Kelompok 6
Oleh :
Ketua
: Yonanda Az Zikra
(151610101068)
Scriber Papan
(151610101069)
Scriber Meja
: Merlin Ratrina
(151610101056)
Anggota
(151610101059)
Husna Afifah
(151610101073)
(151610101061)
(151610101065)
(151610101066)
Arina Kamila
(151610101070)
Arina Rosyida
(151610101071)
(151610101074)
(151610101076)
Ratna Dewandari
(151610101077)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk dapat menyusun laporan hasil tutorial
skenario 4 yang berjudul Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial. Pembuatan
makalah ini didasarkan pada hasil pelaksanaan tutorial yang menggunakan metode
seven jump. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok
VI pada skenario keempat.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. drg. Mei Syafriadi, MDDc., PhD selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih mengandung banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan sehingga dapat digunakan untuk menyempurnakan laporan berikutnya.
Yang terakhir semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
SKENARIO IV
PENYAKIT INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL
Oleh : Prof. drg. Mei Syafriadi, MDSc., PhD
Distance)
Alat yang digunakan tongue blade
2. Sordes
3. Open Bur
Teknik untuk mengeluarkan pus
atau
nanah
untuk
STEP 2
Problem Definition
1. Bagaimana proses farmakokinetik dari obat penghilang rasa
sakit?
2. Bagaimana mekanisme, klasifikasi, dan cara pengukuran
trismus?
3. Bagaimana perjalanan rasa sakit hingga ke kepala?
4. Sorder?
5. Bagaimana keterlibatan linfonodi pada penyakit
infeksi
dentomaksilofasial?
6. Bagaimana pengaruh data fisik pasien terhadap penyakit
yang di derita?
7. Bagimana
gambaran
radiografi
pada
penyakit
dentomaksilofasial?
8. Bagaimana pengaruh posisi gigi terhadap perjalanan penyakit
dentomaksilofasial?
9. Darimana port dentry dari penyakit infeksi dentoalveolar
pasien?
STEP 3
Brainstorming
inflamasi
Interincisal
Opening
Distance).
MID
Cara
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Masuk
Masuk
Masuk
Masuk
Masuk
Masuk
dalam
dalam
dalam
dalam
dalam
dalam
LO
LO
LO
LO
LO
LO
STEP 4
Mapping
Infeksi Dent
Faktor yang
Port DEntry
Perikorona
Marginal
Pulpa
Lokal
Sistem Imun
Penyebar
Sembuh
Perkontinat
Hematog
Limfoge
Macam-Macam Penyakit
DMF
Tanda-
Subjektif
Komplika
Objekti
Penunja
Radiogr
HPA
Mekanisme
Masing-Masing
Pengobat
Penatalaksan
Perawata
Sistem
STEP 5
Learning Objective
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang port dentry infeksi
dentomaksilofasial.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang respon imunterhadap
adanya infeksi dentomaksilofasial.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang jalur penyebaran dan
klomplikasi infeksi dentomaksilofasial melalui perikontinuatum, limfogen,
dan hematogen.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam-macam
penyakit infeksi dentomaksilofasial dan tanda-tanda klinisnya.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang cara pemeriksaan
penyakit infeksi dentomaksilofasial.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan
berbagai penyakit infeksi dentomaksilofasial.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang faktor yang
mempengaruhi penyebaran infeksi dentomaksilofasial.
STEP 6
Self-study
STEP 7
Reporting
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang port dentry
infeksi dentomaksilofasial.
a. Invasi Mikroba melalui Pulpa
Invasi mikroba melalui pulpa dapat terjadi pada gigi yang mengalami
karies. Adanya karies yang telah mencapai pulpa dapat memungkinkan
terjadinya pulpitis oleh karena adanya invasi bakteri yang lebih lanjut. Setelah
terbentuk pulpitis, jika tetap dibiarkan tanpa adanya penanganan maka akan
terjadi gangrene pulpa. Namun, selain terbentuk gangrene pulpa dapat pula
pulpitis tersebut berkembang hanya pada satu akar sehingga terbentuk pulpitis
parsialis yang nantinya juga akan terjadi gangrene pulpa. Ini merupakan awal
terjadinya periodontitis apikalis.
Ketika terjadi keradangan pada jaringan periodontal di dekat akar, maka
tubuh akan memberikan respon pertahanan sehingga dapat terbentuk abses
yang disebut dengan abses periapikal.
b. Invasi Mikroba Melalui Jaringan Periodontal
Invasi mikroba melalui periodontal pada dasarnya sama dengan invasi
mikroba melalui pulpa. Akan tetapi letak perbedaan ada pada proses awal
hingga terbentuknya abses periapikal. Pada invasi mikroba melalui
periodontal diawali dengan adanya debris atau sisa makanan yang menempel
pada gigi yang kemudian dapat terbentuk plak didukung dengan oral hygiene
yang buruk dan dari plak tersebut juga dapat terbentuk kalkulus pada bagian
cervical gigi. Jika dibiarkan tanpa adanya perawatan maka bakteri akan mudah
masuk ke gingival dan dapat menyebabkan gingivitis dan jika invasi bakteri
semakin masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam seperti jaringan
periodontal makan akan dengan mudah terjadi periodontitis marginalis yang
dapat
menimbulkan
komplikasi
berupa
perikoronitis.
Perikoronitis ini dapat terjadi pada berbagai klasifikasi impaksi dan sangat
berkaitan dengan oral hygiene. Celah atau ruang antara mahkota gigi dan
gingiva pada gigi yang impaksi merupakan tempat yang ideal untuk akumulasi
debris dan pertumbuhan bakteri-bakteri, karena pada daerah itu sisa-sisa
makanan yang menempel sulit dibersihkan.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang respon imun
terhadap adanya infeksi dentomaksilofasial.
Respon Imun Selular terhadap adanya infeksi
1. Respon Imun Nonspesifik
Respon Imun Nonspesifik secara cepat mengirimkan sel-sel PMN
dan protein plasma kepada daerah yang tedapat bakteri ataupun toksinnya.
Ada 2 proses yang penting dalam respon imun nonspesifik ini :
a. Perubahan vascular
Adanya infeksi bakteri akan menyebabkan pembuluh daah
mengalami vasokonstiksi selama beberapa detik, lalu terjadi
vasodilatasi lokal. Vasodilatasi ini meningkatkan aliran darah dan
menyebabkan adanya cardinal sign kemerahan (erythema, hangat pada
permukaan). Selama proses vasodilatasi terjadi peningkatan viskositas
darah sehingga menyebabkan pelambatan aliran pembuluh darah
(stasis). Saat pembuluh darah statis, terjadi akumulasi PMN pada
dinding pembuluh darah yang disebut marginasi.
b. Perubahan selular
Emigrasi PMN dari sirkulasi dan akumulasi pada jaringan yang
terdapat infeksi, diikuti oleh aktivasi PMN. Adanya sinyal-sinyal
kimia yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak akibat adanya infeksi,
makrofag, sel dendritic, dan sel mast. Sinyal-sinyal kimia tersebut
mampu
dan
memahami
klomplikasi
dan
menjelaskan
infeksi
tentang
dentomaksilofasial
jalur
melalui
berukuran lebih besar sampai pada titik tempat sistem tersebut bermuara
ke dalam sirkulasi darah (Guyton, 2014).
penyebarannya.
Sistem
limfatik
dapat
menjadi
megkontaminasi
sinus
cavernous
kemudian
menyebabkan
terutama pada muka dan leher, karena biasanya pertahanan terhadap infeksi
pada daerah tersebut kurang sempurna.
Selulitis mengenai jaringan subkutan bersifat difus, konsistensinya
bisa sangat lunak maupun keras seperti papan, ukurannya besar, spongius dan
tanpa disertai adanya pus, serta didahului adanya infeksi bakteri. Tidak
terdapat fluktuasi yang nyata seperti pada abses, walaupun infeksi
membentuk suatu lokalisasi cairan (Peterson, 2003).
Penyebaran infeksi selulitis progressif mengenai daerah sekitar, bisa
melewati median line, kadang-kadang turun mengenai leher (Pedlar, 2007).
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme
lainnya negatif anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium
(Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan infeksi
campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri aerob maupun anaerob
mempunyai fungsi yang sinergis (Peterson,2003).
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses
periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi
gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi
periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak
steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila /
mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral
malignancy.
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang
anatomi atau spasia yang terlibat.
2. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Biasanya infeksi primer dari selulitis berasal dari gigi molar kedua
dan
ketiga
bawah,
penyebab
lainnya
adalah
sialodenitis
kelenjar
ada jalan keluar nanah atau pus. Sehingga nanah atau pus tadi terperangkap
dalam jaringan dan terus membesar.
Abses dapat terbentuk pada seluruh bagian di dalam tubuh.
Khususnya di dalam mulut, dapat terbentuk di gusi, gigi, atau akarnya.
Bakteri dapat masuk dengan beberapa jalan:
1. Melalui luka yang terbuka
2. Melalui lubang karies
3. Melalui poket atau gusi yang terbuka
ABSES ODONTOGENIK
Abses odontogenik merupakan tahap infeksi dalam jaringan dimana selsel mengalami inflamasi disertai leukosit yang nantinya akan mengalami
fluktuasi.
A. Etiologi
Penyebab dari abses odontogenik antara lain adanya infeksi mikrobial,
reaksi hipersensitivitas, dan trauma fisik seperti kontak antara gigi molar
belakang rahang atas dengan operkulum yang terdapat pada gigi molar tiga
rahang bawah. Selain itu, adanya paparan dari bahan kimia yang iritan dan
korosif juga dapat menyebabkan abses odontogenik.
Perikoronitis juga dapat menyebabkan timbulnya abses odontogenik.
Perikoronitis disebabkan karena adanya gigi molar ketiga yang impaksi.
Biasanya, gigi molar ketiga ini mengalami partial errupted sehingga terdapat
celah antara mahkota gigi molar ketiga dengan gingiva di sekitarnya. Celah
ini memberi celah bagi debris untuk berakumulasi di dalamnya. Karena lokasi
yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, maka oral hygiene pada daerah tersebut
seringkali rendah. Oral hygiene yang buruk dan adanya tumpukan debris pada
celah tersebut menyebabkan adanya akumulasi bakteri pada daerah itu.
Bakteri ini akan menginfeksi gingiva di sekitarnya sehingga menimbulkan
respon imun tubuh berupa peradangan atau inflamasi. Adanya peradangan ini
menyebabkan terbentuknya abses.
B. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari abses odontogenik antara lain gejala sakit yang
kompleks. Selain itu, adanya pembengkakan atau oedema dimana
pembengkakan ini mengandung pus didalamnya, sehingga nantinya akan
terjadi supurasi. Di samping itu, abses odontogenik tampak kemerahan, terasa
sakit dan nyeri saat ditekan dimana rasa sakit dan nyeri ini terlokalisir hanya
pada daerah abses tersebut. Biasanya, penderita mengalami gangguan
pengecapan dan halitosis atau bau mulut.
ABSES PERIODONTAL
A. Etiologi
Abses periodontal merupakan suatu supurasi di sekitar jaringan
periodonsium, biasanya merupakan lanjutan daripada periodontitis kronis
yang lama. Tipe infeksi ini biasanya dimulai pada gingival cervice pada
permukaan akar, sering dijumpai ke permukaan apeks. Keadaan ini biasanya
merupakan serangan yang tiba-tiba dengan sakit yang amat sangat. Suatu
abses periodontal dapat dihubungkan dengan gigi non vital atau adanya
trauma.
B. Pemeriksaan Klinis
ABSES PERIAPIKAL
A. Etiologi
Abses periapikal merupakan infeksi akut yang terlokalisir, manifestasinya
berupa keradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, atau kerusakan
jaringan setempat. Biasanya dimulai di region periapikal dari akar gigi dan
sebagai akibat dari pulpa yang non vital atau pulpa yang mengalami
degenerasi. Dapat juga terjadi setelah adanya trauma pada jaringan pulpa.
B. Pemeriksaan Klinis
Abses periapikal berukuran kecil, dari diameter di bawah 1 cm sampai
cukup besar sehingga dapat menutupi vestibulum. Mukosa di atasnya tampak
mengkilat, eritematus, tegang, dan kencang.
Pada awalnya, penderita akan merasakan sakit yang berdenyut-denyut
di daerah yang terdapat abses. Lalu gigi akan menjadi lebih sensitif terhadap
rangsang panas dan dingin serta tekanan dan pengunyahan. Selanjutnya
penderita akan mengalami demam, kelenjar limfe di bagian rahang bawah
akan terasa lebih menggumpal atau sedikit mengeras dan terasa sakit jika
diraba. Penderita juga merasa sakit pada daerah sinus. Jika pus mendapatkan
jalan keluar, maka akan menimbulkan bau busuk dan rasa sedikit asin dalam
rongga mulut.
C. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan gambar radiografi pada abses ini akan tampak gambaran
radiolusen berbatas diffuse di periapikal
ABSES SUBMANDIBULA
Abses submandibula adalah abses yang terjadi di ruang submandibula
atau di salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala
leher. Ruang submandibula terdiri dari : ruang sublingual dan ruang sub
maksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot
mylohyoid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental
dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior. Namun ada
pembagian lain yang tidak menyertakan ruang sublingual ke dalam ruang
submandibula, dan membagi ruang submandibula atas ruang submental dan
ruang submaksila saja.
Perikoronitis
Perikoronitis adalah keradangan pada jaringan lunak mulut sekitar gigi yang
mengalami erupsi sebagian. Perikoronitis berasal dari Peri bahasa Latin
berarti di sekitar atau sekitar. Coron berasal dari kata Yunani yang berarti
keradangan (Nutt and Mathew, 2007).
Etiologi
Penyebab umum yang menyebabkan perikoronitis adalah terjebaknya
makanan di bawah operkulum. Selama makan, debris makanan dapat
berkumpul pada poket antara operculum dan gigi impaksi. Streptococcus dan
beberapa bakterianaerob lainnya dapat menyebabkan perikoronitis ( Hupp,
2008). Menurut Marsh and Martin, 2009 bakteri anerob yang terlibat dalam
terjadinya perikoronitis antaralain Prevotella intermedia, Fusobacterium sp,
Aztinomycetemcomitans, dan Tannerella forsythia.
Perikoronitis dapat juga diikuti oleh trauma minor dari tiga rahang atas.
jaringan lunak yang menutupi permukaan oklusal dari gigi yang mengalamo
erupsi sebagian ini mengalami trauma dan menjadi kemerahan sehingga dapat
memperparah keradangan.
Kista Radikuler
Kista radikuler adalah kista odontogenik yang terjadi pada
apeks gigi nonvital, yang mengalami peradangan. Terjadinya
dari
seluruh
kista
dari
proses
proliferasi
hidrostatik
dinding
pada
kista,
lumen
sehingga
dan
peningkatan
akumulasi
cairan
tanpa
sekitarnya
gejala/asimtomatik,
atau
kebiruan,
warna
sama
permukaan
dengan
licin,
tidak
keberadaannya
umumnya
diketahui
tidak
secara
disadari
tidak
oleh
sengaja
pasien
pada
dan
waktu
5. Mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
tentang
cara
tentang
Molar: gigi molar yang terinfeksi membentuk abses bukal atau palatal, jika
penetrasi pus berada dibawah perlekatan muskulus businator dan abses bukal
space jika penetrasi pusnya di atas perlekatan muskulus.
Penyebaran infeksi lewat gigi-gigi mandibula:
Insisivus: dari gigi insisivus mandibula, infeksi menyebar untuk membentuk
abses labial jika penestrasi pus di atas perlekatan muskulus, dan membentuk
abses spasium submental jika berada dibawah perlekatan muskulus.
Caninus: karena semua perlekatan muskulus berada di bawah akar gigi
caninus mandibula, penetrasi pus di atas perlekatan muskulus, dan
membentuk hanya abses abses labial atau vestibular.
Premolar: infeksi premolar memungkinkan terbentuknya abses vestibular, dan
perforasi di lingual memungkinkan terbentuknya abses sublingual.
Molar 1: jika pus dari molar 1 berpenetrasi di atas perlekatan muskulus
buccinator, maka akan terbentuk abses vestibular di daerah bukal, dan jika di
bawah perlekatan muskulus akan menghasilkan abses buccal space. Abses
sublingual mungkin terbentuk jika penestrasi pus melalui daerah lingual.
Molar 2: ada empat kempungkinan yang terjadi, abses vestibular space atau
bukal space jika penestrasi pus sampai daerah bukal dan abses sublingual atau
submandibular jika penestrasi pus sampai lingual.
Molar 3: gigi molar 3 akan membentuk abses submandibular atau
ptetygomandibular atau submasseteric.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA