Anda di halaman 1dari 25

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

KELOMPOK B MELALUI PERMAINAN KEGIATAN


BERCERITA YANG BERPARIASI DI PAUD
LEMBAH TERIANG PAGADIH
KECAMATAN PALUPUH
KABUPATEN AGAM
NAMA
NIM
email

: ROSMA
: 821672489
: bukrosma@gmail.com
ABSTRAK

Belajar menggunakan bercerita yang berpariasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif


peserta didik adalah suatu usaha agar kegiatan pembelajaran tidak monoton, membosankan dan
menjenuhkan. Dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran masih tekstual sehingga bentuk-bentuk
analogi yang harus dikembangkan secara kontekstual masih terkesan stagnasi. Akibat dari
pembelajaran seperti itu, untuk menstimulasi anak supaya mampu belajar, mengkomunikasikan
angka dan huruf kepada orang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan kecerdasan kognitif pada anak kelompok
B, memahami karakteristik anak dalam belajar dan dapat merefleksi diri seorang guru setelah
melakuakan pembelajaran. Adapun pendekatan metode ini adalah menggunakan pendekatan
kualitatif dan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didalamnya mengutamakan deskriptif
analitik untuk memecahkan konsep-konsep dan juga menggunakan konsep-konsep numerik statistik.
Dalam pelaksanaannya penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus
I memberikan pengajaran secara umum dan siklus II berkenaan dengan perumusan materi
pembelajaran.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kognitif melalui kegiatan
bercerita yang berpariasi dilakukan pada anak Kelompok B di PAUD Lembah Teriang Pagadih
Kecamatan Palupuh dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik adalah
suatu pilihan yang tepat dan cermat. Hal ini dapat dilihat dari paparan data perkembangan dari
siklus I ke siklus berikutnya yang terdapat perkembangan secara signifikan. Dapat dilihat dengan
jelas dari kemampuan kognitif peserta didik yang mula-mula hanya mencapai 75% dengan
penggunaan metode tepat dan cermat akhirnya berobah menjadi 95%.
Kata Kunci : Kemampuan kognitif; cerita berpariasi;

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia
sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan. Disebutkan secara tegas dalam UndangUndang tersebut bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14). Peratuaran pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan mengamanatkan Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik,kompetensi dan sertifikat pendidik. Guru dengan kompetensi pendiddik
artinya guru harus manpu dan dapat mengelola pembelajaran dengan baik agar
menyenangkan bagi peserta didik dan juga harus memiliki pengetahuan tentang peserta
didik mereka, bagaiman mengajar anak yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
dan kebutuhan anak. Karena anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang
mengalami suatu proses perkembangan dengan pesat, dan pundamental bagi kehidupan
selanjutnya.
Berdasarkan temuan yang terjadi di kelas peneliti

terhadap kegiatan

pengembangan kognitif di kelas di temukan adanya masalah rendahnya kemampuan


kognitif anak yang di tandai dengan beberapa kondisi berikut.pertama setiap anak di beri
kesempatan untuk memanfaatkan ruangan untuk bernyanyi bersama jumlah anak yang
melakuakan kegiatan hanya 7 15 dari keseluruhan anak dari kelompok B.Kedua
beberapa anak yang telah lebih dahulu menyelesaikan kegiatan di berikan kesempatan
untuk bermain bebas 75% anak memilih untuk bermain di luar ruangan sisanya memilih
bermain mencetak dengan umbian di dalam ruangan jarang anak untuk
Meminta guru bercerita cara bernyanyi yang baik.Ketiga pada saat bercerita
hanya beberapa anak saja yang manpu menyimak dengan baik sampai kegiatan bercerita
berakhir.Ke empat pada saat kegiatan memasangkan lambang bilangan dengan angka
hampir semua anak tidak mengikuti kegiatannya dengan baik.Ke lima guru masih kurang
memberikan stimulasi kegiatan kognitif pada anak di luar sentrra bahasa.
1. Identifikasi Masalah
Sebagian besar anak PAUD kelompok B di PAUD Lembah Teriang Pagadih
Kecamatan Palupuh kabupaten Agam :
a.
b.
c.
d.
e.

Kurang termotivasi saat proses pembelajaran


Kurang fokus saat proses pembelajaran
Kurang aktif saat proses pembelajaran
Banyak diam dan tidak berani bertanya kepada guru dalam proses pembelajaran
Rendahnya hasil belajar anak
Hal ini tidak sesuai dengan hakekat pembelajaran Kognitif anak kelompok B

melalui kegiatan

bercerita yang berpariasi..Berdasarkan identikasi masalah diatas,

maka peneliti berusaha menganalisis masalah sebagai berikut:

2. Analisis masalah
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti, hasil pembelajar kognitif
anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi di kelompok B PAUD Lembah
Teriang Pagadih kecamatan palupuh kabupaten agam nagari pagadih rendah
disebabkan oleh :
a. Penggunakan metode pembelajaran yang kurang berfariasi menyebabkan
menurunnya motivasi siswa terhadap pembelajaran.
b. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak sesuai dengan materi yang
mengakibatkan siswa tidak termotivasi dan fokus terhadap pelajaran.
c. Guru kurang menggunakan alat peraga
d. Guru terlalu mendominasi kelas, sehingga hal ini menyebabkan siswa cenderung
pasif, dan tidak berani bertanya didalam kelas.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari sejumlah metode yang ada, penggunakan metode bercerita yang
berpariasi dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. Sehingga dengan
menggunakan metode bercerita yang berpariasi hasil pembelajaran kognitif anak di
kelompok B PAUD Lembah Teriang Pagadih kecamatan palupuh kabupaten agam
nagari pagadih dapat ditingkatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di simpulkan masalah:
Bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelompok B melalui

Kegitan

bercerita yang berpariasi di PAUD Lembah Triang Pagadih Kecamatan Palupuh?


C. Tujuan Penelitian Perbaikan Kegiatan Pegembangan
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam perbaikan secara umum adalah untuk meningkatan kemampuan kognitif anak
kelompok B, melalui kegiatan bercerita yang berpariasi di Paud Lembah Teriang
Pagadih.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan
1. Untuk guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola oleh guru.
b. Membuat guru lebih percaya diri.
c. Membuat guru berkembang secara propesional
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan

pengetahuan

dan

keterampilan.
e. Menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam kognitif anak dan
mendorongnya agar lebih aktif dalam menciptakan kegiatan bercerita yang
berpariasi sesuai situasi dan kebutuhan.

2. Manfaat bagi anak


a. Untuk meningkatkan proses/hasil belajar siswa.
b. Agar anak dapat menghargai berbagai kegitan yang menyenangkan namun tetap
bermakna dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif anak.
c. Memiliki inisiatif untuk mencari kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan anak
d. Anak mampu berpikir kritis terhadap bahan bacaan/media yang digunakan.
3. Manfaat bagi orang tua
a. Menambah wawasan bagaiman cara mempalitasi dan mentimulasi kemampuan
kognitif anak dengan bercerita yang berpariasi dan menyediakan buku bacaan
yang berpariasi.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Anak Usia Dini
a. Pengertian anak usia dini
Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak
usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Berk dalam Yuliani, (2006:6), anak
usia dini adalah anak yang berada pada masa proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai aspek, sedang mengalami masa yang cepat, dalam
rentang perkembangan hidup manusia.
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
b. Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut Kellough dalam Hartati (2005:12-15) karakteristik anak usia dini
adalah sebagai berikut: 1) Egosentris, 2) Memiliki curriosity yang tinggi, 3)
Makhluk sosial, 4) The unique person, 5) Kaya dengan fantasi,

6) Daya

konsentrasi yang pendek, 7) Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling
potensial.
Karakteristik anak usia dini menurut Yuliani (2009:7) adalah: 1)
Egosentrisme, 2) Cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang
dan kepentingan sendiri, 3) Anak mengira dunia ini penuh dengan hal-hal yang
menarik dan menakjubkan, 4) Anak adalah makhluk sosial, 5) Anak membangun
konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah, 6) Anak merupakan pribadi yang
unik, 7) Kaya dengan fantasi, 8) Mereka senang dengan hal-hal yang bersifat
imajinatif, 9) Daya konsentrasi yang pendek, 10) Masa usia dini merupakan masa
belajar yang potensial, 11) Masa usia dini disebut masa golden age (masa emas).

2. Pengertian kognitif dan Bercerita


a. Pengertian kognitif
Menurut Minett (1994) pengembangan seorang anak dapat dilakukan
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk lebih banyak berbicara
mempraktekkan keterampilan baru, mengeksplorasi tempat-tempat baru bermain
dengan beragam alat permainan, menyimak cerita dan melihat bukuk gambar.
Kognitif diartikan sebagai kemampuan perbal, kemampuan memecahkan
masalah, dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalama seharihari(santrock,2001)
Kognitif meliputi kemampuan umum yang di beri kodeg(general
factors)dan kemampuan khusus yang diberi kode s(speccific factor)setiap
individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan
atau perilaku mentalnya teori ini di kemukakan oleh ( charles spearman 1904).
Ia membagi bidang-bidang kognitif antara lain meliputi daya abspraksi,
kemampuan penalaran dan kemampuan memecahkan masalah.
b. Tujuan perkembangan kognitif
1. Belajar dan pemecahan masalah
Anak diharapkan dapat lebih fokus dalam memperoleh dan mengunakan
informasi sumberbelajar dan penalaran
2. Berpikir logis
Anak diharapkan dapat mempertemukan dan memiliki pemahaman yang baik
terhadap suatu informasi dengan membandingkan, membedakan,
mengelompokkan, mengatur, mengukur dan memahami pola-pola.
3. Berpikir mengunkan simbol
Anak dihapkan dapat mengunakan objek dengan suatu cara yang unik seperti
mengunakan sapu sebagai kuda atau bangku sebagai mobil.
c. Teknik-teknik pengembangan aspek kognitif dengan metode bercerita
1. Melakukan pengamatan secara mendetail
2. Membuat pengelompokan
3. Membuat urutan
4. Melakukan perbandingan
5. Melakukan perhitungan
6. Mengenal posisi
7. Mengidentifikasi sesuatu dengan hubungan sebab akibat
8. Memecahkan masalah sederhana
3. Pengertian bercerita
Bercerita merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan
kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan
dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk

didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan


cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.(Depdiknas,2005:5).
Bercerita memiliki fungsi yang penting bagi anak.Menurut Tampubolon
(1991:50), bercerita kepada anak memainkan peran penting bukan saja dalam
menumbuhkan

minat

dan

kebiasaan

membaca,

tetapi

juga

dalam

mengembangkan bahasa dan pikiran anak.


B. Tujuan metode bercerita
1. Mengembangkan kemampuan berbahasa diantaranya kemampuan menyimak
,berbicara,dan menambah kosakata yang dimiliki anak
2. Mengembangkan kemampuan berpikir karena dengan bercerita anak di ajak
untuk mempokuskan perhatian dan berpantasi mengenai jalan cerita serta
mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik
3. Menambah pesanmoral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan
kemampuan moral dan agama.
4. Megembangkan kepekaan sosial-emosi anak tentang hal-halyang terjadi di
sekitarnya melalui tuturan cerita yang di sampaikan.
5. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan meyimpan impormasi
melalui tuturan peristiwa yang disampaikan.
6. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragamam ide cerita yang di
titurkan.
a. Bentuk-bentuk metode bercerta.
1. Bercerita tampa alat peraga.
Bercrita tampa alat peraga yaitu kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru
tampa mengunakn alat peraga atau media yang bisa di perlihatkan pada anak.
2. Bercerita dengan alat peraga.
Bercerita dengan alat peraga berarti kita mengunakan media atau alat
pendukung untuk menjelaskan cerita yang kita sampaikan.
Bercerita dengan alat peraga dapat dibedakan menjadi dua
1. Bercerita dengan alat peraga lansung yaitu kita bercerita dengan mengunakan alat
peraga asli sesuai dengan kenyataan.
2. bercerita dengan mengunakan alat peraga tidak lansung yaitu bercerita dengan
mengunakan alat peraga atau media bukan asli atau tiruan.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu serta Pihak yang Membantu Penelitian
1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang diamati oleh peneliti adalah anak kelompok B PAUD
Lembah Teriang Pagadih,Kecamatan Palupuh yang berjumlah 15 orang yang terdiri
dari 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Di jadikannya kelompok B PAUD
Lembah Teriang

sebagai subjek penelitian disebabkan karena rendahnya

kemampuan anak dalam kegiatan pembelajaran kognitif.


2. Tempat Penelitian
Peneliti melakukan perbaikan di kelas sendiri di kelompok B PAUD Lembah
Teriang Pagadih, kecamatan palupuh kabupaten agam pada semester II tahun ajaran
2015/2016. Peneliti memilih tempat ini karena peneliti bertugas di tempat ini
sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian.
3. Waktu Pelaksanaan
No
1.
2.

3.

Hari/Tgl
Jumat/6 April 2016
Senin Jumat /
11,12,13,14,15 April
2016
Senin Jumat /
18,19,20,21,22 April
2016

Kegiatan Pembelajaran
Kognitif
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Ket

Adapun tema pada siklus 1 adalah Alam Semesta dengan subtema Benda-benda
Langit dan siklus 2 tema Alam Semesta dengan subtema Gejala Alam. Penelitian
perbaikan pembelajaran ini dilakukan di kelompok B dengan 15 anak yang terdiri dari
7 laki-laki dan 8 perempuan. Disamping itu peneliti tertarik dengan masalah
kemampuan kognitif anak di PAUD Lembah Teriang karena masih banyak anak
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran terutama dalam hal bercerita.
4. Pihak yang Membantu
Dalam pelaksanaan Penelitian ini penulis di bantu oleh beberapa pihak yaitu :
a. Supervisor 1 adalah Ibu Dra. Misyar, M.Pd selaku pembimbing yang banyak
memberi masukan dan bimbingan dalam pembuatan Laporan Pemantapan
Kemampan Propesioanal.
b. Supervisor 2 adalah Bapak Zainul Rijal,S.Pd yang memberikan arahan dalam
pelaksanaan perbaikan pengembangan dengan mengunakan lembar pengamatan
yang telah peneliti siapkan dalam instrumen penilaian.

c. Penilai 1 adalah bapak Zainul Rijal,S.Pd yang membantu untuk menilai RKH
dengan mengunakan APKG 1 dan APKG 2.
d. Anak PAUD Lembah Teriang yang berperan aktif dan terlibat langsung serta
selaku objek penelitian
e. Teman kuliah
B. Desain Prosedur Perbaikan Pengembangan
a.

Rencana Siklus 1
Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam lima kali pertemuan dengan:
1. perencanaan
a) Merancang kegiatan yang akan dilakukan anak saat bermain huruf.
b) Menyusun rencana pembelajaran berupa rencana kegiatan mingguan dan
rencana kegiatan harian.
c) Menyiapkan media permaianan huruf.
d) Menyiapkan lembaran instrument penelitian yaitu lembaran format obsevasi.
e) Merancang penelitian awal dan akhir yang dilakukan untuk meningkatkan
Kemampuan Kognitif.
f) Membuat lembar hasil observasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan penutup.
a) Peneliti melaksanakan pembelajaran / pengembangan kognitif melalui
kegiatan bercerita yang berpariasi.
b) Supervisor dua melakukan pengamatan dan mengunakan format opsepasi .
c) Peneliti dan supervisor dua melakukan diskusi terhadap tindakan yang
dilakukan.
3. Pengamatan
Pengmatan dilakukan secara bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung.
Pengamatan

merupakan

serangkaian

kegiatan

mengenali,

merekam,

mendokumentasikan, mengmati perubahan yang terjadi dan hasil yang dicapai


sebagai dampak dari tindakan yang dilakukan. Pengamatan ini bertujuan untuk
mengumpulkan data selama penelitian berlangsung. Sedangkan tugas supervisor
dua adalah menilai peneliti dalam melaksanakan penelitian.
4. Instrumen
Dalam penelitian tindakan kelas ini mengunakan instrumen antara lain:
a. format obsepasi
b. format wawancara
c. dokumentasi
a. format opsepasi
Pedoman observasi untuk mencek kegiatan yang dilakuakan berdasarkan
indikator yang dilakukan sebelumnya, aspek yang diamati melelui pedoman
ini adalah yang berkaitan

tentang proses belajar mengajar yaitu untuk

indiktor pembelajaran bercerita.

Tabel 3.1
Format Observasi
Nilai
No

Aspek yang diamati


Kemampuan bercerita
dengan boneka tangan

2.

Kemampuan anak untuk


bernyanyi bersama

Kemampuan anak
mencetak dengan umbian

BB
F %

MB
F %

BSH
f %

BSB
f %

Kemampuan
menghubungkan /
memasangkan lambang
4
bilangan dengan bedabenda sampai 10 melalui
permainan angka
Persentase rata-rata
b. format wawancara
peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada anak diakhir pembelajaran
tentang kegiatan yang telah dilakukan. Adapun format wawancara dari
peningkatan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang
berpariasi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Format wawancara
format yang digunakan peneliti dalam tindakan kelas ini adalah format obsepasi.
No Pertanyaan
Jawaban
Alasan
1
Bagaimanakah
perasaan
anak ketika bercerita dengan
boneka tanggan ?
2
Apakah anak menemui
kesulitan dalam bercerita
dengan boneka tanggan ?
3
Apakah
anak
senang
bercerita dengan boneka
tanggan ?
c. dokumentasi
peneliti mendokumentasikan berupa RKH, Lembaran obsepasi, dan foto yang
diambil waktu pembelajran berlangsung.
d. Rencana Refleksi

1) Refleksi dilakukan setelah melakukan kegiatan pembelajaran.


2) Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan hasil kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dan refleksi juga bisa di dapat dari hasil analisa data
perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan serta refleksi juga bisa
didapat dari hasil masukan dari superpisor 2 dan penilai.
3) Refleksi di lakuakn untuk memperbaikai kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya atau pertemuan berikutnya.
b.

Rencana Siklus II
Dalam siklus dua ini peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan pemberlajaran
berdasarkan hal-hal yang belum tercapai pada siklus I. Siklus I dan siklus II
akan dilakukan masing masing lima kali pertemuan.
1. Perencanaan
a. Merancang kegiatan yang akan dilakukan anak saat bermain huruf.
b. Menyusun rencana pembelajaran berupa rencana kegiatan mingguan dan
rencana kegiatan harian.
c. Menyiapkan media permaianan huruf.
d. Menyiapkan lembaran instrument penelitian yaitu lembaran format
obsevasi.
e. Merancang

penelitian

awal

dan

akhir

yang

dilakukan

untuk

meningkatkan Kemampuan Kognitif.


f. Membuat lembar hasil observasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti, kegiatan penutup.
a) Peneliti melaksanakan pembelajaran / pengembangan kognitif melalui
kegiatan bercerita yang berpariasi.
b) Supervisor dua melakukan pengamatan dan mengunakan format
opsepasi
c) Peneliti dan supervisor dua melakukan diskusi terhadap tindakan yang
dilakukan.
3. Pengamatan
Pengmatan dilakukan secara bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung.
Pengamatan

merupakan

serangkaian

kegiatan

mengenali,

merekam,

mendokumentasikan, mengmati perubahan yang terjadi dan hasil yang


dicapai sebagai dampak dari tindakan yang dilakukan. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengumpulkan data selama penelitian berlangsung.
Sedangkan tugas supervisor dua adalah menilai peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
4. Instrumen

Dalam penelitian tindakan kelas ini mengunakan instrumen antara lain:


a. format obsepasi
b. format wawancara
c. dokumentasi
a. format opsepasi
Pedoman observasi untuk mencek kegiatan yang dilakuakan berdasarkan
indikator yang dilakukan sebelumnya, aspek yang diamati melelui pedoman ini
adalah yang berkaitan

tentang proses belajar mengajar yaitu untuk indiktor

pembelajaran bercerita.
Tabel 3.2
Format Observasi
Nilai
No

1.

Aspek yang diamati


Kemampuan bercerita
dengan boneka tangan

2.

Kemampuan anak untuk


bernyanyi bersama

Kemampuan anak
mencetak dengan umbian

BB
f %

MB
F %

BSH
f %

BSB
f %

Kemampuan
menghubungkan /
memasangkan lambang
4
bilangan dengan bedabenda sampai 10 melalui
permainan angka
Persentase rata-rata
b. format wawancara
peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada anak diakhir pembelajaran
tentang kegiatan yang telah dilakukan. Adapun format wawancara dari
peningkatan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi
seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3
Format wawancara
format yang digunakan peneliti dalam tindakan kelas ini adalah format obsepasi.
No Pertanyaan
Jawaban
Alasan
1
Bagaimanakah
perasaan
anak ketika bercerita dengan
boneka tanggan ?
2
Apakah anak menemui
kesulitan dalam bercerita
dengan boneka tanggan ?
3
Apakah
anak
senang
bercerita dengan boneka
tanggan ?
c. dokumentasi
Peneliti mendokumentasikan berupa RKH, Lembaran obsepasi, dan foto yang
diambil waktu pembelajran berlangsung.
d. Rencana Refleksi
1. Refleksi dilakukan setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan hasil kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dan refleksi juga bisa di dapat dari hasil analisa data
perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan serta refleksi juga bisa
didapat dari hasil masukan dari superpisor 2 dan penilai.
3. Refleksi di lakuakn untuk memperbaikai kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya atau pertemuan berikutnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Observasi adalah cara mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi
dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar observasi
anak lebih terarah maka diperlukan pedoman observasi yang dikembangkan oleh
guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk
mengamati prilaku anak.
D. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari selama penelitian berlangsung dianalisis dengan teknik
persentase, yaitu membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir
dikalikan 100%. Untuk itu kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk tabel dan
diolah secara deskriptif.
Data yang diperoleh selama pembelajaran diolah dengan teknik persentase
menggunakan rumus yang dikemukaan oleh Sugiyono (2009: 43).

P=

f
N

100%

Keterangan :
P
= Persentase yang diperlukan
f
= Frekuensi nilai siswa
N
= Jumlah siswa
Untuk menentukan keaktifan murid berdasrkan capaian yang diperoleh seperti: BB, MB,
BSH, BSB di tentukan berdasrkan kriteria yang ditetapkan oleh arikunti (2006 : 114)
yaitu:
Klasifikasi Persentase
Klasifikasi
MB ( Mulai berkembang )
BSH ( Berkembang sesuai harapan )
BSB ( Berkembang sagat baik )

Persentase
0% - 39 %
40 % - 74 %
75 % - 100 %

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan
1.

Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi awal (sebelum tindakan) kemampuan kognitif
anak sangat rendah, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Kemampuan Kognitif Anak Kondisi Awal
(Sebelum Tindakan)

No

1.

Aspek yang diamati

kemampuan anak untuk


bernyayi bersama
2.
Anak mampu bercerita
dengan boneka tanggan
3.
Anak ampu mencocok
gamabar bintang.
4.
Anak mampu memasang
lambang bilangan dengan
angka
Persentase Rata-Rata

Nilai
BSH
F
%

BB
F %

MB
f
%

60

53

11

BSB
%

27

13

27

20

73

13

13

60

27

13

62

28

15

Berdasarkan hasil observasi kemampuan kognitif anak pada kondisi awal


(sebelum melakukan tindakan) pada aspek pertama anak mampu untuk bernyanyi
bersama, anak memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13% dan anak
memperoleh nilai BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak sembilan orang dengan persetase 60%.

Pada aspek kedua anak mapu bercerita dengan boneka tangan memperoleh
nilai BSB tiga orang dengan persentase 20%, anak yang memperoleh nilai BSH empat
orang dengan persentase 27% dan anak yang memperoleh nilai MB sebanyak delapan
orang dengan persentase 53%.
Pada aspek ketiga yaitu anak mampu memcocok gambar bintang yang
memperoleh nilai BSB sebanyak dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak dua orang dengan persentase 13% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak sebelas orang dengan persentase 73%.
Pada aspek keempatanak mampu memasang lambang bilangan dengan angka.
Anak yang memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang
memperoleh niai MB sebanyak sembilan orang dengan persentase 60%.
Grafik 4.1
Hasil observasi peningkatan kemampuan kognitif
(sebelum tindakan)

kemampuan anak
untuk bernyanyi
bersama

anak mampu
bercerita dengan
boneka tangan

anak mampu
mencocok gambar
bintang

anak mampu
memasangkan
lambang bilangan
dengan angka

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa kemampuan kognitif anak pada


kodisi awal ( sebelum tindakan ) masih belum optimal, ini dapat dilihat pada rata-rata
persentase anak yang memperoleh nilai BSB dari pertama samapai terakhir yaitu 15%,
yang memperoleh nilai BSH 28 %, yang mempeloleh nilai MB 62 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pada umumnya kemampuan kognitif anak sebelum tindakan
2.

masih rendah dan belum mencapai keiginan.


Siklus I
Siklus I dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 April 2016, pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari selasa tanggal 12 Apri 2016, pertemuan ke tiga dilaksanakan pada hari rabu

tanggal 13 Apri 2016, pertemuan keempat dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14
Apri 2016, pertemuan kelima dilaksanakan pada hari jumat tanggal 15 Apri 2016,
Pertemuan kelima hari jumat 15 april 2016
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
tingkat pencapaiaan perkembangan. Capaian perkembangan dan indikator, adapun
tingkat pencapaian perkembangan disini adalah anak dapat mengerti perintah secara
bersamaan. Sedangkan indikator yang digunakan adalah anak dapat memasang
lambang bilangan dengan angka.
Adapun perencanaan yan g dilakukan adalah dengan membuat persiapan mengajar
seperti menyiapkan RKH, menyiapkan bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu alat peraga berupa gambar bintang dan pelangi yang
akan diceritakan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan langkah langkah kegiatan yaitu
1.kegiatan awal lebih 30 menit
a. anak mengucapkan salam
b. anak membaca doa dan ayat pendek bersama guru
c. guru bercakap-cakap tentang benda benda langit

a.
b.
c.
d.
e.

d. guru bernyanyi bersama


2.kegiatan inti 60 menit
guru menceritakan benda benda langit
guru meminta anak untuk menyimakan cerita
anak diminta untuk bercerita benda benda langit
anak diminta untuk memasang lambang bilangan dengan angka
guru memberika motifasi dan bimbingan pada anak yang belum berhasil dalam

melakukan kegiatan bercerita.


f. Guru membagi anak menjdi beberapa kelompok
g. Guru mengamati kegiatan selama proses berlangsung
h. Peneliti memberikan penghargaan pada anak-anak yang berhasil melakukan
permainan
3.Kegiatan penutup 30 menit
a.

Guru berdiskusi tentang kegiatan hari ini

a. Setelah semua kegiatan selesai maka guru dan anak ber doa , bernyanyi bersama
dan pulang
1. Pengamatan
Berdasarkan hasil opsepasi yang dilakukan selama melakukan kegiatan maka peneliti
mendapatkan hal-hal sebagai berikut.

a. Kemampuan kognitif anak sudah menunjukkan peningkatan walaupun belum


mencapai tingkat keberhasilan yang telah di tentukan yaitu 75%.
b. Anak merasa tertarik dan berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
melalui kegiatan bercerita yang berpariasi
c. Anak mau melakukan kegiatan secara bergantian
d. Anak sabar dan aktif dalam melakukan kegiatan
e. Sosialisasi anak meningkat
Untuk melihat kemampuan kognitif anak pada siklus I pertemuan V lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Bercerita yang
Berpariasi pada Siklus I
No
1.

Aspek yang diamati

kemampuan anak untuk


bernyayi bersama
2.
Anak mampu bercerita
dengan boneka tanggan
3.
Anak ampu mencocok
gamabar bintang.
4.
Anak
mampu
memasang
lambang
bilangan dengan angka
Persentase Rata-Rata

BB
F %

Nilai
MB
BSH
f % F %

BSB
%

27

33

40

33

40

27

20

47

20

40

25

40

33
40
35

Berdasarkan tabel 4.6 diatas untuk siklus I pertemuan IV terlihat kemampuan


kognitif anak pada aspek pertama anak mampu untuk bernyanyi bersama memperoleh
nilai BSB 6 orang presentase 40% dan BSH 5 orang dengan presentase 33% dan MB
4 orang dengan presentase 27%.
Pada aspek kedua anak mampu bercerita dengan boneka tangan memperoleh
nilai BSB 4 orang dengan persentase 27%, anak yang memperoleh nilai BSH 6
orang dengan persentase 40% dan anak yang memperoleh nilai MB sebanyak 5 orang
dengan persentase 33%.
Pada aspek ketiga yaitu anak mampu memcocok gambar bintang yang
memperoleh nilai BSB sebanyak 5 orang dengan persentase 33%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak 7 orang dengan persentase 47% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak 3 orang dengan persentase 20%.
Pada aspek keempat anak mampu memasang lambang bilangan dengan angka.
Anak yang memperoleh nilai BSB 6 orang dengan persentase 40%, anak yang

memperoleh nilai BSH 6 orang dengan persentase 40% dan anak yang memperoleh
niai MB sebanyak 3 orang dengan persentase 20%.
Grafik 4.6
Hasil Opsepasi Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kegiatan Bercerita yang Berpariasi
Pada Siklus I Pertemuan 5

kemampuan anak
untuk bernyanyi
bersama
anak mampu
bercerita dengan
boneka tangan
anak mampu
mencocok gambar
bintang
anak mampu
memasangkan
lambang bilangan
dengan angka

4.Refleksi
Berdasarkan grafik diatas rata-rata persentase anak yang memperoleh nilai BSB dari
aspek pertama samapai keempat yaitu 35% dan yang mendapat nilai BSH 40% dan
yang mendapat nilai MB 25% hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
pengembangan kemampuan kognitif anak belum mencapai hasil yang di inginkan pada
tujuan perbaikan maka dilanjutkan pada kegiatan berikutnya.
2. deskipsi siklus II
Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti pertemuan I- 5 pada siklus I maka peneliti
akan mengulangi kembali kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan menukar alat,
bahan dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2.
Pembelajaran yang akan dilaksanakan mulai 18 -22 april 2016.
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
tingkat pencapaiaan perkembangan. Capaian perkembangan dan indikator, adapun
tingkat pencapaian perkembangan disini adalah anak dapat mengerti perintah secara

bersamaan. Sedangkan indikator yang digunakan adalah anak dapat memasang


lambang bilangan dengan angka.
Adapun perencanaan yang dilakukan adalah dengan membuat persiapan mengajar
seperti menyiapkan RKH, menyiapkan bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu alat peraga berupa gambar bintang dan pelangi yang
akan diceritakan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan langkah langkah kegiatan yaitu 1. kegiatan
awal lebih lebih kurang 30 menit
a. anak mengucapkan salam
b. anak membaca doa dan ayat pendek bersama guru
c. guru bercakap-cakap tentang benda benda langit
d. guru bernyanyi bersama
2.kegiatan inti lebih kurang 60 menit
e. guru menceritakan gambar pelangi
f. guru meminta anak untuk menyebutkan warna pelangi
g. masing masing anak berlomba mencari warna pelangi
h. anak diminta untuk membeda warna pelangi
i. guru meminta anak untuk menulis warna pelangi
3. Kegiatan penutup 30 menit
a. Guru berdiskusi tentang kegiatan hari ini
Setelah semua kegiatan selesai maka guru dan anak ber doa , bernyanyi bersama
dan pulang
3. Pengamatan
Berdasarkan hasil opsepasi yang dilakukan selama melakukan kegiatan maka peneliti
mendapatkan hal-hal sebagai berikut.
a. Anak merasa senang bernyanyi bersama
b. Anak semakin bersemangat melakukan kegiatan
c. Anak sudah dapat membedakan warna pelangi
d. Anak sudah mampu menuliskan angka
Untuk melihat kemampuan kognitif anak pada siklus III pertemuan II lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.12
Hasil Observasi Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kegiatan Bercerita yang Berpariasi
pada Siklus I
No
1.
2.

Aspek yang diamati


Anak mampu bernyanyi
pelangi
Anak

BB
F %

Nilai
MB
BSH
f % F %

BSB
F
%

53

47

53

47

mampumenceritakan
diman letak pelangi
3.
Anak ampu menulis
gambar pelangi
4.
Anak mampu menulis
angka
Persentase Rata-Rata

0
0

40

47

48

60
53
57

Berdasarkan tabel 4.12 diatas untuk siklus V pertemuan II terlihat kemampuan


kognitif anak pada aspek pertama anak mampu untuk bernyanyi bersama memperoleh
nilai BSB 7 orang presentase 47% dan BSH 8 orang dengan presentase 53% dan MB
orang dengan presentase %.
Pada aspek kedua anak mampu menceritakan dimana letak pelangi
memperoleh nilai BSB 7 orang dengan persentase 47%, anak yang memperoleh nilai
BSH 8 orang dengan persentase 53% dan anak yang memperoleh nilai MB sebanyak
orang dengan persentase %.
Pada aspek ketiga yaitu anak mampu menulis gambar pelangi

yang

memperoleh nilai BSB sebanyak 9 orang dengan persentase 60%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak 6 orang dengan persentase 40% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak orang dengan persentase %.
Pada aspek keempat anak mampu memasang menulis

angka. Anak yang

memperoleh nilai BSB 8 orang dengan persentase 53%, anak yang memperoleh nilai
BSH 7 orang dengan persentase 47% dan anak yang memperoleh niai MB sebanyak
orang dengan persentase %.
Grfik 4.11
Hasil Opsepasi Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kegiatan Bercerita yang Berpariasi
Pada Siklus II Pertemuan V

anak mampu bernyanyi pelangi

anak mampu menceritakan dimana letak pelangi

anak mampu menuliskan gambar pelangi

anak mampu menulis angka

4. Refleksi
Berdasarkan grafik diatas rata-rata persentase anak yang memperoleh nilai
BSB dari aspek pertama samapai keempat yaitu 85% dan yang mendapat nilai BSH
10% dan yang mendapat nilai MB 0 % hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
pengembangan kemampuan kognitif anak sudah mencapai tujuan perbaikan yang di
inginkan secara oktimal.
Berdasarkan hasil opserpasi pada siklus 2 maka peneliti mendapatkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Anak tertarik dan berminat mengikuti pembelajran untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi
b. Kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi meningkat
c. Anak sangat senang karena guru bercerita mengunakan alat peraga
d. Pembelajaran pada siklus dua ini mengalami peningkatan proses dan hasil belajar
yang sangat memuaskan
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan
1. Hasil Refleksi sebelum melakukan perbaikan
Berdasarkan hasil pengamatan hasil refleksi sebelum melakukan kegiatan
perbaikan dapat di lihat presentase kemampuan kognitif anak sebagai berikut :
Tabel 4.14
Hasil Refleksi Kemampuan Kognitif Anak
(Sebelum kegiatan pembelajaran)
No

Aspek yang diamati

BB
f %

MB
F
%

Nilai
BSH
F
%

BSB
%

1.

kemampuan anak untuk


0 0
bernyayi bersama
2.
Anak mampu bercerita
0 0
dengan boneka tanggan
3.
Anak ampu mencocok
0 0
gamabar bintang.
4.
Anak mampu memasang
lambang bilangan dengan
0 0
angka
Persentase Rata-Rata
Berdasarkan hasil refleksi kemampuan

60

27

13

53

27

20

11

73

13

13

60

27

13

62
28
15
kognitif anak pada (sebelum kegiatan

pembelajaran) pada aspek pertama anak mampu untuk bernyanyi bersama, anak
memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13% dan anak memperoleh nilai
BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang memperoleh nilai MB
sebanyak sembilan orang dengan persetase 60%.
Pada aspek kedua anak mapu bercerita dengan boneka tangan memperoleh
nilai BSB tiga orang dengan persentase 20%, anak yang memperoleh nilai BSH empat
orang dengan persentase 27% dan anak yang memperoleh nilai MB sebanyak delapan
orang dengan persentase 53%.
Pada aspek ketiga yaitu anak mampu memcocok gambar bintang yang
memperoleh nilai BSB sebanyak dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH sebanyak dua orang dengan persentase 13% dan anak yang
memperoleh nilai MB sebanyak sebelas orang dengan persentase 73%.
Pada aspek keempatanak mampu memasang lambang bilangan dengan angka.
Anak yang memperoleh nilai BSB dua orang dengan persentase 13%, anak yang
memperoleh nilai BSH empat orang dengan persentase 27% dan anak yang
memperoleh niai MB sebanyak sembilan orang dengan persentase 60%.
Grafik 4. 12
Persentase Hasil Refleksi Kemampuan Kognitif Anak
Sebelum kegiatan pembelajaran

kemampuan anak
untuk bernyanyi
bersama
anak mampu bercerita
dengan boneka tangan
anak mampu
mencocok gambar
bintang
anak mampu
memasangkan
lambang bilangan
dengan angka

Berdasarkan grafik 4.12 di atas dapat dilihat kemampuan kognitif anak


sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran. Sangat rendahnya kemampuan anak dalam
bernyanyi bersama yaitu sebanyak 15% yang mulai berkembang dan 28% anak yang
berkembang sesuai harapan dalam bernyanyi.
2.

Siklus I

Berdasarkan rekapitulasi hasil opsepasi kemampuan kognitif anak melalui kegiatan


bercerita yang berpariasi siklus I pertemuan 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat dilihat presentase
peningkatan kemampuan anak sebagai berikut :
Grafik 4. 13
Hasil Perbandingan antara hasil Refleksi
Sebelum kegiatan perbaikan,siklus 1 dan siklus 2

hasil refleksi sebelum


kegiatan
siklus 1
siklus 2

Kemampuan kognitif anak melalui kegiatan bercerita yang berpariasi meningkat


hal ini terlihat dari :
1.

Anak mampu bernyanyi bersama yang disediakan pada siklus I dengan nilai BSB
75%, pada siklus II meningkat naik 85%.

2.

Anak mampu menyebutkan dimana letak pelangi pada siklus I dengan nilai 55%,
pada siklus II meningkat menjadi 94 %.

3.

Anak mampu menuliskan gambar pelangi pada siklus I nilai BSB 55% pada siklus II
meningkat 84%.

4.

Anak mampu menuliskan angka pada siklus I nilai BSB 20% dan meningkat menjadi
90%.
Berdasarkan nilai rata-rata diperoleh anak pada siklus terjadi perbaikan yang
diharapkan yaitu pada pertemuan kelima hasil yang diperoleh sudah mencapai tingkat
perkembangan yang optimal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: Gambaran meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui bercerita
yang berpariasi di PAUD Lembah Teriang Pagadih Kecamatan Palupuh mrnunjukkan
bahwa anak mampu tampil kedepan untuk bercerita dengan berani tanpa gemetar.
Meningkat dari 15% menjadi 95% dengan peningkatan 80%
Pelaksaan pembelajaran pengenalan mencetak dengan umbian sangat menarik
bagi anak karena memakai media yang mudah. Pelaksaan metode bercerita yang
berpariasi pada dasarnya dapat digunakan dalam pembelajaran dan pengembangan
keberanian dan kemampuan kognitif anak.
B. Saran
Kesimpulan dari peneliti di atas maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pendidik
Melihat begitu besarnya persentase peningkatan keberanian dan kemampuan
kognitif anak melalui bercerita yang berpariasi di PAUD Lembah Teriang Pagadih
maka pendidik perlu hendaknya dalam memberikan kegiatan perkembangan
kognitif mengunakan metode bercerita yang berpariasi sesuai dengan kreatifitas
anak
2. Pengelola
Melihat adanya peningkatan keberanian dan kempuan kognitif anak dengan
bercerita yang disuruh guru dengan mengunakan metode bercerita yang berpariasi
di sarankan agar pengelola dapat menyediakan media yang berpariasi agar
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah,Siti dkk,Pembelajaran Terpadu,Universitas Terbuka
Asmani, Jamal Maruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Laksana
Arikunto,Suharsimi,dkk.,Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta:Bumi Aksara,2006.
Arikunto,Suharsimi,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta,2002
B.E.F.Montolalu,dkk.Bermain dan Permainan Anak, Universitas Terbuka
Faizah, Dewi Utama.2005. Program Pendidikan Yang Patut di TK.Padang.
Hartati, Sofia. (2003). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dikti Depdiknas
Kayvan, Umy.2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta : Media Kita.
Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran TK. Universitas Terbuka

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Zaman, Badru.,Eliyawati, Cucu. & Hernawan Hery Asep. Media dan Sumber Belajar TK.
Universitas Terbuka
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini .Jakarta. Depdiknas
Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran : Universitas
Terbuka
Undang-Undang, Republik Indonesia. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Wardani, IGAK. (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka
Yuliani, Nuraini Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai