Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RESUME KASUS
PRO JUSTITIA
Visum et Repertum : 53/VI/2016/Forensik
a. Surat permintaan Visum
Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) dari Kepolisian
Negara Republik Indonesia Daerah Sulawesi Selatan Resor Kota Besar
Makassar Sektor Rappocini dengan No.Pol. B/82/VI/2016/SPK tertanggal
12 Juni 2016 yang ditandatangani oleh B. Efendi BRIPKA NRP 81090721
atas nama Kepala Kepolisian Sektor Rappocini.
Surat Permintaan Visum et Repertum tersebut diterima oleh staf
dokpol yang bertugas di RS Bhayangkara Mappaoudang tanggal 12 Juni
2016 pukul 13.30 Waktu Indonesia Bagian Tengah.
b. Identitas Korban
Berdasarkan
Surat
Permintaan
Visum
et
Repertum
No.
Pol.
JenisKelamin
: Perempuan
Umur
: 53 Tahun
Pekerjaan
: Swasta
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
d. Hasil Pemeriksaan :
Anamnesis :
Seorang perempuan yang menurut Surat Permintaan Visum
berumur lima puluh tiga tahun dating ke Instalasi Forensik Rumah Sakit
Bhayangkara Mappoudang Makassar ditemani oleh penyidik. Menurut
pengakuan korban, kejadian terjadi di depan kontrakan korban, awalnya
pelaku beradu mulut dengan korban, kemudian pelaku mencakar muka
korban, kemudian pelaku pertama memanggil pelaku kedua (suami
pelaku) yang mendorong pasien hingga terjatuh, kemudian memukul pipi
kiri korban sebanyak 1 (satu) kali, kemudian ibu dari pelaku datang
dengan parang sambil mengancam, kejadian ini disaksikan oleh adik
perempuan korban yang kemudian menolongnya.
Pemeriksaan Fisik :
Status Vitalis : Denyut nadi delapan puluh kali per menit,
pernapasan sembilan belas kali per menit, tekanan darah tidak dilakukan
pemeriksaan, suhu tubuh tidak dilakukan pemeriksaan.
Status Lokalis : Dari hasil pemeriksaan, didapatkan empat buah
luka. Terdapat dua buah luka memar pada pipi kiri dan leher kiri bagian
belakang, dan sebanyak dua buah luka lecet gores pada pipi kiri bagian
bawah dan dagu kiri.
Luka pertama: satu buah luka memar pada pipi kiri, luka berjarak lima
sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah tubuh dan tiga koma delapan
sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua mata. bentuk
luka tidak beraturan dengan ukuran luka panjang
sentimeter dan lebar nol koma tujuh sentimeter. Warna pada daerah luka
tampak kemerahan dan terdiri atas kulit yang masih utuh, berbatas tidak
tegas, daerah di dalam garis batas luka terlihat sedikit menonjol
(bengkak), terdapat nyeri tekan.
Luka kedua: satu buah luka lecet gores pada pipi kiri bagian bawah, luka
berjarak dua koma lima sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah tubuh
dan empat koma tiga sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati
kedua mata. Bentuk luka menyerupai garis lurus dengan ukuran panjang
lima sentimeter dan lebar nol koma satu sentimeter. Warna pada daerah
luka tampak kemerahan, berbatas tegas.
Luka ketiga: satu buah luka lecet gores di dagu sebelah kiri, luka berjarak
satu koma tujuh sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah tubuh dan
delapan sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua mata.
Bentuk menyerupai garis lurus dengan ukuran panjang nol koma tiga
sentimeter dan lebar nol koma dua sentimeter. Warna pada daerah luka
tampak kemerahan, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan.
Luka keempat: satu buah luka memar di leher kiri bagian belakang,
Bentuk luka bulat dengan ukuran panjang satu sentimeter dan lebar satu
sentimeter. Warna pada daerah luka tampak kemerahan, berbatas tegas,
terdapat nyeri tekan.
e. Diagnosis Kerja :
Damage
A-1
A-2
: Tidak ada
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Permintaan Visum
1a
II b
1b
1c
C. Hasil Pemeriksaan
Telah dilakukan pemeriksaan didapatkan empat buah luka. Terdapat dua
buah luka memar pada pipi kiri dan leher kiri bagian belakang, dan
sebanyak dua buah luka lecet gores pada pipi kiri bagian bawah dan dagu
kiri.
Luka pertama satu buah luka memar pada pipi kiri, luka berjarak lima
sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah tubuh dan tiga koma delapan
sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua mata. bentuk luka
tidak beraturan dengan ukuran luka panjang satu koma dua sentimeter dan
lebar nol koma tujuh sentimeter. Warna pada daerah luka tampak kemerahan
dan terdiri atas kulit yang masih utuh, berbatas tidak tegas, daerah di dalam
garis batas luka terlihat sedikit menonjol (bengkak), terdapat nyeri tekan.
Luka kedua satu buah luka lecet gores pada pipi kiri bagian bawah, luka
berjarak dua koma lima sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah tubuh
dan empat koma tiga sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati
kedua mata. Bentuk luka menyerupai garis lurus dengan ukuran panjang
lima sentimeter dan lebar nol koma satu sentimeter. Warna pada daerah luka
tampak kemerahan, berbatas tegas.
Luka ketiga satu buah luka lecet gores di dagu sebelah kiri, luka berjarak
satu koma tujuh sentimeter di sebelah kiri dari garis tengah tubuh dan
delapan sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua mata.
Bentuk menyerupai garis lurus dengan ukuran panjang nol koma tiga
sentimeter dan lebar nol koma dua sentimeter. Warna pada daerah luka
tampak kemerahan, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan.
Luka keempat satu buah luka memar di leher kiri bagian belakang, Bentuk
luka bulat dengan ukuran panjang satu sentimeter dan lebar satu sentimeter.
Warna pada daerah luka tampak kemerahan, berbatas tegas, terdapat nyeri
tekan.
D. Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Permintaan Visum
dengan nomor B/82/VI/2016/SPK terhadap seorang perempuan yang
bernama Umi Aruwati Ningsih, usia lima puluh tiga tahun pada hari minggu
tanggal dua belas bulan Juni tahun dua ribu enam belas pukul tiga belas
lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Tengah bertempat di
Instalasi Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Dari hasil
pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa korban datang dengan kesadaran
baik, status vital dalam keadaan normal dan ditemukan dua buah luka
memar pada pipi kiri dan leher kiri bagian belakang, dan dua buah luka lecet
gores pada pipi kiri bagian bawah dan dagu akibat kekerasan benda tumpul.
Selanjutnya pada korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain. Luka
yang didapat oleh pasien ini diakibatkan oleh trauma benda tumpul di mana
terjadi kerusakan pada lapisan epidermis kulit, dibawah kulit dan pembuluh
darah kecil sekitar kulit.
Dari aspek medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan
dalam merinci luka dan kecederaan adalah untuk dapat membantu
merekonstruksi peristiwa penyebab terjadinya luka dan memperkirakan
derajat keparahan luka. Luka memar pada korban tidak menganggu aktivitas
dalam pekerjaan sehari-hari serta luka memar tersebut dapat sembuh
sehingga dapat digolongkan ke dalam derajat luka ringan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
Traumatologi Forensik
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksudkan dengan
luka adalah suatu keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat
kekerasan. (1)
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat:1, 2
1. Mekanik :
-
2. Fisika :
-
Suhu
Akustik
Radiasi
3. Kimiawi :
-
atau merobek
pembuluh
darah
10
11
12
terjadi ini adalah akibat robekan jaringan dan bukan karena terpotongnya jaringan.
(1)
13
pada tubuh pasien tidak ada yang membutuhkan pemeriksaan penunjang lain
seperti foto x-ray dan sebagainya. Dari hasil gabungan antara anamnesis dan
pemeriksaan fisik ditariklah beberapa kesimpulan antara lain luka pada pasien
didapatkan karena trauma benda tumpul dan didapatkan assessment yaitu luka
memar pada bagian pipi kiri dan leher kiri bagian belakang dan luka lecet gores
pada pipi kiri bagian bawah dan dagu kiri.
D. PENATALAKSANAAN
Pada pasien ini tidak mendapatkan perawatan karena luka memar yang
dialami pasien tidak parah sehingga tidak memerlukan penanganan yang lebih
lanjut seperti dijahit ataupun pemberian antibiotik. Perawatan luka karena
mengalami luka memar dapat diberikan perawatan dengan memberikan kompres
air dingin dan pertahankan selama kurang lebih 10 menit dan diberikan sedikit
tekanan untuk mengurangi pembengkakan. Dua hari setelah trauma gunakan
kompres air hangat selama kurang lebih 20 menit tiga kali sehari. 7,8,9
E. KOMPLIKASI
Secara umum luka memar tanpa komplikasi dapat membaik dalam waktu
lebih dari dua minggu. Prognosis bagi pasien ini baik.3,4
Komplikasi dari luka memar sendiri bisa terjadi jika perdarahan dalam yang
dialami pasien cukup massive yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi,
contohnya jika memar didapatkan pasien pada abdomen sedangkan didalam tubuh
sudah terjadi perdarahan massive akibat kerasnya cedera yang dialami pasien
sehingga organ dalam tubuh menjadi rupture contohya rupture limpa. 7,8
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya komplikasi.
F. PROGNOSIS
Secara umum pada luka memar prognosis baik maupun buruk tergantung
pada tempat terjadinya luka memartersebut dan usia orang yang terkena luka
14
memar tersebut. Sebagai contoh jika memar yang terjadi pada lutut tentunya
prognosisnya lebih baik dibandingkan jika luka memar yang terjadi pada kepala
terutama jika pasien mengalami muntah maupun pusing setelah terkena cedera.
Prognosis bagi pasien ini baik.7,8
G. ASPEK MEDIKOLEGAL
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk
mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat parahnya luka atau sakit tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi rumusan delik dalam Undang-Undang.
Maka jelaslah disini bahwa pemeriksaan kedokteran forensik tidak ditujukan
untuk pengobatan.(1)
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. VeR
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medic yang tertuang di
dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti
barang bukti.(1)
Penentuan Derajat Luka
Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR
perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum, VeR
dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat
memenuhi delik rumusan dalam KUHP. Penentuan derajat luka sangat tergantung
pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman, keterampilan,
keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya. Suatu
perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial
dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka
panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim
dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan
rasa keadilan.10
15
16
Pasal 354 12
1. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
Pasal 355 12
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga
tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana
maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan),
dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun).
Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk
penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal 352 (2)
KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat. Setiap kecederaan
harus dikaitkan dengan ketiga pasal tersebut. Untuk hal tersebut seorang dokter
yang memeriksa cedera harus menyimpulkan dengan menggunakan bahasa awam,
termasuk pasal mana kecederaan korban yang bersangkutan.(10)
Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam
pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian,
diancam, sebagai penganiayaan ringan. Jadi bila luka pada seorang korban
diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau
komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori tersebut.10
Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan sedang sebagaimana
diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit.
Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati penyakit akibat
17
18
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Permintaan Visum dengan
nomor B/82/VI/2016/SPK terhadap seorang perempuan yang bernama Umi
Aruwati Ningsih, usia lima puluh tiga tahun pada hari minggu tanggal dua belas
bulan Juni tahun dua ribu enam belas pukul tiga belas lewat tiga puluh menit
Waktu Indonesia Bagian Tengah bertempat di Instalasi Forensik Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa korban
datang dengan kesadaran baik, status vital dalam keadaan normal dan ditemukan
dua buah luka memar pada pipi kiri dan leher kiri bagian belakang, dan dua buah
luka lecet gores pada pipi kiri bagian bawah dan dagu akibat kekerasan benda
tumpul. Selanjutnya pada korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain.
Luka yang didapat oleh pasien ini diakibatkan oleh trauma benda tumpul di mana
terjadi kerusakan pada lapisan epidermis kulit, dibawah kulit dan pembuluh darah
kecil sekitar kulit.
Dari aspek medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam
merinci luka dan kecederaan adalah untuk dapat membantu merekonstruksi
peristiwa penyebab terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka.
Luka memar pada korban tidak menganggu aktivitas dalam pekerjaan sehari-hari
serta luka memar tersebut dapat sembuh sehingga dapat digolongkan ke dalam
derajat luka ringan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Derajat
Luka.
Majalah
Kedokteran
Indon.
April
2010;60(4):188-95.
11. Indris A. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Binarupa
Aksara
12. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab IX pasal 90 serta Bab
XX pasal 351 dan 352.
21