Anda di halaman 1dari 46

Faradellas Blog

HOMEABOUT MEKOMENTAR
TONSILOFARINGITIS
Januari 11, 2009 at 11:32 am Tinggalkan komentar
TONSILOFARINGITIS
Defenisi
Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang
disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga
oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.1,2,3
Etiologi
Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, lebih sering disebabkan oleh virus common cold
(adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory syncytial virus), tapi kadang-kadang
disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes simplex, cytomegalovirus, atau HIV. Sekitar 30%
kasus disebabkan oleh bakteri. Group A -hemolytic streptococcus (GABHS) adalah yang paling
sering, namun Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan
Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.2
Prevalensi
Tonsilofaringitis dapat mengenai semua umur, dengan insiden tertinggi pada anak-anak usia 5-15
tahun. Pada anak-anak, Group A streptococcus menyebabkan sekitar 30% kasus tonsilofaringitis
akut, sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-10%. Tonsilofaringitis akut yang disebabkan
oleh Group A streptococcus jarang terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah.4
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui percikan ludah (droplet infection). Mula-mula kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.1,3
Gejala Klinis
Gejala yang sering ditemukan ialah suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0C, rasa gatal/kering di
tenggorokan, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, odinofagia, tidak nafsu makan (anoreksia) , dan rasa
nyeri di telinga (otalgia). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada kasus yang berat,
penderita dapat menolak untuk makan dan minum melalui mulut.1,3,5
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis ; terdapat detritus
(tonsilitis folikularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (tonsilitis lakunaris), atau berupa
membran semu. Kelenjar submandibula mambengkak dan nyeri tekan; terutama pada anakanak.1,3
Penatalaksanaan
Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya tirah baring, pemberian

cairan adekuat, dan diet ringan.5


Sistemik
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida
Antipiretik.
Pengobatan Oral
Obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.3
Tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat dan berulang-ulang yang
mengganggu kehidupannya. Tindakan ini harus dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak
boleh dilakukan 3 minggu setelah serangn tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu ada
epidemi poliomielitis.6
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi tonsilitis akut, dapat
berupa abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, septikemia, otitis media akut, bronkitis,
nefritis akut, miokarditis serta artritis.3
Prognosis6
Penderita biasanya sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat.
Dapat terjadi infeksi yang berulang.
Dapat timbul komplikasi seperti abses peritonsilar, ruam kulit akibat stroptokok, otitis media akut,
demam rematik, dan nefritis akut.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid I. Edisis ketiga.
Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.
Tonsillopharyngitis. [online]. 2005 November [cited 200 June 21]; available from :
URL: http://www.medicastore.com.com.
Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keempat.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.
Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June 21]; available
from : URL: http://www.emedicine.com.
Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1997.
Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.
Tentang iklan-iklan ini
"" style="border: none; width: 300px; height: 250px;">
Entry filed under: infeksi. Tags: .
HIPERTENSIDEMAM BERDARAH DENGUE

Berikan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
KalenderJanuari
2009SSRKJSM
Des 12345678910111213141516171819202122232425262728293031 Most
Recent
PostsBISINGDEMAM
BERDARAH
DENGUETONSILOFARINGITISHIPERTENSIHello
world!
Blog di WordPress.com. Tema Blix.
Ikuti
Ikuti Faradella's Blog
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Buat situs dengan WordPress.com

KLINIK ANAK ONLINEEdukasi dan Konsultasi Online Dokter Spesialis AnakMenu Utama
skip to content
homeklinik khususparentingartikel favoritsubspesialisklinik favoritprofessionaltentang kami
PENANGANAN TONSILTIS ATAU RADANG AMANDEL
Juli 31, 2009 by The Children Indonesia in *Paru-Saluran Napas.

Tonsilitis akut merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam, lemah, nyeri
tenggorokan dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat yang radang akut. Sering
kali peradangan juga mengenai dinding faring sehingga disebut juga tonsilofaringitis akut.
Penyebab
Penyebab tersering tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain yang
juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan
pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang-kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis
akut.Tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu atau kekuningan pada
permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklan membran. Bercak-bercak tersebut
sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman-kuman baik yang
hidup maupun yang sudah mati.

Tanda dan gejala


Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang-kadang pasien
tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot
dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau.
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah :
Sering terjadi gangguan menelan ( disfagia) sehingga terjadi regurgitasi.Resonator suara terganggu
sehingga terjadi rinolaliaDemam yang tinggi.Kadang-kadang ditemukan trismus dan
hipersalivasiTenggorokan terasa keringNyeri makin hebat saat menelanNyeri menjalar ke telinga
(referred painNyeri kepalabadan lSelera makan berkurang
Diagnosis Tonsilitis Akut
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian berubah menjadi
rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah
nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred

pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX).Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan
berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang yang
mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut berbau busuk
(foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat
(ptialismus).Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat
detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran.
Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak
udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat
membesar dan ada nyeri tekan.
Pemeriksaan:
1. Bau mulut (foetor ex ore)
2. Suara terdengar seperti mulut terisi makanan panas
(plumming voice)
3. Banyak meludah (ptialismus)
4. Tonsil merah dan bengkak dengan detritus pada permukaan
5. Palatum mole, pilar anterior, dan pilar posterior udem
dan hiperemi.
6. Kelenjar limfe jugulodigrastikus dapat membesar
dan nyeri tekan.
Tonsilitis akut terdiri dari 2 bentuk yaitu :
Tonsilitis lakunarisTonsilitis yang mempunyai pseudomembran bercak-bercak.Tonsilitis
folikularisTonsilitis yang mempunyai pseudomembran yang berbintik-bintik.

Perbedaan tonsilitis bentuk akut, eksaserbasi akut dan kronik :


Akut
Tonsil hiperemis dan edema
Kripti tidak melebar
Destruitus +/Perlengketan Kronik
Tonsil membesar/mengecil tidak hiperemis
Kripti melebar
Destruitus +
Perlengketan
Kronik eksaserbasi akut
Tonsil hiperemis dan edema
Kripti melebar

Destruitus +
Perlengketan

Pengobatan
Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta makan
makanan yang bergizi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan.
Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak
beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk
menyegarkan badan.
Penyebab karena virus tidak perlu antibiotika karena akan sembuh sendiri dalam 5-7 hari. Jika
penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah penisilin.
Kadang-kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai
dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.
Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta hemolitkus grup A,
terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan
penyakit jantung rematik. Kadang-kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit
intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.
Tonsilitis akut.
Antibiotik, analgesik, dan obat kumuRTonsilitis kronik eksaserbasi.
Penyembuhan radang, kemudian dilakukan tonsilektomi 2-6 minggu setelah peradangan
tenang.Tonsilitis kronik
Bila tidak mengganggu tidak ada pengobatan khusus

Komplikasi

Komplikasi:
Lokal
1. Abses peritonsil atau infiltrat peritonsil
2. Abses parafaring
3. Limfadenitis servikal supuratif
4. Otitis media akut, terutama pada anak-anak
Sistemik
Bila penyebabnya streptokokus beta hemolitikus dapat terjadi:

1. Pada ginjal: nefritis, glomerulonefritis


2. Pada sendi: artritis
3. Pada jantung: endokarditis
4. Mata: iridosiklitis
Komplikasi jangka pendek : dapat terjadi infiltrasi peritonsiler, abses peritonsiler, otitis media,
limfedenitis regional, rinitis kronik dan sinusitisKomplikasi jangka panjang : meningitis,
endokarditis, pleuritis, miositis, sebagai fokal infeksi yang dapat menimbulkan glomerulusnefritis,
dan rematoid artritis.
Komplikasi Tonsilitis Akut
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil, abses
parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama
oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ
lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung
(miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).
Kapan harus dioperasi
Tonsilitis berulang-ulang dengan interval pendek.Merupakan indikasi khusus untuk anak
( tonsilitis rekuren ) yang kambuh lebih dari 3 kali.Obstruksi mekanik oleh tonsil yang
hipertropy.Tonsilitis hipertropy yang menyebabkan obstruksi sehingga terjadi gangguan menelan,
dan penurunan berat badan, hiperplasia setelah infeksi mononukleosis dan riwayat demam reuma
dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis kronik yang sukar diatasi dengan
antibiotik.Tonsil sebagai fokal infeksi.Abses peritonsilerRinitis berulangOtitis media peritonsiler
TIDAK HARUS DILAKUKAN OPERASI, BILA
Radang
akut
tonsil.Demam,
darah.Hipertensi.Poliomielitis epidemik.

albuminuria.Penyakit

paru-paruPenyakit

.
www.klinikanakonline.com
www.klinikanakonline.com
PROVIDED BY: KLINIK ANAK ONLINE SUPPORTED BY: GROW UP CLINIC
JAKARTA YUDHASMARA FOUNDATION GROW UP CLINIC I JL TAMAN BENDUNGAN
ASAHAN 5 BENDUNGAN HILIR JAKARTA PUSAT 10210, PHONE (021) 5703646
08131592-2012 GROW UP CLINIC II MENTENG SQUARE JL MATRAMAN 30 JAKARTA

PUSAT
10430,
PHONE
(021)
29614252 08131592-2012
08131592-2013
EMAIL : JUDARWANTO@GMAIL.COM HTTP://GROWUPCLINIC.COM HTTP://WWW.FA
CEBOOK.COM/GROWUPCLINIC @GROWUPCLINICPROFESSIONAL
HEALTHCARE
PROVIDER GROW UP CLINIC DR NARULITA DEWI SPKFR, PHYSICAL MEDICINE
&
REHABILITATIONCURRICULUM
VITAE HP
085777227790
PIN
BB
235CF967 CLINICAL EDITOR IN CHIEF : DR WIDODO JUDARWANTO,
PEDIATRICIAN EMAIL : JUDARWANTO@GMAIL.COM MOBILE PHONE O8567805533
PIN
BBM
76211048
KOMUNIKASI
DAN
KONSULTASI
ONLINE
:
TWITTER@WIDOJUDARWANTO FACEBOOK DR WIDODO
JUDARWANTO,
PEDIATRICIAN KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE ALERGI ANAK :ALLERGY
CLINIC ONLINE KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE SULIT MAKAN DAN
GANGGUAN BERAT BADAN : PICKY EATERS CLINICKOMUNIKASI PROFESIONAL
PEDIATRIC: INDONESIA PEDIATRICIAN ONLINEGROW UP CLINIC JAKARTA
FOCUS AND INTEREST ON: *** *** PICKY EATERS AND GROWUP CLINIC FOR
CHILDREN, TEEN AND ADULT (KLINIK KHUSUS GANGGUAN SULIT MAKAN DAN
GANGGUAN KENAIKKAN BERAT BADAN)***CHILDREN FOOT CLINIC *** PHYSICAL
MEDICINE AND REHABILITATION CLINIC *** ORAL MOTOR DISORDERS AND
SPEECH CLINIC *** CHILDREN SLEEP CLINIC *** PAIN MANAGEMENT CLINIC
JAKARTA *** AUTISM CLINIC *** CHILDREN BEHAVIOUR CLINIC *** MOTORIC &
SENSORY PROCESSING DISORDERS CLINIC *** NICU PREMATURE FOLLOW UP
CLINIC*** LACTATION AND BREASTFEEDING CLINIC *** SWIMMING SPA BABY &
MEDICINE MASSAGE THERAPY FOR BABY, CHILDREN AND TEEN *** WE ARE
GUILTY OF MANY ERRORS AND MANY FAULTS. BUT OUR WORST CRIME IS
ABANDONING
THE
CHILDREN,
NEGLECTING
THE
FOUNTAIN
OF
LIFE.INFORMATION ON THIS WEB SITE IS PROVIDED FOR INFORMATIONAL
PURPOSES ONLY AND IS NOT A SUBSTITUTE FOR PROFESSIONAL MEDICAL ADVICE.
YOU SHOULD NOT USE THE INFORMATION ON THIS WEB SITE FOR DIAGNOSING OR
TREATING A MEDICAL OR HEALTH CONDITION. YOU SHOULD CAREFULLY READ
ALL PRODUCT PACKAGING. IF YOU HAVE OR SUSPECT YOU HAVE A MEDICAL
PROBLEM, PROMPTLY CONTACT YOUR PROFESSIONAL HEALTHCARE PROVIDER
COPYRIGHT 2014, KLINIK ANAK ONLINE, INFORMATION EDUCATION NETWORK.
ALL RIGHTS RESERVED
Tentang iklan-iklan ini
"" style="border: none; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight:
inherit; margin: 0px 0px 1.75em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; display:
block; max-width: 100%; width: 300px; height: 250px;">
Share this:
FacebookGoogleTwitterLinkedIn

Terkait
Operasi Amandel atau Tonsilektomi : Kontroversi Indikasi dan Bahaya Komplikasinya
dalam "*Paru-Saluran Napas"
Faringitis Akut (Radang Tenggorok)
dalam "*Paru-Saluran Napas"
RADANG TENGGOROKAN TIDAK HARUS DIBERI ANTIBIOTIKA.
dalam "*Paru-Saluran Napas"
Navigasi pos
Faringitis Akut (Radang Tenggorok)
kepalaCEDERA KEPALA PADA ANAK
One response to Penanganan Tonsiltis Atau Radang Amandel
Irma Rahmawati

Mei 3, 2010 pukul 5:51 pm

Assalamualaikum Dok,
Saya irma didubai,setelah membaca bbrp artikel ttg penyakit yg dokter posted sy ingin
menanyakan bbrp hal berhubungan dg penyakit anak sy Rafi skr 5th.
Sebelumnya sy ingin menginformasikan penyakit anak sy dahulu,wkt bayi 0-1,5th rafi sering
mengalami gangguan pencernaan muntah sehabis ASI,kolik,cegukan,kentut,pup dg frekuesi yg
sering sekali dlm seharinya,hingga dia sering diare dg pup yg hijau cair berbau disertai demam
sangat tinggi 41c.Itu sering terjadi hingga dia berumur 1,5th.Lalu sy berobat keseorg dokter
dianjurkan utk mengatur pola mkn & terapi enzim hingga umur 2th anak sy mencapai BB yg
normal 15kg & jarang skt.
Namun sejak umur 2,5th hingga skr 5th dia mudah sekali sakit influenza,flu,batuk,radang
tenggorokan & alergi.Kadang disertai dg infeksi bakteri ketika hsl swap nya positif jd frekuensi
konsumsi antibiotik dlm sethn 4-7x/th sejak thn 2008.Sering disertai dg muntah2 sebelumnya atau
pd saat mengkonsumsi obat penurun panas/antibiotik.Penyakit itu berulang hampir tiap
bln.Hingga terahir minggu lalu rafi muntah disertai darah kira2 50ml yg menurut opini dokter
dikarenakan iritasi lambung krn ibuprofen.Hampir rafi tdk py kekebalan tubuh sama sekali krn
tiap lelah sehbs sklh dia suka demam,kontak dg org yg flu/batuk dia lgs demam,hingga ahirnya
dokter anak didubai menyarankan konsultasi dg dokter THT krn selalu bermasalah dg tonsil &

tenggorokanya.
Setelah konsultasi,dokter THT didubai menyarankan utk dilakukan tonsilektomi.Yg ingin sy
tanyakan:
1.Apakah masalah pencernaanya bs berakibat tonsil meradang/akut.
2.Apa yg harus dilakukan dg keadaan rafi skr apakah sy hrs ikut saran dokter THT utk dilakukan
tonsilektomi?
3.Apakah benar krn tonsilitis tersebut menyebabkan sistem kekebalan rafi melemah?mengingat
tiap bln selalu terserang penyakit yg berhubungan dg tonsilnya.
4.Apa saran dokter yg hrs sy lakukan pd rafi skr?
Mohon maaf bila surat sy kurang berkenan,sy berharap ada tanggapan/saran dr dokter,terima kasih
banyak dokter.
Hormat Saya,
Irma Rahmawati
tel.+971 501140651
ceuima@yahoo.com
Suka
Berikan Balasan
CARI ARTIKEL PENTINGCariARTIKEL TERKINIRekomendasi WHO: ASI Tidak Menularkan
Virus ZikaGlobal Vaccine Action Plan, 2020Kanker atau Keganasan Pada AnakPenanganan dan
Gejala Gigitan SeranggaUpdate References of Zika Virus6 Tanda Awal Penyakit Keganasan atau
Kanker Pada AnakFoto Alergi: Infeksi Virus pada bayi dengan riwayat alergiAsma, Gangguan
Perilaku dan Gangguan Neuro AnatomiLakukan Latihan Otak Sejak Anak hingga Lanjut usia
Tanpa HentiStimulasi Perkembangan Memori Pada Anak Sejak Dini
KATEGORI ARTIKEL-TOPIKKategori Artikel-Topik
Pilih Kategori *Alergi Imunologi
Anak (107) *Endokrinologi (12)
*Farmakologi Anak (2) *Ginjal-Nefrologi (14) *GiziNutrisi (76) *Imunologi Anak (18) *Kekebalan Tubuh (16)
*Kesehatan
Kulit
Anak (46)
*Kesehatan Mata (21) *Neonatologi-Bayi (186)
*Onkologi-Hematologi (1)
*Paru-Saluran Napas (22) *Pediatri sosial (10)
*Penyakit
Menular-Tropis (14)
*Penyakit THT (26)
*Saluran Cerna-Gastroenterologi (48) *Saluran
NapasRespiratori (24) *Saraf-Neurologi (6) *Sulit Makan Remaja-Dewasa (109) *Sulit
Makan-Picky Eaters (163) *Tumbuh Kembang Anak (35) Alergi Hewan Peliharaan (9)
Alergi Obat (15) Alergi-Hipersensitifitas Makanan (15) Allergy Adult (11) Artikel
Terkini (2) Associated Diseases (23)
Berita Kesehatan (4) Brain
and
Neurobehaviour (21) Buku-Publikasi (5)
CHILDREN FOOT CLINIC (2) Deteksi
Dini (4) Diagnosis (37)
Diagnosis-Management-Drug (14)
Diagnosis-Pemeriksaan (16
)
Diet Nutrisi (35)
Eating Disorder (175) Fact and Perception (4) Failure To Thrive-

Gagal Tumbuh (72)


Foto (7) Foto Poster (22)
Freedownload (2) Future and New
Concept (6) Gangguan Kenaikan Berat Badan (56) Gangguan Pada Dewasa (8) Gangguan
perilaku (20) Gangguan Pertumbuhan Anak (17)
Genetic (2) Grow
Up
Clinic (22)
Immunopathogenesis (44) Imunisasi (17)
Imunopathogenesis (20)
Infeksi
virus (24)
Kehamilan Persalinan (5) Kehamilan-Perinatal (13)
Kesehatan
Anak
Sekolah (9) Kesehatan Anak Umum (97) Kesehatan Bayi (20)
Kesehatan
Dewasa (71)
Kesehatan Terkini (56) Komplikasi (14) Komplikasi Bahaya (23) Konsultasi (3)
Kontroversi (35) Kontroversi Kesehatan Anak (45) Links (8)
Malnutrisi (3)
Misdiagnosis-pitfall diagnosis tersering (15)
Mitos Kesehatan (2)
New-Update (11)
News (5)
News-Update (4) Nutrisi-Diet (19) Oral Motor (48) Penanganan (34)
Pencegahan (14) Penyakit Kelainan Menyertai (132) Penyakit Autoimun (4) Penyakit
Berbahaya (17)
Penyakit Genetik-Kromosom (1) Penyakit Seliak (26)
Penyakit
Tersering (24)
Penyebab (90)
Penyebab-Pencetus (10)
Perception-Myths-Fact (5)
Perkembangan Kemampuan Makan (30)
Permasalahan Kesehatan (4) Picky Eaters and
Grow Up Clinic (55) Post Terkini (1) Profesional (103) Professional (313)
Recommendation (2) Research-Journal (373) Seminar-Talkksshow (7)
SwallowingDysphagia (14)
Tanda Dan Gejala (57) Terapi-Obat (8)
Terapi-Penanganan (114)
Tips (19)
Tips Kesehatan Anak (10) Topik Terkini (300)
Uncategorized (22)
Video (11) PROFESSIONAL LINKSClinical
Pediatric
AllergyClinical
Pediatric
GastroenterologyClinical Pediatric Infectious and Tropical DiseaseClinical Pediatric
NeurologyClinical
Pediatric
OnlineIkatan
Dokter
Anak
IndonesiaPOINT
OF
INTERESTGangguan
PerilakuGangguan
PerkembanganGangguan
PertumbuhanImunisasiKesalahan DiagnosisKesehatan BayiKontroversi kesehatan AnakMasalah
Kesehatan TerseringObat dan TerapiPenyakit BerbahayaPenyakit MenularPenyakit Paling
SeringPenyakit Saluran Napas-THTTopik TerkiniKOMUNIKASI VIA FACEBOOK
ARTIKEL TERPOPULER
Cara Pembuatan 10 Nasi Tim Paling Lezat Penuh Gizi Untuk Bayi
Down Syndrome : Deteksi Dini, Pencegahan dan Penatalaksanaan Sindrom Down
Kenali Imunisasi Pada Ibu Hamil, Yang Dianjurkan dan Dilarang
Waspadai 11 Merek Air Mineral Kemasan Yang Mengandung Bakteri
Kenali Hipersensitifitas Saluran Cerna Bayi Yang Sangat Mengganggu
Daftar Harga Susu Formula dan Cara pemilihannya
Pengaruh Baik dan Buruk Di Balik Kelezatan Cokelat
Mitos Salah Tentang MSG, Fakta Ilmiah MSG Aman

Waspadai Penggunaan Imunomodulator, Bukan Sekedar Vitamin Biasa


Waspadai Diagnosis Tifus Yang Sering Tidak Benar. Karena, Pemeriksaan Laboratorium
Tidak Spesifik.
PICKY EATERS PROBLEMS
FOR FREE NEWSLETTER, JOIN WITH THIS TWITTERMikrosefali Dampak Buruk Infeksi
Virus Zikawp.me/p5Zdqt-2yB via @wordpressdotcom. #viruszika#dokteranak 1 day ago
IKUTI BLOG MELALUI EMAIL
Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan
tentang pos baru melalui surat elektronik.
Bergabunglah dengan 16.088 pengikut lainnya
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Oxygen.
Ikuti
Ikuti Klinik Anak Online
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Bergabunglah dengan 16.088 pengikut lainnya
Buat situs dengan WordPress.com

LuNaR
tulisan suka-suka
Minggu, Januari 15, 2012
Tonsilofaringitis Akut
Batasan : Peradangan pada dinding faring dan tonsil yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, trauma, toksin, dan lain-lain yang bersifat akut.
Klasifikasi:
a.

TFA Viral

Sign dan Symptom:


Demam disertai ronorea, mual, nyeri tenggorok, dan sulit menelan. Pada pemeriksaan fisik tampak
faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala konjungtivitis
pada anak. EBV menyebabkan faringitis yang disertai produsi eksudat pada faring yang banyak.
Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan
hepatosplenomegali.

Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan,
mual, dan demam. Pada pemeriksaan fisik tampak faring hiperemis, eksudat, limfadenopati akut di
leher dan pasien tampak lemah.

b.

TFA Bakteri

Sign dan Symptom:


Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang
disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan
terdapat eksudat di permukaan. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum
dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.

Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
PMN sehingga terbentuk dendrites. Dendrites merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati
dan epitel yang terlepas. Secara klinis, dendrites ini mengisi kripta tonsil dan tapak sebagai bercak
kuning.
Terdapat rasa nyeri di telinga akibat nyeri alih melalui n.IX

c.

TFA fungal

Sign dan symptom:


Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di
orofaring dan mukosa faring lainnya tampak hiperemis. Pambiakan jamur dilakukan dalam agar
sabouroud.

Terapi:
a.

TFA Virus

Istirahat dan minumyang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu. Antivirus
metisoprinol (Isoprenosine) diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis.
b.

TFA Bakteri

Antibiottik diberikan terutama bila diduga disebabkan oleh Streptokokus beta Hemolitikus
tipe A. Penisilin G Banzatin 50.000 U/KgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/KgBB
dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
-

Deksametason 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali.

Kumur dengan air hangat.

c.

TFA Fungal

Nystatin 4 x 100.000 unit/hari setelah makan.

Sumber:

Soepardi, E.A,d.k.k,2007,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok,Jakarta:Balai


Penerbit FKUI
Posted by dr. Hendra Nopriansyah at 01.15
0 comments:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
About
Diberdayakan oleh Blogger.
Kutulis apa yang ingin kutulis
Perfil
DR. HENDRA NOPRIANSYAHLIHAT PROFIL LENGKAPKU
Bangga Indonesia

Blogger Indonesia
Followers
Anda Pengunjung ke308,699
Top Post
Baca EKG (Elektrokardiograf) a.k.a Rekam jantung Tingkat Dasar
EKG (Elektrokardiograf), tidak semua orang bisa membaca EKG. Begitu juga dokter.
Banyak do...
Ikterus Neonatorum (Bayi Kuning)
dok, kok bayi saya yang baru lahir kuning ya? tanya seorang pasien. Fenomena
ini sering dihadapi oleh orang t...

Intubasi a.k.a Memasang Selang Nafas (ETT)


Pernah besuk (atau bezuk?) seseorang di ICU? pernah lihat yang namanya selang nafas? nah, itu
yang akan ...
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam
1. Definisi Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di ata...
Blog Teman
Aldrin (Elektro UNSRI)Andri WijayaAzhar Azziz (Coretan Sang Pendosa)AzizaBang Ahmad
ThoufurDesni UtamiDevi Febrianita, S.KG (Devi Bola)FalafuFalafu 2FORSALAM SMA
3Hasbullah SuliansahHediaty SyafieraKak Zainal NADWAHLaurensius (Belajar Katholik)Mbak
"Rindu"Michelle EngNADWAH UNSRINyit-Nyit (Fachrie)Silvia PrihetySriwijaya FCTeman
AndriTokki Pokki (Halal Korean Food)Vicky Candra
Elektro dan Robotika
Tanggal berapa?
Waktu Shalat
Get Your Prayer Times Widget!
Islamic Quote
Blog Teman Saya
Ikatlah ilmu dengan menulisnya...
Langkah Pertama Alby - Apa yang lebih seru, rame, menyenangkan dan mengharukan daripada
memiliki seorang bayi? Memiliki dua orang bayi. Iya bener, TAPI PERTANYAAN GUE
RETORIS. Ja...
3 hari yang lalu
Desni & Happy Stories
Kantong Doraemon Ala Desni - Saya udah kebal denger komentar suami soal kebiasaan super
rempong saya kalo mau keluar rumah. Suami sering bilang saya kayak orang mau pindahan
padahal c...

2 minggu yang lalu


AAS' Blog
Tiga Bulan - Kaysa Syakira Haya. Saya menulis ini sambil sesekali melirik dan menatap wajah
imutnya. Mata yang bulat berbinar tertutup kelopak yang dihiasi bulu mata le...
5 bulan yang lalu
Coretan Sang Pendosa
Apa Kabar Gerik Mati - apa kabar mentari... aku menatap mu di setiap gerik mata... ku katup sepi
bersama lirih airmata.. mengalir pedih.. membunuh ringkih... wahai pengisi mata ha...
2 tahun yang lalu
falafu..
Cinta adalah Tentang Penerimaan -*langsung peluk kenceng* *Nanti entah kapan, kamu harus
menghargai aku lebih dari benda-benda yang bisa ditempeli harga. Lebih dari mimpi-mimpi di
selemba...
2 tahun yang lalu
7 Languages
- hgcvghjc
2 tahun yang lalu
falafu
follow my new blog - please follow my newblog mangkokata.blogspot.com, akan lebih sering
menulis di sana sepertinya. agak bosan dengan yang ini. terimakasih,
4 tahun yang lalu
Home
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Blog Archive

2014 (2) 2013 (4) 2012 (68) Desember (6) November (2) Oktober (7) Septemb
er (3) Agustus (4) Juli (1) Juni (5) Mei (9) April (12) Maret (13) Januari (6)
Jan
15 (3)Disfungsi
dan
Disabilitas
Seksual
(Randall-Braddom...Sindrome
Post
PolioTonsilofaringitis Akut Jan 04 (3) 2011 (21) 2010 (15) 2009 (3)

2010 LuNaR Powered by Hendra


Hendra's Templates created by Deluxe Templates
Design by Evan Eckard Design

Buka menu utama


SuntingPantau halaman iniRadang amandelKeterangan 'tag' di halaman ini
Belum Diperiksa
Radang amandel
Radang amandel (bahasa Inggris: tonsillitis) adalah infeksi pada amandel yang kadang
mengakibatkan sakit tenggorokan dan demam.
Secara klinis peradangan ini ada yang akut (baru), ditandai dengan nyeri menelan (odinofagi), dan
tidak jarang disertai demam. Sedangkan yang sudah menahun biasanya tidak nyeri menelan, tapi
jika ukurannya cukup besar (hipertrofi) akan menyebabkan kesulitan menelan (disfagia)
Kapan amandel harus dibedah? Para ahli masih belum satu pendapat mengenai ini, namun
umumnya literatur klinik membagi indikasi pembedahan radang amandel (tonsilektomi) atas 2
yaitu:
Absolut (mutlak: harus dibedah)Relatif (tidak mutlak: sebaiknya dibedah)
Daftar isi
GejalaPenyebabPengobatanKomplikasiReferensi
Daftar isi
1 Gejala2 Penyebab3 Pengobatan4 Komplikasi5 Referensi
GejalaSunting
Gejala umum tonsilitis meliputi:[1][2][3][4]
merah dan / atau bengkak amandelputih atau kuning patch pada amandeltender, kaku, dan / atau
leher bengkaksakit tenggorokansulit menelan makananbatuksakit kepalasakit matatubuh
sakitotalgiademampanas dinginhidung mampet
Tonsilitis akut disebabkan oleh bakteri dan virus dan akan disertai dengan gejala sakit telinga saat
menelan, bau mulut, dan air liur bersama dengan radang tenggorokan dan demam. Dalam hal ini,
permukaan tonsil mungkin merah cerah atau memiliki lapisan putih keabu-abuan, sedangkan
kelenjar getah bening di leher akan membengkak.
PenyebabSunting

Yang umum menyebabkan sebagian besar tonsilitis adalah virus pilek ( adenovirus, rhinovirus,
influenza, coronavirus, RSV ). Hal ini juga dapat disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes
simpleks virus, cytomegalovirus, atau HIV. Yang paling umum menyebabkan kedua adalah
bakteri. Para bakteri penyebab tonsilitis yang paling umum adalah Group A-hemolitik
streptokokus ( GABHS ), yang menyebabkan radang tenggorokan. Kurang bakteri penyebab
umum termasuk: Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, pertusis, Fusobacterium , difteri, sifilis, dan gonore. Dalam keadaan
normal, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut dan akan disaring di
amandel. Dalam amandel, sel-sel darah putih dari sistem kekebalan tubuh melancarkan sebuah
serangan yang membantu menghancurkan virus atau bakteri, dan juga menyebabkan peradangan
dan demam. Infeksi juga mungkin ada di tenggorokan dan sekitarnya, menyebabkan peradangan
pada faring. Faring adalah area di bagian belakang tenggorokan yang terletak di antara dalam
kotak suara dan tonsil. Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri streptokokus Grup A,
mengakibatkan radang tenggorokan. Viral tonsillitis mungkin disebabkan oleh berbagai virus [10]
seperti virus Epstein-Barr (penyebab infeksi mononucleosis ) atau adenovirus. Kadang-kadang,
tonsilitis disebabkan oleh infeksi dari spirochaeta dan Treponema, dalam hal ini disebut angina
Vincent atau-Vincent angina Plaut.
PengobatanSunting
Perawatan untuk mengurangi ketidaknyamanan dari gejala tonsillitis meliputi:[1][2][3][4][5][6][7]
pengurang rasa sakit, anti-inflamasi, obat penurun demam (acetaminophen, ibuprofen)pengurang
sakit tenggorokan (obat kumur air garam, belah ketupat, cairan hangat)
Jika tonsilitis disebabkan oleh kelompok A streptococus, maka antibiotiklah yang berguna, dengan
penisilin atau amoksilin sebagai pilihan pertamanya. Cephalosporin dan macrodile dianggap
sebagai alternatif yang baik bagi penisilin dalam penyakit akut. Sebuah macrolide seperti
eritromisin digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Pasien yang gagal terapi
penicilin dapat menanggapi pengobatan yang efektif terhadap bakteri yang memproduksi betalaktamase seperti klindamisin atau amoksisilin-klavulanat .Bakteri penghasil beta-laktamase
aerobik dan anaerobik yang berada di jaringan tonsil dapat "memerisai" kelompok A streptokokus
dari penisilin. Bila tonsilitis disebabkan oleh virus, lama penyakit tergantung pada virus mana
yang terlibat. Biasanya, pemulihan lengkap terjadi dalam satu minggu, namun dapat berlangsung
selama dua minggu. Kasus kronis dapat diobati dengan tonsilektomi (operasi pengangkatan tonsil)
sebagai pilihan untuk pengobatan. Dengan catatan, riset ilmiah telah menemukan bahwa anakanak hanya memiliki sedikit keuntungan dari tonsilektomi untuk kasus kronis tonsilitis.
KomplikasiSunting
Komplikasi jarang mungkin termasuk dehidrasi dan gagal ginjal karena kesulitan menelan, saluran
udara diblokir karena peradangan, dan faringitis karena penyebaran infeksi. Suatu abses dapat
mengembangkan lateral tonsil selama infeksi, biasanya beberapa hari setelah terjadinya tonsilitis.
Hal ini disebut sebagai abses peritonsillar (atau quinsy). Jarang, infeksi bisa menyebar di luar

tonsil mengakibatkan peradangan dan infeksi pada vena jugular internal yang memunculkan suatu
menyebarkan infeksi septicemia ( 's sindrom Lemierre ). Dalam kasus kronis / berulang (secara
umum didefinisikan sebagai tujuh episode tonsilitis pada tahun sebelumnya, lima episode di
masing-masing dari tahun sebelumnya dua atau tiga episode di masing-masing tiga tahun
sebelumnya), atau di kasus akut tonsil palatina dimana menjadi begitu bengkak yang menelan
terganggu, sebuah tonsilektomi dapat dilakukan untuk menghilangkan amandel. Pasien yang
amandel telah dihapus masih dilindungi dari infeksi oleh sisa dari sistem kekebalan tubuh mereka.
Dalam kasus yang sangat jarang radang tenggorokan, penyakit seperti demam rematik atau
glomerulonefritis dapat terjadi. Komplikasi ini sangat jarang terjadi di negara-negara maju, namun
tetap menjadi masalah yang signifikan di negara-negara miskin. Tonsilitis berhubungan dengan
radang tenggorokan, jika tidak diobati, juga dapat menyebabkan gangguan neuropsikiatrik
pediatrik autoimun terkait dengan infeksi streptokokus ( panda ). Tonsilloliths terjadi pada sampai
10% dari populasi sering karena episode tonsilitis.
ReferensiSunting
^ a b (Inggris) Tonsillopharyngitis. The Merck Manuals: The Merck Manual for Healthcare
Professionals. http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch090/ch090i.html. Accessed July 26,
2010.^ a b (Inggris) Wetmore RF. Tonsils and adenoids. In:Bonita F. Stanton; Kliegman, Robert;
Nelson, Waldo E.; Behrman, Richard E.; Jenson, Hal B. (2007). Nelson textbook of pediatrics
Robert M. Kliegman, Richard E. Behrman, Hal B. Jenson, Bonita F. Stanton. Philadelphia:
Saunders. ISBN 1-4160-2450-6.^ a b (Inggris) Thuma P (2001). Pharyngitis and tonsillitis.
In:Hoekelman, Robert A. (2001).Primary pediatric care. St. Louis: Mosby. ISBN 0-323-008313.^ a b (Inggris) Simon HB (2006). Bacterial infections of the upper respiratory tract. In: Dale,
David (2005). ACP Medicine, 2006 Edition (Two Volume Set) (Webmd Acp Medicine). WebMD
Professional
Publishing. ISBN 0-9748327-6-6.^ (Inggris) Medline
Plus, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001043.htm^ (Inggris) Boureau, F. et al.
(1999). "Evaluation of Ibuprofen vs Paracetamol Analgesic Activity Using a Sore Throat Pain
Model". Clinical
Drug
Investigation 17:
18. doi:10.2165/00044011-19991701000001.^ (Inggris) Praskash, T. et al. (2001). "Koflet lozenges in the Treatment of Sore
Throat". The Antiseptic 98: 124127.

Artikel bertopik kedokteran atau medis ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya
Baca dalam bahasa lain
Terakhir disunting 9 bulan yang lalu oleh Veracious
Wikipedia Tampilan HPTampilan PCKonten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.Privasi

Anatomi dan fisiologi tonsil.


Faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian dari
faring yang terletak diatas pallatum molle, orofaring yaitu bagian yang terletak diantara palatum
molle dan tulang hyoid, sedangkan laringofaring bagian dari faring yang meluas dari tulang hyoid
sampai ke batas bawah kartilago krikoid.
Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Pallatum molle (vellum palati)
terdiri dari serat otot yang ditunjang oleh jaringan fibrosa yang dilapisi oleh mukosa. Penonjolan
di median membaginya menjadi dua bagian. Bentuk seperti kerucut yang terletak disentral disebut
uvula. Dua pillar tonsilar terdiri atas tonsil palatina anterior dan posterior. Otot glossoplatina dan
pharyngopalatina adalah otot terbesar yang menyusun pilar anterior dan pilar posterior. Tonsil
terletak diantara cekungan palatoglossal dan palatopharyngeal.
Plika triangularis (tonsilaris) merupakan lipatan mukosa yang tipis, yang menutupi pilar anterior
dan sebagian dan sebagian permukaan anterior tonsil. Plika semilunaris (supratonsil) adalah
lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua pilar. Fossa supratonsil merupakan
celah yang ukurannya bervariasi yang terletak diatas tonsil diantara pilar anterior dan posterior.
Tonsil terdiri dari sejumlah penonjolan yang bulat atau melingkar seperti kripte yang mengandung
jaringan limfoid dan disekelilingnya terdapat jaringan ikat. Ditengah kripta terdapat muara
kelenjar mukus.
Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin waldeyer dari jaringan limfoid yang
mengelilingi faring. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara pilar anterior dan posterior
faussium. Tonsil faussium terdapat satu buah pada tiap sisi orofaring adalah jaringan limfoid yang
dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan sebelah dalam tertutup oleh membran epitel
skuamosa berlapis yang sangat melekat. Epitel ini meluas kedalam kripta yang membuka
kepermukaan tonsil. Kripta pada tonsil berjumlah 8-20, biasa tubular dan hampir selalu
memanjang dari dalam tonsil sampai kekapsul pada permukaan luarnya.Bagian luar tonsil terikat
pada m.konstriktor faringeus superior, sehingga tertekan setiap kali menelan. m. palatoglusus dan
m. palatofaring juga menekan tonsil. Selama masa embrio, tonsil terbentuk dari kantong
pharyngeal kedua sebegai tunas dari sel endodermal. Singkatnya setelah lahir, tonsil tumbuh
secara irregular dan sampai mencapai ukuran dan bentuk, tergantung dari jumlah adanya jaringan
limphoid.
Struktur di sekitar tonsil:
1. Anterior : pada bagian anterior tonsilla palatina terdapat arcus palatoglossus, dapat meluas
dibawahnya untuk jarak pendek.
2. Posterior : di posterior terdapat arcus palatopharyngeus.
3. Superior : di bagian superior terapat palatum molle. Disini tonsilla bergabung dengan jaringan

limfoid pada permukaan bawah palatum molle.


4. Inferior : di inferior merupakan sepertiga posterior lidah. Di sini, tonsilla palatina menyatu
dengan tonsilla lingualis.
5. Medial : di bagian medial merupakan ruang oropharynx.
6. Lateral : di sebelah lateral terdapat capsula yang dipisahkan dari m.constristor pharyngis
superior oleh jaringan areolar longgar. V. palatina externa berjalan turun dari palatum molle dalam
jaringan ikat longgar ini, untuk bergabung dengan pleksus venosus pharyngeus. Lateral terhadap
m.constrictor pharynges superior terdapat m. styloglossus dan lengkung a.facialis. A. Carotis
interna terletak 2,5 cm di belakang dan lateral tonsilla. Tonsilla palatina mendapat vascularisasi
dari : ramus tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri facialis; cabang-cabang a. Lingualis; a.
Palatina ascendens; a. Pharyngea ascendens. Sedangkan innervasinya, diperoleh dari N.
Glossopharyngeus dan nervus palatinus minor. Pembuluh limfe masuk dalam nl. Cervicales
profundi. Nodus paling penting pada kelompok ini adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak
di bawah dan belakangangulus mandibulae.
Tonsila disusun oleh jaringan limfoid yang meliputi epitel skuamosa yang berisi beberapa kripta.
Celah di atas tonsila merupakan sisa darin endodermal muara arkus bronkial kedua, di mana
fistula bronkial/ sinus internal bermuara.. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfa yang mengandung banyak kelenjar limfoid dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi. Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi epitel respiratory. Cincin waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina,
tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual.
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk kirakira 50-60 % dari limfosit tonsilar. Limfosit T pada tonsil 40 % dan 3 % lagi adalah sel plasma
yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Imunoglobulin G, A, M, D,
komplemen-komplemen, interferon, losozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk differensiasi dan proliferasi
limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi yaitu : menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
Add 2. Patofisiologi tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman streptococcus
beta hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan pyogenes dan dapat disebabkan oleh virus.
Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik (misalnya karena merokok atau makanan),
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat tidak higienis, mulut yang tidak
bersih.

Patofisiologinya pada tonsilitis akut : penularannya terjadi melalui droplet dimana kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel ini terkikis, maka jaringan limfoid superkistal
bereaksi, di mana terjadi pembendungan radang dengan infiltasi leikosit PMN.
Patofisiloginya pada tonsilitis kronik : terjadi karena proses radang berulang, maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga meluas menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Jadi, tonsil meradang dan
membengkak, terdapat bercak abu-abu/kekuningan pada permukaan dan berkumpul membentuk
membran.
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
Add 3. Klasifikasi tonsilitis (etiologi, gejala, diagnosis, penatalaksanaan)
1. Tonsilitis akut : etiologinya yaitu streptococcus beta hemolitikus grup A, srteptococcus viridans
dan piogenes dan pneumococcus. Tonsilitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak
dengan peningkatan suhu 1 sampai 4 derajat celcius.
Patofisiologinya berupa penularan terjadi melalui droplet. Manifestasi kliniknya yaitu : suhu tubuh
naik hingga 40 derajat celcius, nyeri tenggorok, nyeri sewaktu menelan, napas yang berbau, suara
menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang meningkat, lesu/lemas, nyeri dipersendian, tidak
nafsu makan, nyeri ditelinga, tonsil membengkak, kripti tidak melebar, hiperemis dan detritus,
serta kelenjar submandibula bengkak dan nyeri tekan.
Diagnosis : Tes laboratorium (untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupakan streptococcus hemolitikus grup A, karena bakteri ini juga disertai dengan demam
reumatik. Pemeriksaan penunjang (kultur dan uji resistensi), terapi (dengan menggunakan
antibiotik spektrum luas dan sulfonamide, antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan.
Penatalaksanaan ; untuk perwatan sendiri, jika penyebabnya virus sebaiknya biarkan virus itu
hilang dengan sendirinya. Selama 1 atau 2 minggu sebaiknya penderita banyak istirahat, minum
yang hangat dan mengkonsumsi cairan menyejukkan. Antibiotik digunakan jika penyebabnya
bakteri, misalnya dengan mengkonsumsi antibiotik oral yang dikonsumsi setidaknya selama 10

hari. Tindakan operasi biasanya pada anak-anak. Tonsilectomy biasanya pada orang yang
mengalami tonsilitis 5 kali atau lebih dalam 2 tahun, pada orang dewasa jika mengalami tonsilitis
selama 7 kali atau lebih dalam setahun, amandel yang membengkak dan menyebabkan sulit
bernapas, adanya abses juga merupakan indikasi operasi.
2. Tonsilitis membranosa
* Tonsilitis difteri : etiologinya adalah Corynebacterium diptheriae.
Patofisiologinya : bakteri masuk melalui mukosa, lalu melekat serta berkembang biak pada
permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke
limfe. Lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan limfe.
Manifestasi klinik/ gejala klinik : biasanya pada anak-anak usia 2-5 tahun, suhu tubuh yang naik,
nyeri tenggorok, nyeri kepala, nadi lambat, tidak nafsu makan, badan lemah dan lesu, tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor melekat meluas menyatu membentuk membran semu,
membran melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul perdarahan. Jika menutupi laring
akan menimbulkan sesak dan stridor infasil. Bila menghebat akan terjadi sesak napas. Bila infeksi
terbendung kelenjar limfe leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan
menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensasi cordis.
Diagnosis : Diagnosisnya harus berdasarkan pemeriksaan klinis karena penundaan pengobaan
akan membahayakan jiwa pasien. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent
antibody, teknik yang memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C. diptheriae
dengan pembiakan pada media Loffler, dilanjutkan tes toksinogenesitas secara invitro dan invivo.
PCR juga bisa dilakukan.
Pemeriksaan dengan tes laboratorium (preparat kuman), tes Schick (tes kerentanan terhadap
difteri).
Penatalaksanaan : Anti difteri serum dosisnya 20.000-100.000 unit, antitoksin (serum
antidiptheria/ADS), antimikrobial (penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari,
bila alergi beri eritromisin 40 mg/kg BB/ hari, kortikosteroid khusus pada pasien tonsilitis dengan
obstruksi saluran napas.
* Tonsilitis Septik : penyebabnya adalah S. hemolitikus yang terdapat dala susu sapi. * Angina
Plaut Vincent : etiologinya adalah berkurangnya higienis mulut, def. vit C serta kuman Spirilium
dan basil fusiform.
Gejalanya yaitu ; suhu 39 derajat celcius, nyeri kepala, badan lemah, gangguan pencernaan,
hipersalivasi, nyeri di mulut, gigi dan gusi berdarah.
Diagnosis : pemeriksaan mulut, terdapat mukosa dan faring yang hiperemis, membran putih
keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan procc. alveolaris, mulut berbau dan kelenjar

submandibula membesar.
Penatalaksanaannya : memperbaiki higienis gigi dan mulut, antibiotik spektrum luas selama 1
minggu, pemberian vit. C dan B kompleks.
3. Tonsilitis kronik
etiologinya : sama dengan tonsilitis akut (streptococcus beta hemolitikus grup A, srteptococcus
viridans dan piogenes dan pneumococcus), namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri
golongan gram negatif. Faktor predisposisinya adalah mulut yang tidak higienis, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat.
Manifestasi klinik/gejala klinik : adanya keluhan di tenggorokan seperti ada penghalang,
tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar dan terisi detritus.
Diagnosis : dilakukan terapi mulut (terapi lokal) ditujukan pada higienis mulut dengan
berkumur/obat hirup. Dilakukan juga kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan hapus tonsil.
Pada pemeriksaan fisik menggunakan instrumen lampu untuk melihat kondisi tenggorokan
termasuk kondisi tonsil, meraba leher untuk memeriksan kelenjar getah bening apakah ada
pembengkakakn atau tidak, usap tenggorokan, pemeriksaan jumlah sel darah lengkap.
Penatalaksanaan : menjaga higienis mulut, menggunakan obat kumur, obat hisap dan dilakukan
tonsilektomi.
Indikasi tonsilektomi : adanya sumbatan (hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas,
gangguan menelan dan berbicara, sleep apnea, cor pulmonale), infeksi (infeksi telinga tengan
berulang, rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsiler abses dan abses kelenjar limfe berulang,
tonsilits kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap dan napas berbau), indikasi lainnya
yaitu tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih, tonsilits terjadi sebanyak 5 kali atau lebih dalam
kurun waktu 2 tahun, tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu 3 tahun,
tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Menurut The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators
Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi tonsilektomi :
1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.
2. Tonsil hipertropi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea,
gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonale.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilar/peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan.
5. Napau berbau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri S. Beta Hemolitikus grup A.
7. Hipertropi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusi/ otitis media supuratif.
Add. 4 Komplikasi dan pencegahan tonsilitis
* Komplikasi tonsilitis : abses peritonsil,OMA (Otitis Media Akut), Mastoiditis akut, Laringitis,
Sinusitis, Rhinitis, Miokarditis, Artritis.
* Pencegahan : diusahakan untuk banyak minum air terutama seperti sari buah misalnya pada
waktu demam, jangan minum es/es krim dan makanan serta minuman yang dingin, jangan banyak
makan gorengan dan makanan awetan/ yang berpengawet misalnya yang diasinkan atau manisan,
berkumur dengan air garam hangat setiap hari, menaruh kompres hangat pada leher setiap hari,
diberikan terapi antibiotik apabila ada infeksi bakteri dan untuk mencegah komplikasi. Cuci
tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat menimbulkan
tonsilitis, menghindari kontak dengan penderita infeksi radang tenggorokan, setidaknya hingga 24
jam setelah penderita infeksi tenggorokan, hindari banyak bicara dan istirahat yang cukup.
Diposkan oleh ChyntiaBlog di 20.31
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
3 komentar:

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Tonsil
Gambar 2.1. Anatomi Tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW,
2009).
2.1.1. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan
pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai
fosa
supratonsilar.

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:


Lateral muskulus konstriktor faring superior
Anterior muskulus palatoglosus
Posterior muskulus palatofaringeus
Superior palatum mole
Inferior tonsil lingual (Wanri A, 2007)
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme
pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.
Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal (Anggraini
D, 2001).
2.1.2. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur
seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.
Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal
sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding
belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid
akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi
(Hermani B, 2004).

2.1.3. Tonsil Lingual


Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).
2.1.4. Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah otot konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008). Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu
nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
2.1.5. Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1)
arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri
palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;
3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden.
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian
posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri
palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah
dan pleksus faringeal (Wiatrak BJ, 2005).
2.1.6. Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening
servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju

duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan


sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada (Wanri A, 2007).
2.1.7. Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
2.1.8. Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil
adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005). Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar (Eibling DE,
2003). Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada
folikel ilmfoid (Wiatrak BJ, 2005). Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil
mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan
efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik (Hermani B, 2004).
2.2. Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding faring /
Gerlachs tonsil ) ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk, 2007 ). Tonsilitis disebabkan
peradangan pada tonsil yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan jamur.

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan
oleh virus (Mansjoer,A. 2000). Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang
terjadi pada tonsilla palatina, yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya
infeksi maupun virus. (Sutji Pratiwi,2008).
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada
tonsila palatina yang menetap (Chan, 2009). Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan
ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil.
Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang
lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita
mengalami penurunan (Colman, 2001). Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2.3. Etiologi Tonsilitis
Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
untuk membuat limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang bertugas membunuh kuman
yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Tonsil akan berubah menjadi tempat infeksi
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
(Charlene J. Reeves,2001)
Penyebab tonsilitis menurut (Firman S, 2006) dan (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,
2007) adalah infeksi kuman Streptococcus beta Hemolyticus, Streptococcus viridans, dan
Streptococcus pyogenes.
Streptococcus pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang
menimbulkan invasi lokal, sistemik dan kelainan imunologi pasca streptococcus (Jawetz,

2007).

2.4 Patofisiologi Tonsilitis


Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil berperan
sebagai filter yang menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk dan membentuk
antibody terhadap infeksi. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil
yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis
falikularis. Pada tonsilitis akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga sakit
menelan dan demam tinggi (39C-40C). Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh
sakit menelan, tenggorokan akan terasa mengental. (Charlene J. Reeves,2001).
Tetapi bila penjamu memiliki kadar imunitas antivirus atau antibakteri yang tinggi
terhadap infeksi virus atau bakteri tersebut, maka tidak akan terjadi kerusakan tubuh
ataupun penyakit. Sebaliknya jika belum ada imunitas maka akan terjadi penyakit (Arwin,
2010).
Sistem imun selain melawan mikroba dan sel mutan, sel imun juga membersihkan
debris sel dan mempersiapkan perbaikan jaringan (Sterwood, 2001).
Pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang yang menyebabkan
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus (Iskandar N,1993).
Infiltrasi bakteri pada epitel jaringan tonsil akan menimbulkan radang berupa keluarnya
leukosit polymorphnuklear serta terbentuk detritus yang terdiri dari kumpulan leukosit,
bakteri yang mati, dan epitel yang lepas.

Gambar 2.2. tonsilitis akut


Patofisiologi tonsilitis kronis Menurut Farokah,2003 bahwa adanya infeksi
berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman
sehingga kuman kemudian menginfeksi tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan
tubuh dari tonsil berubah menjadi tempat infeksi (fokal infeksi). Dan satu saat kuman dan
toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh
menurun.
Proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik
kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris.
roses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula (Rusmarjono, 2006).

2.5. Manifestasi Klinis Tonsilitis


Gejala pada tonsillitis akut adalah rasa gatal/ kering ditenggorokan, anoreksia, otalgia,
tonsil membengkak. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi
parah, sakit menelan, kadang muntah. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan
sakit tenggorokan dan keluarnya nanah pada lekukan tonsil (Mansjoer,2000).
Tanda klinisnya dijumpai tonsil membengkak dan meradang. Tonsila biasanya
bercak-bercak dan kadang-kadang diliputi oleh eksudat. Eksudat ini mungkin keabuabuan dan kekuningan. Eksudat ini dapat berkumpul, membentuk membran dan pada
beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan lokal (Boies, 1997).
Keluhan utama yang paling sering adalah sakit tenggorokan dan infeksi saluran
nafas atas. Penyebab utama yang paling banyak pada tonsilitis akut adalah bakteri grup A
streptococcus B hemoliticus, disamping itu penyebab terbanyak biasanya disebabkan oleh
virus (Brodsky, Poje, 2006).
2.6. Penatalaksanaan Tonsilitis
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama
10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk
suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika : o Tonsilitis terjadi
sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
o Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2

tahun.
o Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3

tahun.
o Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis akut adalah :


o Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klindomisin.
o Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid

untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.


o

Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari


komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.

o Pemberian antipiretik.

Menurut Fahrun Nur 2009, penatalaksanaan tonsilitis akut dengan memperbaiki


higiene mulut, pemberian antibiotika spektrum luas selama 1 minggu dan Vitamin C dan
B kompleks.
Pada beberapa penelitian menganjurkan pemberian antibiotik lebih dari 5 hari.
Pemberian antibiotik secepatnya akan mengurangi gejala dan tanda lebih cepat. Meskipun
demikian, tanpa antibiotik, demam dan gejala lainnya dapat berkurang selama 3-4 hari.
Pada demam rematik, gejala lainnya dapat berkurang selama 3-4 hari. Pada demam
rematik, gejala dapat bertahan sampai 9 hari selama pemberian terapi (Brook, 2008).
Untuk tonsilitis bakteri, penisililin merupakan antibiotik lini pertama untuk
tonsilitis akut yang disebabkan bakteri Group A Streptococcus B hemoliticus (GABHS).
Walaupun pada kultur GABHS tidak dijumpai, antibiotik tetap diperlukan untuk
mengurangi gejala. Jika dalam 48 jam gejala tidak berkurang atau dicurigai resisten
terhadap penisilin, antibiotik dilanjutkan dengan amoksisilin asamklavulanat sampai 10
hari (Christoper, Linda 2006; Current, 2007).
Pada tonsillitis kronik dilakukan terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat
kumur / hisap dan terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau
terapi konservatif tidak berhasil. Mansjoer, A (1999).

Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini
bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan
keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di Amerika
Serikat, karena kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor.
Di Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek
dan teknik tidak sulit (Wanri A, 2007).
2.7. Komplikasi Tonsilitis
Komplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, (2000), yaitu:
a.Abses pertosil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut
Infeksis dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengakibatkan otitis
media yang dapat mengarah pada rupture spontan
gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke dalam selsel mastoid.
Komplikasi lain adalah dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap
suara, aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis
faring, lesi di bibir, lidah, gigi dan pneumonia (Wanri, A., 2007)
Menurut Fahrun Nur 2009 pada anak menimbulkan otitis media akut, Abses
peritonsil, Abses para faring, Sepsis, Bronkitis, Nepritis akut, Miokarditis dan Artritis.

2.8. Prognosis Tonsilitis


Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita
Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika
tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila
penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala yang tetap ada
dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi
yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus yang jarang, Tonsilitis
dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia (Edgren,
2002).
2.9. Pencegahan Tonsilitis
Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita
ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga atau beberapa anak pada kelas
yang sama datang dengan keluhan yang sama, khususnya bila Streptokokus pyogenase
adalah penyebabnya. Risiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari
penderta Tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan
perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan
menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang talah
lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang-orang yang merupakan
karier Tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran
infeksi pada orang lain (Edgren, 2002

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi Tonsil
Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris di antara
kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Selanjutnya cekungan yang
terbentuk dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan menjadi kripta permanen pada tonsil.
Permukaan dalam, atau permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh
mukosa, sedangkan permukaan luar atau permukaan yang tertutup dilapisi oleh selubung fibrosa
yang disebut kapsul (Jhon Jacob Ballenger).
2.2. Anatomi Tonsil
Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Palatum mole terdiri dari otot yang
ditunjang oleh jaringan fibrosa dan diluarnya dilapisi oleh mukosa. Penonjolan di median
membaginya menjadi 2 (dua) bagian. Bentuk seperti kerucut yang terletak di bagian sentral yang
kita kenal dengan uvula. Batas lateral palatum pada setiap sisinya terbagi menjadi pilar anterior
dan pilar posterior fausium. Pada pilar anterior teradapat m. palatoglosus. Pilar posterior terdiri m.
palatofaringeus. Diantara kedua pilar terdapat celah, tempat kedudukan tonsil fausium. (Yusa
Herwanto, 2002)
Tonsil fausium
Tonsilfausium, masing masing sebuah pada tiap sisi orofaring, adalah jaringan limfoid yang
berbentuk seperti buah kenari dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan sebelah dalam
atau permukaan yang bebas, tertutup oleh membran epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat.
Epitel ini meluas dalam kantung atau kripta yang membuka ke permukaan tonsil.
Universitas Sumatera Utara
Plika triangularis adalah lipatan mukosa yang tipis, terbentang kebelakang dari pilar anterior dan
menutupi sebagian permukaan anterior tonsil yang timbul dalam kehidupan embrional. Plika
semilunaris (supra tonsil) adalah lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua
pilar pada pertautannya. Fosa supra tonsilar merupakan celah yang ukurannya bervariasi, bisa juga
terletak diatas tonsil dan diantara pilar anterior dan pilar posterior.
Tonsil Lingual
Tonsil lingual merupakan bentuk yang tidak bertangkai, terletak pada dasar lidah diantara kedua
tonsil fausium dan meluas kearah anteroposterior dari papila sirkumvaklata ke epiglottis
dipisahkan dari otot otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Tonsil terdiri dari sejumlah
penonjolan yang bulat atau melingkar yang mengandung jaringan limfoid dan di sekelilingnya
terdapat jaringan ikat.
Cincin Waldeyer
Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin waldeyer dari limfoid, yang mengelilingi
faring. Unsur yang lain yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar kelenjar limfoid yang
tersebar dalam fossa rosenmuller dibawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium
tuba eustachius.
Kapsul Tonsil
Kapsul tonsil mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam parenkim. Trabekula ini mengandung

pembuluh darah, saraf saraf dan pembuluh limfe eferen.


Kripta Tonsil
Terdiri dari 8 20 kripta, biasanya tubular dan hampir selalu memanjang dari dalam tonsil sampai
ke kapsul pada permukaan luarnya.
Universitas Sumatera Utara
Kripta tersebut tidak bercabang cabang tetapi merupakan saluran yang sederhana.
Jaringan ikat sub epitel yang terdapat dengan jelas dibawah permukaan epitel segera hilang ketika
epitel membentuk kripta. Hal ini menyebabkan sel sel epitel dapat menempel pada struktur
limfatik tonsil. Sering kali tidak mungkin untuk membuat garis pemisah antara epitel kripta
dengan jaringan interfolikuler. Epitel kripta tidak sama dengan epitel asalnya yang menutupi
permukaan tonsil, tidak membentuk sawar pelindung yang kompak dan utuh.
Fossa Tonsilaris
Pilar anterior berisi m. palatoglosus dan membentuk batas anterior, pilar posterior berisi m.
palatofaringeus dan membentuk batas posterior sinus. Palatoglosus mempunyai origo berbentuk
seperti kipas dipermukaan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus
merupakan otot yang tersusun verikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba Eustachius dan
pada dasar tenggorok. Otot ini meluas kebawah sampai ke dinding atas esophagus. Otot ini lebih
penting daripada otot palatoglosus.
Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan paltum mole. Di inferior akan berpisah dan
memasuki jaringan pada dasar lidah dan dinding lateral faring. Dinding luar fosa tonsilaris terdiri
dari m. konstriktor faringeus superior. M. konstriktor superior mempunyai serabut melintang yang
teratur, membentuk otot sirkularfaring. Fowler dan Todd menggambarkan otot keempat yang
dinamakan m. tonsilofaringeus yang dibentuk oleh serabut serabut lateral dari m.
palatofaringeus. Otot ini melekat pada kapsul tonsil pada pertemuan lobus atas dan bawah.
Sistem Pembuluh Limfe Faring dan Tonsil
Kelenjar limfe menerima pembuluh aferen dari bagian bawah oksipital. Kelenjar limfe ini dibagi
oleh eferen yang berjalan menuju
Universitas Sumatera Utara
bagian atas kelenjar mstoid substernal. Kelenjar mastoid atau kelenjar retroaurikular (biasanya
berpasangan) terdapat di dekat insersi m. sternokleidomastoid, menerima pembuluh aferen dari
bagian temporal kepala, permukaan dalam telinga dan bagian posterior liang telinga.
Aliran pembuluh limfe jaringan tonsil ini tidak mempunyai pembuluh aferen. Aliran limfe dari
parenkim tonsil ditampung pada ujung aferen yang terletak pada trabekula. Dari sini menembus
kapsula ke otot konstriktor superior pada dinding belakang faring. Beberapa cabang didaerah ini
berjalan ke belakang menembus fasia bukofaringeal kemudian kelenjar kelenjar pada daerah
leher dan bermuara ke nodus limfatikus leher bagian dalam dibawah otot sternokleidomasoideus.
Salah satu dari nodus limfatikus ini terletak disebelah mandibula yang sering juga disebut nodus
limfatikus tonsiler, karena sering mengalami pembesaran pada proses infeksi atau proses
keganasan tonsil.
Sistem Aliran Darah
Aliran darah tonsil dan faring berdasarkan dari beberapa cabang sistem karotis eksterna. Beberapa
anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah sisi lainnya.
Ujung cabang arteri maksilaris interna, cabang tonsilar arteri fasialis, cabang arteri lingualis
bagian dorsal, cabang arteri tiroidea superior dan arteri faringeal yang naik semuanya menambah

jaringan anastomosis yang luas.


Persarafan dan Tonsil
Tonsil disarafi oleh nervus trigeminus dan glossofaringeus. Nervus trigeminus mempersarafi
bagian atas tonsil melalui cabangnya yang melewati ganglion sfenopalatina yaitu nervus palatine.
Sedangkan nervus glossofaringeus selain mempersarafi bagian tonsil, juga dapat mempersarafi
lidah bagian belakang dan dinding faring.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Fisiologi Tonsil
Tonsila palaitna adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris dikedua sudut
orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila palatina lebih padat
dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul tipis dan di
permukaan medial terdapat kripta (Amaruddin T, 2007). Tonsila palatina merupakan jaringan
limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein
asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme pertahanan dapat
bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel sel
fagositik mononuklear pertama tama akan mengenal dan mengeliminasi antigen (Farokah,
2005).
Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan
efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik
(Kartika H, 2008).
Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang berbentuk oval yang terletak pada kedua sisi
belakang tenggorokan. Dalam keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi.
Tonsil bertindak seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui
mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk
melawan infeksi. Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan patogen,
selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu melindungi tubuh, maka akan
timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu tonsilitis (tonsillolith). Aktivitas imunologi
terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 10 tahun (Amarudin T, 2007).
2.4. Patogenesis dan Patofisiologi Tonsilitis
Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kripte kriptenya, sampai disitu
secara aerogen (melalui hidung, droplet
Universitas Sumatera Utara
yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus ke tonsil), maupun
secara foodvorn yaitu melalui mulut bersama makanan (Aritomoyo D, 1980 dalam Boedi
Siswantoro, 2003).
Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik yang melalui hidung
maupun mulut. Kuman yang masuk kesitu dihancurkan oleh makrofag, sel sel polimorfonuklear.
Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh
kuman kuman semuanya, akibatnya kuman bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi
pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi).
Sewaktu waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang

menurun (Aritomoyo D, 1980 dalam Boedi Siswantoro, 2003)


2.5. Definisi Tonisilitis Kronis
Tonsilitis kronis merupakan radang pada tonsila palatina yang sifatnya menahun. Tonsilitis kronis
dapat berasal dari tonsilitis akut yang dibiarkan saja atau karena pengobatan yang tidak sempurna,
dapat juga karena penyebaran infeksi dari tempat lain, misalnya karena adanya sekret dari infeksi
di sinus dan di hidung (sinusistis kronis dan rhinitis kronik), atau karies gigi. Pada sinusitis kronik
dan rhinitis kronik terdapat sekret di hidung yang mengandung kuman penyakit. Sekret tersebut
kontak dengan permukaan tonsil. Sedangkan penyebaran infeksinya adalah secara hematogen
maupun secara limfogen ke tempat jaringan yang lain.
Adapun yang dimaksud kronik adalah apabila terjadi perubahan histologik pada tonsil, yaitu
didapatkannya mikroabses yang diselimuti oleh dinding jaringan fibrotik dan dikelilingi oleh zona
sel sel radang (Rivai L. dalam Boedi Siswantoro, 2003). Mikroabses pada tonsilitis kronis maka
tonsil dapat menjadi fokal infeksi bagi organ organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan lain
lain (Mawson S, 1987 dalam Boedi Siswantoro, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Fokal infeksi adalah sumber bakteri / kuman didalam tubuh dimana kuman / produk produknya
dapat menyebar jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan dapat menimbulkan panyakit (Pradono
AP, 1978 dalam Boedi Siswantoro, 2003). Kelainan ini hanya menimbulkan gejala ringan atau
bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi akan menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi pada
organ lain yang jauh dari sumber infeksi. Penyebaran kuman atau toksin dapat melalui beberapa
jalan. Penyebaran jarak dekat biasanya terjadi secara limfogen, sedangkan penyebaran jarak jauh
secara hematogen. Fokal infeksi secara periodik menyebabkan bakterimia atau toksemia (Ahmad
A, 1988 dalam Boedi Siswantoro, 2003). Bakterimia adalah terdapatnya kuman dalam darah.
Kuman kuman yang masuk ke dalam aliran darah dapat berasal dari berbagai tempat pada tubuh.
Darah merupakan jaringan yang mempunyai kemampuan dalam batas batas tertentu untuk
membunuh kuman - kuman karena adanya imun respon. Maka dalam tubuh sering terjadi
bakterimia sementara. Bakterimia sementara berlangsung selama 10 menit sampai beberapa jam
setelah tindakan (Boedi Siswantoro, 2003).
Paradise et all (2002) mendapatkan hasil dari 58 penderita yang dilakukan tonsilektomi pada anak
anak terbanyak pada kelompok usia 7 - 15 tahun yaitu sebesar 30%. Sedangkan pada penelitian
Sing T (2007) yang dilakukan di poli THT Rumah Sakit Sarawak, Malaysia, terdapat sebanyak
657 penderita tonsilitis kronis dan terbanyak pada usia 14 tahun yaitu sebesar 58%.
Pada penelitian Sing T (2002) mendapatkan laki laki 342orang (52%) dan wanita 315orang
(48%). Farokah (2005) mendapatkan hasil penelitian laki laki 145 orang (48,2%) dan perempuan
156 orang (51,8%).
Universitas Sumatera Utara
2.6. Etiologi Tonsilitis Kronis
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang
mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi
tidak sempurna.
Bakteri penyebab tonsilitis kronis pada umumnya sama dengan tonsilitis akut, yang paling sering

adalah kuman gram positif (Kazzi AA, 2002 ; Arif Mansyoer dkk, 2001).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, bakteri yang paling banyak ditemukan pada
jaringan tonsil adalah Streptococcus hemolyticus. Beberapa jenis bakteri lain yang dapat
ditemukan adalah Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenza, virus, jamur dan
bakteri anaerob.
Pada hasil penelitian Suyitno S, Sadeli S, menemukan 9 jenis bakteri penyebab tonsilofaringitis
kronis yaitu Streptococcus alpha, Staphylococcus aurius, Streptococcus hemolyticus group A,
Enterobacter, Streptococcus pneumonie, Pseudomonas aeroginosa, Klabsiela sp., Escherichea coli,
Staphylococcus epidermidis (Suyitno S, Sadeli S, 1995 dalam Farokah 2005).
Meskipun tonsilitis kronis dapat disebabkan berbagai bakteri namun streptococcus hemolyticus
group A perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar karena dapat menyebabkan komplikasi
yang serius diantaranya demam rematik, penyakit jantung rematik, penyakit sendi rematik dan
glomerulonefritis.
2.7. Faktor Predisposisi Tonsilitis Kronis
Adapun faktor predisposisi dari Tonsilitis Kronis yaitu :
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca
Kelelahan fisik
Merokok
Universitas Sumatera Utara
Makanan
2.8. Gejala dan Tanda Klinis Tonsilitis Kronis
Gejala klinis tonsilitis kronik adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang kadang
terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu makan
menurun, sakit kepala dan badan terasa meriang meriang.
Tanda klinik pada tonsilitis kronis adalah (Primara IW,1999 dalam Boedi Siswantoro, 2003) :
Pilar/plika anterior hiperemis
Kripte tonsil melebar
Pembesaran kelenjar sub angulus mandibular teraba
Muara kripte terisi pus
Tonsil tertanam atau membesar
Tanda klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub
angulus mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul adalah kripte melebar, pembesaran
kelenjar angulus mandibula dan tonsil tertanam atau membesar (Boedi Siswantoro, 2003).
2.9. Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis Kronis
Dari pemeriksaan dapat dijumpai :

a. Tonsil dapat membesar bervariasi.


b. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil
c. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju
d. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring, tanda ini
merupakan tanda penting untuk menegakkan diagnosa infeksi kronis pada tonsil.
Universitas Sumatera Utara
Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar (hipertrofi)
terutama pada anak atau dapat juga mengecil (atrofi), terutama pada dewasa, kripte melebar
detritus (+) bila tonsil ditekan dan pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula (Aritomoyo D,
1980 dalam Farokah 2005).
Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 T4 :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar
anterior uvula
T2 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai
jarak anterior uvula
T3 : batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior uvula sampai
jarak pilar anterior uvula
T4 : batas medial tonsil melewati jarak anterior uvula sampai
uvula atau lebih
Pada anak, tonsil yang hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapat
menyebabkan hipoventilasi alveoli yang selanjutnya dapat terjadi hiperkapnia dan dapat
menyebabkan kor polmunale. Obstruksi yang berat menyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang
paling umum adalah mendengkur yang dapat diketahui dalam anamnesis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu secara mikrobiologi. Pemeriksaan dengan
antimikroba sering gagal untuk segera dikasi kuman patogen dan mencegah kekambuhan infeksi
pada tonsil. Kegagalan mengeradikasi organisme patogen disebabkan ketidaksesuaian pemberian
antibiotika atau penetrasi anitbiotika yang inadekuat.
2.10. Pengobatan pada Tonsilitis Kronis
Terapi antibiotik pada tonsilitis kronis sering gagal dalam mengurangi dan mencegah rekurensi
infeksi, baik karena kegagalan penetrasi antibiotik ke dalam parenkim tonsil ataupun
ketidaktepatan
Universitas Sumatera Utara
antibiotik. Oleh sebab itu, penanganan yang efektif bergantung pada identifikasi bakteri penyebab
dalam parenkim tonsil. Pemeriksaan apus permukaan tonsil tidak dapat menunjukkan bakteri pada
parenkim tonsil, walaupun sering digunakan sebagai acuan terapi, sedangkan pemeriksaan aspirasi
jarum halus (fine needle aspiration/FNA) merupakan tes diagnostik yang menjanjikan (Kote
Noordhianta, Tonny B S dan Lina Lasminingrum, 2009).
Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotika yang
bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis Cephaleksin ditambah Metronidazole, klindamisin
(terutama jika disebabkan mononucleosis atau absees), amoksisilin dengan asam clavulanat (jika
bukan disebabkan mononucleosis).
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta

kecurigaan neoplasma (Arsyad Soepardi E dkk, 2007).


Kriteria tonsilitis kronis yang memerlukan tindakan tonsilektomi,
umumnya diambil berdasarkan frekuensi serangan tonsilitis akut dalam setahun yaitu tonsilitis
akut berulang 3 kali atau lebih dalam setahun atau sakit tenggorokan 4 6 kali setahun tanpa
memperhatikan jumlah serangan tonsilitis akut. Perlu diketahui, pada tonsilitis kronik, pemberian
antibiotik akan menurunkan jumlah kuman patogen yang ditemukan pada per mukaan tonsil tetapi
ternyata, setelah dilakukan pemeriksaan bagian dalam tonsil paska tonsilektomi, ditemukan jenis
kuman patogen yang sama bahkan lebih banyak dari hasil pemeriksaan di permukaan tonsil
sebelum pemberian antibiotik (Amarudin T, Christanto A, 1999).
2.11. Komplikasi Tonsilitis Kronis
Komplikasi secara kontinuitatum kedaerah sekitar berupa rhinitis kronis, sinusitis dan otitis media.
Komplikasi secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil seperti endokarditis,
arthiritis,
Universitas Sumatera Utara
miositis, uveitis, nefritis, dermatitis, urtikari, furunkolitis,dll (Arif Mansyoer dkk, 2001).
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta
kecurigaan neoplasma (Arsyad Soepardi E dkk, 2007).
2.12. Prognosa
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan suportif.
Menangani gejala gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila
antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan
demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam
waktu yang singkat.
Gejala gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran
nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus
kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau
pneumonia.
2.13. Pencegahan
Bakteri dan virus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita ke orang
lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau
yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan
tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun
sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi
berulang. Orang orang yang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan
mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai