Anda di halaman 1dari 3

21

BAB IV
PEMBAHASAN
Secara garis besar ortodontik bisa didapatkan secara langsung dari melakukan
Tanya jawab dengan pasien atau orang tua pasien yang biasa disebut dengan
anamnesis dan pemeriksaan klinis pada pasien. Data tidak langsung didapatkan dari
evaluasi rekam ortodontik yaitu model studi, foto rontgen oeriapikal atau panoramic,
foto ekstra dan intraoral dan untuk kasus-kasus yang memerlukan perawatan
komprehensif diperlukan sefalomerti.
Keluhan utama pasien hendaknya diperhatikan meskipun tidak selalu keluhan
pasien merupakan maloklusi yang akan dilakukan perawatan. Riwayat kesehatan
pasien perlu diketahui terutama yang berhubungan dengan alergi agar dapat dipilih
bahan yang tidak merupakan penyebab alergi bagi pasien ; keadaan tonsil yang dapat
memengaruhi pola menelan maupun bernafas yang dapat menyebabkan maloklusi.
Ras dan bentuk skelet pasien perlu diperhatikan karena adanya ciri-ciri fisik tertentu
pada ras.
Kondisi ekstraoral ada kaitan antara berbagai keadaan yang diperiksa. Bentuk
kepala berpengaruh pada tipe wajah dan kadang-kadang dengan profil. Pemeriksan
profil secara saksama dapat memberikan gambaran yang menyerupai sefalogram,
meskipun secara garis besar dan masih belum terperinci. Bibir perlu mendapatkan
perhatian karena berpengaruhpada hasil perawatan. Keadan intraoral terutama
jaringan periodontal dan kebersihan mulut perlu diupayakan dalam keadaan sehat
karena akan sangat memengaruhi perawatan. Ukuran dan fungsi lidah dapat
menyebabkan maloklusi maupun kestabilan hasil perawatan
Kondisi sendi temporomandibula yang normal yang ditandai dengan adanya
pembukaan maksimum, tidak ada rasa sakit dan suara menentukan proses
pengunyahan. Path of closure yang normal ditandai dengan tidak adanya deviasi
maupun displacement mandibular kea rah sagittal maupun lateral menentukan oklusi

22

sentrik yang baik. Deviasi mandibular tidak menyebabkan kelainan tetapi


displacement menyebabkan maloklusi.
Dengan menganalisis model dapat diketahui bentuk lekung gigi , kurva spee,
simetri letak gigi yang salah, juga pergeseran garis median. Selain itu, yang penting
dilakukan adalah menghitung diskrepansi pada model yang didapat dari tempat yang
tersedia dan tempat yang dibutuhkan untuk memadu macam perawatan yang sesuai
untuk pasien tersebut. Relasi gigi dalam jurusan sagittal, tranversal dan vertical
penting untuk dipelajari dengan seksama agar dapat diketahui kelainan gigi dalam
tiga bidang orientasi.
Analisis sefalometri memungkinkan seorang dokter gigi mengetahui secara
lebih tepat posisi maksila dan mandibula terhadap cranium sehingga dapat diketahui
adanya kelainan skeletal. Inklinasi gigi juga dapat diketahui dengan membaca sudut
yang dibentuk oleh sumbu gigi atas terhadap garis maksila dan sumbu gigi bawah
terhadap garis mandibula. Analisis sefalometri meskipun emberikan informasi
keadaan keadaan yang tidak diketahui secara tepat di klinik akan tetapi tetap
mempunyai kekurangan sehingga sekarang sedang berkembang sefalometri tiga
dimensi.
Klasifikasi maloklusi menurut angle adalah kalsifikasi yang paling banyak
digunakan di dunia meskipun mempunyai beberapa kekurangan. Klasifikasi angle
didasarkan relasi molar pertam permanen dalam jurusan sagittal. Klasifikasinya dalah
maloklusi kelas I, maloklusi kelas II devisi I, maloklusi kelas II devisi II, dan
maloklusi kelas III. Maloklusi kelas I tidak mempunyai gambaran klinis yan spesifik,
sedangkan maloklusi selain kelas I mempunyai gambaran klinis yang spesifik.
Pada kasus dari skenario 4 ini, menyebutkan bahwa pasien wanita berusia 9
tahun, datang ke RSGM IIK dengan keluhan ingin memperbaiki susunan geligi
depannya yang maju. Dari hasil analisa diketahui bahwa pasien memiliki kebiasaan
buruk yaitu menggigit ibu jari, diskrepansi model kekurangan tempat 4 mm RA dan 1
RB, berdesakan anterior RB dan protrusi anterior RA, open bite, diastema multiple,
serta analisis chepalometri menunjukkan hasil 2 derajat. Diagnosa pada kasus adalah

23

maloklusi kelas 1 disertai protrusi anterior rahang atas dan berdesakan anterior rahang
bawah. Perawatan yang akan dilakukan yaitu penggunaan ortodonti lepasan. Desain
piranti untuk rahang atas yaitu komponen aktif berupa busur labial untuk
mengkoreksi gigi anterior yang mengalami protrusi dan komponen retentifnya berupa
cengkeram adam di gigi 16 dan 26. Sedangkan desain piranti lepasan untuk rahang
bawah berupa komponen aktif sekrup ekspansi untuk melebarkan lengkung rahang,
retensi berupa cangkolan adam pada gigi 36 dan 46, busur labial digunakan sebagai
komponen pasif.

Anda mungkin juga menyukai