PENDAHULUAN
akrilik menurut Combe (1992), yaitu tidak toksis dan tidak mengiritasi jika
dikerjakan dengan benar, tidak larut dan tidak aktif dalam cairan mulut meskipun
sedikit menyerap air, dan mudah diproses dengan menggunakan alat yang
sederhana.
Menurut Combe (1992) ketebalan basis gigi tiruan dari logam dapat dibuat
sangat tipis yaitu 0,11 mm, ringan, dan tidak mudah patah. Pada umumnya pasien
yang memerlukan gigi tiruan pada seluruh tingkatan usia memilih untuk
menghindari pemakaian gigi tiruan logam untuk menghasilkan estetik yang baik,
dan pemakaian thermoplastic resin seringkali menjadi pilihan. Beberapa tipe
thermoplastic resin dapat digunakan dengan keuntungan secara estetik dan
menghindari potensi terjadinya reaksi alergi terhadap logam (Takabayashi, 2010).
Thermoplastic resin telah digunakan dibidang kedokteran gigi lebih dari lima
puluh tahun. Pada saat ini pemakaian thermoplastic resin telah menyebar dan
tumbuh secara signifikan karena kelebihan sifatnya. Teknologi thermoplastic
resin didasarkan pada plastisisasi bahan hanya dengan menggunakan proses
pemanasan tanpa adanya reaksi kimia. Kemampuan injeksi bahan themoplastik
resin yang telah dipanaskan ke dalam cetakan telah membuka perspektif baru
dalam pembuatan gigi tiruan (Shamnur dkk., 2011). Berdasarkan ISO-1567,
menurut komposisinya thermoplastic resin dapat dibedakan menjadi golongan
resin asetal, resin polikarbonat, resin akrilik, dan poliamida atau nilon.
Pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan penanganan khusus seperti
penanganan jaringan lunak mulut dan gerong tulang, berbagai kesulitan arah
pemasangan, kemiringan gigi, dan maloklusi, flexible denture merupakan
pandang, warna menyerupai jaringan mulut , lebih tipis dari resin akrilik,
memiliki elastisitas tinggi sehingga mempermudah mengatasi gerong atau
undercut jaringan lunak dan jaringan keras mulut, tidak menimbulkan alergi
seperti logam atau sisa monomer methylmetacrylate, tidak menimbulkan arus
galvanic seperti pada logam, dan lebih nyaman dipakai (Katsumata dkk., 2007;
Goiato dkk., 2010). Kerugian thermoplastic nylon adalah mudah berubah warna
(Dhiman dan Chomdurry, 2009), biaya pemrosesannya lebih mahal dibandingkan
dengan bahan resin akrilik, proses relining dan penambahan gigi artificial tidak
bisa dilakukan di klinik tetapi harus dikirim ke laboratorium gigi, mudah abrasi
sehingga cara pembersihannya tidak boleh disikat, dan bersifat menyerap air
sehingga mudah terjadi pewarnaan (Katsumata dkk., 2007).
Basis protesa gigi harus memiliki ketahanan yang cukup terhadap
deformasi permukaan sehingga tidak mudah menjadi kasar untuk menghindari
terjadinya akumulasi plak (Negrutiu dkk., 2005). Microhardness didefinisikan
sebagai daya tahan terhadap indentasi permukaan yang permanen. Pada level
mikroskopis microhardness meliputi morfologi permukaan dan tekanan komplek
pada bahan yang di tes. Kekerasan permukaan adalah ukuran ketahanan terhadap
perubahan bentuk dan diukur sebagai gaya dibagi unit area indentasi. Kekerasan
permukaan diukur dengan instrumen yang ujungnya menekan kedalam
permukaan bahan yang diukur. Ujung alat pengukur mempunyai sifat bahan yang
terbuat dari materi yang sangat keras, seperti baja atau intan, bentuk indentasi
kemudian diukur (Gladstone, 2012).
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu, apakah
derajat keasaman saliva berpengaruh terhadap microhardness plat gigi tiruan
polyamide dan polycarbonate?
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh derajat keasaman
saliva terhadap microhardness plat gigi tiruan polyamide dan polycarbonate.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberi informasi pengetahuan tentang pengaruh derajat keasaman saliva
terhadap microhardness plat gigi tiruan polyamide dan polycarbonate.
2. Sebagai pertimbangan dalam menentukan indikasi pemakaian bahan plat gigi
tiruan sebagian lepasan polyamide dan polycarbonate.
E. Keaslian penelitian
Goiato dkk. (2010) pada penelitiannya yang berjudul Effect of accelerated
aging on the microhardnes and color stability of flexible resins for dentures
menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai microhardnes pada bahan
thermoplastic nylon setelah dilakukan accelerated agging. Gladstone (2012) pada
penelitiannya yang berjudul Evaluation of the hardness of flexible Denture Base
Resins, menyimpulkan bahwa nilai microhardness Trevalon dua kali lebih besar
dibandingkan dengan Lucitone. Sepengetahuan penulis penelitian mengenai
pengaruh derajat keasaman saliva terhadap microhardness plat gigi tiruan
sebagian
lepasan
thermoplastic
resin
belum
pernah
dilakukan.