DISUSUN OLEH :
AGIOS S SIAGIAN
092070006
A. DEFINISI
BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah
(WHO 1961).
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan
sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir.
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).
Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya
kadar karbon dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi
22).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2.
Klasifikasi BBLR :
Prematuritas murni
Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa
gestasi.
Dismaturitas
BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa
gestasinya.
C. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang
kemudian
akan
berlanjut
dengan
pernafasan.
ini
ditemukan
bradikardi
dan
penurunan
tekanan
darah.
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik
akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus
yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh
lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)
F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan
tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat
- Sianosis
- Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha
nafas, tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
F. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas.
Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu
digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan
amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati
tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan
ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan
sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi
kardiopulmonal.
b. Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara
memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak
memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah
menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus
segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat
pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung
dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan
rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan
memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak
kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu
tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen
meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat
b. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih
dapat diandalkan
c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat
dipertahankan maupun dimodifikasi
d. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan
subkutan dapat dihindari
e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena
molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinal.
Kerugian :
1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi
2. Komplikasi tambahan dapat timbul :
Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi
Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )
Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia
1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse
maupun kemasannya.
2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan,
dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
3. Memeriksa kepatenan tempat insersi
4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan
5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program
6. Monitor kondisi dan reaksi pasien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya
neuromuskuler.
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.
Diagnosa
o. Keperawatan
1. Tidak
pola
Perencanaan
Tujuan
imaturitas
b.d
Kriteria Hasil :
fungsi
paru
neuro
dn
muscular
RR 30-60 x/mnt
3.
Sianosis (-)
Sesak (-)
Observasi
adanya
sianosis.
4. Monitor dengan teliti
hasil pemeriksaan gas
Ronchi (-)
Whezing (-)
darah.
5. Tempatkan kepala pada
posisi hiperekstensi.
6. Beri O2 sesuai program
dokter
7. Observasi respon bayi
terhadap ventilator dan
terapi O2.
8. Atur ventilasi ruangan
tempat
perawatan
klien.
9.
2 Tidak
Kolaborasi
dengan
termoregulasi
b.dnormal.
vital.
imaturitas control
Kriteria Hasil :
dan pengatur suhu
dan berkurangnya
lemak
subcutan
didalam tubuh.
Suhu 36-37 C.
Ekstremitas
temperature
dalam
incubator
sesuai
kebutuhan.
hangat.
Monitor
tanda-tanda
Hipertermi.
Hindari
bayi
dari
suhu
tubuh.
Observasi
adanya
sianosis.
3. Resiko infeksi b.dInfeksi tidak terjadi. Kaji tanda-tanda infeksi.
defisiensi
pertahanan
(imunologi)
Kriteria Hasil :
tubuh
Suhu 36-37 C
tanda infeksi.
bayi.
Pastikan
semua
bayi
dalam
keadaan bersih/steril.
Kolaborasi
dengan
dokter.
Berikan antibiotic sesuai
4. Resiko
gangguanNutrisi
program.
terpenuhi Observasi intake dan
output.
kebutuhan
b.d
Kriteria hasil :
ketidakmampuan
mencerna
nutrisi
(Imaturitas saluran
cerna)
Beri
minum
sesuai
program
Muntah (-)
menghisap
menelan tidak ada.
BAB lancar
Berat
badan
meningkat
dan
Monitor
intoleransi
15
tanda-tanda
terhadap
nutrisi parenteral.
gr/hr
Turgor elastis.
Kaji kesiapan
untuk
pemberian
nutrisi
enteral
Kaji kesiapan ibu untuk
menyusu.
5 Resiko
jaringan
kulit, imobilisasi.
Kriteria hasil :
warna kulit.
Tanda-tanda
bayi.
infeksi (-)
incubator.
Kaji tingkat pengetahuan
b.d
kurang
orang tua
Kriteria hasil :
pengetahuan orang
tua
dan
krisis.
tua
tidak
bertanya-tanya lagi.
Orang
tua
berpartisipasi dalam
proses perawatan.
perawatan
bayi pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya.
Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta
YBP-SP
Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap
Perawatan Bayi Dan Balita. The American Academy Of Pediatrics.
Jakarta : ARCAN.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta :
FKUI.
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan
Anak. Jakarta : EGC.
Tambayong, Jan. Dr. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
WWW.Medicine and linux.com
WWW. Pediatric.com