Anda di halaman 1dari 2

AKU HARUS MENGALAHKANMU!

Tulisan itu kutulis besar-besar pada selembar kertas A4 dengan spidol merah
menyala. Sengaja kutempel tepat di depan meja belajar agar mataku tak pernah lari
dari waktu. Sekalipun waktu telah berlari menjauh tanpa berkata permisi sedikitpun.
Sampai kapanpun tulisan itu akan terus terpampang, kecuali aku telah benar-benar
menjadi seorang pemenang. Begitu tekadku dulu. Meraih penghargaan paling
bergengsi di kota ini. Ambisi gila itu terus saja menggerogoti hati sampai aku tahu
betapa sakitnya kegagalan. Dan sejak itu aku tahu, ternyata kegagalan
membunuhku jauh lebih cepat. Pilihannya hanya dua, menyerah atau menghabisi
semua musuhku dengan cara yang keji.
Seandainya satu milyar orang di dunia mengatakan kau takkan mampu.
Percayalah, ada satu orang di dunia ini yang akan menolaknya habis-habisan. Dan
orang itu adalah aku. Asa, sahabat yang satu ini memang selalu datang dengan
kejutan. Dengan kata-kata yang tak pernah mampu diterima oleh orang-orang yang
sedang berada diujung perjuangannya untuk menyerah. Selalu datang saat langit di
luar mendung. Saat gerhana bulan total, atau setidaknya saat malam tiba.
Terkadang aku membencinya. Aku selalu mengatakan bahwa dia pembohong.
Seseorang yang berlagak seolah tukang ramal sekaligus penulis novel spesialis
happy ending. Apa yang dia katakan hanya membuat orang melesat setinggitingginya lalu jatuh sejatuh-jatuhnya. Dan orang yang paling sering jatuh sejatuhjatuhnya itu aku. Karena dilahirkan menjadi seseorang yang tak memiliki sayap
adalah kenyataan pahit yang harus diterima setiap kali jatuh ke jurang dan tak tahu
bagaimana cara untuk kembali terbang.
Sudah lah, Sa. Aku rasanya ingin menyerah saja. Aku pikir, aku bukan esok dan
hari ini. Aku ingin tetap menjadi kemarin yang hidupnya tenang dan baik-baik
saja, kataku menimpali.
Kamu mampu, Ana. Kamu akan menjadi pemenang Kontes Walikota itu tahun ini.
Prilly, , Sandy, Cinta, dan Katty bukanlah lawanmu. Kau lebih tangguh dari mereka.
Waktumu akan habis sia-sia jika kau gunakan untuk berpikir bagaimana
mengalahkan mereka. Ingat, waktu tidak pernah berjalan mundur. Sambut Asa
sembari menepuk pundakku.
Kamu gila ! Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu, sementara kamu tahu, aku
tak pernah menjadi pemenang dalam hal apapun.
Kan sudah kubilang, mereka bukan musuh yang sepadan untukmu. Kau diciptakan
bukan untuk mereka, tetapi untuk orang yang lebih tangguh.
Sampai kapanpun, aku takkan bisa mengalahkan kecantikan Bella, kecerdasan
Prilly, kekayaan Katty, kekuatan Sandy dan kesempurnaan Cinta. Karena sekali
pecundang selamanya aku tetap pecundang.

Asa mulai tertawa geli, memalingkan muka dan kembali membalikkan mukanya
dengan kelakar yang lebih lepas. Membuatku ingin melempar semua benda-benda
di meja itu ke mukanya. Ada pedang, racun, dan juga bom. Tapi dia sahabatku, aku
tak mungkin melakukannya.
Diamlah kau Asa! Oke, aku tidak meyerah untukmu. Aku akan melanjutkannya dan
kembali melakukan semua kegilaan itu. Membuat racun perusak wajah dan
pembeku otak, serta merancang bom dan stategi menghunuskan pedang dengan
cara yang cerdas.
Kami sama-sama terdiam sejenak. Menatap langit-langit dan lantai secara
bergantian. Hingga Asa menarik tanganku, menuntun lalu memberhentikanku di
depan cermin lemari berukuran 0,5x2 m itu.
Hey lihatlah ! Kamu Gila ! Bukan dengan pedang, panah maupun bom atom
seharusnya kau berjuang. Berpura-pura menjadi pemenang tanpa sebuah
pencapaian itu sia-sia.
Menjadi pemenang dengan menghancurkan lawanmu
adalah kekalahan yang sesungguhnya. Ingat musuhmu bukan mereka.
Dengan arah badan dan pandangan lurus tepat di depan cermin, Asa lalu menarik
dan menegakkan daguku. Dengan sorotan mata tajam kami sama-sama
memantapkan pandangan ke arah depan. Bersitatap melalui pantulan. Sambil terus
mencengkeram daguku Asa berkata, Lihatlah musuhmu yang sebenarnya adalah
seseorang yang ada di dalam bayangan cermin itu. Dan tentunya itu bukan diriku,
apalagi mereka.

Anda mungkin juga menyukai