Anda di halaman 1dari 2

Transmigrasi dan Pemukiman

Untuk Indonesia, masalah transmigrasi dan pemukiman merupakan masalah


yang penting. Dalam usaha menampung pertambahan jumlah penduduk, perlu
diusahkan agar penduduk tersebar secara lebih merata di seluruh wilayah
Indonesia. Sebab, tanpa kebijaksanaan kependudukan yang menuju pola
distribusi kepadatan yang lebih merata itu, tidak dapat diharapkan pertambahan
jumlah penduduk di Jawa akan dapat ditampung. Baik daya dukung ekologis
alam maupu daya dukung struktur sosial desa di berbagai tempat di Jawa,
sekarang sudah melampaui batas. Dengan demikian, perencanaan pemukiman
harus juga meliputi usaha besar untuk meningkatkan daya dukung alam di Jawa
dan modernisasi struktur sosial desa.
Transmigrasi dan Keluarga Berencana hanya merupakan dua di antara sarana
yang diperlukan. Dengan demikian yang diperlukan ialah pengembangan caracara penampungan pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang sekaligus
dapat meratakan pemukiman di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini memerlukan
territorial planning (Soedjatmoko, 1984). Territorial planning (perencanaan
teritorial) yang meliputi seluruh wilayah negara, menambah suatu dimensi baru
pada konsepsi pembangunan daerah dengan growthpoles-nya (kutub
pertumbuhannya), karena konsepsi itu memperhitungkan juga keperluan
pemukiman yang muncul dari pertambahan jumlah penduduk. Territorial planing
bermaksud mencapai distribusi penduduk di seluruh wilayah itu, dengan segala
infrastrukturnya, baik yang bersifat perkotaan dan pedesaan yang baru, maupun
perluasaan perkotaan dan pedesaan lama.
Perencanaan pemukiman secara teritorial yang juga mempunyai arti di bidang
Hankamnas dan harus meliputi usaha-usaha yang dapat mengatur arus
penduduk dari daerah ke pusat, baik dari daerah pedesaan di Jawa dan Jakarta
ke daerah-daerah di luar Jawa. Pada tingkat regional harus dikembangkan
jaringan (network) yang menghubungkan desa dengan kota pedesaan
(agropolis), dan kota-kota besar. Harus dikembangkan pula struktur-struktur
pemasaran serta kaitannya dengan transportasi dan komunikasi, sebagai sistem
jaringan ini. Hal ini meliputi kota dan desa yang sudah ada maupun pemukimanpemukiman baru. Harus dikembangkan juga pola pemukiman yang berbeda,
yang disesuaikan dengan ciri-ciri ekologis dari lingkungan pemukiman.
Kepadatan penduduk yang terbesar misalnya berada di daerah-daerah yang
memiliki irigasi dan dapat menghasilkan panen dua kali. Di daerah ini sekarang
pun kepadatan penduduknya telah melampaui daya dukung struktur sosial desa,
dan pertambahan penduduk akan memerlukan perubahan struktural pemukiman
sedemikian rupa sehingga terbentuk konsentrasi urban dalam lingkungan
pertanian (urban concentrations in rural settings) dengan segala keperluan
infrastrukturnya. Di tempat lain yang penduduknya kurang padat, dan yang
hanya menghasilkan satu kali panen setahun, perlipatgandaan penduduk
mungkin akan memerlukan perubahan pola pemukiman tersendiri. Begitu pula di
daerah-daerah pemukiman pantai, di daerah pertanian kering, dan di daerah
pegunungan akan memerlukan respons tersendiri untuk mengatasi akibat

pertambahan jumlah penduduk, yang justru terjadi karena ciri-ciri khas masalah
pemukiman di tempat itu.

Anda mungkin juga menyukai