Anda di halaman 1dari 5

Membuka Lahan Kebun Tanpa Bakar

11:00 WIB | Rabu, 08 Januari 2014

Membuka lahan tanpa bakar adalah amanah UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan Pasal 26.
Dengan cara ini berarti menghindari meningkatnya jumlah emisi CO2, salah satu emisi gas rumah kaca
(GRK) yang menyebabkan pemanasan global.
Kebakaran hutan dan lahan
n di Indonesia meningkat selama sepuluh tahun terakhir ini, sebagian
besar disebabkan oleh ulah manusia (yang disengaja atau karena lalai) juga karena kondisi yang
sangat kering sebagai pengaruh terjadinya perubahan iklim global/makro yang melanda wilayah
Indonesia. Kebakaran hutan menjadi ancaman tersendiri bagi negara yang bersangkutan maupun
dunia secara umum. Telah dipahami bahwa hutan memegang peranan yang penting bagi
keseimbangan hidup di bumi. Rusaknya hutan akan berdampak pada keberlangsungan semua
makhluk hidup termasuk manusia. Oleh sebab itu, kelestarian hutan bukanlah sebuah pilihan tetapi
sebuah keharusan. Angka statistik menunjukkan adanya fakta bahwa areal hutan hari demi hari
semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah kebakaran, baik itu
itu yang terjadi secara alamiah
maupun karena ulah manusia yang sedang membuka hutan/lahan untuk usaha pertanian ataupun
perkebunan. Langkah penanggulangan kerusakan dan kebakaran hutan tentunya jangan membuka
lahan/hutan untuk keperluan pertanian/perkebunan
pertanian/perkebunan dengan cara dibakar. Bila hal ini tetap dilakukan
bukan hal yang tak mungkin kelak bumi bukan lagi planet yang nyaman untuk dihuni manusia tetapi
menjadi bumi yang panas membara.
Penyebab Kebakaran
Dalam banyak kasus, kebakaran hutan juga berawal dari kesengajaan
kesengajaan manusia melakukan
pembakaran hutan dan lahan yang akan dipergunakan untuk hutan tanaman industri (HTI),
perkebunan, ladang, penggembala/pemburu yang ingin merangsang tumbuhnya rumput, pengusir

lebah dari sarangnya oleh peternak lebah/pengumpul madu dan para perambah hutan. Pembakaran
juga dilakukan pada lahan pertanian/perkebunan untuk membersihkan daun kering tanaman, sisasisa panen serta limbah tanaman pada calon lokasi lahan perkebunan/pertanian dalam kegiatan
persiapan lahan. Karena kebakaran biasanya dilakukan pada musim kemarau dan kurang diawasi
sehingga api mudah merambat ke kawasan hutan dan lahan sekitar yang menyebabkan kerugian
baik ekologis maupun ekonomis. Selain ulah manusia, kebakaran hutan dan lahan, dapat pula
terjadi pada musim hujan yang disebabkan karena kejadian alam yaitu halilintar/petir menyambar
pohon yang bertajuk dalam keadaan basah (pohon pinus) sehingga menimbulkan kebakaran tajuk
yang hebat pada hutan pinus.
Manfaat Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran
Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang bila dikelola dengan baik dan benar akan
sangat bermanfaat bagi pembangunan nasional khususnya pelestarian lingkungan. Namun
demikian pengelolaan hutan dan lahan sering diabaikan yang mengakibatkan terjadinya bencana
dan gangguan seperti kebakaran hutan, banjir dan tanah longsor sehingga merusak lingkungan,
menurunkan produksi dan menghambat pelestariannya.
Beberapa manfaat pembukaan lahan tanpa pembakaran adalah: 1) tidak menimbulkan polusi asap;
2) menurunkan emisi gas rumah kaca (terutama CO2) yang berdampak negatif pada perubahan
iklim yang berpengaruh pada stabilitas ekosistem, aktifitas transportasi, komunikasi dan kesehatan
manusia; 3) memperbaiki bahan organik tanah, kadar air dan kesuburan tanah terutama di areal
yang sudah pernah ditanami sehingga menurunkan kebutuhan pupuk organik; 4) dalam jangka
panjang pembukaan lahan tanpa pembakaran akan menjamin kesinambungan secara ekonomi dan
ekologi; 5) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekeringan yang akan berdampak
langsung kepada produksi tanaman, akibatnya hasil panen akan mengalami penurunan; dan 6)
untuk pemulihan kualitas lingkungan yang berbasis pembangunan berkelanjutan.
Menghindari Meningkatnya Gas Rumah Kaca (GRK) Khususnya CO2
Gas rumah kaca (GRK) adalah gas yang memiliki sifat seperti rumah kaca yaitu meneruskan radiasi
gelombang pendek atau cahaya matahari tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang
panjang yang dipancarkan bumi yang bersifat panas sehingga meningkatkan suhu atmosfir bumi.
Secara teoritis gas rumah kaca (GRK) di atmosfir bumi sangat penting, karena gas tersebut
membuat iklim bumi menjadi hangat dan stabil. Tanpa GRK di atmosfir, suhu permukaan bumi
diperkirakan mencapai -18 derajat Celcius. Tapi bila GRK di atmosfir bumi berlebihan, maka akan

berdampak buruk, karena panas yang dipantulkan kembali ke muka bumi akan lebih banyak
sehingga suhu bumi makin panas. GRK yang perlu mendapat perhatian adalah: 1) Karbon dioksida
(CO2). Karbon dioksida sangat diperlukan tanaman untuk keperluan fotosintesis guna pembentukan
karbohidrat. Namun dalam kondisi berlebihan, CO2 ikut berperan dalam peningkatan efek rumah
kaca. Menurut perhitungan, CO2 mempunyai pengaruh paling besar terhadap pemanasan global
dibandingkan dengan GRK lainnya. Sekitar 50% pemanasan global disebabkan oleh CO2 dan
sisanya oleh GRK yang lain.
Emisi CO2 terbesar berasal dari penebangan dan pembakaran hutan, terutama dari negara-negara
sedang berkembang di sekitar khatulistiwa. Sebagian dari CO2 akibat penggundulan hutan diikat
oleh vegetasi hutan yang tumbuh kembali atau dari hutan yang masih tersisa. Selebihnya CO2
diemisikan ke atmosfir dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Karbon dioksida adalah salah
satu GRK yang konsentrasinya di atmosfir mendapat prioritas untuk diturunkan. Ketika revolusi
industri baru dimulai, konsentrasi CO2 di atmosfir hanya 290 ppmv (part per million volume), dan saat
ini konsentrasinya telah meningkat yang disebabkan karena tidak seimbangnya antara besarnya
sumber emisi (source) dan daya rosotnya. Dengan membuka lahan tanpa bakar, berarti kita
menghindari meningkatnya jumlah emisi CO2 merupakan salah satu emisi gas rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global.
Membuka Lahan Tanpa Bakar
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 pasal 26 tentang Perkebunan, juga telah
diamanatkan bahwa setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan
dengan cara pembakaran yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi
lingkungan. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta teknis pelaksanaan dalam pembukaan
lahan tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara yang digunakan.
Untuk membuka lahan tanpa bakar pada areal hutan/semak belukar, hampir sama dengan cara
pembukaan lahan tanpa bakar pada areal peremajaan kelapa sawit. Pekerjaan dan alat yang
dipergunakan serta teknis pelaksanaannya tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara yang
digunakan. Ada tiga cara membuka lahan pada areal belukar yaitu cara manual, mekanis dan
kombinasi antara manual-mekanis-khemis.
Cara manual, yaitu kegiatan pembukaan lahan dengan tahapan sebagai berikut: 1) Membabat
rintisan yaitu memotong dan membabat vegetasi dengan menggunakan parang; 2) Menebang dan
merencek (mencincang) batang kayu yang besar dengan menggunakan parang, kapak atau gergaji;

3) Membuat pancang jalur, yaitu jalur tanam yang dibuat menurut jarak antar barisan tanaman, yang
dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan jalur tanam; 4) Membersihkan jalur tanam, yaitu
membersihkan hasil rencekan yang ditempatkan di antara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di
kiri-kanan pancang, sehingga didapatkan jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan.
Cara mekanis, cara ini dilakukan untuk areal yang memiliki topografi datar dan berombak. Cara
penebangan umumnya dilakukan dengan traktor dengan tahapan sebagai berikut: 1) Membabat
rintisan, yaitu membabat semak dan kayu yang mempunyai ketinggian 40 cm; 2) Menebang, yaitu
menebang pohon yang besar maupun yang kecil dengan menggunakan traktor. Penebangan
sebaiknya dengan diikuti penumbangan pohon berikut akarnya. Pohon ditebang ke arah luar agar
tidak menghalangi jalannya traktor; 3) Merencek, dilakukan dengan memotong dan mencincang
(merencek) cabang dan ranting pohon yang telah ditebang; 4) Membuat pancang jalur yang dibuat
menurut arah antar barisan tanaman yang dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan jalur
tanam; 5) Membersihkan jalur tanam, dengan membuang hasil rencekan batang/pohon dan
ditempatkan pada lahan di antara jalur tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang.
Cara kombinasi antara manual-mekanis-khemis, cara ini dapat dikombinasikan dengan cara khemis
melalui pemanfaatan herbisida pada saat pembukaan lahan perkebunan maupun saat penanaman
melalui penyemprotan semak belukar dengan menggunakan paraquat, triasukfuron, gilifosfat
maupun jenis bahan kimia lainnya. Dengan memperhatikan aspek kesehatan serta lingkungan dan
dalam penggunaannya dilaksanakan dengan bijaksana sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Pemanfaatan Limbah Pembukaan Lahan
Limbah hasil penebangan/rencekan semak belukar dapat dimanfaatkan sebagai kompos, dengan
cara pembuatannya sebagai berikut:
1. Bahan-bahan dan komposisi terdiri dari: a) limbah hasil tebangan berupa serasah yang
terdiri dari paku-pakuan dan gulma sebanyak 80%; b) pupuk kandang (10%); c) dedak/bekatul
(10%); d) EM 4 (100 ml); e) Molase/gula 25 gram.
2.

Cara pembuatan sebagai berikut: a) Limbah hasil tebangan dicampur dengan pupuk

kandang dan dedak; b) EM4, molase/gula dan air, kemudian dilarutkan; c) campuran 1 diaduk
dengan campuran 2 kemudian ditutup pakai plastik; d) setelah tiga hari diaduk supaya
prosesnya sempurna, kemudian ditutup kembali; dan e) setelah warnanya merata kecoklatan
dan gembur, kemudian diangin-anginkan. Setelah dingin/suhunya normal, maka kompos siap
dipakai atau dikemas dalam kantong plastik untuk dipergunakan, disimpan atau dijual.

Apa yang harus diupayakan penyuluh dan kelembagaan penyuluhan?


Agar informasi tentang manfaat buka lahan tanpa bakar ini sampai ke masyarakat khususnya para
petani/pekebun, tentunya perlu dilakukan upaya yang intensif melalui kegiatan penyuluhan.
Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan peran dan tugas tenaga penyuluh pertanian
ditingkatkan terutama dalam menyediakan informasi baik melalui media cetak maupun elektronik
tentang: 1) cara dan manfaat buka lahan tanpa bakar: 2) mensosialisasikan Peraturan Pemerintah
No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan; 3) cara dan pemanfaatan limbah pengolahan lahan/hutan tanpa bakar; 4)
mengupayakan kemudahan akses ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya yang
terkait dengan kebakaran hutan dan pencegahannya; 5) membantu menganalisis dan memecahkan
masalah serta merespon peluang dan tantangan dalam melaksanakan buka lahan/hutan tanpa
bakar dan dampak kebakaran hutan; 6) menumbuhkan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan;
dan 7) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Guna mendukung tugas penyuluh dalam mendampingi petani/pekebun untuk memperoleh informasi
yang akurat, kelembagaan penyuluhan agar berkoordinasi dengan pihak terkait dalam memberikan
pembekalan dan fasilitasi kepada para penyuluh pertanian setempat dengan melakukan kegiatan
sebagai berikut: 1) mencari informasi tentang manfaat buka lahan tanpa bakar; 2) melakukan
pemetaan dan inventarisasi daerah rawan kebakaran baik yang disebabkan oleh ulah/kelalaian
manusia maupun iklim/cuaca; 3) melakukan pemetaan terhadap faktor agronomis di wilayah
kerjanya; 4) melakukan pemetaan dan inventarisasi terhadap wilayah rawan kebakaran hutan/lahan
di wilayah kerjanya; dan 5) melakukan pembinaan/bimbingan teknis dan penyuluhan mengenai
bagaimana mencegah dan kebakaran hutan/lahan agar tidak merusak bio-fisik, lingkungan serta
merugikan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya dan pembangunan nasional umumnya.
Ir. Sri Puji Rahayu, Penyuluh Pertanian Madya/dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai