Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan (makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari
untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan
penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat
dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga sumber energi.
Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu kesehatan bagi manusia
karena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun
mikroba.
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme
dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan
pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada
bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung
dengan sumbersumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu,
saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian
saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba
awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai
jumlah tertentu.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia.
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, TBC,
poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan yang disebabkan
oleh mikroorganisme patogenik seperti Salmonella yang akan dibahas pada
laporan ini.
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan
Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith adalah
penemu sebenarnya dari jenis bakteri ( Salmonella enterica var. choleraesuis)

pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik pada babi. Secara umum
Salmonella dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia.
Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.
2. Salmonella non-tifoid yaitu Salmonella Dublin (sapi),Salmonella
cholera suis(babi),Salmonella gallinarum dan Salmonella pullarum
(unggas), Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius
ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan
tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
Salmonella merupakan penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne disease). Pada umumnya serotype dari
Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Tiga serotype
utama dari Salmonella enteric yaitu : Salmonella thypi, Salmonella
thypimurium, dan Salmonella enteritidis. Salmonella thypi menyebabkan
penyakit demam thypoid karena invasi kuman ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis yang disebabkan oleh keracunan makanan. Gejala demam
typhoid yaitu : demam, mual-mual dan muntah. Inang dari Salmonella thypi
hanya manusia.infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu
hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena
kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat
dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi.
Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan
penyakit yang cukup serius apabila mencemari makanan maupun minuman
yang dikonsumsi manusia. Salmonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk
hidup yang berdarah dingin maupun berdarah panas. Untuk dapat mewaspadai
mikroorganisme ini diperlukan adanya identifikasi Salmonella pada makanan
yang sering dikonsumsi manusia yang pada praktikum ini menggunakan telur
dan jamu sebagai sampel yang diuji.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pemeriksaan Salmonella dalam sampel kuning telur, putih


telur,dan jamu?
1.2.2 Bagaimana hasil identifikasi Salmonella pada kuning telur, putih telur,
dan jamu?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Salmonella pada bahan
makanan dan minuman secara mikrobiologi melalui identifikasi secara
makroskopis, biokimia, dan mikroskopis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pemeriksaan Salmonella pada sampel kuning
telur, putih telur, dan jamu.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hasil identifikasi Salmonella pada kuning
telur, putih telur, dan jamu.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai tambahan referensi sehingga
dapat menambah keterampilan di bidang mikrobiologi khususnya
mengenai teknik identifikasi Salmonella dalam bahan makanan dan
minuman.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1.4.2.1 Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam teknik identifikasi
Salmonella pada bahan makanan dan minuman.
1.4.2.2 Menjadi referensi di bidang ilmu mikrobiologi mengenai teknik
identifikasi Salmonella pada bahan makanan dan minuman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan
Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith adalah

penemu sebenarnya dari jenis bakteri ( Salmonella enterica var. choleraesuis)


pada 1885,yang menyebabkan penyakit enterik pada babi(Pratiwi, 2011).

Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut (Pratiwi,


2011):
1. Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada umumnya
2.
3.
4.
5.

memiliki panjang 2-3 m, dan bergaris tengah antara 0,3 0,6 m ).


Bersifat Gram negatif.
Berkembang biak dengan cara membelah diri.
Tidak berspora dan bersifat aerob.
Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel
perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella

6.

gallinarum dan Salmonella pullorum.


Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak

7.

pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa.


Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan

8.

manosa.
Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau brilian,
natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik
lain, oleh karena itu senyawa senyawa tersebut berguna untuk inklusi

9.

isolate salmonella dari feses pada medium.


Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus), sitoplasma, dan
dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat Gram negatif , maka
memiliki struktur kimia yang berbeda dengan bakteri Gram positif.
Menurut Jawetz et al (dalam Bonang,1982) mengemukakan bahwa

dinding sel bakteri gram negatif mengandung 3 polimer senyawa


mukokompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan (murein). Ketiga
polimer ini terdiri dari :
1. Lipoprotein adalah

senyawa

protein

yang

mempunyai

menghubungkan antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan.

fungsi

2.

Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa fosfolipid


dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekulmolekul lipopolisakarida pada lapisan atasnya (Pratiwi, 2011).

2.2

Klasifikasi Salmonella

Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011) :


Kerajaan : Bacteria
Filum
: Proteobakteria
Kelas
: Gamma proteobakteria
Ordo
: Enterobakteriales
Family
: Enterobakteriaceae
Genus
: Salmonella
Spesies
: Salmonella enterica
Salmonella arizona
Salmonella typhi
Salmonella choleraesuis
Salmonella enteritidis
1.

Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi (Pratiwi, 2011) :


Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok
ini telah beradaptasi pada manusia.

2. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera suis


(babi),Salmonellagallinarum

dan

Salmonella

pullarum

(unggas),

Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba).


Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang
menimbulkan penyakit pada manusia.
2.3 Metode Analisa
Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi
pengujian secara obyektif di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan

yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Dalam

pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji
fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya
tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi
makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi
diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan
suatu makanan, dan uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi
makanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Dalam

hal

ini,

metode

analisa

yang

digunakan

untuk

mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella adalah metode analisa secara


kualitatifyakni bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu bakteri
Salmonella dalam suatu makanan (Sugianto, 2012).
a. Metode Analisa Kualitatif
Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella metode yang
digunakan adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode analisa
kualitatif ini memiliki tahapan tahapan tertentu dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam makanan(Sugianto,
2012).
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella)
pada metode ini adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu
produk

berdasarkan

kemasan

atau

sifat

mikrobiologinya.

Pengujian

mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu kepada persyaratan


makanan yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh sampel pada makanan yakni
Parameter uji mikrobiologi pada mayonnaise yang dipersyaratkan sesuai
Standar Nasional Indonesia dalam pengujian Salmonella(Sugianto, 2012).
Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis
Mikrobiologi (MA PPOM 74/MIK/06) yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi
adanya Salmonella (Sugianto, 2012) :

1.

Pra. Pengkayaan dalam media cair non selektif yang diinkubasi pada
371C selama 18+2jam.

2.

Pengkayaan dalam media cair selektif yang diinkubasi pada 41,5 + 1 C


selama 24 3 jam dalam RVS cair dan 371 C selama 243 jam MKTTn
cair.

3.

Inokulasi & identifikasi dalam 2 media padat selektif, media selektif


pertama diinkubasi pada 371 C selama 243 jam dan dengan media
yang digunakan.

4.

Konfirmasi terhadap identitas Salmonella dengan uji biokimia dan


serologi.
Pada pengujan deteksi Salmonella diguanakan Buffered Peptone

Water (BPW) sebagai media cair non selektif, Muller Kaufimann Tetrathionate
Novobiocin Broth (MKTTn) dan Rappaport Vassiliadis Medium + Soya (RVS)
sebagai media cair selektif, Bismuth Green Agar (BGA) dan Xylose Lysine
Deoxycholate (XLD) media padat selektif untuk mengisolasi Salmonella
(Sugianto, 2012).
b. Uji Salmonella
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella
dalam makanan.Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat
yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri
dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik
pada manusia atau hewan. Bakteri ini bukan indikator sanitasi, melainkan
bakteri indikator keamanan pangan. Artinya, karena semua serotipe Salmonella
yang diketahui di dunia ini bersifat patogen maka adanya bakteri ini dalam
makanan dianggap membahayakan kesehatan.Oleh karena itu berbagai standar
makanan siap santap mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam 25 gram
sampel makanan (Sugianto, 2012).
Salah

satu

contoh

uji

Salmonella

yang

telah

dilakukan

pengidentifikasian yakni pada sampel mayonnaise dengan pustaka syarat yang


telah ditetapkan pada SNI 01-4473-1998 dengan syarat negatif koloni/ 25
gram. Karena mungkin keberadaan Salmonella pada makanan sangat kecil
karena itu tidak dibuat dalam 1 gram tetapi 25 gram. Salmonella adalah bakteri

yang termasuk mikroorganisme yang amat kecil dan tidak terlihat mata.Selain
itu bakteri ini tidak meninggalkan bau maupun rasa apapun pada makanan.
Kecuali jika bahan makanan (daging ayam) mengandung Salmonella dalam
jumlah besar, barulah terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat
sampai kehijauan, berbau busuk). Biasanya bakteri dapat dideteksi melalui
pemeriksaan laboratorium (Sugianto, 2012).
Salmonella bisa terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia
maupun hewan atau makanan hewan. Yang sangat sering sekali terjadi adalah
keracunan Salmonella dari makanan yang mengandung telur mentah (tidak
diolah), seperti mayonaise, es krim dan pudding. Mayonaise biasanya sudah
bersifat asam (pH dibawah 4, Salmonella hidup pada pH 4-9). Pada Mayonaise
ditambahkan asam asetat sebagai cuka. Asam asetat pada mayonaise akan
membunuh Salmonella (Sugianto, 2012).
Makanan yang mudah rusak seperti daging mentah (terutama daging
cincang), daging unggas, ikan, telur, makanan yang mengadung telur mentah
(creme, salat, mayonaise, es krim, pudding, dll) harus segera mungkin
didinginkan atau dibekukan dalam lemari es. Untuk mendeteksi keberadaan
Salmonella dalam makanan dilakukan dalam 4 tahap yaitu pra-pengkayaan non
selektif, pengkayaan selektif, inokulasi dan identifikasi, dan konfirmasi
terhadap identitas Salmonella yang diuji. Berikut ini adalah hasil dari pengujian
Salmonella pada 25 gram sampel mayonnaise (Sugianto, 2012).
Pada pengujian Salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu
sampel yang telah diberi biakan kultur salmonella sebagai pembanding. Dari
pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan RVS diinokulasikanpada media
BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan identifikasi. Pada tahap ini hanya
biakan dari BGA yang berasal dari MKTTn yang menunjukkan pertumbuhan
koloni. Sedangkan pada media XLD tidak ada pertumbuhan koloni.
Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi yaitu uji
biokimia dan uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain sebagai
berikut:
1.

Uji TSIA

Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena
bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi
laktosa dan sukrosa. Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning
ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini
hasil dari fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya
agar.Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna
hitam. TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%,
glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indikator yang menyebabkan perubahan
warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. TSIA juga
mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H 2S, ferro
sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk membedakan bakteri
H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).

2.

Uji Urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba

menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea


menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi merah keunguan. Hasil uji urease negatif jika tidak
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto,
2012).
3.

Uji Dekarboksilasi Lysin


Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine-

Desoxycholate Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella danmemilah


organisme lain dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan
produksi H2S. Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme
enterik kecuali, Shigella, Providencia, Edwardsiella. Pada media ini,
Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang
Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna merah dan Eschericia berwarna
kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Arizona,
Proteus, Aerobacter, Klebsiella,Citrobacter. Begitu banyak mikroba yang dapat
tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah Salmonella pada tahap

awal.Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella


(Sugianto, 2012).
4.

Uji -galaktosidase
Uji -galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis

bakteri seperti Salmonella.Enzim -galaktosidase merupakan enzim yang dapat


mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme
seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain
laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG
(o-nitro-phenyl--D-galactopyranoside), dapat digunakan pula.-galaktosidase
dapat mengkatalisis ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak
berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna
kuning pada larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu
melakukan fermentasi terhadap karbohidrat Streptococcus, Lactobacillus,
Zygomonas,

Saccharomycetes,

Escherichia,

Enterobacter,

Salmonella

(Sugianto, 2012).
5.

Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam

memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam


indetifikasi yang cepat.Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak
terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber
karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam
amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada
protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh
mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto, 2012).
6.

Uji Voges Proskauer


Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri.

Untuk

membedakan

bakteri

Escherichia

coli

dengan

Enterobacteraerogenes.Hasilnya uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna


merah pada medium setelah ditambahkan -napthol dan KOH, artinya hasil
akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin).Salmonella

positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut
(Sugianto, 2012) :
1.

TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H 2S positif atau

2.
3.
4.
5.
6.

negatif.
Hidrolisis urea : negatif
Dekarbosilasi lysine : positif
Reaksi voges proskauer : negatif
Produksi indol : negatif
Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H,
dan Vi.
Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan serologi

didapatkan hasil sebagai berikut(Sugianto, 2012) :


a)
b)
c)
d)
e)
7.

TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif
Hidrolisis urea : positif
Dekarbosilasi lysine : negatif
Reaksi voges proskauer : negatif
Produksi indol : negatif
Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera

polivalen O, H, dan Vi. Karena hasil dari uji biokimia dan uji serologi contoh
atau sampel berbeda dengan hasil kontrol positif, maka koloni yang tumbuh
dari biakan BGA pada contoh bukanlah Salmonella, sehingga hasil dari
pengujian ini dapat dinyatakan sebagai negatif koloni/25 gr. Hasil ini telah
memenuhi syarat seperti pada SNI 01-4473-1998 yang mensyaratkan cemaran
Salmonella pada mayonnaise adalah negatif koloni/25 gr (Sugianto, 2012).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pemeriksaan Salmonella pada Sampel Feses dilaksanakan
secara bertahap. Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum dilakukan
sebagai berikut :
3.1.1 Pembuatan Media Selenite Cystine Broth (SCB)
Hari, tanggal

: Rabu, 20 Maret 2013

Waktu

: Pukul 09.00 12.20 WITA

Tempat

: Laboratorium Kimia dan Laboratorium


Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Denpasar

3.1.2 Pembuatan Media SSA, MCA dan TSIA


Hari, tanggal

: Rabu, 17 April 2013

Waktu

: Pukul 09.00 12.20 WITA

Tempat

: Laboratorium Kimia dan Laboratorium


Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Denpasar

3.1.3 Inokulasi Sampel Feses pada Media SCB


Hari, tanggal
Waktu

: Rabu, 17 April 2013


: Pukul 09.00 12.20 WITA

Tempat

: Laboratorium Bakteriologi dan Kimia Jurusan


Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar

3.1.4 Pengamatan Hasil Inokulasi pada Media SCB serta Inokulasi pada
Media SSA dan MCA
Hari, tanggal

: Kamis, 18 April 2013

Waktu

: Pukul 14.00 WITA s/d selesai

Tempat

: Laboratorium Bakteriologi Jurusan Kesehatan


Lingkungan Poltekkes Denpasar

3.1.5 Pengamatan Hasil Inokulasi pada Media SSA dan MCA dan Penanaman
pada media TSIA
Hari, tanggal

: Senin, 22 April 2013

Waktu

: Pukul 11.00 WITA s/d selesai

Tempat

: Laboratorium Bakteriologi Jurusan Kesehatan


Lingkungan Poltekkes Denpasar

3.1.6 Pengamatan Hasil Inokulasi pada Media TSIA


Hari, tanggal

: Selasa, 23 April 2013

Waktu

: Pukul 11.00 WITA s/d selesai

Tempat

: Laboratorium Bakteriologi Jurusan Kesehatan


Lingkungan Poltekkes Denpasar

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
3.2.1.1 Gelas beaker 50 ml
3.2.1.2 Spatel
3.2.1.3 Gelas ukur 250 ml
3.2.1.4 Neraca analitik
3.2.1.5 Batang pengaduk
3.2.1.6 Botol semprot
3.2.1.7 Erlenmeyer 500 ml
3.2.1.8 Autoclave
3.2.1.9 Api bunsen
3.2.1.10 Ose
3.2.1.11 Ose jarum
3.2.1.12 Tabung reaksi
3.2.1.13 Rak tabung reaksi
3.2.1.14 Plate
3.2.1.15 Pipet ukur 5 ml
3.2.1.16 Pipet tetes

3.2.1.17 Bola hisap


3.2.1.18 Aluminium foil
3.2.1.19 Kapas lemak
3.2.1.20 Kertas koran
3.2.1.21 Benang pulung
3.2.1.22 Inkubator
3.2.1.23 Label
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Salmonella Shigella Agar Powder
3.2.2.2 Mac Conkey Agar Powder
3.2.2.3 Selenite Cystine Broth Powder
3.2.2.4 Aquadest
3.2.2.5 Aquadest steril
3.2.2.6 Sampel feses

3.3 Langkah Kerja


3.3.1 Bagan Langkah Kerja

SCB
Pembuat
an
Media

MCA
SSA
TSIA

Sampel

Pemeriksaa
n

Feses
Inokulasi Sampel pada
Media SCB
Inokulasi Sampel positif
pada
Media MCA
dan SSA
Pengamatan
koloni
bakteri pada media MCA
dan SSA dan Penanaman
pada media TSIA
Pengamatan hasil dari
media TSIA

3.3.2 Langkah Kerja


A. Pembuatan Media SCB
1. Ditimbang bubuk media SCB sebanyak 3,8 g dengan neraca
analitik.
2. Dilarutkan dengan aquadest steril sebanyak 200 ml di dalam
erlenmeyer sambil diaduk hingga homogen.
3. Ditutup dengan kapas berlemak lalu dipanaskan dengan kompor
listrik hingga media larut sempurna.
4. Dipipet media SCB sebayak 10 ml dengan pipet ukur, lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi steril, lalu ditutup dengan kapas
lemak.
5. Media siap digunakan.
B. Pembuatan media MCA
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label pada
erlenmeyer dan plate yang akan digunakan.
2. Ditimbang bubuk MCA sebanyak 10,2 gram dengan neraca
analitik.
3. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 200 ml di dalam erlenmeyer
sambil diaduk.
4. Ditutup erlenmeyer dengan kapas berlemak lalu dipanaskan sampai
media larut sempurna.
5. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 0C selama 15
menit.

6. Didinginkan media hingga suhu 40 o C.


7. Dituangkan media ke dalam plate.
8. Media siap digunakan.
C. Pembuatan media SSA
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label pada
erlenmeyer dan plate yang akan digunakan.
2. Ditimbang bubuk SSA sebanyak 12,6 gram dengan neraca
analitik. Alat-alat laboratorium yang digunakan harus steril.
3. Dilarutkan dengan aquadest steril sebanyak 200 ml di dalam
erlenmeyer sambil diaduk.
4. Ditutup erlenmeyer dengan kapas berlemak lalu dipanaskan sampai
media larut sempurna.
5. Didinginkan media hingga suhu 40 o C.
6. Dituangkan media ke dalam petridisk steril.
7. Biarkan media hingga memadat, lalu media siap digunakan
D. Pembuatan Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label pada
erlenmeyer dan tabung reaksi yang akan digunakan.
2. Ditimbang bubuk TSIA sebanyak gram dengan neraca analitik.
3. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 50 ml di dalam erlenmeyer
sambil diaduk.
4. Ditutup erlenmeyer dengan kapas berlemak lalu dipanaskan sampai
media larut sempurna.
5. Didinginkan media hingga suhu 40 o C.
6. Dipipet media sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
7. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 0C selama 15
menit.
8. Media diletakkan pada posisi dimiringkan lalu dibiarkan media
hingga memadat.
9. Media siap digunakan.
E. Inokulasi Sampel Feses pada Media SCB (Pengayaan)
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sampel feses diambil sebanyak 1-2 ose lalu diinokulasikan pada
media SCB.
3. Diberi label berupa identitas sampel yang jelas pada tabung reaksi.

4. Diinkubasi media menggunakan incubator pada suhu 37 o C selama


24 jam.
5. Setelah waktu inkubasi, diamati apakah terbentuk kekeruhan pada
sampel. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya kekeruhan
dari sampel setelah diinkubasi. Hasil positif ini kemudian akan
dilanjutkan pada proses selanjutnya.
F. Inokulasi Sampel Feses Hasil Pengayaan pada Media SCB ke Media
MCA dan SSA (Penanaman pada media selektif)
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sampel feses dari hasil pengayaan pada media SCB diinokulasikan
1 ose ke dalam media MCA dan SSA. Pengerjaan dilakukan di
dekat api bunsen dengan metode cawan gores (streak plate).
3. Diberi label identitas sampel yang jelas pada media.
4. Diinkubasi media yang telah diinokulasikan menggunakan
incubator pada suhu 37o C selama 24 jam. Setelah waktu inkubasi,
diamati ciri-ciri koloni bakteri yang tumbuh pada media. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya koloni bening pada media
SSA dan koloni merah bata pada media MCA. Hasil koloni positif
ini diamati secara makroskopis.
G. Penanaman Koloni Positif dari Media MCA dan SSA ke media
TSIA (Uji Biokimia)
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Koloni positif dari media MCA dan SSA ditumbuhkan pada media
TSIA untuk uji biokimia. Diambil satu ose dari koloni positif
menggunakan ose jarum lalu ditusukkan hingga mencapai 2/3
bagian media. Ose kemudian ditarik dan pada bagian slant media,
koloni ditanam dengan cara digoreskan.
3. Diberi label identitas sampel yang jelas pada media.
4. Diinkubasi media yang telah diinokulasikan menggunakan
incubator pada suhu 37o C selama 24 jam. Setelah waktu inkubasi,
diamati ciri-ciri koloni bakteri yang tumbuh secara makroskopis,
dan diamati perubahan yang terjadi pada media.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Sampel
NO

GAMBAR

KETERANGAN

Sampel putih telur

Sampel kuning telur

Sampel jamu

Suspensi putih telur

Suspensi kuning telur

Suspensi jamu

4.1.2 Media
NO

GAMBAR

KETERANGAN

Media SCB (Selenite Cystine


Broth)

Media MCA (Mac Conkey


Agar)

Media SSA (Salmonella


Shigella Agar)

4.1.3 Hasil Uji


No

Gambar

Tahapan Uji

Keterangan Hasil

Inokulasi

Setelah diinkubasi pada suhu

sampel putih 37oC selama 24 jam pada


dan

kuning media Selenite Cystine Broth

telur

pada menunjukkan warna kuning

media SCB

kekeruhan

karena

adanya

pertumbuhan bakteri.
Sedangkan pada sampel putih
telur

hanya

gelembung

muncul

udara

pada

dinding tabung.

Inokulasi

Setelah diinkubasi pada suhu

sampel jamu 37oC selama 24 jam pada


pada

media media tersebut menunjukkan

SCB

warna

kekeruhan

karena

adanya pertumbuhan bakteri


dan

timbulnya

gelembung-

gelembung pada bagian atas


media Selenite Cystine Broth.
3

a. Inokulasi sampel putih telur

Setelah diinkubasi pada suhu


Inokulasi
pada media
MCA

37oC selama 3 x 24 jam


diperoleh

hasil

sebagai

berikut:
a. Sampel putih telur :
Pada media MCA tidak
terdapat

pertumbuhan

koloni

bakteri.

Warna

media

tetap

seperti

keadaan semula

b. Inokulasi sampel kuning


b. Sampel kuning telur :
Pada
media
MCA

telur

tumbuh koloni bakteri


tua tertutup jamur yang
berwarna kuning serta
tampak

warna

kehitaman. Warna media


MCA berubah menjadi
kuning.

c. Inokulasi sampel jamu

c. Sampel jamu :
Pada
media

MCA

ditumbuhi koloni bakteri


tua yang tertutupi oleh
jamur

dan

berwarna

kuning keemasan. Warna


media berubah menjadi
kuning.

a. Inokulasi sampel putih telur

Inokulasi

Setelah diinkubasi pada suhu

sampel pada

37oC selama 3 x 24 jam

media SSA

diperoleh

hasil

sebagai

berikut:
a. Sampel putih telur
Pada media SSA

tidak

ditumbuhi

bakteri/tidak

terdapat

pertumbuhan

koloni bakteri. Warna media


tetap
b. Inokulasi sampel kuning
telur

seperti

keadaan

semula.
b. Sampel kuning telur

Pada media SSA ditumbuhi


koloni bakteri tua tertutup
jamur dan berwarna kuning
keemasan.
SSA

Warna

berubah

media
menjadi

kuning.
c. Sampel jamu
c. Inokulasi sampel jamu

Pada media SSA ditumbuhi


koloni

bakteri

berwarna

kuning keemasan tertutupi


jamur dan terdapat warna
kehitaman

di

dasar

koloninya.

Warna

media

SSA

berubah

menjadi

kuning.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemeriksaan Salmonella pada Sampel Kuning Telur, Putih Telur,
dan Jamu
Pemeriksaan dan identifikasi bakteri Salmonella dapat dilakukan dengan
mengisolasi dari bahan makanan. Bahan makanan yang umum diisolasi adalah
daging dan telur yang tidak diolah dengan baik. Pada praktikum ini sampel
yang digunakan adalah telur mentah dan jamu .
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba. Mikroba dari air, udara maupun kotoran ayam dapat masuk ke
dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur. Telur yang telah
dipecah akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih
mudah rusak dibandingkan dengan telur yang masih utuh. Tanda-tanda
kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah sebagai berikut :

1. Perubahan fisik, yaitu penurunan berat, pembesaran kantung


udara di dalam telur, pengenceran putih dan kuning telur.
2. Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
3. Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri
pembentuk wama, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
4. Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Isolasi Salmonella pada praktikum ini, dilakukan dengan pemisahan
antara

kuning

dengan

putih

telur.

Bakteri

Salmonella

dapat

mengkontaminasi telur jauh sebelum cangkang terbentuk. Sebenarnya,


bakteri ini tidak biasa masuk ke dalam telur. Bakteri ini mengkontaminasi
telur apabila cangkang dan membran telur yang melindungi kuning telur
rusak atau pecah, kuning telur ini merupakan satu-satunya tempat pada
telur dimana bakteri ini bisa hidup. Salmonella biasa hidup dalam sel telur
ayam betina.
Dalam isolasi ini, sampel kuning telur, putih telur, dan jamu
diinokulasi pada media Selenite Cystine Broth. Media Selenite Cystine
Broth ini merupakan salah satu media yang berdasarkan fungsinya
merupakan media encrichment yaitu media yang dapat menunjang
pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa karena
memerlukan

beberapa

nutrisi

pengaya

yang

dapat

menyokong

pertumbuhannya. Media ini tergolong enrichment eksklusif media yaitu


media penyubur eksklusif untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella
sp.
Hasil positif yang ditunjukkan oleh sampel kuning telur, putih telur,
dan jamu pada media Selenite Cystine Broth yang ditandai dengan adanya
kekeruhan pada media diinokulasi kembali pada media Salmonella
Shigella Agar (SSA) dan Mac Conkey Agar (MCA). Media Mac Conkey
Agar (MCA) merupakan media selektif deferensial bagi mikroba. Media
ini menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam
empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram negatif yang
tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan
laktosa. Pertumbuhan koloni bakteri Salmonella pada Mac Conkey Agar
(MCA) adalah serupa dengan media yaitu berwarna merah bata.

Sedangkan media Salmonella Shigella Agar (SSA) adalah media yang


digunakan untuk tumbuh kembang bakteri Salmonella dan Shigella.
Media

ini

tergolong

media

selektif

untuk

pengisolasian

bakteri

Salmonella dan Shigella. Media ini mengandung bile salt, brilliant green,
sitrat, dan thiosulfate yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
bakteri gram positif, beberapa gram negatif lainnya, dan bakteri coliform
sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella dan Shigella.
Pertumbuhan bakteri Salmonella pada media ini muncul sebagai koloni
tidak berwarna (bening) dan jika terjadi produksi H 2S oleh spesies
Salmonella mengubah pusat koloni menjadi berwarna hitam.
4.2.2 Hasil Identifikasi Salmonella pada Kuning Telur, Putih Telur, dan
Jamu
Pengujian terhadap bakteri Salmonella dengan sampel kuning telur, putih
telur, dan jamu pada praktikum ini dilakukan dengan metode konvensional.
Metode ini dilakukan melalui serangkaian tahapan. Tahapan pertama pada
prakikum ini yaitu penanaman sampel kuning telur, putih telur, dan jamu pada
media Selenite Cystine Broth. Pada media Selenite Broth didapatkan hasil
positif pada sampel kuning telur dan jamu yang ditandai dengan adanya
kekeruhan pada media setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Kekeruhan tersebut diakibatkan karena perkembangbiakan bakteri pada
inokulasi di media ini. Sedangkan sampel putih telur hanya muncul
gelembung pada dinding tabung. Namun, hasil ini tetap dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Dari hasil positif tersebut, kemudian diinokulasikan pada media
Mac Conkey Agar dan media Salmonella Shigella Agar dengan metode cawan
gores. Setelah inokulasi dilakukan, media diinkubasi pada inkubator selama
3 24 jam dengan suhu inkubasi sebesar 37oC. Pada sampel kuning telur,
media Mac Conkey Agar ditumbuhi koloni bakteri tua tertutup jamur yang
berwarna kuning serta tampak warna kehitaman akibat pertumbuhan strain
kuman tertentu. Pada pengamatan media hasil inokulasi sangat sulit
diidentifikasi bentuk, ukuran maupun ciri-ciri spesifik koloni karena waktu
inkubasi sangat melebihi batas yaitu 3 24

jam. Koloni yang tampak

hanyalah koloni tua yang tertutupi jamur. Sedangkan koloni yang tumbuh

pada media Salmonella Shigella Agar adalah koloni bakteri tua tertutup jamur
dan berwarna kuning keemasan. Sampel kuning telur ini dikatakan positif
terdapat bakteri Salmonella. Sampel kuning telur yang digunakan adalah
kuning telur yang busuk sehingga sangat berpotensi untuk ditemukannya
bakteri Salmonella. Sedangkan sampel putih telur tidak tumbuh koloni pada
media Mac Conkey Agar dan Salmonella Shigella Agar. Warna kedua media
tidak mengalami perubahan yaitu berwarna merah transparan. Dimana sampel
putih telur ini memiliki peluang yang kecil untuk dapat ditumbuhi bakteri
Salmonella. Inokulasi positif sampel jamu pada media Mac Conkey Agar
membentuk koloni bakteri tua yang tertutupi oleh jamur dan berwarna
orange/kuning keemasan. Jamur terbentuk dari adanya waktu inkubasi yang
melebihi batas yaitu 3 24 jam. Bentuk koloni dan permukaannya sangat sulit
diamati karena tertutupi jamur. Sedangkan pada media Salmonella Shigella
Agar terbentuk koloni bakteri berwarna kuning keemasan tertutupi jamur dan
terdapat warna kehitaman di dasar koloninya. Warna hitam tersebut muncul
akibat pertumbuhan strain kuman tertentu. Sehingga jamu tersebut positif
terdapat bakteri Salmonella.
Beberapa hal yang menyebabkan ditemukannya bakteri Salmonella pada
jamu olahan industri rumah tangga yaitu sebagian besar jamu yang diproduksi
masyarakat masih dibuat secara tradisional menggunakan peralatan sederhana.
Beberapa faktor yang menyebabkan cemaran mikrooganisme pada jamu
adalah penggunaan bahan mentah yang mungkin tercemar atau tidak segar,
proses pengolahan yang tidak sempurna, pekerja yang tidak higienis atau
menderita infeksi, umur simpan yang sudah melebihi batas dan sebagainya.
Beberapa mikroba patogen yang perlu diwaspadai dapat
mengkontaminasi jamu adalah kapang penghasil mikotoksin (Claviceps,
Fusarium, Penicillium, Aspergillus flavus, dan A. parasiticus), kamir
(Shizosaccharomyces dan Kloeckera) yang merupakan kamir tanah sehingga
sering mengkontaminasi bahan rempah-rempah. Berikutnya adalah kelompok
bakteri pembentuk spora, Staphylococcus aureus, E. coli, Salmonella, dan
Shigella.
Kontaminasi jamu juga dapat disebabkan oleh E. Coli, bakteri ini banyak
terdapat dalam feses dan air yang terkontaminasi oleh feses. Oleh karena itu,

jamu yang berbentuk cair dan menggunakan rempah-rempah segar, yang


diolah secara tradisional seperti jamu gendong memiliki peluang yang lebih
besar terkontaminasi E. Coli, jika pengolahan tidak memperhatikan faktor
sanitasi.
Bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi jamu adalah Salmonella,
bakteri ini banyak terdapat di air, tanah, serangga, feses hewan, daging
mentah, dan seafood. Kemungkinan rempah-rempah dapat terkontaminasi
Salmonella berasal dari air pencuci, tanah, dan serangga. Oleh karena itu,
secara umum kontaminasi yang terjadi pada olahan jamu tradisional
disebabkan karena buruknya sanitasi di lingkungan pengolahan sehingga dapat
berdampak buruk terhadap produk yang dihasilkan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Identifikasi Salmonella pada sampel kuning telur, putih telur, dan
jamu dalam praktikum ini dilakukan melalui pemeriksaan
bakteriologis yang meliputi pemeriksaan makroskopis dengan
5.1.2

mengamati koloni bakteri yang terbentuk pada media selektif.


Dari kegiatan praktikum yang dilakukan didapatkan bakteri
Salmonella pada sampel kuning telur dan jamu yang ditunjukkan
dari hasil positif pada media Salmonella Shigella Agar dan Mac
Conkey Agar. Sedangkan sampel putih telur diperoleh hasil negatif
tidak terdapat bakteri Salmonella yang ditunjukkan dengan tidak
adanya pertumbuhan koloni pada media Salmonella Shigella Agar
dan Mac Conkey Agar.

5.2 Saran
Praktikum sebaiknya dilaksanakan dengan lebih terstruktur dan terperinci.
Selain itu alangkah lebih baik jika pada awal praktikum diberikan
penjelasan umum dan bimbingan selama praktikum sehingga praktikan
lebih mengerti dan memahami materi praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of
Analysis.

Mc

Graw

Hill

Press.

Canada

Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons,


Inc., New York, p. 426.
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of
Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. PrenticeHall Inc. New Jersey
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari
Purnomo. UI Press, Jakarta.
Campbell, N. A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Cappuccino, J. G. & Natalie S. 1983.Microbiology A Laboratory Manual.
Addison-Wesley Publishing Company, New York.
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New
York, p. 426.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi
(Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi
(Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Djide, M. Natsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi UNHAS,
Makassar.

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13.Jakarta :


Percetakan Imagraph
Dwijoseputro. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada.,
Jakarta.
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition.McGraw Hill. United States of America.
Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, IPB.
Fardiaz, S.,.1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, IPB
Food and Drug Administration.1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th
Edition,.FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem.,
91,55-368. Cit. PORTER, J. R.
GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by
roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51,
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jurnalair.

2011.Kualitas

Air.

Diakses

di

(http://jurnalair.wordpress.com/2011/01/21/kualitas-air/. Diaksespada :
15April 2012)
Official Chemical Method. 1979. Fish Inspection Branch Fisheries And Ocean.
Science Press. Canada.
Pelczar, M. J & E. C. S Chan. 1986.Dasar-dasar Mikrobiologi.UI-Press, Jakarta.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007 dalam

Soni, Ahmad. 2010 Elements of

Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.


Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2006.Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Pratiwi,

Erni.

2011.

Pemeriksaan

Salmonella.

http://id.scribd.com/doc/54252133/tugas-bakteri2.

Diakses

di

:.

Diakses

pada

Minggu, 18 November 2012


Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi

Umum

Untuk

Program

Studi

Farmasi

FMIPA

UNUD.Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA


Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Sugianto,

Tantri.

2012.

Uji

Salmonella.

Diakses

di

:http://tantri-

sugianto.blogspot.com/2012/07/uji-salmonella.html. Diakses pada :


Minggu, 18 November 2012
Sutedjo, M. M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Tjay, T. H. 2003. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ni Putu Ristianti.2004.Analisis Kualitatif
Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja
Bali.

LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 15 April 2013
1.
2.
3.
4.
5.

Luh Made Ari Mas Purnamasari


Ni Wayan Febi Suantari
Ni Luh Arnitasari
Ni Luh Komang Ita Purnama Sari
I Putu Mahendra

(.........................)
(.........................)
(.........................)
(.........................)
(.........................)

Penanggungjawab

Pembimbing

Mata Kuliah Bakteriologi

(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si)

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

Pemeriksaan SALMONELLA pada


bahan makanan dan minuman

KELOMPOK III :
1.
2.
3.
4.
5.

Luh Made Ari Mas Purnamasari


(P07134011005)
Ni Wayan Febi Suantari
(P07134011009)
Ni Luh Arnitasari
(P07134011011)
Ni Luh Komang Ita Purnama Sari(P07134011029)
I Putu Mahendra
(P07134011033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN

DENPASARJURUSAN ANALIS
KESEHATANDENPASAR
2013

Anda mungkin juga menyukai