Anda di halaman 1dari 17

Detoksivikasi Polri & KPK: Membuat Obrolan Kelas Warung

Kopi Bingung
Detoxification Polri dan KPK: Rumah Kaca Antek Koruptor

Biarkanlah lembaga-lembaga itu terutama KPK dan POLRI saling dapat membuktikan kebenarannya, dan
juga oknum-oknum bersalahnya dari kedua pihak. Asalkan, semua tuduhan yang dilontarkan harus dapat
dipertanggung-jawabkan, diprosaes dan harus dapat dibuktikan mana yang bersalah dan mana yang tidak
bersalah, agar KPK dan POLRI dapat lebih bersih dikemudian hari. Bahkan jika perlu, Presiden tak perlu
mengeluarkan SP3 kepada siapapun dan biarkan proses hukum berjalan dan dapat membuktikan, siapa yang
benar dan siapa yang salah. Masih bingung?
Obrolan kelas warung kopi pun makin lama semakin menjamur. Opini masyarakat kelas bingung enggak ngerti
pun sok ikut mengerti. Gunjang-ganjing media disana-sini. Netizen membuat opini. Politikus ikut kejebur
bertelanjang. Pengamat politik mulai memakai jurus-jurus pengamatan dari hasil didikan kuliahnya. Semua
bingung membuat mereka terlihat lucu. Semua itu berawal dari calon tunggal Kapolri Budi Gunawan yang dipilih
Presiden Joko Widodo tanpa persetujuan atau rujukan dari KPK dan ia memiliki rekening pribadi yang sangat
besar, apalagi Budi Gunawan adalah bekas ajudan Megawati.
Dari rakyat, politikus, media, pejabat hingga pengamat politik terlihat bingung dengan keputusan Presiden dan
terhadap situasi antara KPK dan POLRI yang akhirnya saling tangkap. Mereka pun berspekulasi dari A sampai
Z, namun hanyalah spekulasi, hanya saran dan hanya opini. Mereka tak ada yang tahu bahwa apa yang
dgelontorkan pertama kali oleh Presiden adalah umpan yang dapat menarik ratusan ikan-ikan predator sangat
rakus yang selama ini menghancurkan negeri ini dengan korupsi, kolusi dan nepotisme mereka. Mereka
menganggap manusia ibarat produk yang bisa dibeli, bisa disetir bisa di budaki.
Mereka yang terlibat pidana pun mulai tercungkil ke permukaan. Biarlah kedua badan itu saling adu kekuatan
namun dengan menggunakan jalur-jalur hukum dan saling memberikan fakta nyata, bukan rekayasa. Biarkan
mereka dan rakyat memakai logika untuk melihat semua. Toh jika tak terbukti, mereka tetap bisa kembali lagi
bekerja ke instansi terkait, maka buktikanlah antara kebenaran dan kebohongan. Biarkan detoksifikasi korupsi
bak racun di dalam kedua tubuh lembaga itu tetap harus dapat dikeluarkan. Mengingat kedua lembaga itu adalah
lembaga penegak hukum yang paling berpengaruh kepada rakyat, nusa dan bangsa.
Dengan dilemparkannya umpan, maka tak hanya dua lembaga KPK dan POLRI saja yang terkena, namun ikanikan predator ganas lainnya seperti anggota DPR bahkan DPRD semua terkena hipnotis indahnya umpan ini.
Namun awal pembersihan di kedua lembaga yang berawal dari umpan jitu, membuat lapisan masyarakat
bangsa ini justru menjadi bingung. Maklum saja, mereka para politikus pun sama dengan politikus dan pengamat
politik, semua baru belajar politik sejak 1998.
Kenapa pada saat mencalonkan Kapolri, Jokowi tidak konsultasi dengan KPK?
Jokowi pastinya sudah berkonsultasi dengan KPK secara tertutup, dan mencari siapa kira-kira umpan yang paling
tepat untuk dapat mengungkap kebobrokan di Polri.

Kenapa calon Kapolri yang ditunjuk justru bekas ajudan Megawati?


Karena ini justru akan mengungkap semuanya, darimana dan oleh siapa rekening yang dimiliki calon Kapolri
didapat. Salah atau tidak calon Kapolri ini dengan rekening gendutnya.
Kenapa pada saat mencalonkan Kapolri, Jokowi hanya memiliki calon satu orang?
Karena hanya dipilih yang memiliki rekening paling gendut sebagai umpan, dan jika calon lebih dari satu orang
maka sama saja dengan memiliki dua umpanyang mana salah satu umpan tidak akan efektif.
Kenapa tak lama pada saat calon Kapolri diumumkan, KPK baru memperingatkan Jokowi?
Memang begitulah skenario yang dimainkan, agar dapat melihat respon dari DPR. Dan terbukti walaupun
memiliki rekening gendut, tapi DPR justru manggut-manggut sangat setuju, ada apa ini? Selain itu peringatan
dari KPK telah menjadi alasan yang tepat untuk dapat menunda pelantikan calon Kapolri.
Kenapa tak lama setelah calon Kapolri ditunda pelantikannya, anggota DPR dan DPRD terutama dari PDIP yang justru ngotot kepada para pemimpin KPK?
Karena presiden dan pemerintahan dari partai PDI-P, maka anggota dewan yang disuruh maju justru dari
kubunya sendiri yaitu PDI-P atau KIH dan tak perlu KMP yang maju karena justru akan dapat merusak kubu
KMP sendiri.
Apakah strategi pertama untuk dapat memandulkan KPK oleh dewan DPR dan Polri dapat menggeser opini
masyarakat?
Strategi pertama membuat ketua KPK Abraham Samad dilontakan oleh isyu-isyu pribadi seperti fotonya dengan
seorang wanita, mirip ketua KPK pada masa lalu Antasari Azhar yang dituduh membunuh gara-gara wanita, jadi
ini kali kesua dan jelas agar dapat menggeser opini masyarakat dan menyalahkan Abraham Samad.
Apakah strategi membuat ketua KPK Abraham Samad dengan melontakan isyu-isyu pribadi berhasil?
Sepertinya tidak, maka dicarilah rekam jejak para pejabat KPK lainnya dari masa lalu dan diketahui adanya
kasus di Kota Waringin Barat ketika pemilu daerah 2010 lalu oleh wakil ketua KPK Bambang Wijanarko yang
kebetulan juga dicounter kasusnya oleh seorang kartel illegal logging dari kader PDI-P disana dan
melaporkannya kembali kepada Polri pada 15 Januari 2015.
Apakah strategi dari kasus kuno di tahun 2010 itu ditanggapi Polri?
Ya, tentu saja gayung besambut. Maka Bareskrim langsung menangkap wakil ketua KPK Bambang Wijanarko
saat mengantar anaknya ke sekolah.
Apakah penangkapan wakil ketua KPK Bambang Wijanarko itu dinilai wajar oleh masyarakat?
Tentu tidak, karena sebagai pejabat negara, Bambang Wijanarko pastinya dapat memenuhi sebuah panggilan
dan surat penangkapan Polri secara prosedural, bukan seperti menangkap maling motor. Lagi pula Bambang
Wijanarko sedang memproses kasus calon Kapolri, jelas tak memiliki etika jika seorang pejabat negara yang
sedang menyelidik polisi, lalu ditangkap oleh polisi sebelum kasus calon Kapolri itu selesai. Penangkapan
Bambang ini terkesan dendam Polri terhadap KPK yang telah menetapkan calon Kapolri Komisaris Jenderal
Budi Gunawan, sebagai tersangka kasus suap.
Apakah wakil ketua KPK Bambang Wijanarko kembali dilepaskan oleh Polri?
Ya, harus dilepaskan karena ia pejabat negara yang tak mungkin kabur, apalagi banyak pengacara yang berani
menjaminnya.
Dengan menjadi tersangkanya wakil ketua KPK Bambang Wijanarko, apakah ia harus mengundurkan diri?
Ya, ia harus mengundurkan diri hingga kasus selesai. Mirip oleh apa yang terjadi kepada calon Kapolri yang
juga telah menjadi tersangka. Terlihat kedua instansi tersebut saling jegal kasus ditengah jalan.
Apa yang harus dilakukan presiden Jokowi?
Ia harus netral dan tak mengintervensi semua kasus, serta memberi petunjuk bahwa semua kasus itu harus
dilakukan secara prosedural, transparan dan dalam rel yang benar, dan presiden harus memantau kepada kedua
kasus itu.

Apakah presiden Jokowi perlu mengeluarkan perpu atau SP3?


Tidak perlu, karena disinilah suatu PEMBUKTIAN kepada masyarakat dan medidik mental mereka, karena
nantinya yang benar dan salah dapat dibuktikan dan sekaligus mendetoksivikasi (detoxification), yaitu mirip
mengeluarkan (manusia) yang seakan-akan racun dalam tubuh kedua lembaga itu, Polri dan KPK.
Apakah semua tersangka itu pasti salah?
Tentu tidak juga, karena itu harus terbukti dan akan terlihat secara sains ilmu hukum siapa yang salah dan tidak
bersalah. Dalam hal ini maka masyarakat pembela yang salah dan pembela yang benar, dapat mengetahuinya
kelak siapa yang benar-benar bersalah dan tidak bersalah.
Apa tujuan dan manfaatnya kepada masyarakat?
Ini sebagai pembelajaran untuk mereka semua sekaligus mendidik mental mereka, bahwa negara ini adalah
negara hukum, dimana hukum ditegakkan siapapun yang dicurigai bersalah harus dapat membuktikan bahwa ia
tak bersalah, begitu pula sebaliknya.
Apa tujuan dan manfaatnya kepada presiden Jokowi?
Presiden akan memiliki dua sayap, yaitu KPK dan Polri, yang akan jauh lebih bersih sebagai tulang punggung
pemberantasan korupsi seantero Indonesia kedepannya. Dan itu semua memang harus dilakukan pembersihan
mirip racun (detoxification) yang mungkin sudah menjamur di dalam pucuk pimpinan dari kedua lembaga
tersebut. Maka kedepannya kedua lembaga itu dapat saling membantu dan bahu-membahu untuk memberantas
korupsi dengan lebih baik. Karena selama ini tidak ada kerjasama yang signifikan diantara kedua lembaga itu,
mereka malah saling manjatuhkan dan itu tidak efektif dalam memberantas para koruptor kotor kedepannya.
Koruptor-koruptor itu sangat berpengaruh karena banyaknya uang sebagai sang penguasa kebathilan di dunia,
dan diakherat.
Kala waktu lalu pula, keberadaan artikel Rumah Kaca Abraham Samad yang mendadak eksis, telah menjadi
andalan dan artikel kepercayaan politikus, dan tak terbantahkan oleh Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto hingga
mengumpulkan wartawan di Rumah Cemara dan membawanya ke Apartemen Capital Residence di bilangan
SCBD hanya untuk membeberkan bahwa Samad bermanuver untuk menjadi Cawapresnya Jokowi, koq malah
mendadak lucu, Sebuah dongeng tanpa satupun bukti. Jadinya ya cerita fiksi, harusnya masuk ke fiksiana,
celoteh salah satu komentator.
Megawati pada masa lalu pernah berucap, bahwa di PDI-P ini ada dua golongan, Golongan yang pertama adalah
golongan yang loyal atau setia, dan golongan kedua adalah golongan yang indekost, inilah yang berlagak loyal
dan setia. Dan saya tahu itu siapa saja orangnya, terang Megawati beberapa tahun lalu.
Akun Seumur Anak Ayam
Dari hasil tulisan Rumah Kaca Abraham Samad dari akun di kompasiana yang pada saat ini atau hingga artikel
ini diturunkan, ternyata masih berumur tak lebih dari satu minggu dan hanya ada dua artikel saja. Satu lagi
artikelnya adalah Hujan Kepagian Abraham Samad, ternyata tepatnya baru login atau bergabung pada Jumat
16 Januari 2015 lalu, berumur ibarat laron.
Lalu tulisan pertamanya baru dirilis pada Sabtu 17 Januari 2015 pada pukul 20:58 WIB, tak lebih dari 24 jam
alias hanya beberapa jam kemudian. Jelas ini adalah akun yang sudah direkayasa, anak baru, newbie, masih
berlogo anak ayam jika di Twitter.

Dari sini sudah dapat dipastikan bahwa akun itu sengaja dibuat, sangat sengaja direkayasa. Lebih aneh lagi jika
para politikus-politikus itu mudah percaya oleh akun yang masih seumur zigot itu!
Ya aneh, sangat aneh. Dan jelas menguatkan bahwa ini adalah rekayasa permainan politik kelas taman kanakkanak, mungkin menurut mereka agar isyu Rekening Gendut dapat terkubur kembali.
Rekayasa Abraham Samad Pakai Topi dan Masker
Mungkin, satu-satunya bukti otentik pada suatu saat nanti hanyalah berupa foto orang yang sudah direkayasa
menurut apa yang telah ditulis sebelumnya, yaitu: memakai topi dan masker, untuk menggeser opini masyarakat
pada pembenaran yang justru menjadi belum tentu benar. Lalu, jika ada orang yang memakai topi dan memakai
masker, maka harus diyakini segenap rakyat bahwa itu adalah Abraham Samad yang sebenarnya? Pikir pakai
otak.
Hal ini mirip seperti apa yang terjadi pada tragedi Charlie Hebdo di Paris beberapa waktu lalu. Pihak kepolisian
Perancis secara resmi mengeluarkan statement, bahwa mereka tak dapat mengidentifikasi orang-orang dengan
tutup muka dan fasih berbahasa Perancis yang kemudian dianggap para teroris itu. Lalu anehnya, mereka
langsung menganggap bahwa para teroris itu adalah muslim. Dari mana pihak kepolisian Perancis tahu bahwa
mereka adalah muslim? Dari teriakan Allahu Akbar, jelas mereka.
Nah, kini semua menjadi lebih spesifik dari sebelumnya, yang tadinya bahwa pihak kepolisian Perancis tak dapat
mengidentifikasi orang-orang dengan tutup muka dan fasih berbahasa Perancis itu, lalu tiba-tiba telah
diidentifikasi menjadi seorang muslim hanya dengan teriakan Allahu Akbar. Pertanyaannya, Apakah semua
orang termasuk non-muslim tak bisa berteriak Allahu Akbar? Apakah kita harus yakin bahwa orang-orang
yang fasih berbahasa Perancis itu seorang muslim? Apalagi dengan topeng yang menyebabkan mukanya saja tak
terlihat? Pikir pakai otak.
Itulah mungkin yang kini terjadi pula pada Abraham Samad yang disinyalir menggunakan topi dan masker pada
setiap pertemuannya. Semua hasil set-up, olahan dan rancangkan agar opini publik mempercayai bahwa itu
adalah Abraham Samad, ketua KPK pemberantas korupsi yang tak satupun manusia yang telah dijeratnya tak
memiliki bukti atau, salah tangkap.
Lalu bagaimana dengan bukti rekaman suara? Cobalah untuk menilik sedikit dalam di dunia IT. Pada era digital
seperti sekarang, suara wanita bisa jadi suara laki, suara laki pun bisa jadi suara banci. Oleh karenaya bukti
berupa suara rekaman di negara-negara maju, tak termasuk bukti kuat. Satu-satunya bukti otentik dan kuat berupa
suara rekaman di negara maju hanyalah rekaman suara dari CVR jika pesawat jatuh.
Foto Rekayasa Abraham Samad dengan Wanita
Foto mesra Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira dengan Ketua KPK Abraham Samad diyakini sebagai
editan. Hal ini diungkap oleh Sekjen Forum Akademisi IT (FAIT), Janner Simarmata. Memang dengan
kecanggihan teknologi saat ini, semuanya bisa lebih mudah, bahkan dalam hal merekayasa. Sebenarnya untuk
melakukan pembuktian terhadap keaslian foto, bisa kita lakukan dengan cara pengamatan secara visual dan
metode ini, ujar Janner pada Okezone.
Sudah dapat dipastikan bahwa foto mesum Abraham Samad adalah hasil dari sebuah rekayasa. Dosen
Komputer Universitas Negeri Medan tersebut kemudian membeberkan sejumlah kejanggalan seperti bentuk
tangan yang tidak proporsional dan juga terkesan foto Abraham Samad hanya sekedar ditempel dengan foto
Elvira.
Janner menambahkan kalau foto tersebut di edit menggunakan aplikasi rekayasa dengan memanfaatkan beberapa
metode, seperti Blurring (mengaburkan), Smoothing (memperhalus tepi), dan Smudging (memperhalus
permukaan objek). Sangat disayangkan keahlian yang dimiliki digunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak
baik, ujar Janner.

Foto rekayasa ketua KPK dengan memanfaatkan beberapa metode, seperti Blurring (mengaburkan), Smoothing
(memperhalus tepi), dan Smudging (memperhalus permukaan objek).

Jika seseorang menggunakan komputer atau bagian dari jaringan komputer tanpa seizin yang berhak, ini dapat
digolongkan sebagai kejahatan di dunia maya. Proses hukum terhadap pelaku tindak pidana rekayasa foto, dapat
dijerat Pasal 72 angka 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Pasal 27 ayat 1, Pasal
35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Teknologi Elektronik.
Samad memang pernah mengisi acara pembekalan di depan putri Indonesia. Mungkin di sana juga ada foto
bersama. Apalagi foto selfie tengah naik daun. Samad juga menyebut banyak yang meminta foto bersama dengan
dirinya.
Foto itu diunggah akhir tahun lalu. Elvira pun di foto itu menyebut Tidak sengaja wrna baju senada dengan Pak
Ketua (Samad-red). Nah, foto di akun instagram itu yang dipakai untuk diedit pelaku pemalsuan. Wajah Samad
di foto ini yang dipindahkan pelaku ke foto yang editan. Menurut Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto juga,
hasil pelacakan tim ahli KPK foto itu palsu. Ada yang sengaja mengedit untuk kepentingan menyerang KPK.
Maka KPK siap akan mengusut dan menuntut pelakunya.
Serangan foto mesra Samad-Elvira mirip seperti Antasari-Rani
Foto mesra sang ketua Abraham Samad dengan Putri Indonesia 2014 Elvira Devinamira Wirayanti sangat
berdekatan dengan momen penetapan status tersangka kasus rekening gendut kepada calon kapolri Komjen Budi
Gunawan dari KPK, Selasa (13/1) sore.

Abraham Samad pun langsung menepis bahwa foto itu hanya rekayasa dan fitnah.
Jika menelisik ke belakang, kasus serupa tak hanya terjadi sekali ini saja menimpa lembaga anti-rasuah itu.
KPK juga pernah tercoreng namanya gara-gara ada sosok gadis cantik bernama Rani Juliani dalam kasus
Antasari Azhar membunuh Nasrudin Zulkarnaen 2009 lalu.
Rani disebut-sebut punya affair dengan Antasari kala itu. Namun Rani ternyata merupakan istri siri Nasruddin.
Banyak yang menduga Rani sengaja diumpankan pada Antasari. Lalu pada 14 Maret 2009, Nasarudin ditembak
oleh dua pelaku yang mengendarai sepeda motor usai bermain golf di Perumahan Modernland Kota Tangerang.
(baca: Pacific Blue, Perusahaan Yang Beri Pinjaman Rp57 M ke Anak Budi Gunawan Sudah Tutup)
Masyarakat Lupa: Joko Widodo dan Abraham Samad Kawan Baik Dengan Arah Dan Tujuan Yang
Sama
Tak perlu dijelaskan lagi, kecuali anda mirip akun kompasiana diatas, yang lahir baru kemarin. Semua tahu
bahwa kedua tokoh ini, Joko Widodo dan Abraham Samad, banyak memperoleh penghargaan anti korupsi dari
berbagai pihak.
Acuan dan tujuan mereka berdua sama, berantas korupsi. Namun akibat sifat bangsa ini yang gemar gosip, semua
menjadi tak terfokus pada rencana awal. Tak usah lagi dipungkiri, bangsa ini adalah bangsa pelupa, bangsa yang
evoria dengan kebebasan yang terbelenggu selama 30 tahun lamanya dimasa Orba. Akhirnya menjadi bangsa
yang norak.
Ya, norak. Ada berita apapun selalu dipercaya kemudian disebar, berita bohong pun menjadi pembenaran, media
besutan zionist penyebar pecah belah dan penyebar kebencian mulai disuka, ada kecelakaan apapun langsung
berhenti, dilihat dan membuat macet jalanan, bahkan korbannya yang sudah berdarah-darah difoto, namun tanpa
ditolong. Mereka cuma bengong dipinggir jalan. Ya, itulah bangsa ini, bangsa Indonesia.

Abraham Samad dan Joko Widodo (tribunnews)

Itu sebabnya sebuah evoria, apalagi politik, karena mereka belum paham arti sebuah rekayasa politik.
Maklumlah, dari akar rumput hingga elit politik, bahkan pengamat politik pun, mereka memiliki rentang waktu
yang sama-sama baru dalam kancah politik.
Mereka baru dapat membuka matanya dan mulai belajar mengenai dunia politik selepas era Reformasi, yaitu
tahun 1998. Disanalah Indonesia re-start.
Mereka sama antara politikus, pengamat politik hingga mahasiswa Ilmu politik, semua berakar dari tahun 1998
itu, yang belum genap 20 tahun, tapi yang jelas bukan lagi kelas anak ayam. Sejak dari tahun 1998 itulah, bangsa
ini jauh lebih bebas untuk berpolitik sekaligus belajar berpolitik.
Begitu pula dengan politik manuver ala Jokowi-Samad ini yang sudah mereka rencanakan untuk membabat
koruptor ditingkat tinggi negeri ini, tingkat yang haram jika korupsi diberantas.
Sebagai Presiden tinggal memberi perintah, ke KPK dan BPATK, untuk membuat daftar keuangan yang
mencurigakan dari Jenderal bintang satu hingga bintang empat pun bisa. Namun kali ini pastinya berbeda, agar
tak dicurigai. Presiden mencalonkan Kapolri tunggal berekening paling gendut dan bekas ajudan Megawati.

Umpan diberikan kepada dewan DPR yang kebanyakan masih satu spesies, spesies homo koruptorensis, maka
calon unggal disetujui dengan anggukan yang cepat, yes yes yes. Calon Kapolri pun diterima dewan di Senayan.
Dilain sisi, KPK tiba-tiba bercuap-cuap. Umpan pun bersambut. Masyarakat, politikus hingga dewan mengira
antara Jokowi dan KPK terlihat seakan bermusuhan. Skenario masih berjalan, umpan masih melayang-layang.
Siapa kira-kira yang akan menyabet umpan berikutnya dan berikutnya dan berikutnya?

Edited by: IJG JPEG v80

Suatu pemikirian yang naif, jika Presiden, KPK dan BPATK tidak men-setup semua rencana ini. Inilah politik,
seni dalam berbagai hal dan kemungkinan.
Foto Abraham Samad dengan wanita pun mulai beredar, kekuatan koruptor mulai bermain lagi, bukti bahwa
beberapa anggota dewan mulai gelisah. Hingga keluarlah statemen Abraham Samad berpolitik. (baca: Pacific
Blue, Perusahaan Yang Beri Pinjaman Rp 57 M ke Anak Budi Gunawan Sudah Tutup)
Padahal pada masa kampanye Jokowi memang ada kemungkinan dan wacana, agar Abraham Samad sebagai
salah satu kandidat cawapres pendampingnya. Bahkan ia sempat pula akan dipinang oleh Prabowo Subianto.
Jadi itu sudah masa lalu, basi, usang dan tak ada hubungannya dengan rekening gendut. Disini tampak jelas
bahwa ada pengalihan isyu. Tapi memang sejarah membuktikan, semakin tersudutnya koruptor, semakin terlihat
betapa bodohnya mereka.
Jumat 23 Januari 2015 pukul 7:30 pagi, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap oleh
Bareskrim Polri
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dikonfirmasi telah ditangkap oleh Bareskrim Polri, atas laporan
masyarakat pada kasus pemilu kada di Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah, pada tahun 2010 (5 tahun yang
lalu)

Ia ditangkap karena didakwa pidana dengan menyuruh atau memberikan keterangan palsu pada sidang
pengadilan di depan Mahkamah Konstitusi (MK). Pada saat itu ia belum menjadi wakil ketua KPK. Ada 3 alat
bukti di Polri yang melanggar ayat 242 junto pasal 555 KUHP.
Ia ditangkap di wilayah Depok pukul 7:30 pagi hari, pada Jumat (23/01/2015) selepas mengantarkan anaknya
ke sekolah dengan cara diborgol pada saat masih mengenakan sarung. Apakah penangkapan Bambang
Widjojanto akibat kasusnya sejak 2010 (atau 5 tahun lalu) ini tidak berhubungan dengan calon Kapolri pada
tahun 2015 ini?
Kejanggalan-kejanggalan pengaduan yang dituduhkan kepada Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
Di antaranya berikut ini:
1. Dua Versi Tanggal Laporan Pengaduan, Pihak kepolisian menyebutkan pelapor kasus itu atas nama anggota
DPR dari PDI Perjuangan yang juga calon Bupati Kotawaringin Barat yang kalah di MK, Sugianto Sabran,
dibuat pada 15 Januari 2015. Saat ke kantor Bareskrim, Jumat, 23 Januari 2015, Sugianto menunjukkan surat
laporannya diteken pada 19 Januari 2015.
2. Cepatnya Proses Penyidikan, Penyidik kepolisian hanya butuh waktu tak sampai sepekan untuk
meningkatkan kasus itu ke penyidikan, 22 Januari lalu. Padahal saksi kunci kasus itu, Ratna Mutiara, yang
dituduh memberi keterangan palsu, tak pernah diperiksa.
3. Kejaksaan Belum Terima SPDP, Kejaksaan Agung belum menerima surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan (SPDP) kasus itu. Padahal Pasal 109 ayat (1) KUHAP mewajibkan soal SPDP ini.
4. Penangkapan Janggal, Pasal 18 KUHAP menyebutkan penangkapan dilakukan dengan memperlihatkan
surat yang mencantumkan, misalnya, uraian singkat perkara kejahatan, termasuk tempat pemeriksaan
sebelumnya. Bambang sebelumnya tak pernah diperiksa.
5. Tuduhan Tidak Jelas, Pasal yang disangkakan kepada Bambang adalah Pasal 242 KUHP tanpa ayat dan
Pasal 55, juga tanpa ayat. Kepada Tempo, sejumlah ahli hukum mengatakan pelaku pidana kesaksian palsu
bertanggung jawab penuh atas perbuatannya sendiri. Pasal 174 KUHAP juga menyebutkan hanya hakim yang
bisa menilai tindak pidana pemberian keterangan palsu.
6. Saksi Kunci Membantah, Kepada Tempo, Ratna Mutiara, satu-satunya saksi dari 68 saksi di MK terkait
dengan kasus tersebut yang dihukum 5 bulan atas kasus keterangan palsu, membantah memberikan keterangan
palsu atas arahan Bambang. Dia juga tak pernah bertemu dengan Bambang di luar sidang.
7. Konflik Kepentingan, Kasus Bambang ditangani Direktorat Pidana Umum di bawah pimpinan Herry
Prastowo, saksi kasus Budi Gunawan yang ditangani KPK. Dalam pemanggilan pekan lalu, Herry mangkir.
Menurut laporan majalah Tempo edisi 19 Januari 2015, Herry tercatat sebagai salah satu pihak yang pernah
menyetor duit ke rekening Budi.

Mantan Wakapolri, Komjen Oegroseno ketika dilantik pada 2013 lalu.

Selain itu, Mantan Wakil Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal purnawirawan Oegroseno, mempertanyakan
proses penyelidikan kasus yang sejatinya telah dicabut pada 2010 itu.

Pelapor yang dulu sudah mencabut, dan saksi yang di Pangkalan Bun juga mengaku tidak ada masalah. Kenapa
sekarang jadi masalah lagi? Kalau dilaporkan lalu dicabut, dan dilaporkan lagi, ini kan akrobat namanya, ujar
Oegroseno.
Penyelidikan kasus itu juga dinilai melabrak prosedur lantaran tidak didahului oleh penetapan hakim.
Keterangan palsu itu harus ditetapkan hakim, diperintahkan ke jaksa lalu prosesnya diserahkan ke polisi. Jadi
ada mekanisme yang harus ditempuh, tidak mudah. Makanya kalau jadi bintang tiga itu jangan asal loncat, bisa
keseleo nanti, kata Oegroseno.
Ia juga mengkritik keras penangkapan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Bambang Widjojanto. Ia
menilai langkah Kepala Badan Reserse Kriminal, Irjen Budi Wiseso, itu merusak etika penegakan hukum.
Kalau sekarang saya yang jadi Wakapolri, sudah saya tempeleng dia, ujarnya, Jumat, 23 Januari 2015 melalui
tempo.
Menurut Oegroseno, proses hukum terhadap Bambang terkesan liar lantaran tidak dikoordinasikan dengan
pelaksana tugas Kapolri yang saat ini dijabat Komisaris Jenderal Badrodin Haiti. Budi menggerakan perangkat
penyidikan tanpa melaporkan rencana penangkapan itu kepada Badrodin. Ini bukti kalau Wakapolri tidak
dianggap oleh perwira berbintang tiga, katanya.
Siapa sebenarnya Budi Waseso? Ia adalah bekas anak buah Komisaris Jenderal Budi Gunawan calon Kepala
Polri yang ditetapkan sebagai tersangka kasus suap oleh KPK.
Waseso hadir ketika Budi Gunawan menjalani uji kelayakan dan kepatutan calon Kepala Kepolisian RI di Dewan
Perwakilan Rakyat, 14 Januari lalu. Alasannya, menurut Budi Waseso, Budi Gunawan adalah atasannya. Saya
adalah anak buahnya (Budi Gunawan) langsung, dan mendampingi pimpinan itu wajar, kata Budi Waseso di
Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 20 Januari 2015.
Sedangkan seorang perwira aktif di Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI menjelaskan, saat ini
ada kekacauan di tempatnya bekerja. Dia menuturkan, pasca pencopotan Komisaris Jenderal Suhardi Alius
sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri pada 16 Januari 2015, terjadi perubahan-perubahan aneh di tempat
itu.
Banyak pembentukan satuan tugas di luar struktur yang bekerja di bawah kendali Komisaris Jenderal Budi
Gunawan dan Kabareskrim Inspektur Jenderal Budi Waseso. Merekalah yang bekerja, termasuk saat menangkap
Pak Bambang hari ini, kata perwira di Mabes Polri itu seperti ditulis tempo, Jumat, 23 Januari 2015.
Menurut perwira itu, satgas-satgas liar ini bekerja dalam senyap. Kami yang di dalam struktur hanya plongaplongo melihat kondisi ini. Sejujurnya kami resah, ucapnya. Bisa dibilang, secara de facto, BG adalah Kapolri
saat ini.
Sepasukan Polisi Datangi Gedung KPK, Untuk Pengamanan Abraham Samad Kontak Panglima TNI
Malamnya, sepasukan polisi berseragam lengkap mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu
dinihari tadi, 14 Januari 2015. Mereka tiba menggunakan truk dan terkonsentrasi di depan gedung. Belum
diketahui tujuan kedatangan polisi-polisi itu. Namun diduga kehadiran mereka masih berkaitan dengan
penetapan tersangka terhadap Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang diumumkan KPK sehari sebelumnya.
Petugas keamanan internal KPK menyatakan tidak tahu tujuan kedatangan para polisi itu.
Tidak ada koordinasi, kata seorang satpam KPK. Sumber yang sama menjelaskan bahwa para polisi itu
kemudian pergi meninggalkan KPK tanpa memberi penjelasan apa pun. Tidak berapa lama, datang lagi
rombongan polisi berpakaian preman. Karena penasaran, satpam KPK menghampiri salah satu polisi itu. Dia
mengatakan dari Direktorat Intelkam Polda Metro Jaya, kata satpam tersebut. Mereka memang diperintahkan
oleh pimpinannya untuk mengamankan gedung KPK yang terletak di Jalan Rasuna Said C1, Jakarta Selatan.
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto atau BW ditetapkan sebagai tersangka, tersiar kabar bahwa Badan
Reserse Kriminal Polri akan melakukan penggeledahan ke Gedung KPK. Untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak diinginkan, Samad sudah mengontak Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk membantu pengamanan di
Gedung KPK.
Pasukan TNI yang diterjunkan berasal dari tiga matra Darat, Laut, dan Udara. Mereka dari Komando Pasukan
Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI Angkatan Laut, dan
Komando Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI Angkatan Udara. Namun tidak diketahui berapa jumlah personel yang
diturunkan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 7 Ayat 1, kata Moeldoko dalam
akun facebooknya, Moeldoko, Minggu 25 Januari 2015. Pasal itu, tutur Moeldoko, berbunyi tugas pokok TNI

adalah menegakkan kedaulatan negara termasuk konflik komunal yang terjadi antara kelompok masyarakat yang
dapat membahayakan keselamatan bangsa.
Pelapor Kasus Bambang Widjojanto Potong Jari Aktivis
Sugianto, nama pelapor Bambang Widjojanto tercatat pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan periode 2009-2014. Anggota Komisi Hukum DPR itu menyelesaikan pendidikan hingga
SMEA di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringinbarat, Kalimantan Tengah.
Kasusnya berdasarkan laporan polisi: LP/67/I/2015/Bareskrim tertanggal 15 Januari 2015 kata Kepala Bagian
Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Rikwanto di Jakarta, Jumat 23 Januari 2015.
Pada pemilihan umum 2009, Sugianto terpilih dari Dapil Kalimantan Tengah dengan perolehan suara mencapai
41.337 suara (35,8%). Pengusaha kelahiran Sampit 5 Juli 1973 tercatat pernah menikah dengan artis Ussy
Sulistiawaty pada 12 Agustus 2005 sampai bercerai setahun kemudian.

Anggota DPR Komisi IV Fraksi PDIP, Sugianto Sabran. (dct.kpu.go.id)

Nama Sugianto sempat mencuat saat terjadi kasus penyiksaan investigator lingkungan hidup Faith Doherty dari
Environmental Investigation Agency, London dan Ruwidrijanto, anggota lembaga swadaya masyarakat Telapak
Indonesia. Sugianto juga diduga memiliki kaitan dengan penyiksaan Abi Kusno Nachran, wartawan tabloid
Lintas Khatulistiwa. Abi ternyata masih kakek Sugianto.
Penyiksaan yang diterima Faith Doherty waktu itu cukup kejam. Empat jari tangan kirinya terpotong,
menyisakan hanya jempol. Sedangkan Abi Kusno Nachran (61), jari di tangan kanannya utuh, tapi sekujur
lengannya menyimpan bekas luka.
Tangan kirinya hanya tinggal sebagian semua dan sebagian ibu jarinya dipotong. Punggung dan bahunya dijahit
bekas luka parang yang begitu luas dan yang cukup mengejutkan adalah dia masih hidup. Para penyerang,
katanya, adalah Dayak preman yang bekerja untuk raja kayu Abdul Rasyid, sebagai label kelompok illegal
logging terbesar di Kalimantan Tengah.
Sebuah studi Bank Dunia tahun 2000 mencatat bahwa 1,5 juta ha hutan Indonesia sedang dihancurkan setiap
tahun. Diperkirakan bahwa pada tingkat itu, semua hutan di Kalimantan akan bersih dalam 15 tahun. Abi telah
menulis berbagai artikel tentang pembalakan liar untuk tabloid Jawa Tengah Lintas Khatulistiwa, dan telah
menyampaikan bukti kepada Departemen Kehutanan.
Dia mengatakan telah menerima tiga ancaman pembunuhan sebelum diserang November lalu. Pada hari serangan
itu, ia bepergian dengan editor tabloid, Mr Mustika Alam. Sepeda motor mereka diblokir oleh sekelompok orang
yang menyerang mereka dengan mandau dan bambu runcing.

Kedua wartawan mengalami perdarahan berat, kemudian dibawa ke rumah sakit setempat oleh penduduk di
dekatnya. Tetapi bahkan di rumah sakit, Bapak Abi tidak aman.

Journalist Abi Kusno Nachrans mutilated body is proof of the viciousness of illegal logging in Kalimantan. LEGAL AND
INSITUTE. (source: Strait Times | id)

Saya diancam di rumah sakit, namun Brimob tiba untuk melindungi saya, katanya. Dia mengatakan upaya
untuk membunuhnya dipicu oleh laporannya pada upaya oleh tiga kapal milik Cina untuk menyelundupkan kayu
ilegal pada awal November yang menyebabkan kapal-kapal yang disita.
Pedagang kayu diduga melakukan kekerasan dalam kasus lain untuk mengintimidasi lingkungan dan bahkan
polisi Indonesia. Abi menyebut dua nama yang bertanggung jawab atas kekerasan itu: Sg dan AR.
Selain itu Sugianto juga pernah diduga memiliki kaitan dengan kasus kerusakan hutan di Taman Nasional
Tanjung Puting. Waktu itu tahun 2002 Sugianto dipercaya pamannya Rasyid mengelola perusahaan Tanjung
Lingga yang mendapat hak pengusahaan hutan seluas 40 ribu hektare lebih di Kalimantan Tengah.
Sebagian besar kayu itu ditebang dari Taman Nasional Tanjung Puting oleh perusahaan Tanjung Lingga Abdul
Rasyid atau perusahaan yang dimiliki oleh dia, kata Abi. Hampir 70 miliar rupiah (US $ 13.300.000) senilai
kayu ilegal ditebang pada tahun 2000 dari Tanjung Puting sendiri, menurut Sekjen Departemen Kehutanan.
Terbongkarnya kerusakan hutan itu diakui sendiri oleh Sugianto. Ia terekam video pabrik-pabrik ramin milik
Rasyid yang dibuat oleh tim investigasi Environmental Investigation Agency bersama Ruwidrijanto, anggota
Telapak Indonesia, pada tahun 1999.
Ketika itu, mereka menyamar sebagai pengusaha kayu yang melihat-lihat pabrik milik Rasyid. Sugianto, sendiri
yang mengantar tim ini berkeliling saat itu. Dalam rekaman itu Sugianto juga memaparkan bagaimana seluk
beluk mengekspor kayu-kayu secara ilegal dari Taman Nasional Tanjung Puting. Tindakan itu menghindari pajak
ekspor yang mencapai 25 persen.
Soal isu-isu itu, Sugianto belum berhasil dimintai komentar. Namun, dalam wawancara dengan Tempo pada
2002 Sugianto tidak membantah. Sudah untung mereka tidak kami bunuh, katanya, Masuk ke perusahaan
orang kok seperti itu.

Abi Kusno Nachran

Sugianto bahkan tidak membantah telah memberi order menyiksa Abi Kusno. Dia masih tergolong kakek saya,
katanya, Tapi dia juga pemeras. Sudah untung dia tidak kami bunuh. Saat itu, Sugianto hanya dihukum
percobaan satu setengah bulan. (majalah Tempo, 21-27 Oktober 2002)
Kepada wartawan yang menemuinya di kantor di Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Sugianto
yakin dirinya benar dalam soal pelaporan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang
Widjojanto. Dia mengaku menjadi korban Bambang Widjojanto saat tim kuasa hukum KPK tengah menjawab
pertanyaan awak media di Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri.
Abi Kusno akhirnya menjadi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kalimantan Tengah (Kalteng).
Namun pada tahun 2006 H Abi Kusno Nachran (65), meninggal dunia setelah kendaraan yang ditumpanginya,
Isuzu Panther Touring Nopol B 8684 GI, mengalami kecelakaan di Jalan Tol Palimanan-Kanci (Pakanci),
tepatnya di Km 229, Desa Penpen, Kabupaten Cirebon, Senin (24/7/2006) sekitar pukul 05.30.
Abi Kusno yang dilahirkan di Pangkalan Bun pada 31 Maret 1941 itu sebelum menjadi anggota DPD pernah
bekerja sebagai wartawan Harian Banjarmasin Post, Media Indonesia, Majalah Detektif Spionase, Majalah
Tajam dan Obyektif, dan Tabloid Lintas Katulistiwa terbitan Semarang.
Almarhum pernah menerima penghargaan Dr. Gtze-Geo-Preis & Karte dari Pemerintah Kota Hamburg, Jerman
tahun 2002-2003. Selain itu, penghargaan Perlindungan dan Pengamanan Hutan dari Menteri Kehutanan tahun
2002.
Bupati Kobar: Bambang Widjojanto tak tersangkut saksi palsu

Bupati Kotawaringan Barat (Kobar) Ujang Iskandar.

Bupati Kotawaringan Barat (Kobar) Ujang Iskandar yakin Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK)
Bambang Widjojanto tidak tersangkut dengan saksi-saksi palsu. Beliau tidak tersangkut saksi-saksi palsu, kata
Ujang Iskandar di Istana Bogor, Jumat (23/01/2015).
Ujang sedang mengikuti rapat koordinasi dan pertemuan presiden dengan bupati/wali kota seluruh Indonesia
yang digelar pada 22-23 Januari 2015. Ia mengatakan Bambang Widjojanto yang kini ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan kesaksian palsu itu merupakan pengacaranya dalam perkara sengketa pemilihan Bupati
Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, pada 2010.
Ujang mengaku belum tahu soal penetapan Bambang sebagai tersangka kasus tersebut. Wah saya malah belum
tahu ini. Memang beliau mendampingi saya sebagai pengacara. Kami berjalan sesuai apa adanya. Tidak ada
saksi palsu-palsuan, katanya.
Ia mengatakan ketika itu semua berjalan sebagaimana mestinya saat dirinya membawa 68 orang saksi dalam
sengketa hukum yang pada akhirnya dimenangkannya itu. Menurut dia, semua saksi telah dipilih dan disumpah
sesuai dengan keyakinannya sehingga kecil kemungkinan untuk memberikan kesaksian palsu.
Saat ditanya kesiapannya jika dipanggil untuk memberikan keterangan, Ujang menyatakan siap dan dirinya
bahkan yakin merasa tidak ada yang salah. Rival saya ketika itu didiskualifikasi dan beliau (BW) hanya sebagai
pengacara. Kami tidak merasa salah, katanya.
Ia bahkan yakin semuanya akan terungkap karena nantinya seluruh rekaman bisa dibuka di Mahkamah Konstitusi
(MK). Saya rasa itu nanti rekamannya bisa dibuka di MK ya, katanya. Sebelumnya Markas Besar Kepolisian
RI menetapkan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto sebagai tersangka kasus dugaan menyuruh memberikan
kesaksian palsu.
Saya tahu ini diusut. Mereka sudah sering saksi ini dipanggil, tapi tidak terbukti, kata Ujang saat ditemui di
Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/1/2015). Ujang mengaku Bambang Widjojanto adalah kuasa
hukum yang mendampinginya saat sengketa pilkada di MK sekitar lima tahun lalu itu. Menurutnya, tidak ada
yang salah saat Bambang menjalankan tugasnya sebagai pengacara.
Sebanyak 68 saksi saat itu dibawa untuk memberikan keterangan terkait sengketa Pilkada di Kotawaringin Barat.
Ujang yakin tidak ada rekayasa dalam keterangan yang diberikan saksi-saksi itu. Terlebih setiap saksi telah
disumpah lebih dulu. Masalah saksi palsu ini pun diakuinya sudah dicabut rival Ujang saat itu, Sugianto Sabran.
Masalah saksi palsu ini sudah dicabut oleh Sugianto. Pelaporannya di Mabes Polri, tandas dia. Lawan pasangan
tersebut, Ujang Iskandar-Bambang Purwanto pun mengajukan gugatan ke MK. Bambang Widjojanto lah yang
menjadi kuasa hukumnya. Gugatan itu dikabulkan dan mendiskualifikasi pasangan Sugianto-Eko. Berdasarkan
amar putusan MK tersebut, Mendagri mengeluarkan SK pengangkatan Ujang-Bambang.
Tidak mau kalah, pasangan Sugianto-Eko dan Mendagri memperkarakan SK tersebut ke PT TUN. Hasilnya, PT
TUN menganulir SK pengangkatan Ujang Bambang. Kasus itu melaju hingga tingkat kasasi. Pada tingkat ini,
MA menolak kasasi tersebut.
Dini Hari, Pimpinan KPK temui Wakapolri, Bambang akhirnya boleh pulang
Kabareskrim Polri Budi Waseso telah mengeluarkan surat penahanan Bambang Widjojanto. Dia telah diperiksa
11 jam di Bareskrim. Pimpinan KPK terus melakukan lobi penangguhan penahanan. Pimpinan KPK Adnan
Pandu Praja melakukan pertemuan dengan Plt Kapolri Komjen Badrodin Haiti di ruangannya. Hasilnya,
Bambang boleh pulang malam ini.
Pertemuan Adnan dan Komjen Badrodin berlangsung sekitar 30 menit. Sebelumnya Adnan sempat ditahan untuk
bertemu jenderal bintang tiga yang menjadi plt Kapolri. Adnan menjelaskan selama pemeriksaan, Bambang
kooperatif. Polisi akan melakukan pemeriksaan lanjutan minggu depan. Saat ini Adnan tengah menemui
Bambang di Bareskrim untuk mengajaknya pulang bersama-sama.
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Bambang Widjojanto (BW) dibebaskan oleh penyidik
Bareskrim Mabes Polri. BW pun langsung menemui para pendukungnya di gedung KPK yang sudah menunggu
sejak sore tadi. Dalam jumpa persnya, BW mengatakan, hendaknya para pendukung KPK merapatkan barisan
untuk selalu mendukung KPK. Sebab menurut BW ada oknum-oknum tertentu yang ingin menelikung upayaupaya pemberantasan korupsi.
Kita harus membangun soliditas karena ada yang ingin menelikung upaya pemberantasan korupsi, kata BW
di kantor KPK Jakarta, Sabtu, (24/1/2015). Selain itu, BW mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang
hadir dan mendukung KPK.

Saya ucapkan terima kasih kepada segenap upaya teman-teman untuk mendukung saya maupun KPK dengan
susah payah melakukan tindakan-tindakan mempersoalkan hal-hal yang bertentangan dengan hukum,
pungkasnya.
BW tiba di kantor KPK sekitar jam 02:00 dini hari. KPK ditemani kuasa hukumnya Usman Hamid dan Depti
Pencegahan KPK, Johan Budi dan sejumlah LSM lainnya yang mendukung pemberantasan korupsi.
Jokowi meledak di Istana Bogor, marahi Abraham Samad & Wakapolri

Presiden Joko Widodo (dua kiri depan) didampingi Wapres Jusuf Kalla (tiga kanan depan), Ketua KPK Abraham Samad
(kiri depan), Wakapolri Komjen Pol. Badrodin Haiti (kanan), Jaksa Agung H.M. Prasetyo (dua kanan), Menko Polhukam
Tedjo Edhy Purdijatno (tiga kiri belakang), Mensesneg Pratikno (tiga kanan belakang), Seskab Andi Widjajanto (kiri
belakang) dan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan (dua kiri belakang) beri keterangan pers terkait kasus hukum
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di Istana Bogor, Jabar, 23 Januari 2014. Jokowi meminta Polri dan KPK untuk
memastikan proses hukum yang ada harus obyektif dan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.

Jokowi memanggil Ketua KPK Abraham Samad dan Wakapolri sekaligus Plt Kapolri Komjen Badrodin Haiti
di Istana Bogor, Jumat (24/1/2015). Berlainan dengan apa yang dia sampaikan di publik, Jokowi ternyata marah
besar melihat pertarungan dua institusi itu. Presiden menyemprot Samad dan Badrodin agar tak berlaku paling
benar. Isi pertemuan itu dibeberkan oleh salah satu pejabat yang enggan dikutip namanya. Kepada merdeka.com
dia membeberkan dengan jelas detil pertemuan itu.
Kepada Ketua KPK, Jokowi bilang KPK jangan merasa seperti Manusia setengah dewa yang tidak bisa disentuh
dan tidak mau tunduk kepada perintah Kepala Negara, ujar dia menirukan Jokowi.
Diingatkan oleh Jokowi kepada Ketua KPK bahwa Penanggung Jawab Tertinggi di NKRI adalah Kepala Negara.
Sehingga secara hukum, siapapun yang membangkang terhadap perintah Kepala Negara itu bisa dituntut secara
Pidana.
Saat itu Ketua KPK Abraham Samad, menolak menjelaskan ke Jokowi sebagai Kepala Negara soal kesalahan
apa saja yang dilakukan oleh Komjen BG sehingga dinyatakan sebagai tersangka. Oleh AS dijawab: Itu rahasia
KPK dan tak seorangpun boleh tahu sebelum sidang Pengadilan.
Jokowi bilang: Bila itu menyangkut Kepentingan Bangsa, Negara dan Rakyat, maka tidak boleh ada rahasia yang
disembunyikan terhadap Kepala Negara.
Semua tindakan KPK tidak boleh menyimpang dari Tata Kelola Kenegaraan. Jadi KPK tidak boleh bertindak
semaunya sendiri. Kalau Ketua KPK saya tindak akibat pembangkangan ini, itu bisa berakibat kemerosotan
moral terhadap KPK. AS tampak kecut mendengar ancaman Jokowi tersebut, kata pejabat itu. Jokowi pun
memarahi Komjen Badrodin Haiti. Dia menegaskan Polri tak bisa berlaku arogan.

Jangan mentang-mentang Kepolisian punya pasukan dan punya senjata serta ada di bawah Presiden lantas
para Jenderal di bawah Kabareskrim dan dibawah Kapolri bisa bertindak seenaknya menangkap Pimpinan
Lembaga Tinggi Negara tanpa pemberitahuan kepada Kapolri, apalagi terhadap Presiden. Itu jelas melanggar
Tatanan Kenegaraan kita -Joko Widodo.
Mantan Wakapolri: Penyakit di Polri itu Budi Gunawan & Budi Waseso
Mantan Wakil Kepala Polri Komjen (Purn) Oegroseno menuding biang kerok perseteruan Polri dan KPK adalah
Komjen Budi Gunawan dan Komjen Budi Waseso. Apalagi penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang
Widjojanto atas kasus sengketa Pilkada Kotawaringin Barat dinilai menyalahi aturan.
Ini sudah melanggar KPK. Nah, makanya penyakitnya ada di dua, pertama di Budi Gunawan dan di Budi
Waseso, kata Oegroseno di gedung DPR Senayan Jakarta, Jumat (23/1/2015). Menurutnya guna menurunkan
tensi konflik, Presiden Jokowi sebaiknya menonaktifkan kedua Petinggi Polri itu. Di tubuh Polri masih banyak
calon lain yang lebih layak.
Udah dinonaktifkan saja itu, aman sudah. Loh, enggak usah ragu-ragu kan calon Kapolri banyak, terang dia.
Lanjut dia, kritik kerasnya akibat melihat perseteruan di dalam Polri kerena berebut jabatan. Sebenarnya, jabatan
yang diperebutkan pun tidak senyaman yang mereka bayangkan.
Saya dari dulu enggak punya cita-cita jadi Kapolri. Saya kerja dengan baik, sekarang junior saya berlomba
untuk menjadi Kapolri, untuk apa? Jadi Kapolri enggak enak, setiap hari dipanggil Presiden rapat, pusing,
pungkas dia.
KPK tak gentar walau satu per satu pimpinannya dihabisi
Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan tidak gentar bila jumlah pimpinan berkurang selepas Wakil Ketua
KPK, Bambang Widjojanto, ditangkap oleh Bareskrim Polri atas sangkaan mengarahkan saksi memberikan
keterangan palsu dalam sidang sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Kotawaringin Barat di Mahkamah
Konstitusi. Sebab menurut mereka di masa lalu hal ini juga pernah terjadi.
Tepatnya di masa kepemimpinan KPK periode kedua. Saat itu Ketua KPK Antasari Azhar terlibat perkara
pembunuhan. Meski akhirnya perkara itu dipertanyakan. Kemudian, dua Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Rianto
dan Chandra M. Hamzah, juga disangkakan menerima suap. Sehingga saat itu hanya tersisa dua Wakil Ketua
KPK, yakni Muhammad Jasin dan Haryono Umar. Kini pimpinan KPK tersisa tinggal Abraham Samad, Adnan
Pandu Praja, dan Zulkarnain.
Menurut Jasin ikut hadir dalam jumpa pers hari ini di Gedung KPK, Jumat (23/1/2015), dia mengatakan KPK
sudah memiliki prosedur buat menjamin kegiatan operasional tetap berjalan. Dia menyatakan meski saat itu
hanya tinggal berdua, tapi kegiatan tetap berjalan.
Saya rasa meski pimpinan hanya tingal dua atau satu, kegiatan tetap berjalan normal. Saya waktu itu yang paling
sering menandatangani sprindik, kata Jasin. Wakil Ketua KPK Zulkarnain mengatakan tindakan Polri adalah
serangan langsung terhadap pimpinan KPK. Tetapi dia menyatakan hal itu tidak membuat nyali KPK ciut. Kami
terima kasih dukungan ini semua sehingga kami dengan bertiga ini bisa kuat untuk melaksanakan tugas yang
berat ke depan, kata Zulkarnain.
Jokowi siapkan langkah agar KPK tidak lumpuh
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang menyusun kebijakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak
lumpuh, di tengah kasus yang menyeret sejumlah pimpinan dan konflik kelembagaan dengan Polri.
Presiden sedang siapkan langkah untuk memastikan KPK tidak lumpuh, KPK tetap akan berperan menjalankan
fungsi pemberantasan korupsi, kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto kepada wartawan di Istana Negara,
Jakarta, Sabtu (24/1/2015).
Andi menerangkan soal status tersangka Bambang Widjojanto oleh Bareskrim Mabes Polri, Jokowi belum bisa
menentukan sikap. Termasuk untuk mengeluarkan Kepres penghentian Bambang.
Tergantung proses ke depannya. Kalau BW karena sudah ada penetapan tersangka, presiden sedang menunggu
surat fomalnya penetapannya dari Kepolisian tentang ini. Belum masuk ke kami di Setneg, sehingga kami juga
belum bsia menelaah apa yang harus dilakukan presiden, lanjutnya.
Terlebih, lanjut Andi, melihat perkembangan bahwa Bambang berencana mempertimbangkan mundur dari kursi
pimpinan KPK. Sehingga dalam waktu dekat ini, Presiden akan menunggu perkembangan terlebih dahulu.
Jokowi menyadari kasus KPK-Polri adalah sensitif dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Sehingga
Presiden mengambil langkah hati-hati.

Presiden Joko Widodo membentuk tim independen guna mencari solusi kisruh yang sedang terjadi antara Komisi
Pemberantasan Korupsi dan kepolisian. Kami diminta memberikan masukan terkait dengan masalah dan
hubungan antara KPK dan Polri, termasuk juga personel Polri dan KPK yang menghadapi proses hukum. Kami
diundang atas pribadi, ujar salah satu anggota tim, Jimly Asshidique, di Istana Merdeka, Ahad malam, 25
Januari 2015.
Tim ini beranggotakan tujuh orang, yakni Ketua Dewan Kehormatan Penyelanggara Pemilu Jimly Asshidique;
mantan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Oegroseno; pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar;
pengamat hukum internasional, Hikmahanto Juwana; mantan Ketua KPK Erri Riyana; mantan pimpinan KPK,
Tumpak Hatorangan; dan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, yang
malam itu tak hadir.
Bambang mengajukan Surat Pengunduran Diri Sementara dari Wakil Ketua KPK
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Bambang Widjojanto, memutuskan mengundurkan diri sebagai
salah satu dari 5 pimpinan komisi antirasuah. Bambang mengajukan surat pengunduran diri karena telah
berstatus tersangka kasus dugaan mengarahkan pemberian keterangan palsu saat sidang di Mahkamah Kontitusi
pada 2010. Saat itu, Bambang menjadi pengacara dari salah satu calon kepala daerah Kotawaringin Barat.
Surat permohonan pemberhentian sementara karena saya mendapat panggilan sebagai tersangka untuk
diperiksa pada 23 Januari 2015 dan dikualifikasikan sebagai tersangka.
Kendati demikan, Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang KPK, bilamana seorang pimpinan KPK dinyatakan
tersangka, maka dia diberhentikan sementara. Saya tunduk pada konsitusi, UU, dan kemaslahatan kepentingan
publik.
Mudah-mudahan kasus ini bisa segera diselesaikan dan pemberantasan korupsi tidak bisa dibungkam. Tidak
bisa ditaklukkan hanya dengan cara-cara mengkriminalisasi karena saya yakin kasus ini diada-adakan. Karena
saya melakukan kewajiban penegak hukum telah menyatakan seseorang sebagai tersangka. Saya memohon
dukungan publik untuk tetap konsisten pada program pemberantasan korupsi. Saya mohon merapatkan barisan,
melakukan konsolidasi karena tantangan masih sangat luar biasa.
Kejahatan dilakukan dengan sistematik dan terstruktur. Saya mohon dibuat prioritas, fokusnya jelas bahwa
mafia-mafia penegak hukum yang tergabung dengan koruptor sudah bersatu padu. Fokus mewujudkan
Indonesia bersih dan bantu pemerintahan mewujudkan itu. Serta, jangan membuat pernyataan-pernyataan tidak
perlu yang menyebabkan pemberantasan korupsi tidak bisa optimal dan maksimal, tulis Bambang dalam
suratnya itu.
Pemberantasan Korupsi Masih Jalan Panjang
Masih begitu kuat dan mengakarnya korupsi mencengkram bangsa ini, membuat cita-cita Reformasi yang paling
terkenal yaitu: anti KKN (anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) seperti jauh panggang dari api, padahal sudah
nyaris 20 tahun lamanya!
Hmmm, kuat sekali barisan koruptor di negeri ini yach. Juga berikut antek-antek atau budak-budaknya yang
selalu hidup dibawah ketiak bauknya. Setelah itu mereka menua. dan mati, dikubur HANYA berbatu nisan.
Semua harta itu ditinggal sang koruptor beserta spesiesnya, antek-antek dan budak-budaknya, tergeletaklah
emas, berlian, tahta dan kekuasaan di dunia yang sementara ini. Hingga ketika mereka disiksa kubur sangat
pedih, lalu dibangunkan kembali di Padang Masyar untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang
telah dilakukan tanpa lagi bisa mengelak, bisa apa mereka? Karena yang berujar jujur bukanlah mulut lagi,
namun kaki, tangan, mata, hidung, telinga dan semua indera memberi kesaksiannya selama di dunia.
Atau. mereka masih berfikir dengan bodohnya: Nanti di alam berikutnya, mungkin Malaikat masih bisa
disogok. Namun mereka pastinya akan bertambah panik jika Malaikat mau disogok, dan kemudian balik
ditanya,Mana uangnya? *$#&@$!^#.
Biarkanlah lembaga-lembaga itu terutama KPK dan POLRI saling dapat membuktikan kebenarannya, dan juga
oknum-oknum bersalahnya dari kedua pihak. Asalkan, semua tuduhan yang dilontarkan harus dapat
dipertanggung-jawabkan, diprosaes dan harus dapat dibuktikan mana yang bersalah dan mana yang tidak
bersalah, agar KPK dan POLRI dapat lebih bersih dikemudian hari. Masih bingung?
Ah sudahlah biarkan mereka semua belajar strategi berpolitik, untuk apa lagi-lagi mengurusi kelas konspirasi
lokal, lebih baik kembali menuju tingkat yang lebih tinggi pada artikel selanjutnya: Lebih Dekat Dengan Project
MK-Ultra Proyek Mind Control Canggih Milik CIA

(sumber: okezone/ tempo.co 1 , 2 , 3 / detik.com 1 , 2, 3 / tribunnews/ cahayareformasi/ merdeka.com 1 , 2 , 3 ,


4 / ecologyasia.com / wikipedia)
Pustaka:
tribunnews.com, Relawan Jokowi: Abraham Samad Lebih Pantas Cawapres Ketimbang JK
- tribunnews.com, Jokowi Nilai Abraham Samad Lebih Cocok Jadi Presiden
nefosnews.com, Abraham Samad dan Jokowi Saling Dukung Jadi Presiden
tempo.co, Apa Saja Instruksi Bambang KPK di Sidang MK? Ini Kata Saksi

Anda mungkin juga menyukai