HOMEABOUT MEKOMENTAR
TONSILOFARINGITIS
Januari 11, 2009 at 11:32 am Tinggalkan komentar
TONSILOFARINGITIS
Defenisi
Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang
disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga
oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.1,2,3
Etiologi
Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, lebih sering disebabkan oleh virus common cold
(adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory syncytial virus), tapi kadang-kadang
disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes simplex, cytomegalovirus, atau HIV. Sekitar 30%
kasus disebabkan oleh bakteri. Group A -hemolytic streptococcus (GABHS) adalah yang paling
sering, namun Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan
Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.2
Prevalensi
Tonsilofaringitis dapat mengenai semua umur, dengan insiden tertinggi pada anak-anak usia 5-15
tahun. Pada anak-anak, Group A streptococcus menyebabkan sekitar 30% kasus tonsilofaringitis
akut, sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-10%. Tonsilofaringitis akut yang disebabkan
oleh Group A streptococcus jarang terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah.4
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui percikan ludah (droplet infection). Mula-mula kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.1,3
Gejala Klinis
Gejala yang sering ditemukan ialah suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0C, rasa gatal/kering di
tenggorokan, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, odinofagia, tidak nafsu makan (anoreksia) , dan rasa
nyeri di telinga (otalgia). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada kasus yang berat,
penderita dapat menolak untuk makan dan minum melalui mulut.1,3,5
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis ; terdapat detritus
(tonsilitis folikularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (tonsilitis lakunaris), atau berupa
membran semu. Kelenjar submandibula mambengkak dan nyeri tekan; terutama pada anakanak.1,3
Penatalaksanaan
Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya tirah baring, pemberian
Berikan Balasan
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
KalenderJanuari
2009SSRKJSM
Des 12345678910111213141516171819202122232425262728293031 Most
Recent
PostsBISINGDEMAM
BERDARAH
DENGUETONSILOFARINGITISHIPERTENSIHello
world!
Blog di WordPress.com. Tema Blix.
Ikuti
Ikuti Faradella's Blog
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Buat situs dengan WordPress.com
KLINIK ANAK ONLINEEdukasi dan Konsultasi Online Dokter Spesialis AnakMenu Utama
skip to content
homeklinik khususparentingartikel favoritsubspesialisklinik favoritprofessionaltentang kami
PENANGANAN TONSILTIS ATAU RADANG AMANDEL
Juli 31, 2009 by The Children Indonesia in *Paru-Saluran Napas.
Tonsilitis akut merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam, lemah, nyeri
tenggorokan dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat yang radang akut. Sering
kali peradangan juga mengenai dinding faring sehingga disebut juga tonsilofaringitis akut.
Penyebab
Penyebab tersering tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain yang
juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari golongan
pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang-kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis
akut.Tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu atau kekuningan pada
permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklan membran. Bercak-bercak tersebut
sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman-kuman baik yang
hidup maupun yang sudah mati.
pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX).Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan
berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang yang
mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut berbau busuk
(foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat
(ptialismus).Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat
detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran.
Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak
udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat
membesar dan ada nyeri tekan.
Pemeriksaan:
1. Bau mulut (foetor ex ore)
2. Suara terdengar seperti mulut terisi makanan panas
(plumming voice)
3. Banyak meludah (ptialismus)
4. Tonsil merah dan bengkak dengan detritus pada permukaan
5. Palatum mole, pilar anterior, dan pilar posterior udem
dan hiperemi.
6. Kelenjar limfe jugulodigrastikus dapat membesar
dan nyeri tekan.
Tonsilitis akut terdiri dari 2 bentuk yaitu :
Tonsilitis lakunarisTonsilitis yang mempunyai pseudomembran bercak-bercak.Tonsilitis
folikularisTonsilitis yang mempunyai pseudomembran yang berbintik-bintik.
Destruitus +
Perlengketan
Pengobatan
Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta makan
makanan yang bergizi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan.
Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak
beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk
menyegarkan badan.
Penyebab karena virus tidak perlu antibiotika karena akan sembuh sendiri dalam 5-7 hari. Jika
penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah penisilin.
Kadang-kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai
dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.
Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta hemolitkus grup A,
terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan
penyakit jantung rematik. Kadang-kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit
intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.
Tonsilitis akut.
Antibiotik, analgesik, dan obat kumuRTonsilitis kronik eksaserbasi.
Penyembuhan radang, kemudian dilakukan tonsilektomi 2-6 minggu setelah peradangan
tenang.Tonsilitis kronik
Bila tidak mengganggu tidak ada pengobatan khusus
Komplikasi
Komplikasi:
Lokal
1. Abses peritonsil atau infiltrat peritonsil
2. Abses parafaring
3. Limfadenitis servikal supuratif
4. Otitis media akut, terutama pada anak-anak
Sistemik
Bila penyebabnya streptokokus beta hemolitikus dapat terjadi:
albuminuria.Penyakit
paru-paruPenyakit
.
www.klinikanakonline.com
www.klinikanakonline.com
PROVIDED BY: KLINIK ANAK ONLINE SUPPORTED BY: GROW UP CLINIC
JAKARTA YUDHASMARA FOUNDATION GROW UP CLINIC I JL TAMAN BENDUNGAN
ASAHAN 5 BENDUNGAN HILIR JAKARTA PUSAT 10210, PHONE (021) 5703646
08131592-2012 GROW UP CLINIC II MENTENG SQUARE JL MATRAMAN 30 JAKARTA
PUSAT
10430,
PHONE
(021)
29614252 08131592-2012
08131592-2013
EMAIL : JUDARWANTO@GMAIL.COM HTTP://GROWUPCLINIC.COM HTTP://WWW.FA
CEBOOK.COM/GROWUPCLINIC @GROWUPCLINICPROFESSIONAL
HEALTHCARE
PROVIDER GROW UP CLINIC DR NARULITA DEWI SPKFR, PHYSICAL MEDICINE
&
REHABILITATIONCURRICULUM
VITAE HP
085777227790
PIN
BB
235CF967 CLINICAL EDITOR IN CHIEF : DR WIDODO JUDARWANTO,
PEDIATRICIAN EMAIL : JUDARWANTO@GMAIL.COM MOBILE PHONE O8567805533
PIN
BBM
76211048
KOMUNIKASI
DAN
KONSULTASI
ONLINE
:
TWITTER@WIDOJUDARWANTO FACEBOOK DR WIDODO
JUDARWANTO,
PEDIATRICIAN KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE ALERGI ANAK :ALLERGY
CLINIC ONLINE KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE SULIT MAKAN DAN
GANGGUAN BERAT BADAN : PICKY EATERS CLINICKOMUNIKASI PROFESIONAL
PEDIATRIC: INDONESIA PEDIATRICIAN ONLINEGROW UP CLINIC JAKARTA
FOCUS AND INTEREST ON: *** *** PICKY EATERS AND GROWUP CLINIC FOR
CHILDREN, TEEN AND ADULT (KLINIK KHUSUS GANGGUAN SULIT MAKAN DAN
GANGGUAN KENAIKKAN BERAT BADAN)***CHILDREN FOOT CLINIC *** PHYSICAL
MEDICINE AND REHABILITATION CLINIC *** ORAL MOTOR DISORDERS AND
SPEECH CLINIC *** CHILDREN SLEEP CLINIC *** PAIN MANAGEMENT CLINIC
JAKARTA *** AUTISM CLINIC *** CHILDREN BEHAVIOUR CLINIC *** MOTORIC &
SENSORY PROCESSING DISORDERS CLINIC *** NICU PREMATURE FOLLOW UP
CLINIC*** LACTATION AND BREASTFEEDING CLINIC *** SWIMMING SPA BABY &
MEDICINE MASSAGE THERAPY FOR BABY, CHILDREN AND TEEN *** WE ARE
GUILTY OF MANY ERRORS AND MANY FAULTS. BUT OUR WORST CRIME IS
ABANDONING
THE
CHILDREN,
NEGLECTING
THE
FOUNTAIN
OF
LIFE.INFORMATION ON THIS WEB SITE IS PROVIDED FOR INFORMATIONAL
PURPOSES ONLY AND IS NOT A SUBSTITUTE FOR PROFESSIONAL MEDICAL ADVICE.
YOU SHOULD NOT USE THE INFORMATION ON THIS WEB SITE FOR DIAGNOSING OR
TREATING A MEDICAL OR HEALTH CONDITION. YOU SHOULD CAREFULLY READ
ALL PRODUCT PACKAGING. IF YOU HAVE OR SUSPECT YOU HAVE A MEDICAL
PROBLEM, PROMPTLY CONTACT YOUR PROFESSIONAL HEALTHCARE PROVIDER
COPYRIGHT 2014, KLINIK ANAK ONLINE, INFORMATION EDUCATION NETWORK.
ALL RIGHTS RESERVED
Tentang iklan-iklan ini
"" style="border: none; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight:
inherit; margin: 0px 0px 1.75em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; display:
block; max-width: 100%; width: 300px; height: 250px;">
Share this:
FacebookGoogleTwitterLinkedIn
Terkait
Operasi Amandel atau Tonsilektomi : Kontroversi Indikasi dan Bahaya Komplikasinya
dalam "*Paru-Saluran Napas"
Faringitis Akut (Radang Tenggorok)
dalam "*Paru-Saluran Napas"
RADANG TENGGOROKAN TIDAK HARUS DIBERI ANTIBIOTIKA.
dalam "*Paru-Saluran Napas"
Navigasi pos
Faringitis Akut (Radang Tenggorok)
kepalaCEDERA KEPALA PADA ANAK
One response to Penanganan Tonsiltis Atau Radang Amandel
Irma Rahmawati
Assalamualaikum Dok,
Saya irma didubai,setelah membaca bbrp artikel ttg penyakit yg dokter posted sy ingin
menanyakan bbrp hal berhubungan dg penyakit anak sy Rafi skr 5th.
Sebelumnya sy ingin menginformasikan penyakit anak sy dahulu,wkt bayi 0-1,5th rafi sering
mengalami gangguan pencernaan muntah sehabis ASI,kolik,cegukan,kentut,pup dg frekuesi yg
sering sekali dlm seharinya,hingga dia sering diare dg pup yg hijau cair berbau disertai demam
sangat tinggi 41c.Itu sering terjadi hingga dia berumur 1,5th.Lalu sy berobat keseorg dokter
dianjurkan utk mengatur pola mkn & terapi enzim hingga umur 2th anak sy mencapai BB yg
normal 15kg & jarang skt.
Namun sejak umur 2,5th hingga skr 5th dia mudah sekali sakit influenza,flu,batuk,radang
tenggorokan & alergi.Kadang disertai dg infeksi bakteri ketika hsl swap nya positif jd frekuensi
konsumsi antibiotik dlm sethn 4-7x/th sejak thn 2008.Sering disertai dg muntah2 sebelumnya atau
pd saat mengkonsumsi obat penurun panas/antibiotik.Penyakit itu berulang hampir tiap
bln.Hingga terahir minggu lalu rafi muntah disertai darah kira2 50ml yg menurut opini dokter
dikarenakan iritasi lambung krn ibuprofen.Hampir rafi tdk py kekebalan tubuh sama sekali krn
tiap lelah sehbs sklh dia suka demam,kontak dg org yg flu/batuk dia lgs demam,hingga ahirnya
dokter anak didubai menyarankan konsultasi dg dokter THT krn selalu bermasalah dg tonsil &
tenggorokanya.
Setelah konsultasi,dokter THT didubai menyarankan utk dilakukan tonsilektomi.Yg ingin sy
tanyakan:
1.Apakah masalah pencernaanya bs berakibat tonsil meradang/akut.
2.Apa yg harus dilakukan dg keadaan rafi skr apakah sy hrs ikut saran dokter THT utk dilakukan
tonsilektomi?
3.Apakah benar krn tonsilitis tersebut menyebabkan sistem kekebalan rafi melemah?mengingat
tiap bln selalu terserang penyakit yg berhubungan dg tonsilnya.
4.Apa saran dokter yg hrs sy lakukan pd rafi skr?
Mohon maaf bila surat sy kurang berkenan,sy berharap ada tanggapan/saran dr dokter,terima kasih
banyak dokter.
Hormat Saya,
Irma Rahmawati
tel.+971 501140651
ceuima@yahoo.com
Suka
Berikan Balasan
CARI ARTIKEL PENTINGCariARTIKEL TERKINIRekomendasi WHO: ASI Tidak Menularkan
Virus ZikaGlobal Vaccine Action Plan, 2020Kanker atau Keganasan Pada AnakPenanganan dan
Gejala Gigitan SeranggaUpdate References of Zika Virus6 Tanda Awal Penyakit Keganasan atau
Kanker Pada AnakFoto Alergi: Infeksi Virus pada bayi dengan riwayat alergiAsma, Gangguan
Perilaku dan Gangguan Neuro AnatomiLakukan Latihan Otak Sejak Anak hingga Lanjut usia
Tanpa HentiStimulasi Perkembangan Memori Pada Anak Sejak Dini
KATEGORI ARTIKEL-TOPIKKategori Artikel-Topik
Pilih Kategori *Alergi Imunologi
Anak (107) *Endokrinologi (12)
*Farmakologi Anak (2) *Ginjal-Nefrologi (14) *GiziNutrisi (76) *Imunologi Anak (18) *Kekebalan Tubuh (16)
*Kesehatan
Kulit
Anak (46)
*Kesehatan Mata (21) *Neonatologi-Bayi (186)
*Onkologi-Hematologi (1)
*Paru-Saluran Napas (22) *Pediatri sosial (10)
*Penyakit
Menular-Tropis (14)
*Penyakit THT (26)
*Saluran Cerna-Gastroenterologi (48) *Saluran
NapasRespiratori (24) *Saraf-Neurologi (6) *Sulit Makan Remaja-Dewasa (109) *Sulit
Makan-Picky Eaters (163) *Tumbuh Kembang Anak (35) Alergi Hewan Peliharaan (9)
Alergi Obat (15) Alergi-Hipersensitifitas Makanan (15) Allergy Adult (11) Artikel
Terkini (2) Associated Diseases (23)
Berita Kesehatan (4) Brain
and
Neurobehaviour (21) Buku-Publikasi (5)
CHILDREN FOOT CLINIC (2) Deteksi
Dini (4) Diagnosis (37)
Diagnosis-Management-Drug (14)
Diagnosis-Pemeriksaan (16
)
Diet Nutrisi (35)
Eating Disorder (175) Fact and Perception (4) Failure To Thrive-
LuNaR
tulisan suka-suka
Minggu, Januari 15, 2012
Tonsilofaringitis Akut
Batasan : Peradangan pada dinding faring dan tonsil yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, trauma, toksin, dan lain-lain yang bersifat akut.
Klasifikasi:
a.
TFA Viral
Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan,
mual, dan demam. Pada pemeriksaan fisik tampak faring hiperemis, eksudat, limfadenopati akut di
leher dan pasien tampak lemah.
b.
TFA Bakteri
Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
PMN sehingga terbentuk dendrites. Dendrites merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati
dan epitel yang terlepas. Secara klinis, dendrites ini mengisi kripta tonsil dan tapak sebagai bercak
kuning.
Terdapat rasa nyeri di telinga akibat nyeri alih melalui n.IX
c.
TFA fungal
Terapi:
a.
TFA Virus
Istirahat dan minumyang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu. Antivirus
metisoprinol (Isoprenosine) diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis.
b.
TFA Bakteri
Antibiottik diberikan terutama bila diduga disebabkan oleh Streptokokus beta Hemolitikus
tipe A. Penisilin G Banzatin 50.000 U/KgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/KgBB
dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
-
c.
TFA Fungal
Sumber:
Blogger Indonesia
Followers
Anda Pengunjung ke308,699
Top Post
Baca EKG (Elektrokardiograf) a.k.a Rekam jantung Tingkat Dasar
EKG (Elektrokardiograf), tidak semua orang bisa membaca EKG. Begitu juga dokter.
Banyak do...
Ikterus Neonatorum (Bayi Kuning)
dok, kok bayi saya yang baru lahir kuning ya? tanya seorang pasien. Fenomena
ini sering dihadapi oleh orang t...
2014 (2) 2013 (4) 2012 (68) Desember (6) November (2) Oktober (7) Septemb
er (3) Agustus (4) Juli (1) Juni (5) Mei (9) April (12) Maret (13) Januari (6)
Jan
15 (3)Disfungsi
dan
Disabilitas
Seksual
(Randall-Braddom...Sindrome
Post
PolioTonsilofaringitis Akut Jan 04 (3) 2011 (21) 2010 (15) 2009 (3)
Yang umum menyebabkan sebagian besar tonsilitis adalah virus pilek ( adenovirus, rhinovirus,
influenza, coronavirus, RSV ). Hal ini juga dapat disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes
simpleks virus, cytomegalovirus, atau HIV. Yang paling umum menyebabkan kedua adalah
bakteri. Para bakteri penyebab tonsilitis yang paling umum adalah Group A-hemolitik
streptokokus ( GABHS ), yang menyebabkan radang tenggorokan. Kurang bakteri penyebab
umum termasuk: Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, pertusis, Fusobacterium , difteri, sifilis, dan gonore. Dalam keadaan
normal, virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut dan akan disaring di
amandel. Dalam amandel, sel-sel darah putih dari sistem kekebalan tubuh melancarkan sebuah
serangan yang membantu menghancurkan virus atau bakteri, dan juga menyebabkan peradangan
dan demam. Infeksi juga mungkin ada di tenggorokan dan sekitarnya, menyebabkan peradangan
pada faring. Faring adalah area di bagian belakang tenggorokan yang terletak di antara dalam
kotak suara dan tonsil. Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri streptokokus Grup A,
mengakibatkan radang tenggorokan. Viral tonsillitis mungkin disebabkan oleh berbagai virus [10]
seperti virus Epstein-Barr (penyebab infeksi mononucleosis ) atau adenovirus. Kadang-kadang,
tonsilitis disebabkan oleh infeksi dari spirochaeta dan Treponema, dalam hal ini disebut angina
Vincent atau-Vincent angina Plaut.
PengobatanSunting
Perawatan untuk mengurangi ketidaknyamanan dari gejala tonsillitis meliputi:[1][2][3][4][5][6][7]
pengurang rasa sakit, anti-inflamasi, obat penurun demam (acetaminophen, ibuprofen)pengurang
sakit tenggorokan (obat kumur air garam, belah ketupat, cairan hangat)
Jika tonsilitis disebabkan oleh kelompok A streptococus, maka antibiotiklah yang berguna, dengan
penisilin atau amoksilin sebagai pilihan pertamanya. Cephalosporin dan macrodile dianggap
sebagai alternatif yang baik bagi penisilin dalam penyakit akut. Sebuah macrolide seperti
eritromisin digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Pasien yang gagal terapi
penicilin dapat menanggapi pengobatan yang efektif terhadap bakteri yang memproduksi betalaktamase seperti klindamisin atau amoksisilin-klavulanat .Bakteri penghasil beta-laktamase
aerobik dan anaerobik yang berada di jaringan tonsil dapat "memerisai" kelompok A streptokokus
dari penisilin. Bila tonsilitis disebabkan oleh virus, lama penyakit tergantung pada virus mana
yang terlibat. Biasanya, pemulihan lengkap terjadi dalam satu minggu, namun dapat berlangsung
selama dua minggu. Kasus kronis dapat diobati dengan tonsilektomi (operasi pengangkatan tonsil)
sebagai pilihan untuk pengobatan. Dengan catatan, riset ilmiah telah menemukan bahwa anakanak hanya memiliki sedikit keuntungan dari tonsilektomi untuk kasus kronis tonsilitis.
KomplikasiSunting
Komplikasi jarang mungkin termasuk dehidrasi dan gagal ginjal karena kesulitan menelan, saluran
udara diblokir karena peradangan, dan faringitis karena penyebaran infeksi. Suatu abses dapat
mengembangkan lateral tonsil selama infeksi, biasanya beberapa hari setelah terjadinya tonsilitis.
Hal ini disebut sebagai abses peritonsillar (atau quinsy). Jarang, infeksi bisa menyebar di luar
tonsil mengakibatkan peradangan dan infeksi pada vena jugular internal yang memunculkan suatu
menyebarkan infeksi septicemia ( 's sindrom Lemierre ). Dalam kasus kronis / berulang (secara
umum didefinisikan sebagai tujuh episode tonsilitis pada tahun sebelumnya, lima episode di
masing-masing dari tahun sebelumnya dua atau tiga episode di masing-masing tiga tahun
sebelumnya), atau di kasus akut tonsil palatina dimana menjadi begitu bengkak yang menelan
terganggu, sebuah tonsilektomi dapat dilakukan untuk menghilangkan amandel. Pasien yang
amandel telah dihapus masih dilindungi dari infeksi oleh sisa dari sistem kekebalan tubuh mereka.
Dalam kasus yang sangat jarang radang tenggorokan, penyakit seperti demam rematik atau
glomerulonefritis dapat terjadi. Komplikasi ini sangat jarang terjadi di negara-negara maju, namun
tetap menjadi masalah yang signifikan di negara-negara miskin. Tonsilitis berhubungan dengan
radang tenggorokan, jika tidak diobati, juga dapat menyebabkan gangguan neuropsikiatrik
pediatrik autoimun terkait dengan infeksi streptokokus ( panda ). Tonsilloliths terjadi pada sampai
10% dari populasi sering karena episode tonsilitis.
ReferensiSunting
^ a b (Inggris) Tonsillopharyngitis. The Merck Manuals: The Merck Manual for Healthcare
Professionals. http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch090/ch090i.html. Accessed July 26,
2010.^ a b (Inggris) Wetmore RF. Tonsils and adenoids. In:Bonita F. Stanton; Kliegman, Robert;
Nelson, Waldo E.; Behrman, Richard E.; Jenson, Hal B. (2007). Nelson textbook of pediatrics
Robert M. Kliegman, Richard E. Behrman, Hal B. Jenson, Bonita F. Stanton. Philadelphia:
Saunders. ISBN 1-4160-2450-6.^ a b (Inggris) Thuma P (2001). Pharyngitis and tonsillitis.
In:Hoekelman, Robert A. (2001).Primary pediatric care. St. Louis: Mosby. ISBN 0-323-008313.^ a b (Inggris) Simon HB (2006). Bacterial infections of the upper respiratory tract. In: Dale,
David (2005). ACP Medicine, 2006 Edition (Two Volume Set) (Webmd Acp Medicine). WebMD
Professional
Publishing. ISBN 0-9748327-6-6.^ (Inggris) Medline
Plus, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001043.htm^ (Inggris) Boureau, F. et al.
(1999). "Evaluation of Ibuprofen vs Paracetamol Analgesic Activity Using a Sore Throat Pain
Model". Clinical
Drug
Investigation 17:
18. doi:10.2165/00044011-19991701000001.^ (Inggris) Praskash, T. et al. (2001). "Koflet lozenges in the Treatment of Sore
Throat". The Antiseptic 98: 124127.
Artikel bertopik kedokteran atau medis ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu
Wikipedia dengan mengembangkannya
Baca dalam bahasa lain
Terakhir disunting 9 bulan yang lalu oleh Veracious
Wikipedia Tampilan HPTampilan PCKonten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali
dinyatakan lain.Privasi
Patofisiologinya pada tonsilitis akut : penularannya terjadi melalui droplet dimana kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel ini terkikis, maka jaringan limfoid superkistal
bereaksi, di mana terjadi pembendungan radang dengan infiltasi leikosit PMN.
Patofisiloginya pada tonsilitis kronik : terjadi karena proses radang berulang, maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga meluas menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Jadi, tonsil meradang dan
membengkak, terdapat bercak abu-abu/kekuningan pada permukaan dan berkumpul membentuk
membran.
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
Add 3. Klasifikasi tonsilitis (etiologi, gejala, diagnosis, penatalaksanaan)
1. Tonsilitis akut : etiologinya yaitu streptococcus beta hemolitikus grup A, srteptococcus viridans
dan piogenes dan pneumococcus. Tonsilitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak
dengan peningkatan suhu 1 sampai 4 derajat celcius.
Patofisiologinya berupa penularan terjadi melalui droplet. Manifestasi kliniknya yaitu : suhu tubuh
naik hingga 40 derajat celcius, nyeri tenggorok, nyeri sewaktu menelan, napas yang berbau, suara
menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang meningkat, lesu/lemas, nyeri dipersendian, tidak
nafsu makan, nyeri ditelinga, tonsil membengkak, kripti tidak melebar, hiperemis dan detritus,
serta kelenjar submandibula bengkak dan nyeri tekan.
Diagnosis : Tes laboratorium (untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupakan streptococcus hemolitikus grup A, karena bakteri ini juga disertai dengan demam
reumatik. Pemeriksaan penunjang (kultur dan uji resistensi), terapi (dengan menggunakan
antibiotik spektrum luas dan sulfonamide, antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan.
Penatalaksanaan ; untuk perwatan sendiri, jika penyebabnya virus sebaiknya biarkan virus itu
hilang dengan sendirinya. Selama 1 atau 2 minggu sebaiknya penderita banyak istirahat, minum
yang hangat dan mengkonsumsi cairan menyejukkan. Antibiotik digunakan jika penyebabnya
bakteri, misalnya dengan mengkonsumsi antibiotik oral yang dikonsumsi setidaknya selama 10
hari. Tindakan operasi biasanya pada anak-anak. Tonsilectomy biasanya pada orang yang
mengalami tonsilitis 5 kali atau lebih dalam 2 tahun, pada orang dewasa jika mengalami tonsilitis
selama 7 kali atau lebih dalam setahun, amandel yang membengkak dan menyebabkan sulit
bernapas, adanya abses juga merupakan indikasi operasi.
2. Tonsilitis membranosa
* Tonsilitis difteri : etiologinya adalah Corynebacterium diptheriae.
Patofisiologinya : bakteri masuk melalui mukosa, lalu melekat serta berkembang biak pada
permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke
limfe. Lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan limfe.
Manifestasi klinik/ gejala klinik : biasanya pada anak-anak usia 2-5 tahun, suhu tubuh yang naik,
nyeri tenggorok, nyeri kepala, nadi lambat, tidak nafsu makan, badan lemah dan lesu, tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor melekat meluas menyatu membentuk membran semu,
membran melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul perdarahan. Jika menutupi laring
akan menimbulkan sesak dan stridor infasil. Bila menghebat akan terjadi sesak napas. Bila infeksi
terbendung kelenjar limfe leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan
menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensasi cordis.
Diagnosis : Diagnosisnya harus berdasarkan pemeriksaan klinis karena penundaan pengobaan
akan membahayakan jiwa pasien. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent
antibody, teknik yang memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C. diptheriae
dengan pembiakan pada media Loffler, dilanjutkan tes toksinogenesitas secara invitro dan invivo.
PCR juga bisa dilakukan.
Pemeriksaan dengan tes laboratorium (preparat kuman), tes Schick (tes kerentanan terhadap
difteri).
Penatalaksanaan : Anti difteri serum dosisnya 20.000-100.000 unit, antitoksin (serum
antidiptheria/ADS), antimikrobial (penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari,
bila alergi beri eritromisin 40 mg/kg BB/ hari, kortikosteroid khusus pada pasien tonsilitis dengan
obstruksi saluran napas.
* Tonsilitis Septik : penyebabnya adalah S. hemolitikus yang terdapat dala susu sapi. * Angina
Plaut Vincent : etiologinya adalah berkurangnya higienis mulut, def. vit C serta kuman Spirilium
dan basil fusiform.
Gejalanya yaitu ; suhu 39 derajat celcius, nyeri kepala, badan lemah, gangguan pencernaan,
hipersalivasi, nyeri di mulut, gigi dan gusi berdarah.
Diagnosis : pemeriksaan mulut, terdapat mukosa dan faring yang hiperemis, membran putih
keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan procc. alveolaris, mulut berbau dan kelenjar
submandibula membesar.
Penatalaksanaannya : memperbaiki higienis gigi dan mulut, antibiotik spektrum luas selama 1
minggu, pemberian vit. C dan B kompleks.
3. Tonsilitis kronik
etiologinya : sama dengan tonsilitis akut (streptococcus beta hemolitikus grup A, srteptococcus
viridans dan piogenes dan pneumococcus), namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri
golongan gram negatif. Faktor predisposisinya adalah mulut yang tidak higienis, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat.
Manifestasi klinik/gejala klinik : adanya keluhan di tenggorokan seperti ada penghalang,
tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar dan terisi detritus.
Diagnosis : dilakukan terapi mulut (terapi lokal) ditujukan pada higienis mulut dengan
berkumur/obat hirup. Dilakukan juga kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan hapus tonsil.
Pada pemeriksaan fisik menggunakan instrumen lampu untuk melihat kondisi tenggorokan
termasuk kondisi tonsil, meraba leher untuk memeriksan kelenjar getah bening apakah ada
pembengkakakn atau tidak, usap tenggorokan, pemeriksaan jumlah sel darah lengkap.
Penatalaksanaan : menjaga higienis mulut, menggunakan obat kumur, obat hisap dan dilakukan
tonsilektomi.
Indikasi tonsilektomi : adanya sumbatan (hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas,
gangguan menelan dan berbicara, sleep apnea, cor pulmonale), infeksi (infeksi telinga tengan
berulang, rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsiler abses dan abses kelenjar limfe berulang,
tonsilits kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap dan napas berbau), indikasi lainnya
yaitu tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih, tonsilits terjadi sebanyak 5 kali atau lebih dalam
kurun waktu 2 tahun, tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu 3 tahun,
tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Menurut The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators
Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi tonsilektomi :
1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.
2. Tonsil hipertropi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea,
gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilar/peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan.
5. Napau berbau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri S. Beta Hemolitikus grup A.
7. Hipertropi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusi/ otitis media supuratif.
Add. 4 Komplikasi dan pencegahan tonsilitis
* Komplikasi tonsilitis : abses peritonsil,OMA (Otitis Media Akut), Mastoiditis akut, Laringitis,
Sinusitis, Rhinitis, Miokarditis, Artritis.
* Pencegahan : diusahakan untuk banyak minum air terutama seperti sari buah misalnya pada
waktu demam, jangan minum es/es krim dan makanan serta minuman yang dingin, jangan banyak
makan gorengan dan makanan awetan/ yang berpengawet misalnya yang diasinkan atau manisan,
berkumur dengan air garam hangat setiap hari, menaruh kompres hangat pada leher setiap hari,
diberikan terapi antibiotik apabila ada infeksi bakteri dan untuk mencegah komplikasi. Cuci
tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat menimbulkan
tonsilitis, menghindari kontak dengan penderita infeksi radang tenggorokan, setidaknya hingga 24
jam setelah penderita infeksi tenggorokan, hindari banyak bicara dan istirahat yang cukup.
Diposkan oleh ChyntiaBlog di 20.31
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
3 komentar:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Tonsil
Gambar 2.1. Anatomi Tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW,
2009).
2.1.1. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan
pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai
fosa
supratonsilar.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan
oleh virus (Mansjoer,A. 2000). Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang
terjadi pada tonsilla palatina, yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya
infeksi maupun virus. (Sutji Pratiwi,2008).
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada
tonsila palatina yang menetap (Chan, 2009). Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan
ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil.
Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang
lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita
mengalami penurunan (Colman, 2001). Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2.3. Etiologi Tonsilitis
Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
untuk membuat limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang bertugas membunuh kuman
yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Tonsil akan berubah menjadi tempat infeksi
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
(Charlene J. Reeves,2001)
Penyebab tonsilitis menurut (Firman S, 2006) dan (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,
2007) adalah infeksi kuman Streptococcus beta Hemolyticus, Streptococcus viridans, dan
Streptococcus pyogenes.
Streptococcus pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang
menimbulkan invasi lokal, sistemik dan kelainan imunologi pasca streptococcus (Jawetz,
2007).
tahun.
o Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
o Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klindomisin.
o Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
o Pemberian antipiretik.
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini
bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan
keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di Amerika
Serikat, karena kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi digolongkan pada operasi mayor.
Di Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek
dan teknik tidak sulit (Wanri A, 2007).
2.7. Komplikasi Tonsilitis
Komplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, (2000), yaitu:
a.Abses pertosil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut
Infeksis dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengakibatkan otitis
media yang dapat mengarah pada rupture spontan
gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke dalam selsel mastoid.
Komplikasi lain adalah dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap
suara, aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis
faring, lesi di bibir, lidah, gigi dan pneumonia (Wanri, A., 2007)
Menurut Fahrun Nur 2009 pada anak menimbulkan otitis media akut, Abses
peritonsil, Abses para faring, Sepsis, Bronkitis, Nepritis akut, Miokarditis dan Artritis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi Tonsil
Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris di antara
kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Selanjutnya cekungan yang
terbentuk dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan menjadi kripta permanen pada tonsil.
Permukaan dalam, atau permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh
mukosa, sedangkan permukaan luar atau permukaan yang tertutup dilapisi oleh selubung fibrosa
yang disebut kapsul (Jhon Jacob Ballenger).
2.2. Anatomi Tonsil
Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Palatum mole terdiri dari otot yang
ditunjang oleh jaringan fibrosa dan diluarnya dilapisi oleh mukosa. Penonjolan di median
membaginya menjadi 2 (dua) bagian. Bentuk seperti kerucut yang terletak di bagian sentral yang
kita kenal dengan uvula. Batas lateral palatum pada setiap sisinya terbagi menjadi pilar anterior
dan pilar posterior fausium. Pada pilar anterior teradapat m. palatoglosus. Pilar posterior terdiri m.
palatofaringeus. Diantara kedua pilar terdapat celah, tempat kedudukan tonsil fausium. (Yusa
Herwanto, 2002)
Tonsil fausium
Tonsilfausium, masing masing sebuah pada tiap sisi orofaring, adalah jaringan limfoid yang
berbentuk seperti buah kenari dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan sebelah dalam
atau permukaan yang bebas, tertutup oleh membran epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat.
Epitel ini meluas dalam kantung atau kripta yang membuka ke permukaan tonsil.
Universitas Sumatera Utara
Plika triangularis adalah lipatan mukosa yang tipis, terbentang kebelakang dari pilar anterior dan
menutupi sebagian permukaan anterior tonsil yang timbul dalam kehidupan embrional. Plika
semilunaris (supra tonsil) adalah lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua
pilar pada pertautannya. Fosa supra tonsilar merupakan celah yang ukurannya bervariasi, bisa juga
terletak diatas tonsil dan diantara pilar anterior dan pilar posterior.
Tonsil Lingual
Tonsil lingual merupakan bentuk yang tidak bertangkai, terletak pada dasar lidah diantara kedua
tonsil fausium dan meluas kearah anteroposterior dari papila sirkumvaklata ke epiglottis
dipisahkan dari otot otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Tonsil terdiri dari sejumlah
penonjolan yang bulat atau melingkar yang mengandung jaringan limfoid dan di sekelilingnya
terdapat jaringan ikat.
Cincin Waldeyer
Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin waldeyer dari limfoid, yang mengelilingi
faring. Unsur yang lain yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar kelenjar limfoid yang
tersebar dalam fossa rosenmuller dibawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium
tuba eustachius.
Kapsul Tonsil
Kapsul tonsil mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam parenkim. Trabekula ini mengandung
adalah kuman gram positif (Kazzi AA, 2002 ; Arif Mansyoer dkk, 2001).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, bakteri yang paling banyak ditemukan pada
jaringan tonsil adalah Streptococcus hemolyticus. Beberapa jenis bakteri lain yang dapat
ditemukan adalah Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenza, virus, jamur dan
bakteri anaerob.
Pada hasil penelitian Suyitno S, Sadeli S, menemukan 9 jenis bakteri penyebab tonsilofaringitis
kronis yaitu Streptococcus alpha, Staphylococcus aurius, Streptococcus hemolyticus group A,
Enterobacter, Streptococcus pneumonie, Pseudomonas aeroginosa, Klabsiela sp., Escherichea coli,
Staphylococcus epidermidis (Suyitno S, Sadeli S, 1995 dalam Farokah 2005).
Meskipun tonsilitis kronis dapat disebabkan berbagai bakteri namun streptococcus hemolyticus
group A perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar karena dapat menyebabkan komplikasi
yang serius diantaranya demam rematik, penyakit jantung rematik, penyakit sendi rematik dan
glomerulonefritis.
2.7. Faktor Predisposisi Tonsilitis Kronis
Adapun faktor predisposisi dari Tonsilitis Kronis yaitu :
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca
Kelelahan fisik
Merokok
Universitas Sumatera Utara
Makanan
2.8. Gejala dan Tanda Klinis Tonsilitis Kronis
Gejala klinis tonsilitis kronik adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang kadang
terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu makan
menurun, sakit kepala dan badan terasa meriang meriang.
Tanda klinik pada tonsilitis kronis adalah (Primara IW,1999 dalam Boedi Siswantoro, 2003) :
Pilar/plika anterior hiperemis
Kripte tonsil melebar
Pembesaran kelenjar sub angulus mandibular teraba
Muara kripte terisi pus
Tonsil tertanam atau membesar
Tanda klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub
angulus mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul adalah kripte melebar, pembesaran
kelenjar angulus mandibula dan tonsil tertanam atau membesar (Boedi Siswantoro, 2003).
2.9. Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis Kronis
Dari pemeriksaan dapat dijumpai :