menghitung besarnya tegangan permukaan ini, misalnya sebuah
kawat kecil yang panjangnya (l) terapung di permukaan zat cair. Jika gaya tegak
lurus terhadap kawat dan terletak di permukaan zat cair adalah (F), maka
tegangan permukaan () didefinisikan sebagai:
F

l
(1.14)

l
w
T

Gambar 1.9 menunjukkan sebuah kawat U dan sepotong kawat lain


Gambar 1.9 Tegangan permukaan pada kawat l oleh dua permukaan
sepanjang (l) yang dipasang sehingga dapat digerakkan pada kaki kawat.

13

Jika kawat ini dimasukkan ke dalam air sabun, kemudian diangkat maka
akan terbentuk suatu lapisan sabun. Karena lapisan sabun ini memiliki dua
permukaan maka panjang total kontak dari permukaan dengan kawat
adalah 2l.
Tegangan permukaan yang dialami oleh kawat merupakan hasil
bagi gaya permukaan (F) dengan panjang permukaan (2l):
F

2l
(1.15)
satuan tegangan permukaan adalah N/m
2.2.5

Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar-kecilnya gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas zat cair,
maka semakin sulit fluida untuk mengalir dan semakin sulit suatu benda
bergerak dalam fluida tersebut. Viskositas ada pada zat cair maupun gas, dan
pada intinya merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang
bersisian pada fluida saat lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati
yang lainnya. Pada zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara
molekul. Pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul.
Pada tahun 1845 Sir George Stokes menunjukkan bahwa suatu bola
berjari-jari (r) yang bergerak dengan kecepatan (v) di dalam suatu fluida
homogen, akan mengalami gaya gesekan fluida (F) sebesar:
F = kv

(1.19)

Dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris


benda, untuk benda berbentuk bola nilai k = 6r bila disubstitusikan
kepersamaan (4.27) diperoleh persamaan tempe Stokes sebagai berikut:
Fs 6rv
(1.20)
dengan: Fs = gaya gesekan Stokes (N)
= koefisien viskositas fluida (Pa s)
r = jari-jari bola (m)

14

v = kelajuan bola (m/s)


Viskositas sering dinyatakan dalam sentipoise (Cp), yang besarnya
seperseratus poise. Tabel 1.1 menunjukkan koefisien viskositas untuk berbagai
fluida. Temperatur juga dicantumkan, karena mempunyai efek yang kuat,
viskositas zat cair seperti minyak sepeda motor, misalmya menurun dengan
cepat terhadap naiknya temperatur.

Fa

Fs

Perhatikan
Gambaryang
1.10 sebuah
bola
yangbenda
jatuh bebas
fluida.dalam fluida
Gambar 1.10
Gaya-gaya
bekerja
pada
yangdalam
bergerak
Gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat w, gaya apung (Fa), dan
gaya stokes (F)s. Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat, tetapi ketika
kecepatannya bertambah maka gaya stokes juga bertambah, sehingga suatu
saat mencapai keadaan seimbang sehingga bola bergerak dengan kecepatan
konstan yang disebut kecepatan terminal.
Tabel 1.1 Koefisien viskositas untuk berbagai fluida
Fluida
Air

Temperatur(

Koefisien Viskositas,

C)

(Pa.s)
1,8 X 10-3

0
20

1,0 X 10-3

100

0,3 X 10-3

Darah utuh

37

4 X 10-3

Plasma darah

37

1,5 X 10-3

Ethyl alkohol

20

1,2 X 10-3
15

Oli mesin (SAE 10)

30

200 X 10-3

Gliserin

20

1500 X 10-3

Udara

20

0,0018 X 10-3

Hidrogen

0,009 X 10-3

Uap air

100

1,8 X 10-3
0,013 X 10-3

1 Pa.s = 10 Pa =
1000 Cp
Pada kecepatan terminal ini resultan gaya yang bekerja pada bola sama
dengan nol sehingga berlaku:
2r 2 g
b f
v
9
dengan: b = massa jenis bola (kg/m )
f = massa jenis fluida (kg/m3)

(1.21)

2.2.6

Kapilaritas
Tegangan permukaan menyebabkan zat cair memiliki sudut kontak
kurang dari 90 naik ke atas dalam pipa kapiler, semakin kecil pipa kapiler
maka semakin tinggi kenaikan zat cair. Jika zat cair memiliki sudut kontak
lebih dari 90 maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler akan lebih rendah
dibandingkan permukaan zat cair diluarnya. Gejala naik turunnya permukaan
zat cair dalam pipa kapiler disebut gejala kapilaritas.
Berdasarkan Gambar 1.11 dapat disimpulkan bahwa gejala kapilaritas
naik terjadi pada peristiwa meniskus cekung, sedangkan peristiwa kapilaritas
turun saat terjadi meniskus cembung.

16

Gambar 1.11 Gejala meniskus, a. Sudut kontak kurang dari 90, b. sudut kontak lebih dari 90

Berdasarkan Gambar 1.11 pada meniskus cekung tegangan permukaan


menarik pipa ke arah bawah karena tidak seimbang oleh gaya tegangan permukaan
lain. Sesuai hukum III Newton tentang aksi-reaksi, pipa akan melakukan gaya yang
sama besar pada zat cair dalam arah yang berlawanan, sehingga gaya tersebut dapat
menyebabkan zat cair naik. Zat cair berhenti naik ketika berat kolom zat cair yang
naik sama dengan gaya ke atas yang dikerjakan pipa pada zat cair.
r
cos x 2r

h
w

w = r2hg

Gambar 1.12 Analisis gejala kapiler


Jika massa jenis zat cair (), tegangan permukaan (), sudut kontak (),
kenaikan zat cair setinggi (h), dan jari-jari pipa kapiler (r), maka gaya ke atas total
(F):
F = ( cos)(2r) = 2r cos

(1.16)

Gaya ke bawah adalah berat zat cair sebesar :


w = r2hg

(1.17)

17

dengan menyamakan persamaan (6-24) dan (6-25) diperoleh :

r2hg = 2r cos
h

2 cos
gr
(1.18)

Contoh Soal
1. Seseorang berenang dalam danau pada kedalaman 20 m. Jika massa jenis air
danau 1 g/cm3, tentukan:
a. Tekanan hidrostatika yang dialami orang tersebut.
b. Tekanan total yang dialami orang tersebut.
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui
h = 20 m, air = 1 g/cm3 = 1000 kg/m 3

p h a gh (1000)(10)( 20) 200


maka

kPa
p p o p h 1,05 x10 5 2 x10 5 3,05 x10 5

2. Sebuah dongkrak hidrolik mempunyai penampang diameternya 4 cm dan 125 cm.


Berapakah gaya minimum yang dikerjakan pada penampang kecil untuk
mengangkat mobil yang massanya 1000 kg?
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui
18

d1 = 4 cm , d2 = 125 cm,
F2 = w = mg = (1000)(10) = 10.000 N

F1 F2
d12
42

F1 2 xF2
x10.000 10,24
d12 d 22
d2
125 2
N
3. Sebuah dongkrak hidrolik mempunyai penampang diameternya 4 cm dan 125 cm.
Berapakah gaya minimum yang dikerjakan pada penampang kecil untuk
mengangkat mobil yang massanya 1000 kg?
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui
d1 = 4 cm , d2 = 125 cm, F2 = w = mg = (1000)(10) = 10.000 N

F1 F2
d 12
42

xF

10.000 10,24
1
2
d 12 d 22
d 22
125 2
N
4. Sebuah pipa kapiler berdiameter 2 mm berisi raksa yang massa jenisnya 13,6
g/cm3. apabila sudut kontak 120o dan tegangan raksa 1,25 N/m. Tentukan
penurunan raksa dalam kapiler tersebut.
Penyelesaian:
h

2 cos
2(1,25)(cos 120)

0,00919
gr
(13600)(10)(10 3 )

m = 0,919 mm

19

5. Sebuah bola berdiameter 4 cm jatuh ke dalam gliserin yang massa jenisnya


5,10 g/cm3. Berapakah massa jenis bola apabila kecepatan terminal bola dalam
gliserin 1,5

gliserin adalah 0,4 m/s. (

Pas)

Penyelesaian:
Besaran yang diketahui

d bola 4

rbola 2
cm

cm = 0,02 m

f 5,10

g/cm3 =5100 kg/m3

1,5
Pas
Kecepatan terminal bola

2r 2 g
b f
9

9v
(9)(0,4)(1,5)
f
5100 5167,5
2
2r g
(2)(0,02) 2 (10)

kg/m3
2.3 FLUIDA DINAMIS
Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk
memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai
kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami
perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran).
Dinamika fluida merupakan cabang ilmu yang mempelajari fluida dalam
keadaan bergerak. Dalam mempelajari dinamika fluida kita menggunakan pendekatan
fluida ideal karena sangat bermanfaat dalam memperkirakan sifat-sifat aliran fluida.

20

2.3.1

Aliran Fluida
Dalam dinamika fluida dibedakan dua macam aliran, aliran fluida
yang paling sederhana adalah aliran laminer yaitu aliran fluida dalam suatu
penampang yang tampak berlapis-lapis, dan aliran yang lebih komplek adalah
aliran turbulen dimana alirannya mengalami pergolakan.

a.

b.
Gambar 1, a. Aliran laminar dan b. turbulen

Laminer berasal dari bahasa latin thin plate yang berarti plate tipis
atau aliran sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif
besar mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding
pipa, semakin rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk
parabola dengan bagian tengah mempunyai kecepatan paling pinggir
mempunyai kecepatan paling rendah akibat adanya gaya gesekan.
Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan
gaya gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya aliran
turbulen memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan
aliran laminer, walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap laminer.
Profil kecepatan pada daerah transisi antara laminer dan turbulen dapat tidak
stabil dan sulit untuk diperkirakan karena aliran dapat menunjukkan sifat dari
daerah aliran laminer maupun turbulen atau osilasi antara keduanya. Pada
beberapa tempat, aliran turbulen dibutuhkan untuk pencampuran zat cair. Pola
aliran laminar dan turbulen diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.

21

Gambar 2.
Pola aliran turbulen dan laminar
Untuk mengetahui jenis aliran fluida dilakukan dengan apa yang
disebut dengan bilangan Reynolds (Rd).
RD=

Gaya Momentum 3160 x Q x SG


=
(liquid)
GayaGesek
D

(1)
Dimana : Rd = Bilangan Reynolds
Q = Laju aliran (m3/menit)
SG = spesific gravity (g/cm3)
= Koefisien kekentalan (kg/m3)
D = Diameter pipa (m2)
Besarnya bilangan Reynold yang terjadi pada suau aliran dalam pipa
dapat menunjukkan apakah profil aliran tersebut luminer atau turbulen.
Biasanya angka Rd <2000 merupakan batas aliran laminer dan angka lebih
besar dari Rd >2300 dikatakan aliran turbulen. Sedangkan Rd diantara
keduanya dinyatakan sebagai aliran transisi. Karakteristik lain yang
mempengaruhi pengukuran laju aliran adalah temperatur dan tekanan fluida
tersebut, khususnya bila fluida tersebut adalah fluida gas. Hal ini disebabkan
karena massa jenis () fluida gas sangat dipengaruhi oleh kedua besaran yang
disebutkan diatas.

22

Aliran fluida juga dapat dikategorikan menurut beberapa


kondisi berikut:
1. Bila vektor kecepatan fluida di semua titik

v =f ( r )

bukan merupakan fungsi

waktu maka alirannya disebut aliran tetap (steady), sebaliknya bila tidak maka
disebut aliran tak tetap (non steady).
2. Bila di dalam fluida tidak ada elemen fluida yang berotasi relatif ter- hadap suatu
titik maka aliran fluidanya disebut alira irrotasional, sedangkan sebaliknya disebut
aliran rotasional.
3. Bila massa jenis adalah konstan, bukan merupakan fungsi ruang dan waktu,
maka alirannya disebut aliran tak termampatkan, sebaliknya akan disebut
termampatkan.
4. Bila terdapat gaya gesek dalam fluida maka alirannya disebut aliran kental,
sedangkan sebaliknya akan disebut aliran tak kental. Gaya
merupakan

gaya-gaya

tangensial

terhadap

lapisan-lapisan

gesek
fluida,

ini
dan

menimbulkan disipasi energi mekanik.


2.3.2

Persamaan Kontinuitas
Tinjau suatu bagian berbentuk sembarang O dari suatu fluida yang
mengalir. Misalkan dalam bagian tersebut terdapat suatu sumber (bila bernilai
positif ) atau bocoran (bila bernilai negatif ), kita lambangkan dengan S yang
mem- beri (kelajuan) jumlah massa yang terbentuk atau hilang di O per
satuan waktu. Seandainya tidak ada perubahan massa menjadi energi (total
massa kekal/konstan), maka total massa fluida per satuan waktu yang masuk
ke O dikurangi massa yang keluar dari O harus sama dengan S. Total massa
yang masuk maupun keluar dapat dicari dengan menghitung fluks aliran
yang menembus permukaan O. Sebelumnya kita definisikan dulu rapat arus
fluida sebagai perkalian antara rapat massa dan kecepatan fluida di suatu titik
ruang waktu,

23

j= v

(2)

Bila rapat arus fluida dikalikan skalar dengan elemen luas permukaan
d
A

maka akan didapatkan:

j . d
A = v . d
A
Untuk setiap satuan waktu dt maka
d s
j . d

.d A
A = v . ds2
A ==v2t
dt

dm
dt

(3)

s1 = v1t

suku terakhir adalah laju perubahan massa yang memasuki O. Bila dalam O

Gambar 3 Aliran fluida dengan penampang berbeda

tidak terdapat sumber maka jumlah massa yang sama harus keluar dari O,
tetapi bila ada sumber berarti selisih laju perubahan massa yang masuk dan
keluar sama dengan S

v1

Kita tinjau kasus khusus dengan kecepatan fluida tidak bergantung


waktu dan dapat dianggap sama untuk titik-titik permukaan yang tidak terlalu
besar. Kita ambil O berbentuk tabung aliran dengan dua buah permukaan sisi
tutupnya A1 dan A2.

24

v2

Gambar 3 menunjukkan suatu fluida ideal bermassa jenis masuk melewati


pipa berpenampang A1 dengan kecepatan v1 dan keluar melewati pipa
berpenampang A2 dengan kecepatan v2 .
Dari pers. (3), dapat diperoleh bahwa total massa yang masuk pada
permukaan A1 dan yang keluar pada A2 dapat dituliskan sebagai:
Pada pipa dengan penampang A1 berlaku persamaan:
d m1
=1 v 1 . d
A1
dt

dan

d m2
=2 v 2 . d
A2
dt

Bila tidak ada sumber maka kedua nilai tadi harus sama, jadi
1 v 1 . d
A 1=2 v 2 . d
A2
Persamaan ini juga sering disebut sebagai persamaan kontinuitas, walau
sebenarnya hanya merupakan kasus khusus saja.
Jika fluida tersebut tidak bisa ditekan ( tidak berubah terhadap tekanan),
yang merupakan pendekatan yang baik untuk zat cair dalam sebagian besar
kondisi (dan kadang-kadang juga untuk gas), maka 1 = 2, dan persamaan
kontinuitas menjadi :
v 1 . d
A1=v 2 .d
A2

( = konstan)

(4)

Perhatikan bahwa hasil kali Av menyatakan laju aliran volume (volume


fluida yang melewati suatu titik persekon) dikenal dengan istilah debit (Q).
Q

V
Av
t

(5)

25

Berdasarkan persamaan (6-32) dapat kita nyatakan bahwa debit fluida yang
mengalir masuk pipa sama dengan debit fluida yang keluar pipa.
Contoh Soal 1
Banyaknya air yang mengalir melalui sebuah pipa berdiameter 8 mm dengan
kecepatan 0,4 m/dt adalah 600 cm3. Tentukan lama air mengalir dan kecepatan
pada ujung pipa yang berdiameter 5 mm.
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui
d1 = 7 mm , v1 = 4 m/dt = 400 mm/dt , d2 = 5 mm, V = 600 cm3 = 600.000
mm3
Lama air mengalir :
V
Q A.v
t

V
6.10 5

48,7
Av ( 2 )(7) 2 (400)

maka

dt

Kecepatan pada ujung pipa berdiameter 5 mm

d12 v1 d 22 v 2

2.3.3

maka

d
v 2 1
d2

7
v1 (4)
5

m/dt = 15,37 m/dt

Persamaan Bernoulli
Daniel Bernoulli telah membuktikan bahwa semakin besar kecepatan
fluida, semakin kecil tekanannya dan sebaliknya semakin kecil kecepatan
fluida maka semakin besar tekanannya yang dikenal sebagai asas Bernoulli.
Contoh peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari yang melibatkan asas

Bernoulli adalah ketika kita berdiri dekat lintasan kereta api, pada saat kereta
api lewat dekat kita maka kita cenderung tertarik ke arah kereta api. Hal ini
26

terjadi karena ruang antara kita dengan kereta api cukup sempit sehingga
kecepatan udara lebih besar dibandingkan tempat lain, dan tekanan pada ruang
ini menjadi lebih rendah dibandingkan tempat lain. Oleh karena itu kita
mendapat tekanan yang lebih besar dari sisi luar kereta api.
Menurut Hukum II Newton
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus
didasarkan pada hukum Newton II. Persamaan ini diturunkan dengan
anggapan bahwa:
1. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi
akibat gesekan adalah nol).
2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair
adalah konstan).
3. Aliran adalah kontiniu dan sepanjang garis arus.
4. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.
Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau
dikenal sebagai head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan
total energi pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku
selama tidak ada energi yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari
fluida.
Konsep ini dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan
persamaan Bernoulli, yaitu
p1 v 21
p2 v 22
+ +z = + + z
2g 1 2g 2

(7)

dimana: p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2


v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2

27

z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2


= berat jenis fluida
g = percepatan gravitasi = 9,806 m/s2
Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan
energi antara dua titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun biasanya
beberapa head losses terjadi diantara dua titik. Jika head losses ini tidak
diperhitungkan maka akan menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan.
Jika head losses dinotasikan dengan hl maka persamaan Bernoulli di atas
dapat ditulis menjadi persamaan baru, dimana dirumuskan sebagai:
p1 v 21
p2 v 22
+ + z = + + z +hl
2g 1 2g 2

(8)

Persamaan diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahan


v2

tipe aliran, biasanya


untuk
fluida inkompresibel tanpa adanya penambahan
F2 =
P2A2
panas atau energi yang diambil dari fluida. Namun, persamaan ini tidak dapat
digunakan untuk menyelesaikan aliran fluida yang mengalami penambahan
energi untuk menggerakkan fluida oleh peralatan mekanik, misalnya pompa,
turbin, dan peralatan lainnya.
Menurut Teorema Usaha Energi
v1

Persamaan
Bernoulli

sebenarnya

hanya bentuk lain dari


persamaan
energi

kekekalan

mekanik

yang

diterapkan pada fluida.


Tentunya

fluida

yang
28

ditinjau harus tak kental


agar

tidak

terdapat

disipasi energi sebagai


panas.

Sesuai

dengan

teorema usaha-energi kita


ketahui bahwa usaha oleh
gaya

non

konservatif

sama dengan perubahan


energi mekanik.
Wnk = E

(9)

Dalam kasus di atas, usaha non konservatifnya dilakukan oleh gaya tekanan.
Usaha totalnya adalah
Wnk = (p1 A1 v1 p2 A2 v2 )t

(10)

N/m2 . m2. m/s. s = N.m


Sedangkan perubahan energi mekaniknya adalah

(2 A2 v2 t)v2 2

g(2 A2 v2t)y2

(1 A1 v1 t)v1 2

g(1 A1 v1t)y1 =0
sehingga
p1 A1 v1 + (1 A1 v1 t)v1 2 + g(1 A1 v1t)y1 = 2 A2 v2 +
(2 A2 v2 t)v2 2 + g(2 A2 v2t)y2
Tetapi dari persamaan kontinuitas diketahui 1 v1 A1 = 2 v2 A2 , dan bila

29

diasumsikan bahwa
1 = 2 = maka
p1

1 2
1
v1 gy1 p 2 v 22 gy 2
2
2

sehingga dapat disimpulkan:


p

1 2
v gy kons tan
2

(11)

Persamaan (9) di atas disebut dengan persamaan Bernoulli.


Contoh Soal 2
Air mengalir dalam suatu pipa tertutup. Pada suatu titik tertentu kecepatannya
airnya 4 m/dt, sedangkan pada titik yang terletak 2 m di atasnya memiliki
kecepatan 6 m/dt. Tentukan pada tekanan pada titik terendah apabila tekanan
pada titik tertinggi 10 kPa.
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui
v1 = 4 m/dt

h1 = 0 m

P2 = 10 kPa

v2 = 6 m/dt

h2 = 2 m

= 1000 kg/m3

Tekanan pada titik terendah P1


P1

1 2
1
v1 gy1 P2 v22 gy 2
2
2

30

P1

1
1000 4 2 100010 0 10.000 1 1000 6 2 100010 2
2
2

P1 8000 10.000 18.000 20.000


2.3.4
1.

diperoleh P1 = 40 kPa

Pemakaian Persamaan Bernoulli dan Persamaan Kontinuitas


Hidrostatika
Persamaan dalam statika fluida adalah
2

hal

y2

y1

yang

khusus

dari

persamaan

Bernoulli, yang mana kecepatannya


sama dengan nol.
karena fluida diam, v1 = v2 = 0 sehingga

Gambar 5 Fluida statis dalam wadah

dari persamaan Bernoulli diperoleh hasil


:

P1 gy1 P2 gy 2
titik 2 diambil pada permukaan fluida, oleh sebab itu besarnya tekanan sama
dengan besarnya tekanan udara luar (Po) sehingga:

P1 gy1 Po gy 2

P1 Po g y 2 y1

P1 Po gh
(10)
dengan P1 tekanan hidrostatik titik 1.
2.

Teorema Terricelli
Teorema ini membahas tentang besarnya kecepatan aliran pada lubang kecil
yang berada pada bagian bawah suatu silinder yang berisi fluida.

31

Perhatikan gambar 6.21 tekanan di titik


h

1 sama dengan tekanan di titik 2, yaitu


tekanan udara luar Po. apabila titik 2 kita

jadikan acuan maka h1 = h dan h2 = 0

Gambar 6 Air dalam wadah berlubang

sehingga persamaan Bernoulli menjadi:


Po gh

1 2
1
v1 Po 0 v 22
2
2

Karena luas penampang lubang pada titik 2 jauh lebih kecil dibandingkan
luas penampang wadah pada titik 1 maka kelajuan turunnya air pada
titik 1 dapat diabaikan terhadap gerak semburan air pada titik 2
sehingga v1 = 0 dan v2 = v sehingga kecepatan fluida pada lubang
diperoleh:
p o gh p o

1 2
v 2
2

v 2 gh
maka

(11)

dengan v adalah kecepatan air saat keluar dari lubang.


v=
H

h1

2 g h1

pada sumbu y maka voy = 0

h2

y = voyt + gt2 h2 = 0 + gt2


x

t=
Pada sumbu x maka vox =

2h 2 /g

2 g h1

32

A1

A2

v1

X = vox . t =
3.

2 g h1 . 2 h2 / g

=2

h1 . h2

Venturimeter
Venturimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
besarnya kecepatan aliran fluida dalam suatu pipa. Ada dua venturimeter yaitu
venturimeter tanpa manometer dan venturimeter dengan manometer yang
berisi zat cair lain.
Venturimeter tanpa Manometer.
Ambil titik 1 dan 2 yang mempunyai ketinggian yang sama, sehingga dari
persamaan Bernoulli diperoleh hasil:
P1

1 2
1
v1 P2 v 22
2
2

P1 P2

gh

1
v 22 v12
2

1
v 22 v12
2

(12)

Berdasarkan persamaan kontinuitas diperoleh :

A1v1

A2 v 2

v2

A1
v1
A2

maka

(13)

Dengan menggabungkan kedua persamaan di atas maka diperoleh


kelajuan aliran fluida (v 1 ) adalah:

33

v1

1 A1 2
v1 v12
gh

2 A2

2 gh
2

A1

1
A
2
(14)

Venturimeter dengan Manometer


Pada prinsipnya, venturimeter dengan manometer hampir sama
dengan venturimeter tanpa manometer. Hanya saja dalam
venturimeter ini ada tabung U berisi raksa seperti gambar
6.23 dengan penurunan rumus yang sama diperoleh aliran
kelajuan fluida v 1 : (fluidanya adalah udara)

1
r gh u
2

v1

A1 2 2

v1 v1

A
2

v1,P1

v2,P2

2 r gh
A
u 1
A2

raksa

Gambar 7 Venturimeter dengan manometer raksa

(15)

dengan r adalah massa jenis raksa dan u adalah massa jenis udara
4.

Tabung Pitot
1

Tabung pitot digunakan untuk mengukur


kecepatan angin atau aliran gas.

Misalkan sebuah gas mengalir dengan


kecepatan v dan rapat massa gas adalah

Gambar 8 Tabung pitot

34

, maka titik 1 dan 2

persamaan

Bernoulli dapat dituliskan:


P1

1 2
v1 P2
2

(16)

pada titik 1 kecepatan alirannya sama dengan kecepatan aliran gas sedangkan
titik 2 kecepatannya nol. Berdasarkan hubungan statika fluida:

P2 P1 0 gh
(17)
dimana o adalah rapat massa zat cair dan h adalah beda ketinggian
permukaan, sehingga diperoleh :
P1

1 2
v1
v1 P1 o gh

2 o gh

(18)

Contoh Soal 3
Sebuah tangki berisi air setinggi 2 m dan pada bagian dasar tangki terdapat
lubang. Jika pada permukaan air dalam tangki diberikan tekanan luar
sebesar

20 kPa, tentukan kecepatan air keluar dari lubang sebelum

dan sesudah diberi tekanan.


Penyelesaian: h1 = 4 m, P1 = 20 kPa
Kecepatan air sebelum permukaan air ditekan

v 2 2 gh 210 4
8,94 m/dt
Kecepatan air sesudah permukaan air ditekan

35

A1

A2

P1 = P0 + P = 100kPa + 20 kPa = 120 kPa dan P2 = P0 = 100 kPa


p1 gh1

1 2
1
v1 p 2 gh2 v 22
2
2

1,2.10 5 1000 10 4 0 10 5 0

1
1000 v22
2

diperoleh v2 = 10,95 m/dt

Contoh Soal 4

Air mengalir dalam venturimeter seperti gambar berikut. Bila kecepatan air
pada penampang A adalah 4 m/dt tentukan kecepatan pada penampang
B?
Penyelesaian: v1 = 4 m/dt, h = 0,4 m
kecepatan pada penampang B

gh

1
v 22 v12
v 2 2 gh v12 210 0,4 4 2 4,9
2

m/dt

2.4 Aplikasi Fluida Dalam Kehidupan Sehari-hari


2.4.1 Fluida Statis
Dongkrak hidrolik, pompa hidrolik, mesin hidrolik pengangkat
mobil, mesin penggerak hidrolik dan rem hidrolik pada mobil.
a Dongkrak Hidrolik

36

Prinsip kerja dongkrak hidrolik adalah penerapan dari hukum Paskal


yang berbunyi tekanan yang diberikan pada zat cair di dalam ruang tertutup
diteruskan sama besar ke segala arah.
Tekanan yang kita berikan pada pengisap yang penampangnya kecil
diteruskan oleh minyak (zat cair) melalui pipa menuju ke pengisap yang
penampangnya besar. Pada pengisap besar dihasilkan gaya angkat yang mampu
menggangkat beban.
b

Pompa Hidrolik Ban Sepeda


Prinsip dari pompa ini juga
menerapkan hukum Paskal,
pada pompa hidrolik ini kita
memberi gaya yang kecil
pada pengisap kecil sehingga
pada pengisap besar akan
dihasilkan gaya yang cukup

besar, dengan demikian pekerjaan memompa akan menjadi lebih ringan, bahkan
dapat dilakukan oleh seorang anak kecil sekalipun.
c

Mesin Hidrolik

37

Hydraulic machinery
adalah mesin dan alatalat yang menggunakan
daya

fluida

untuk

melakukan kerja. Alat


berat

adalah

contoh umum. Dalam jenis

mesin, cairan tekanan tinggi disebut hidrolik fluida ditransmisikan seluruh


mesin ke berbagai hidrolik motor dan silinder hidrolik. Fluida dikontrol secara
langsung atau secara otomatis oleh katup kontrol dan didistribusikan melalui
slang dan tabung. Popularitas mesin hidrolik adalah karena jumlah yang
sangat besar kekuasaan yang dapat ditransfer melalui tabung kecil dan selang
fleksibel, dan kekuatan tinggi kepadatan dan berbagai macam aktuator yang
dapat memanfaatkan kekuatan ini.
Mesin hidrolik dioperasikan dengan menggunakan hidrolik, di mana
cairan adalah media powering. Pneumatics, di sisi lain, didasarkan pada
penggunaan gas sebagai medium untuk transmisi listrik, generasi dan kontrol.
Filters Filter adalah bagian penting dari sistem hidrolik. Partikel logam
terus-menerus dihasilkan oleh komponen mekanis dan perlu dihapus bersama
dengan kontaminan lain.
Tubes, Pipes and Hoses Tabung hidrolik presisi seamless pipa baja,
khusus dibuat untuk hidrolika. Tabung memiliki ukuran standar untuk rentang
tekanan yang berbeda, dengan diameter standar hingga 100 mm. Tabung
disediakan oleh produsen dalam panjang 6 m, dibersihkan, diminyaki dan
dipasang. Tabung yang saling berhubungan oleh berbagai jenis flensa
(terutama untuk ukuran yang lebih besar dan tekanan), pengelasan kerucut /
puting (dengan o-cincin meterai), beberapa jenis koneksi dan flare cut-cincin.
Ukuran yang lebih besar, hidrolik pipa yang digunakan. Langsung bergabung

38

dengan mengelas tabung tidak dapat diterima karena interior tidak dapat
diperiksa.
Seals, fittings and connections Secara umum, katup, silinder dan pompa
memiliki bos threaded perempuan untuk sambungan fluida.
Basic calculations Daya Mesin hidrolik didefinisikan sebagai Arus x
Tekanan. Kekuatan hidrolik yang diberikan oleh sebuah pompa: P dalam [bar]
dan Q dalam [menyalakan / min] => (P x Q) 600 [kW]. Ex. Pompa
memberikan 180 [menyalakan / menit] dan P sama dengan 250 [bar] =>
Pompa daya output = (180 x 250) 600 = 75 [kW].
d

Rem Piringan Hidrolik


Ide tekanan zat
cair

diteruskan
melalui zat cair
juga

digunakan

pada mobil untuk


sistem
pengereman.
Setiap

rem

mobil

dihubungkan oleh pipa-pipa menuju ke master silinder. Pipa-pipa penghubung


dan master silinder diisi penuh dengan minyak rem.
Ketika kita menekan pedal rem, master silinder tertekan. Tekanannya
diteruskan oleh minyak rem ke setiap silinder rem. Gaya tekan pada silinder
rem menekan sepasang sepatu rem sehingga menjepit piringan logam. Akibat
jepitan ini, timbul gesekan pada piringan yang melawan arah gerak piringan
hingga akhirnya dapat menghentikan putan roda.
Sepasang sepatu dapat menjepit piringan dengan gaya yang besar karena
sepasang sepatu tersebut dihubungkan ke pedal rem melalui sistem hidrolik.
Disini kita menekan silinder yang luas pengisapnya lebih kecil daripada luas
39

pengisap rem, sehingga pada rem dihasilkan gaya yang lebih besar. Jika luas
pengisap rem dua kali luas pengisap master, maka dihasilkan gaya rem yang
dua kali lebih besar dari gaya tekan kaki pada pedal rem.
Gesekan sepasang sepatu terhadap piringan menimbulkan panas. Oleh
karena permukaan piringan sangat luas jika dibandingkan terhadap luas
sepasang sepatu, maka panas yang timbul pada piringan segera dipindahkan
ke udara sekitarnya. Ini mengakibatkan suhu sepasang sepatu rem hampir
tetap (tidak panas).
e

Hidrometer
Hidrometer adalah
mengukur massa
jenis

membaca

zat

dapat

skala pada

ditempatkan

yang

dipakai

untuk

jenis zat cair. Nilai massa


diketahui

dengan

hidrometer

yang

mengapung pada zat


cair.

Hidrometer

terbuat dari tabung kaca dan desainnya memiliki tiga bagian. Pada alat ini
diterapkan hukum Archimedes.
Agar tabung kaca terapung tegak didalam zat cair, bagian bawah tabung
dibebani dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat
lebih besar supaya volume zat cair yang dipindahkan ke hidrometer dapat
mengapung di dalam zat cair.
Tangkai tabung kaca didesain supaya perubahan kecil dalam berat benda
yang dipindahkan (sama artinya dengan perubahan kecil dalam massa jenis
zat cair) menghasilkan perubahan besar pada kedalaman tangkai yang tercelup
di dalam zat cair. Ini berarti perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis
zat cair menjadi lebih jelas.
f

Kapal Laut
40

Badan kapal yang terbuat dari besi


dibuat

berongga.

Hal

ini

menyebabkan volum air laut


yang dipindahkan oleh
badan
sangat

kapal
besar.

menjadi
Gaya

keatas sebanding dengan


volum air yang dipindahkan,
sehingga gaya keatas menjadi sangat besar. Gaya keatas ini mampu mengatasi
berat total kapal, sehingga kapal laut mengapung di permukaan laut.
Kapal laut di desain di pabrik dengan kapasitas muatan maksimum
tertentu sedemikian rupa sehingga kapal laut tetap mengapung dengan
permukaan air masih jauh dari bagian geladak. Gambar diatas menunjukan
bagian kapal laut yang terbenam dalam air laut untuk kapal yang sama tetapi
berbeda muatan. Gambar kiri untuk berat kapal kosong (tidak bermuatan) dan
kapal kanan untuk yang bermuatan. Tampak bahwa untuk berat kapal yang
bertambah karena muatan harus diimbangi oleh gaya keatas yang harus
bertambah besar oleh karena itu, kapal lebih terbenam di dalam air laut agar
volum air yang digantikan oleh kapal itu bertambah.
g

Kapal Selam

Penerapan hukum Archimedes juga dilakukan pada prinsip kapal selam. Dimana
sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat, yang terletak diantara lambung
sebelah dalam dan lambung sebelah luar. Tangki ini dapat diisi dengan udara atau air.

41

Untuk dapat membuat kapal selam terbenam kedalam air laut,


beratnya harus ditambah sehingga lebih besar daripada gaya
keatas . Hal ini dilakukan dengan membuka katup- katup
yang memungkinkan air laut masuk kedalam
tangki pemberat. Sewaktu air laut masuk
melalui katup-katup yang terletak di bagian
bawah tangki pemberat, air laut tersebut
mendorong
keluar melalui katup-katup

udara

dalam

tangki

yang terletak di bagian atas. Air laut jauh lebih

berat daripada udara, sehingga berat total kapalselam menjadi lebih besar dan
membuat kapal selam terbenam. Jika kapal selam dikehendaki menyelam
pada kedalaman tertentu, maka awak kapal harus mengatur volum air laut
dalam tangki pemberat sedemikian sehingga berat total sama dengan gaya
keatas. Pada saat tersebut kapal selam melayang pada kedalaman tertentu
dibawah permukaan laut.
Untuk membuat kapal selam mengapung kembali, udara dipompakan ke
dalam tangki pemberat. Udara ini menekan air laut sehingga air laut keluar
melalui katup-katup bagian bawah. Udara jauh lebih ringan daripada air laut
sehingga berat total kapal selam menjadi lebih ringan dan kapal selam
mengapung kembali.
2.4.2

Fluida Dinamis
a Pesawat Terbang
Gaya angkat pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa

terbang karena memanfaatkan hukum bernoulli yang membuat laju aliran


udara tepat di bawah sayap, karena laju aliran di atas lebih besar maka
mengakibatkan tekanan di atas pesawat lebih kecil daripada tekanan pesawat
di bawah.

42

Akibatnya terjadi gaya angkat pesawat dari hasil selisih antara tekanan di atas
dan di bawah di kali dengan luas efektif pesawat.

Keterangan:
= massa jenis udara (kg/m3)
va= kecepatan aliran udara pada bagian atas pesawat (m/s)
vb= kecepatan aliran udara pada bagian bawah pesawat (m/s)
F= Gaya angkat pesawat (N)
b

Penyemprot Parfum dan Obat Nyamuk

43

Prinsip kerja yang dilakukan dengan menghasilkan laju yang lebih besar
pada ujung atas selang botol sehingga membuat tekanan di atas lebih kecil
daripada tekanan di bawah. Akibatnya cairan dalam wadah tersebut terdesak
ke atas selang dan lama kelamaan akan menyembur keluar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Fluida adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir misalnya zat cair dan
gas. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan
tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida dengan zat
benda tegar.
2. Tekanan dalam zat cair yang disebabkan oleh gaya gravitasi yang bekerja
pada bagian tiap zat cair dan dipengaruhi massa jenis serta kedalaman zat cair
disebut tekanan hidrostatika
3. Blaise Pascal (1623-1662), seorang ilmuwan

Prancis menyatakan bahwa

ketika tekanan diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup, perubahan
tersebut akan diteruskan ke segala arah sama besar yang dikenal dengan
hukum Pascal.
44

4. Tegangan permukaan yang dialami oleh kawat merupakan hasil bagi gaya
permukaan (F) dengan panjang permukaan (2l) adalah = F/2l
5. Gejala naik turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler disebut gejala
kapilaritas.
6. Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besarkecilnya gesekan di dalam fluida.
7. Hasil kali Av menyatakan laju aliran volume (volume fluida yang melewati
Q

V
Av
t

suatu titik persekon) dikenal debit (Q).


8. Asas Bernoulli adalah semakin besar kecepatan fluida, semakin kecil
tekanannya dan sebaliknya semakin kecil kecepatan fluida maka semakin
besar tekanannya.
9. Teorema Terricelli membahas besarnya kecepatan aliran pada lubang kecil
yang berada pada bagian bawah suatu silinder yang berisi fluida
10. Venturimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
kecepatan aliran fluida dalam suatu pipa.
11. Tabung pitot digunakan untuk mengukur kecepatan angin atau aliran gas

v1

2 o gh

12. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditemukan aplikasi Hukum Bernoulli


yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang menunjang
kehidupan manusia masa kini seperti untuk menentukan gaya angkat pada
sayap dan badan pesawat terbang, penyemprot parfum, penyemprot racun
serangga dan lain sebagainya.
3.2 Saran
1. Bagi pembaca disarankan supaya makalah ini dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran dalam rangka peningkatan pemahaman tentang fluida.

45

2. Bagi penulis-penulis lain diharapkan agar makalah ini dapat dikembangan


lebih lanjut guna menyempurnakan makalah yang telah dibuat sebelumnya.
3. Kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan
mengkaji lebih dalam tentang bagaimana fluida statis dan dinamis.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Taranggono dan Hari Subagya. 2005. Sains Fisika, Bumi Aksara, Jakarta.
David Halliday dan Robert Resnick. 1978. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga.Erlangga,
Jakarta.
Saripudin, dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika. Visindo Media Persada, Jakarta.
Sutrisno. 1997. Fisika Dasar Mekanika. ITB, Bandung.
Suyidno. 2011. Modul Fluida Statis dan Dinamis. FKIP Fisika UNLAM,
Banjarmasin.

46

Anda mungkin juga menyukai