Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat
mengalami perubahan dalam waktu lama
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.Katarak merupakan
penyebab utama dari kebutaan di Indonesia. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,4 % dan
katarak menjadi masalah di masyarakat karena menimbulkan kebutaan.Katarak senilis adalah
katarak yang disebabkan oleh proses penuaan.
Tugas terpenting tenaga medis adalah memberi informasi yang benar mengenai buta
katarak, bahwa buta katarak masih bisa ditanggulangi dengan dilakukan operasi sehingga
dapat melihat kembali. Sebagai contoh, deteksi dini, monitoring yang ketat, dan intervensi
bedah yang tepat waktu harus diperhatikan dalam manajemen katarak senilis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Pada dasarnya katarak adalah suatu penyakit mata yang erat hubungannya dengan
mereka yang berusia lanjut, karena itu semakin meningkatnya usia harapan hidup, maka
prevalensi katarak akan meningkat.
Di Amerika serikat, sedikitnya 300.000 400.000 gangguan penglihatan karena
katarak, dengan komplikasi dari teknik bedah modern menghasilkan 7000 kasus buta yang
ireversibel. Pada penelitian Framingham Eye, tahun 1973 1975 ditemukan penderita
katarak senilis sebanyak 15,5 % dari 2477 pasien yang diperiksa.
Katarak senilis terus merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan
di dunia. Sedikitnya 5 10 juta pasien memiliki gangguan penglihatan katarak setiap
tahunnya dengan metode teknik bedah modern menghasilkan 100.000 200.00 buta mata
ireversibel.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab katarak senilis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Beberapa studi
telah membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap perkembangan dari katarak
senilis. Bermacam-macam hal yang mempengaruhi termasuk kondisi lingkungan, penyakit
sistemik, diet, dan umur.
West dan Valmadrid mengatakan bahwa katarak yang berhubungan dengan usia
adalah sebuah penyakit multifaktorial dengan faktor risiko yang berbeda-beda yang berkaitan
dengan tipe-tipe katarak yang berbeda. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa katarak
kortikal dan subkapsular posterior berhubungan erat dengan stres lingkungan seperti paparan
sinar ultraviolet, diabetes, dan obat-obat yang diminum. Bagaimanapun katarak nuklear
terlihat mempunyai korelasi dengan merokok. Alkohol berhubungan dengan semua jenis
katarak.
Analisis yang serupa dilengkapi oleh Miglior dan kawan-kawan. Mereka menemukan
bahwa katarak kortikal berhubungan dengan adanya diabetes yang lebih 5 tahun dan
meningkatnya kadar potasium dan sodium serum. Adanya riwayat pembedahan dengan
anestesi umum dan penggunaan obat-obat sedatif berhubungan dengan penurunan risiko
katarak kortikal. Katarak subkapsular posterior dihubungkan dengan penggunaan steroid dan
diabetes, sedang katarak nuklear mempunyai hubungan yang berarti dengan asupan kalsitonin
dan susu.

Penyakit sistemik dan katarak senilis

Katarak senilis berhubungan dengan banyak penyakit sistemik, termasuk kolelitiasis,


alergi, pneumonia, penyakit koroner dan penyakit jantung insufisiensi, hipotensi, hipertensi,
retardasi mental, dan diabetes.

Hipertensi sistemik telah ditemukan secara berarti meningkatkan risiko katarak


subkapsular posterior.

Jalan lain yang mungkin pada perjalanan dari hipertensi dan glaukoma pada katarak
senilis adalah perubahan struktur protein dalam kapsul lensa. Selanjutnya menyebabkan
perubahan pada transpor membran dan permeabilitas terhadap ion dan akhirnya akan
meningkatkan intra okuler yang menyebabkan perubahan bentuk katarak.

Sinar ultraviolet dan katarak senilis

Hubungan sinar ultraviolet dan perkembangan dari katarak senilis telah diuraikan
secara menarik. Satu hipotesis menjelaskan bahwa katarak senilis, terutama opasitas dari
korteks, mungkin disebabkan oleh dampak suhu terhadap lensa.

Pada binatang percobaan oleh Al-Ghadyan dan Cotlier mendokumentasikan adanya


peningkatan suhu. Pada bagian posterior lensa pada kelinci setelah dipaparkan dengan sinar
matahari yang disebabkan oleh efek temperatur pada kornea dan peningkatan suhu badan.

Pada studi yang relevan, orang yang berkediaman di area yang besar terpapar sinar
ultraviolet lebih mungkin berkembang katarak senilis dan lebih cepat dibandingkan orang
yang berkediaman di tempat yang sedikit terpapar sinar ultraviolet.

Faktor risiko lain :

Hal lain yang signifikan berhubungan dengan katarak senilis adalah penambahan usia,
jenis kelamin perempuan, kelas sosial, dan miopia. Pekerja yang terpapar dengan radiasi infra
merah juga memiliki insiden yang tinggi terhadap perkembangan katarak senilis.

Meskipun miopia merupakan sebuah faktor risiko, telah terlihat bahwa orang dengan
miopia yang telah menggunakan kaca mata setidaknya 20 tahun akan diekstraksi katarak
lebih tua dibandingkan emetrop. Secara tidak langsung terdapat efek protektif dari kaca mata
terhadap radiasi solar ultraviolet.

2.4 PATOFISIOLOGI
Mata kita bekerja seperti sebuah kamera. Lensa mata yang terletak di dalam mata (di
belakang iris) bertugas memfokuskan cahaya agar membentuk suatu bayangan yang tajam di
retina. Retina bekerja seperti film pada sebuah kamera yang berfungsi untuk merekam bentuk
bayangan suatu objek dalam bentuk gambar. Gambar tersebut dihantarkan melalui saraf optik
menuju otak untuk diterjemahkan menjadi sesuatu yang kita lihat.
Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa,
korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dan kapsul lensa. Pada anak
dan remaja , nukleus bersifat lembek sedangkan pada orang tua nukleus ini menjadi keras.
Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Patofisiologi katarak senilis merupakan hal yang kompleks dan belum dimengerti
penuh. Pada semua kejadian patogenesisnya merupakan multifaktorial yang melibatkan
interaksi kompleks antara bermacam macam proses fisiologis. Sebagai lensa yang tua,
ketebalan dan berat bertambah sedangkan daya akomodasinya berkurang. Terdapat lapisan
kortikal baru pada pola konsentrisnya, nukleus ditengah akan tertekan dan mengeras yang
disebut sklerosis nuklear.
Mekanisme multipel mempengaruhi kehilangan transparansi lensa yang progresif.
Epitelium lensa yang berubah sebagian perubahan umur terutama penurunan densitas sel
epithelial lensa dan penambahan sel serat lensa yang berbeda.
Kerusakan oksidasi progresif dari lensa yang sudah tua berkembang menjadi katarak
senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan produk dari oksidasi dan penurunan dari
vitamin anti oksidan dan penurunan dari enzim superoksida dismutase. Penting untuk proses
oksidasi pada pembentukan katarak.
Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe utama : katarak nuklear, katarak
kortikal, dan katarak subkapsular posterior.
2.5 GEJALA KLINIK
Pengambilan anamnesa yang hatihati sangat penting untuk menggambarkan progresifitas
dan kerusakan fungsional dari penglihatan yang disebabkan oleh katarak dan identifikasi
penyebab lain yang mungkin menyebabkan opasitas lensa. Seorang pasien dengan katarak
senilis biasanya memiliki riwayat kemunduran penglihatan progresif dan bertahap.
Penyimpangan penglihatan yang bervariasi tergantung pada tipe katarak pasien tersebut.

Penurunan ketajaman penglihatan

Penurunan ketajaman penglihatan adalah keluhan umum pasien dengan katarak senilis.
Katarak betul betul dipertimbangkan secara klinis jika terdapat efek pada ketajaman
penglihatan yang berarti. Selanjutnya tipe tipe yang berbeda dari katarak menghasilkan efek
yang berbeda pada ketajaman penglihatan.
4

Sebagai contoh, tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan
penurunan yang berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat
dari efek pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis.
Bagaimanapun katarak sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan penglihatan jauh
dan penglihatan dekat yang bagus. Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai
tingkat progresifitas lanjut ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.

Silau

Peningkatan kesilauan adalah keluhan utama lain pada pasien dengan katarak senilis

Pergeseran miopik

Progresifitas dari katarak akan sering meningkatkan kekuatan dioptri lensa terlihat pada
tingkat ringan sampai sedang dari miopia. Selanjutnya, pasien pasien presbiop dilaporkan
peningkatan penglihatan dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca yang disebut second
sight .
Khasnya, pergeseran miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak kortikal dan
subkapsular posterior, lebih lanjut perkembangan kerusakan asimetris lensa miopia
menyebabkan gejala anisometropia yang membutuhkan manajemen bedah.

Monookular diplopia

Pada saat perubahan nukleus terpusat pada lapisan paling dalam lensa menyebabkan area
refraksi pada sentral lensa, yang lebih sering jelas terlihat pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi direk. Seperti fenomena yang mengarah kepada diplopia
monookular yang tidak dikoreksi dengan kacamata, prisma dan kontak lensa.
2.6 STADIUM
Stadium katarak senilis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Katarak insipien

Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju korteks anterior
dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks jaringan
berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
Bentuk ini kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test
negatif.

Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengaakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glukoma. Katarak intumesen
5

biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya
akan bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada pemeriksan slit lamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Pemeriksaan shadow test positif.

Katarak matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali.
Pemeriksaan shadow test negatif.

Katarak hipermatur

Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan
mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan dengan slit lamp terlihat bilik mata
dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak progresif disertai dengan kapsul
lensa yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak.

Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman
penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh
silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.

Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk


terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat
penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan
defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan
difus makula

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi
dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).

Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati

pupil

Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator

Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi
lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau
katarak hipermatur

Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian
belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan
penglihatan.

2.8 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding dari katarak senilis yaitu katarak traumatik.
2.9 PENATALAKSANAAN
Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir
bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik
terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah
lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction (
ECCE).

Ekstraksi katarak intrakapsular

Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE
merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan
mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak
perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul.
Teknik ini dapat dilakukan dengan alat alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak
terdapat mikroskop operasi dan sistem origasi.
Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar
sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti
penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat,
inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu
keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak
komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana
zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses.
ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak
dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi,
sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.

Extracapsular Cataract Extraction

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka
kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah
keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu

Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi
atau dieliminasi

Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan mikroorganisme


lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga
vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis
2.10 KOMPLIKAS
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak,
yaitu :

Kamera okuli anterior dangkal atau datar

Ruptur kapsul

Edem kornea

Perdarahan atau efusi suprakoroid

Perdarahan koroid yang ekspulsif

Tertahannya material lensa

Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka

Iridodialisis

Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi
katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :

Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek

Terlepasnya koroid

Hambatan pupil
8

Hambatan korpus siliar

Perdarahan suprakoroid

Edem stroma dan epitel

Hipotoni

Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat
sering terlihat mengikuti ICCE)

Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten

Perdarahan koroid yang lambat

Hifema

Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis)

Edem makular kistoid

Terlepasnya retina

Endoptalmitis akut

Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa
minggu atau bulan setelah operasi katarak :

Jahitan yang menginduksi astigmatismus

Desentrasi dan dislokasi IOL

Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia

Uveitis kronis

Endoptalmitis kronis

Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

2.11 PROGNOSIS
Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan
mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik,
standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis
9

penglihatan yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart.


Penyebab. Faktor risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes
melitus dan retinopati

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
10

Adapun stadium pada katarak senilis adalah :


a.
b.
c.
d.

Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur

Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir
bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik
terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah
lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction (
ECCE).

Ekstraksi katarak intrakapsular

Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE
merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan
mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak
perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul.
Teknik ini dapat dilakukan dengan alat alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak
terdapat mikroskop operasi dan sistem origasi.
Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar
sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti
penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat,
inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu
keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak
komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana
zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses.
ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak
dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi,
sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.

Extracapsular Cataract Extraction

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka
kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah
keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu

Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi
atau dieliminasi

Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan mikroorganisme


lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga
vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis.aqueaous tidak lancar sedangkan
11

produksi berjalan terus, akibatnyatekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma
Fakotoksik - Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimata sendiri
(auto toksik)- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yangkemudian akan
menjadi glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA
Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology
Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.2.
Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI3.
Dhawan,
Shanjay.Lens
and
Cataract.
Diakses
sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 21 Mei 2006.4.

dari

internethttp:

12

Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internethttp://www.emedicine.com. 21


Mei 20069.
Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.10.
dro.hs.columbia.edu/lc1/antpolarb.jpg diakses 19 Mei 2006
insight.med.utah.edu. diakses 19 Mei 20065.
www.onjoph.com diakses 19 Mei 20066.
www.austenoptometrists.co.uk/images/starcat.j diakses 19 Mei 20067.
www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Zonu diakses 19 Mei 20068.

13

Anda mungkin juga menyukai