: ROSMA
: 821672489
: bukrosma@gmail.com
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia
sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan. Disebutkan secara tegas dalam UndangUndang tersebut bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14). Peratuaran pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan mengamanatkan Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik,kompetensi dan sertifikat pendidik. Guru dengan kompetensi pendiddik
artinya guru harus manpu dan dapat mengelola pembelajaran dengan baik agar
menyenangkan bagi peserta didik dan juga harus memiliki pengetahuan tentang peserta
didik mereka, bagaiman mengajar anak yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
dan kebutuhan anak. Karena anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang
mengalami suatu proses perkembangan dengan pesat, dan pundamental bagi kehidupan
selanjutnya.
Berdasarkan temuan yang terjadi di kelas peneliti
terhadap kegiatan
melalui kegiatan
2. Analisis masalah
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti, hasil pembelajar kognitif
anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi di kelompok B PAUD Lembah
Teriang Pagadih kecamatan palupuh kabupaten agam nagari pagadih rendah
disebabkan oleh :
a. Penggunakan metode pembelajaran yang kurang berfariasi menyebabkan
menurunnya motivasi siswa terhadap pembelajaran.
b. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang
mengakibatkan siswa tidak termotivasi dan fokus terhadap pelajaran.
c. Guru kurang menggunakan alat peraga
d. Guru terlalu mendominasi kelas, sehingga hal ini menyebabkan siswa cenderung
pasif, dan tidak berani bertanya didalam kelas.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari sejumlah metode yang ada, penggunakan metode bercerita yang
berpariasi dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. Sehingga dengan
menggunakan metode bercerita yang berpariasi hasil pembelajaran kognitif anak di
kelompok B PAUD Lembah Teriang Pagadih kecamatan palupuh kabupaten agam
nagari pagadih dapat ditingkatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di simpulkan masalah:
Bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B melalui
Kegitan
pengetahuan
dan
keterampilan.
e. Menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam kognitif anak dan
mendorongnya agar lebih aktif dalam menciptakan kegiatan bercerita yang
berpariasi sesuai situasi dan kebutuhan.
6) Daya
konsentrasi yang pendek, 7) Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling
potensial.
Karakteristik anak usia dini menurut Yuliani (2009:7) adalah: 1)
Egosentrisme, 2) Cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang
dan kepentingan sendiri, 3) Anak mengira dunia ini penuh dengan hal-hal yang
menarik dan menakjubkan, 4) Anak adalah makhluk sosial, 5) Anak membangun
konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah, 6) Anak merupakan pribadi yang
unik, 7) Kaya dengan fantasi, 8) Mereka senang dengan hal-hal yang bersifat
imajinatif, 9) Daya konsentrasi yang pendek, 10) Masa usia dini merupakan masa
belajar yang potensial, 11) Masa usia dini disebut masa golden age (masa emas).
minat
dan
kebiasaan
membaca,
tetapi
juga
dalam
Subyek penelitian yang diamati oleh peneliti adalah anak kelompok B PAUD
Lembah Teriang Pagadih,Kecamatan Palupuh yang berjumlah 15 orang yang terdiri
dari 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Di jadikannya kelompok B PAUD
Lembah Teriang
3.
Hari/Tgl
Jumat/6 April 2016
Senin Jumat /
11,12,13,14,15 April
2016
Senin Jumat /
18,19,20,21,22 April
2016
Kegiatan Pembelajaran
Kognitif
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Ket
Adapun tema pada siklus 1 adalah Alam Semesta dengan subtema Benda-benda
Langit dan siklus 2 tema Alam Semesta dengan subtema Gejala Alam. Penelitian
perbaikan pembelajaran ini dilakukan di kelompok B dengan 15 anak yang terdiri dari
7 laki-laki dan 8 perempuan. Disamping itu peneliti tertarik dengan masalah
kemampuan kognitif anak di PAUD Lembah Teriang karena masih banyak anak
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran terutama dalam hal bercerita.
4. Pihak yang Membantu
Dalam pelaksanaan Penelitian ini penulis di bantu oleh beberapa pihak yaitu :
a. Supervisor 1 adalah Ibu Dra. Misyar, M.Pd selaku pembimbing yang banyak
memberi masukan dan bimbingan dalam pembuatan Laporan Pemantapan
Kemampan Propesioanal.
b. Supervisor 2 adalah Bapak Zainul Rijal,S.Pd yang memberikan arahan dalam
pelaksanaan perbaikan pengembangan dengan mengunakan lembar pengamatan
yang telah peneliti siapkan dalam instrumen penilaian.
c. Penilai 1 adalah bapak Zainul Rijal,S.Pd yang membantu untuk menilai RKH
dengan mengunakan APKG 1 dan APKG 2.
d. Anak PAUD Lembah Teriang yang berperan aktif dan terlibat langsung serta
selaku objek penelitian
e. Teman kuliah
B. Desain Prosedur Perbaikan Pengembangan
a.
Rencana Siklus 1
Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam lima kali pertemuan dengan:
1. perencanaan
a) Merancang kegiatan yang akan dilakukan anak saat bermain huruf.
b) Menyusun rencana pembelajaran berupa rencana kegiatan mingguan dan
rencana kegiatan harian.
c) Menyiapkan media permaianan huruf.
d) Menyiapkan lembaran instrument penelitian yaitu lembaran format obsevasi.
e) Merancang penelitian awal dan akhir yang dilakukan untuk meningkatkan
Kemampuan Kognitif.
f) Membuat lembar hasil observasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan penutup.
a) Peneliti melaksanakan pembelajaran / pengembangan kognitif melalui
kegiatan bercerita yang berpariasi.
b) Supervisor dua melakukan pengamatan dan mengunakan format opsepasi .
c) Peneliti dan supervisor dua melakukan diskusi terhadap tindakan yang
dilakukan.
3. Pengamatan
Pengmatan dilakukan secara bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung.
Pengamatan
merupakan
serangkaian
kegiatan
mengenali,
merekam,
Tabel 3.1
Format Observasi
Nilai
No
2.
Kemampuan anak
mencetak dengan umbian
BB
F %
MB
F %
BSH
f %
BSB
f %
Kemampuan
menghubungkan /
memasangkan lambang
4
bilangan dengan bedabenda sampai 10 melalui
permainan angka
Persentase rata-rata
b. format wawancara
peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada anak diakhir pembelajaran
tentang kegiatan yang telah dilakukan. Adapun format wawancara dari
peningkatan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang
berpariasi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Format wawancara
format yang digunakan peneliti dalam tindakan kelas ini adalah format obsepasi.
No Pertanyaan
Jawaban
Alasan
1
Bagaimanakah
perasaan
anak ketika bercerita dengan
boneka tanggan ?
2
Apakah anak menemui
kesulitan dalam bercerita
dengan boneka tanggan ?
3
Apakah
anak
senang
bercerita dengan boneka
tanggan ?
c. dokumentasi
peneliti mendokumentasikan berupa RKH, Lembaran obsepasi, dan foto yang
diambil waktu pembelajran berlangsung.
d. Rencana Refleksi
Rencana Siklus II
Dalam siklus dua ini peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan pemberlajaran
berdasarkan hal-hal yang belum tercapai pada siklus I. Siklus I dan siklus II
akan dilakukan masing masing lima kali pertemuan.
1. Perencanaan
a. Merancang kegiatan yang akan dilakukan anak saat bermain huruf.
b. Menyusun rencana pembelajaran berupa rencana kegiatan mingguan dan
rencana kegiatan harian.
c. Menyiapkan media permaianan huruf.
d. Menyiapkan lembaran instrument penelitian yaitu lembaran format
obsevasi.
e. Merancang
penelitian
awal
dan
akhir
yang
dilakukan
untuk
merupakan
serangkaian
kegiatan
mengenali,
merekam,
pembelajaran bercerita.
Tabel 3.2
Format Observasi
Nilai
No
1.
2.
Kemampuan anak
mencetak dengan umbian
BB
f %
MB
F %
BSH
f %
BSB
f %
Kemampuan
menghubungkan /
memasangkan lambang
4
bilangan dengan bedabenda sampai 10 melalui
permainan angka
Persentase rata-rata
b. format wawancara
peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada anak diakhir pembelajaran
tentang kegiatan yang telah dilakukan. Adapun format wawancara dari
peningkatan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Format wawancara
format yang digunakan peneliti dalam tindakan kelas ini adalah format obsepasi.
No Pertanyaan
Jawaban
Alasan
1
Bagaimanakah
perasaan
anak ketika bercerita dengan
boneka tanggan ?
2
Apakah anak menemui
kesulitan dalam bercerita
dengan boneka tanggan ?
3
Apakah
anak
senang
bercerita dengan boneka
tanggan ?
c. dokumentasi
Peneliti mendokumentasikan berupa RKH, Lembaran obsepasi, dan foto yang
diambil waktu pembelajran berlangsung.
d. Rencana Refleksi
1. Refleksi dilakukan setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan hasil kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dan refleksi juga bisa di dapat dari hasil analisa data
perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan serta refleksi juga bisa
didapat dari hasil masukan dari superpisor 2 dan penilai.
3. Refleksi di lakuakn untuk memperbaikai kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya atau pertemuan berikutnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Observasi adalah cara mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi
dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar observasi
anak lebih terarah maka diperlukan pedoman observasi yang dikembangkan oleh
guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk
mengamati prilaku anak.
D. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari selama penelitian berlangsung dianalisis dengan teknik
persentase, yaitu membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir
dikalikan 100%. Untuk itu kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk tabel dan
diolah secara deskriptif.
Data yang diperoleh selama pembelajaran diolah dengan teknik persentase
menggunakan rumus yang dikemukaan oleh Sugiyono (2009: 43).
P=
f
N
100%
Keterangan :
P
= Persentase yang diperlukan
f
= Frekuensi nilai siswa
N
= Jumlah siswa
Untuk menentukan keaktifan murid berdasrkan capaian yang diperoleh seperti: BB, MB,
BSH, BSB di tentukan berdasrkan kriteria yang ditetapkan oleh arikunti (2006 : 114)
yaitu:
Klasifikasi Persentase
Klasifikasi
MB ( Mulai berkembang )
BSH ( Berkembang sesuai harapan )
BSB ( Berkembang sagat baik )
Persentase
0% - 39 %
40 % - 74 %
75 % - 100 %
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi awal (sebelum tindakan) kemampuan kognitif
anak sangat rendah, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Kemampuan Kognitif Anak Kondisi Awal
(Sebelum Tindakan)
No
1.
Nilai
BSH
F
%
BB
F %
MB
f
%
60
53
11
BSB
%
27
13
27
20
73
13
13
60
27
13
62
28
15
Pada aspek kedua anak mapu bercerita dengan boneka tangan memperoleh
nilai BSB tiga orang dengan persentase 20%, anak yang memperoleh nilai BSH empat
orang dengan persentase 27% dan anak yang memperoleh nilai MB sebanyak delapan
orang dengan persentase 53%.
Pada aspek ketiga yaitu anak mampu memcocok gambar bintang yang
memperoleh nilai BSB sebanyak dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak dua orang dengan persentase 13% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak sebelas orang dengan persentase 73%.
Pada aspek keempatanak mampu memasang lambang bilangan dengan angka.
Anak yang memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang
memperoleh niai MB sebanyak sembilan orang dengan persentase 60%.
Grafik 4.1
Hasil observasi peningkatan kemampuan kognitif
(sebelum tindakan)
kemampuan anak
untuk bernyanyi
bersama
anak mampu
bercerita dengan
boneka tangan
anak mampu
mencocok gambar
bintang
anak mampu
memasangkan
lambang bilangan
dengan angka
tanggal 13 Apri 2016, pertemuan keempat dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14
Apri 2016, pertemuan kelima dilaksanakan pada hari jumat tanggal 15 Apri 2016,
Pertemuan kelima hari jumat 15 april 2016
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
tingkat pencapaiaan perkembangan. Capaian perkembangan dan indikator, adapun
tingkat pencapaian perkembangan disini adalah anak dapat mengerti perintah secara
bersamaan. Sedangkan indikator yang digunakan adalah anak dapat memasang
lambang bilangan dengan angka.
Adapun perencanaan yan g dilakukan adalah dengan membuat persiapan mengajar
seperti menyiapkan RKH, menyiapkan bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu alat peraga berupa gambar bintang dan pelangi yang
akan diceritakan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan langkah langkah kegiatan yaitu
1.kegiatan awal lebih 30 menit
a. anak mengucapkan salam
b. anak membaca doa dan ayat pendek bersama guru
c. guru bercakap-cakap tentang benda benda langit
a.
b.
c.
d.
e.
a. Setelah semua kegiatan selesai maka guru dan anak ber doa , bernyanyi bersama
dan pulang
1. Pengamatan
Berdasarkan hasil opsepasi yang dilakukan selama melakukan kegiatan maka peneliti
mendapatkan hal-hal sebagai berikut.
BB
F %
Nilai
MB
BSH
f % F %
BSB
%
27
33
40
33
40
27
20
47
20
40
25
40
33
40
35
memperoleh nilai BSH 6 orang dengan persentase 40% dan anak yang memperoleh
niai MB sebanyak 3 orang dengan persentase 20%.
Grafik 4.6
Hasil Opsepasi Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kegiatan Bercerita yang Berpariasi
Pada Siklus I Pertemuan 5
kemampuan anak
untuk bernyanyi
bersama
anak mampu
bercerita dengan
boneka tangan
anak mampu
mencocok gambar
bintang
anak mampu
memasangkan
lambang bilangan
dengan angka
4.Refleksi
Berdasarkan grafik diatas rata-rata persentase anak yang memperoleh nilai BSB dari
aspek pertama samapai keempat yaitu 35% dan yang mendapat nilai BSH 40% dan
yang mendapat nilai MB 25% hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
pengembangan kemampuan kognitif anak belum mencapai hasil yang di inginkan pada
tujuan perbaikan maka dilanjutkan pada kegiatan berikutnya.
2. deskipsi siklus II
Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti pertemuan I- 5 pada siklus I maka peneliti
akan mengulangi kembali kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan menukar alat,
bahan dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2.
Pembelajaran yang akan dilaksanakan mulai 18 -22 april 2016.
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
tingkat pencapaiaan perkembangan. Capaian perkembangan dan indikator, adapun
tingkat pencapaian perkembangan disini adalah anak dapat mengerti perintah secara
BB
F %
Nilai
MB
BSH
f % F %
BSB
F
%
53
47
53
47
mampumenceritakan
diman letak pelangi
3.
Anak ampu menulis
gambar pelangi
4.
Anak mampu menulis
angka
Persentase Rata-Rata
0
0
40
47
48
60
53
57
yang
memperoleh nilai BSB sebanyak 9 orang dengan persentase 60%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak 6 orang dengan persentase 40% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak orang dengan persentase %.
Pada aspek keempat anak mampu memasang menulis
memperoleh nilai BSB 8 orang dengan persentase 53%, anak yang memperoleh nilai
BSH 7 orang dengan persentase 47% dan anak yang memperoleh niai MB sebanyak
orang dengan persentase %.
Grfik 4.11
Hasil Opsepasi Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kegiatan Bercerita yang Berpariasi
Pada Siklus II Pertemuan V
4. Refleksi
Berdasarkan grafik diatas rata-rata persentase anak yang memperoleh nilai
BSB dari aspek pertama samapai keempat yaitu 85% dan yang mendapat nilai BSH
10% dan yang mendapat nilai MB 0 % hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
pengembangan kemampuan kognitif anak sudah mencapai tujuan perbaikan yang di
inginkan secara oktimal.
Berdasarkan hasil opserpasi pada siklus 2 maka peneliti mendapatkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Anak tertarik dan berminat mengikuti pembelajran untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi
b. Kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi meningkat
c. Anak sangat senang karena guru bercerita mengunakan alat peraga
d. Pembelajaran pada siklus dua ini mengalami peningkatan proses dan hasil belajar
yang sangat memuaskan
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan
1. Hasil Refleksi sebelum melakukan perbaikan
Berdasarkan hasil pengamatan hasil refleksi sebelum melakukan kegiatan
perbaikan dapat di lihat presentase kemampuan kognitif anak sebagai berikut :
Tabel 4.14
Hasil Refleksi Kemampuan Kognitif Anak
(Sebelum kegiatan pembelajaran)
No
BB
f %
MB
F
%
Nilai
BSH
F
%
BSB
%
1.
60
27
13
53
27
20
11
73
13
13
60
27
13
62
28
15
kognitif anak pada (sebelum kegiatan
pembelajaran) pada aspek pertama anak mampu untuk bernyanyi bersama, anak
memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13% dan anak memperoleh nilai
BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang memperoleh nilai MB
sebanyak sembilan orang dengan persetase 60%.
Pada aspek kedua anak mapu bercerita dengan boneka tangan memperoleh
nilai BSB tiga orang dengan persentase 20%, anak yang memperoleh nilai BSH empat
orang dengan persentase 27% dan anak yang memperoleh nilai MB sebanyak delapan
orang dengan persentase 53%.
Pada aspek ketiga yaitu anak mampu memcocok gambar bintang yang
memperoleh nilai BSB sebanyak dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak dua orang dengan persentase 13% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak sebelas orang dengan persentase 73%.
Pada aspek keempatanak mampu memasang lambang bilangan dengan angka.
Anak yang memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang
memperoleh niai MB sebanyak sembilan orang dengan persentase 60%.
Grafik 4. 12
Persentase Hasil Refleksi Kemampuan Kognitif Anak
Sebelum kegiatan pembelajaran
kemampuan anak
untuk bernyanyi
bersama
anak mampu bercerita
dengan boneka tangan
anak mampu
mencocok gambar
bintang
anak mampu
memasangkan
lambang bilangan
dengan angka
Siklus I
Anak mampu bernyanyi bersama yang disediakan pada siklus I dengan nilai BSB
75%, pada siklus II meningkat naik 85%.
2.
Anak mampu menyebutkan dimana letak pelangi pada siklus I dengan nilai 55%,
pada siklus II meningkat menjadi 94 %.
3.
Anak mampu menuliskan gambar pelangi pada siklus I nilai BSB 55% pada siklus II
meningkat 84%.
4.
Anak mampu menuliskan angka pada siklus I nilai BSB 20% dan meningkat menjadi
90%.
Berdasarkan nilai rata-rata diperoleh anak pada siklus terjadi perbaikan yang
diharapkan yaitu pada pertemuan kelima hasil yang diperoleh sudah mencapai tingkat
perkembangan yang optimal.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: Gambaran meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui bercerita
yang berpariasi di PAUD Lembah Teriang Pagadih Kecamatan Palupuh mrnunjukkan
bahwa anak mampu tampil kedepan untuk bercerita dengan berani tanpa gemetar.
Meningkat dari 15% menjadi 95% dengan peningkatan 80%
Pelaksaan pembelajaran pengenalan mencetak dengan umbian sangat menarik
bagi anak karena memakai media yang mudah. Pelaksaan metode bercerita yang
berpariasi pada dasarnya dapat digunakan dalam pembelajaran dan pengembangan
keberanian dan kemampuan kognitif anak.
B. Saran
Kesimpulan dari peneliti di atas maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pendidik
Melihat begitu besarnya persentase peningkatan keberanian dan kemampuan
kognitif anak melalui bercerita yang berpariasi di PAUD Lembah Teriang Pagadih
maka pendidik perlu hendaknya dalam memberikan kegiatan perkembangan
kognitif mengunakan metode bercerita yang berpariasi sesuai dengan kreatifitas
anak
2. Pengelola
Melihat adanya peningkatan keberanian dan kempuan kognitif anak dengan
bercerita yang disuruh guru dengan mengunakan metode bercerita yang berpariasi
di sarankan agar pengelola dapat menyediakan media yang berpariasi agar
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah,Siti dkk,Pembelajaran Terpadu,Universitas Terbuka
Asmani, Jamal Maruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Laksana
Arikunto,Suharsimi,dkk.,Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta:Bumi Aksara,2006.
Arikunto,Suharsimi,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta,2002
B.E.F.Montolalu,dkk.Bermain dan Permainan Anak, Universitas Terbuka
Faizah, Dewi Utama.2005. Program Pendidikan Yang Patut di TK.Padang.
Hartati, Sofia. (2003). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dikti Depdiknas
Kayvan, Umy.2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta : Media Kita.
Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran TK. Universitas Terbuka