Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BROMATOMETRI

Disusun Oleh :
Aditiya Prasetya

(121011030)

Selvina Wahyu Kristanti

(121011028)

Naila Hasanah

(121011035)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2012

Abstrak / Intisari
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron.
Sedangkan, titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Dimana larutan yang
ingin diketahui konsentrasinya disebut titrat dan larutan yang telah diketahui konsentrasinya
disebut titran
Titrasi oksidasi reduksi (redoks) merupakan salah satu jenis titrasi dimana titrasi
berlangsung antara suatu oksidator pada buret sebagai penitrasi dan reduktor pada
erlenmeyer atau sebaliknya. Pada reaksi oksidasi reduksi akan terjadi aliran elektron dari
suatu reduktor ke suatu oksidator.
Oksidimetri merupakan titrasi oksidasi reduksi (redoks) adalah salah satu jenis titrasi,
dimana titrasi berlangsung antara suatu oksidator pada buret sebagai penitrasi dan reduktor
pada erlenmeyer atau sebaliknya.
Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan
prinsip reaksi reduksi-oksidasi (oksidimetri) dengan dasar reaksi dari ion bromat (BrO3).
BrO3 + 6 H+ + 6 e-

Br + 3 H2O

E0 = +1,44 V

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Reaksi Reduksi - Oksidasi
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara
luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi
oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks.
Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi
titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih
positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam
proses itu zat tersebut direduksi.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh satu elektron atau
lebih oleh zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan
oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif), jadi suatu zat pereduksi
adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini sangat jelas
karena elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat yang
lain.jika orang membicarakan oksidasi suatu zat, ia harus ingat bahwa pada saat
yang sama reduksi dari suatu zat juga berlangsung.
2. Titrasi
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Dimana larulan yang
ingin diketahui konsentrasinya disebut titrat dan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya disebut titran.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut

sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
3. Titrasi Redoks
Titrasi oksidasi reduksi (redoks) merupakan salah satu jenis titrasi dimana
titrasi berlangsung antara suatu oksidator pada buret sebagai penitrasi dan
reduktor pada erlenmeyer atau sebaliknya. Pada reaksi oksidasi reduksi akan
terjadi aliran elektron dari suatu reduktor ke suatu oksidator.
Dalam makalah ini akan dibahas salah satu macam titrasi redoks yaitu
bromatometri. Dimana, bromatometri merupakan salah satu metode penetapan
kadar suatu zat dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Bromatometri merupakan
salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion bromat (BrO3).
Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat.
B. Tinjauan Pustaka
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan
reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang
terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom
yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus
selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah
oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja
(Khopkar, 2003).
menyatakan bahwa kalium bromat, KBrO3, merupakan pereaksi oksidasi kuat
(persamaan reaksi reduksinya dapat dilihat pada persamaan reaksi di bawah ini
dengan potensial standar reaksi :
BrO3- + 6H+ + 6e

Br- + 3H2O

E0 = +1,44 V

Pereaksi dapat dipergunakan dalam dua cara, sebagai oksidan langsung


untuk pereaksi reduksi tertentu, dan untuk pembuatan sejumlah brom.( Underwood,
2003)
C. Metode Analisis
Titrasi adalah suatu analisi kuantitatif yang untuk mengetahui atau menentukan
konsentrasi suatu larutan berdasarkan pada :

1.
2.
3.
4.

Reaksi netralisasi
Reaksi pembentukan endapan
Reaksi reduksi oksidasi (redoks)
Reaksi prmbentukan senyawa komplek
Pada makalah ini kami membahas titrasi bromatometri, yaitu suatu metode

analisis kuantitatif berdasarkan pada reaksi reduksi-oksidasi antara larutan standar


dan analit. Titrasi bromatometri dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.

BAB II
PEMBAHASAN

Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan
prinsip reaksi reduksi-oksidasi (oksidimetri) dengan dasar reaksi dari ion bromat (BrO3).
BrO3 + 6 H+ + 6 e-

Br + 3 H2O

E0 = +1,44 V

Oksidimetri merupakan titrasi oksidasi reduksi (redoks) yang mana adalah salah
satu jenis titrasi, dimana titrasi berlangsung antara suatu oksidator pada buret sebagai
penitrasi dan reduktor pada erlenmeyer atau sebaliknya.
A. Titran / Larutan standar
Pada Bromatometri menggunakan larutan standar kalium bromat (KBrO3- ).
Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi yang dimiliki dari sistem ini menunjukkan
bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak
cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan
dalam

lingkungan

asam

kuat.

Berat

ekuivalennya

adalah

seperenam

bobot

molekularnya yaitu 27,84 gr/ek.


Kalium bromat mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi dimana
produk pro analisisnya mempunyai nilai kadar paling sedikit 99,9 persen. Larutannya
dalam air stabil untuk waktu tak terbatas, sehingga dapat digunakan sebagai suatu
standar primer. Karena larutan kalium bromat sangat stabil maka biasanya tidak
memerlukan standardisasi kembali hingga periode normal dari waktu larutan
B. Titrat / Analit
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini
dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk
trivalent walaupun tercampur dengan stanum valensi empat. Metode Bromatometri juga
dapat digunakan untuk menetapkan kadar :As3+ , Sb3+ ,Fe2+ , serta untuk menganalisa
Sejumlah pereaksi reduksi, seperti arsen (III), antimon (III), besi (II), dan sulfida organik
dan disulfide.

C. Indikator
Bila suatu indikator dalam suatu titrasi kita pergunakan untuk menunjukkan titik
akhir titrasi, maka :
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat
agar tidak terjadi kesalahan titrasi (yakni selisih antara titik akhir dan titik ekivalen).
Untuk memenuhinya maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik
ekivalen, atau sangat mendekatinya.
2. Perubahan warna harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan
tentang kapan titrasi harus dihentikan.
Indikator Redoks adalah indikator yang berubah warnanya karena terjadi reaksi
reduksi-oksidasi (redoks). Disini indikator memperlihatkan warna teroksidasi dan warna
tereduksi.merupakan senyawa berwarna yang akan berubah warna jika teroksidasi atau

tereduksi. Indikator akan bereaksi secara redoks dengan penitrasi setelah semua
larutan yang dititrasi habis bereaksi dengan penitrasi, karena indikator ditambahkan
dalam jumlah kecil.
Pemilihan indikator titrasi redoks yaitu indikator yang mempunyai harga kisaran
potensial yang berada disekitar harga potensial titik ekivalen titrasi. Indikator harus
bereaksi secara cepat dengan penitrasi. Bila indikator bereaksi lambat maka titik akhir
titrasi akan datang terlambat, sehingga akan lebih banyak volume penitrasi yang
diperlukan dari yang seharusnya.
Metode Bromatometri menggunakan indikator organik / Indikator amilum (titrasi
tidak langsung). Penggunaan Indikator ini berdasarkan pembentukan kompleks IodAmylum yang larut dengan Iodium (I 2) yang berwarna biru cerah. Mekanisme
pewarnaan biru ini karena terbentuknya suatu senyawa dala dari amilum dan atom iod.
Fraksi Amilosa-amilum mempunyai bentuk helikal dan dengan itu membentuk celah
berbentuk saluran. Dalam saluran itu terdapat suatu rantai iod linear, Warna biru
disebabkan oleh ketujuh elektron luar atom Iod yang mudah bergerak.
I2 + Amylum -------> Iod-Amylum (biru)
Iod-Amylum + S2O32- -------> Warna Hilang
Setelah penambahan titrant Tiosulfat maka kompleks ini dipecah dan bila
konsentrasi Iod habis maka warna biru tadi akan hilang. Penambahan indikator amylum
sebaiknya menjelang titik akhir titrasi karena kompleks iod-amilum yang terbentuk sukar
dipecah pada titik akhir titrasi sehingga penggunaan Tiosulfat kelebihan berakibat terjadi
kesalahan titrasi. Bila Iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan
hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir titrasi.
Pada titrasi ini juga dapat dilakukan tanpa menggunakan indikator, dimana larutan
peniternya dapat berperan sebagai indikator atau disebut autoindikator. (titrasi
langsung).
Dalam titrasi bromatometri, Titik akhir titrasi ditandai dengan warna kuning dari
brom bebas pada larutan titrat. Reaksi yang terjadi mula mula larutan titer KBrO 3
dititrasikan dengan analit dalam suasana asam, setelah analit habis bereaksi dengan
KBrO3 , maka kelebihan KBrO3 dalam suasana asam akan terurai menjadi Brom bebas (
Br2 ) yang berwarna kuning. Reaksi yang terjadi berupa :
KBrO3 + HCl
HBr + O

KCl + HBr + 3 O2
H2O + Br2 ( kuning ).

Bila dilihat dengan seksama perubahan warna dari bening menjadi kuning pada
Titik Akhir Titrasi, maka masih cukup jelas dengan kesalahan titrasi yang tidak terlalu

besar. Dapat juga menggunakan Indikator Methyl Red (MR) dan Methyl Orange (MO).
Reaksi yang terjadi berupa oksidasi dari indikator MR atau MO menjadi senyawa yang
tidak berwarna oleh Brom bebas (Br2). Brom ini berasal dari :
KBrO3 + HCl
KCl + HBr + 3 O2
HBr + O
H2O + Br2
Br2 + MO / MR
Teroksidasi (Tidak berwarna)
D. Titik ekuivalen
Titik ekivalen terjadi ketika ion bromat tereduksi menjadi ion bromida yang telah
habis bereaksi dengan analit yang mengalami reaksi oksidasi.titik akhir titrasi dihentikan
ketika terjadi perubahan warna menjadi kuning pucat, dimana hal ini mengakibatkan ion
bromat bereaksi dengan ion bromida membentuk bromin.
Adanya kelebihan KbrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi
dengan ion bromat.
BrO3- + Br- + H+

Br2 +H2O

Sehingga dapat digambarkan kurva titrasinya sebagai berikut :

E. Titik akhir titrasi


Titik akhir Titrsi ditunjukan dengan perubahan warna larutan menjadi :
warna kuning pucat.( autoindikator ). titik akhir titrasi dihentikan ketika terjadi
perubahan warna menjadi kuning pucat, dimana hal ini mengakibatkan ion bromat
bereaksi dengan ion bromida membentuk bromin.
Bewarna biru tua (indikator amilum ).
I2 + Amylum
Iod-Amylum (biru)
Iod-Amylum + S2O32Warna Hilang
F. Prinsip Kerja Bromatometri
1. Titrasi Langsung

jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka
titrasi dapat secara langsung dilakukan.
Sejumlah pereaksi reduksi, seperti arsen (III), antimon (III), besi (II), dan sulfida
organik tertentu dan disulfida dapat dititrasi secara langsung dengan suatu larutan
kalium bromat. Konsentrasi larutan biasanya sekitar 1 M dalam asam klorida. Titik akhir
titrasi ditentukan oleh terbentuknya brom, yang ditunjukkan oleh persamaan reaksi
berikut
BrO3- + 5Br- + 6H+

3Br2 + 3H2O

Warna kuning dari brom bebas yang dihasilkan pada titik akhir titrasi ini dapat
digunakan untuk deteksi titik akhir titrasi, tetapi akan lebih baik jika digunakan indikatorindikator seperti jingga metil, merah metil, hitam naftalena 12B, Xylidine Ponceau, dan
Fuchsine.
2. Titrasi Tidak Langsung
Sampel dilarutkan dengan kalium bromat sebanyak sebagai oksidatornya.
Selanjutnya, larutan ditambahkan dengan asam klorida pekat. Penambahan asam
klorida pekat bertujuan untuk memberikan suasana asam agar bromin dapat terbebas.
Ketika asam klorida pekat ditambahkan, maka brom akan dibebaskan. Setelah
dicampur, larutan tersebut kemudian ditutup kurang lebih selama 3 menit. Hal tersebut
ditujukan agar penguapan brom dapat dihindarkan. Bromin yang dibebaskan tidak
stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap. Oleh sebab
itulah bahan untuk titrasi ini harus ditutup. Setelah waktu penutupan cukup, larutan
ditambahkan larutan kalium iodida dan dilanjutkan dengan penambahan kloroform.
Penambahan kalium iodida bertujuan untuk mengubah brom menjadi iodium sesuai
dengan reaksi:
Br2 + 2KI I2 + 2KBr
Sementara itu, penambahan kloroform bertujuan untuk melarutkan endapan yang
terjadi. Iodium yang terbentuk inilah yang selanjutnya akan dititrasi dengan baku
natrium tiosulfat.
G. Reaksi Umum
1. Titrasi Langsung
BrO3- + 6 H+ + 5 Br-

3 Br2 + 3 H2O

2. Titrasi Tidak Langsung


KBrO3 + 5KBr + 6HCl 3Br2 + 6KCl + 3H2O
Sisa Br2 + 2KI I2 + 2KBr
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

H. Rumus Perhitungan Yang Digunakan


Untuk mengetahui berapa %sampel yang dianalisa digunakan rumus :
1. Titrasi Langsung
2.

Titrasi Tidak Langsung

Dimana:
V1 : Volume
standar 1 (KBrO3)
N1 : Normalitas larutan standar 1 (KBrO3)
V2 : Volume larutan standar 2 (Na2S2O3 )
N2 : Normalitas larutan standar 2 (Na2S2O3 )

larutan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan
prinsip reaksi reduksi-oksidasi, dimana digunakan kalium bromat sebagai titrannya
yang bersifat oksidator kuat.
2. Titrasi ini biasa digunakan intuk menentukan senyawa organik dan anorganik berupa
ferum, arsenik, sulfida, disulfida organik, dll.
3. Pada titrasi ini tidak menggunakan indicator amilum(titrasi tidak langsung), dan titran
juga dapat berperan sebagai indikator atau auto indicator(titrasi langsung).

4. Titik ekivalen terjadi ketika ion bromat tereduksi menjadi ion bromida yang telah
habis bereaksi dengan analat yang mengalami reaksi oksidasi, dan titik akhir titrasi
dihentikan ketika terjadi perubahan warna menjadi kuning pucat, dimana hal ini
mengakibatkan ion bromat bereaksi dengan ion bromida membentuk bromin.

Saran

DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2009. Titrasi Reaksi Reduksi-Oksidasi. Http://chem-is-try.org/ (tanggal akses :
senin, 10 Desember 2012)
Anonim. B. 2010. Metode Bromatometri. Http://chemeducation.blogspot.com/ (tanggal
akses : senin, 10 Desember 2012)
http://dhimazsetiawan.blogspot.com/2012/05/bromometri-dan-bromatometri.html

(tanggal

akses : senin, 10 Desember 2012)


http://punyaastrid.blogspot.com/2011/07/laporan-titrasi-bromatometri.html (tanggal akses :
senin, 10 Desember 2012)
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai