Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN MOBIL PENUMPANG

UMUM (BUS) ANTAR KOTA


(STUDI KASUS: ANGKUTAN UMUM TRAYEK PURWOKERTO PURBALINGGA )
PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian ini disusun


sebagai salah satu tugas mata kuliah metodologi penelitian
Diusulkan oleh :
Fajar Yusup

(1403010063)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKWERTO
PURWOKERTO
2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................

iv

DAFTAR NOTASI..................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................

1.3. Tujuan.................................................................................................

1.4. Manfaat...............................................................................................

1.5. Batasan Masalah.................................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1. Transportasi........................................................................................

2.2. Sistem Transportasi Nasional.............................................................

2.3. Angkutan Umum.................................................................................

2.4. Tujuan Angkutan Umum....................................................................

2.5. Permasalahan Angkutan umum di indonesia......................................

2.6. Tingkat Efektivitas Angkutan Mobil Penumpang Umum..................

2.6.1. Kemudahan.................................................................................

2.6.2. Tingkat Operasi...........................................................................

2.6.3. Frekuensi.....................................................................................

2.6.4. Headway.....................................................................................

2.6.5. Waktu Tempuh............................................................................

10

2.6.6. Kecepatan Operasi......................................................................

10

2.6.7. Waktu Tunggu Penumpang.........................................................

10

2.7. Tingkat Efisiensi Angkutan Mobil Penumpang..................................

11

2.7.1. Utilisasi Kendaraan.....................................................................

11

2.7.2. Load Factor................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

13

ii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kemudahan....................................................................................

Tabel 2.2. Tingkat Operasi..............................................................................

Tabel 2.3. Frekuensi.......................................................................................

Tabel 2.4. Standar Headway...........................................................................

Tabel 2.5. Standar Waktu Tempuh..................................................................

Tabel 2.6. Kecepatan Operasi.........................................................................

Tabel 2.7. Standar Headway...........................................................................

Tabel 2.8. Standar Utilisasi Kendaraan..........................................................

Tabel 2.9. Standar Load Factor ....................................................................

iv

DAFTAR NOTASI
Notasi
Hd
q
f
M
S

Keterangan
Headway jarak (meter)
Volume lalulintas (kend)
Faktor muat penumpang
Jumlah penumpang (orang)
Kapasitas tempat duduk

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Di era modern seperti sekarang, kebutuhan akan transportasi menjadi kebutuhan

mendasar bagi semua orang. Menurut Morlok (1984), transportasi merupakan bagian integral
dari suatu fungsi masyarakat. Ia menunjukan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup,
jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, dan selingan serta barang-barang dan
pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang tergolong pesat, menimbulkan berbagai
masalah rumit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat. Salah satu masalah penting yang
dihadapi akibat pertumbuhan penduduk ini adalah meningkatnya kebutuhan akan sarana
transportasi. Contohnya kebutuhan transportasi antar kota Purwokerto-Purbalingga yang
jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Purbalingga dengan luas wilayah 7.777,64 km2 dan jumlah penduduk sebesar 848.952
penduduk merupakan sebuah kabupaten yang ada di Jawa Tengah dan menjadi kota
perindustrian. Perindustrian Purbalingga telah menyerap banyak tenaga kerja tidak hanya
tenaga kerja lokal tapi dari kota-kota di sekitar Purbalingga khususnya Purwokerto.
Purwokerto merupakan pusat kota di Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah
38,58 km2 dan jumlah penduduk sebesar 249.705 penduduk . Kota Purwokerto memiliki
banyak lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi dan menjadi kota tujuan bagi
siswa-siswa di Jawa Tengah di bagian selatan untuk melanjutkan studi.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas dan mobilitas penduduk, maka keberadaan
angkutan umum antar kota yang melayani trayek Purbalingga-Purwokerto menjadi sangat
dibutuhkan. Tak hanya keberadaannya tapi juga angkutan umum yang beroperasi harus
memenuhi syarat kelancaran, kenyamanan dan keamanan bagi penumpang.
Penelitian ini akan membahas kinerja pelayanan dan kebutuhan jumlah armada
angkutan umum (Bus) yang melayani trayek Purbalingg-Purwokerto. Kinerja pelayanan
angkutan umum dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi operasi. Penilaian kriteria efektif
biasanya diberikan kepada moda angkutan sedangkan kriteria efisien diberikan kepada aspek
penumpang. Segi efektivitas dapat dilihat dengan indikator aksesibilitas (kemudahan
pengguna untuk mencapai rute kendaraan), kerapatan (jumlah kendaraan atau panjang rute),
kecepatan perjalanan rata-rata dan headway frekuensi. Sedangkan dari segi efisiensi dilihat
1

dari indikator keterjangkauan, kelayakan, utilitas (rata-rata kendaraan), tingkat operasi,


loadfactor, dan umur kendaraan (H.M. Nasution, 2003).
Studi ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan pergerakan
yang terjadi antara kota Purbalingga-Purwokerto, kondisi angkutan umum serta penilaian
pengguna terhadap pelayanan angkutan umum (Bus) trayek Purbalingga-Purwokerto. Dengan
meningkatnya kinerja angkutan umum yang ada diharapkan mampu mengurangi
ketergantungan masyrakat terhadap penggunanan kendaraan pribadi.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat penuturan pada latar belakang diatas maka dapatlah disusun beberapa
permasalahan yang menjadi bahasan dalam proposal penelitian ini :
1.

Bagaimana tingkat efektivitas angkutan umum bus trayek Purwokerto-Purbalingga ?

2.

Bagaimana tingkat efisiensi angkutan umum bus trayek Purwokerto-Purbalingga ?

1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam proposal penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui tingkat efektivitas angkutan umum bus trayek PurwokertoPurbalingga.

2.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi angkutan umum bus trayek Purwokerto-Purbalingga.

1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada pemerintah
beserta instansi terkait guna meningkatkan kinerja angkutan umum yang melayani trayek
Purbalingga-Purwokerto dan sebaliknya.
1.5. Batasan Masalah
Dalam mengevaluasi angkutan bus antar kota ini, permasalahannya akan dibatasi
yaitu untuk kinerja pelayanan angkutan umum. Kinerja pelayanan yang akan dievaluasi
berdasarkan efisiensi dan efektifitas pelayanan angkutan tersebut.
Tingkat efisiensi yang akan dievaluasi meliputi :
1.

Kemudahan

2.

Kapasitas

3.

Frekuensi

4.

Headway
2

5.

Waktu tempuh

6.

Kecepatan operasi

7.

Waktu tunggu penumpang


Tingkat efektifitas yang akan dievaluasi meliputi :

1.

Load factor

2.

Utilisasi Kendaraan
Oleh karena itu, Penulis membatasi penelitian hanya pada angkutan umum penumpang

yang beroperasi di trayek kota Purwokert-Purbalingga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Transportasi
Perpindahan penduduk dan barang-barang sudah seusia dengan sejarah manusia itu
sendiri. Manusia zaman batu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam mencari
makanan, sambil membawa milik mereka yang relatif sedikit. Perpindahan yang terbatas dan
primitif itu merupakan suatu awal dari cara hidup sekarang dimana kita bepergian dan
berlayar (Morlok, 1984).
Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut,
atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek
tersebut lebih bermanfaat dan dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2002).
Alat pendukung yang digunakan untuk proses pindah harus cocok dan sesuai dengan
objek, jarak, dan maksud objek, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Untuk mengetahui
keseimbangan antara objek yang diangkut dengan alat pendukung ini, dapatlah kita melihat
ukuran (standar) kuantitas dan kualitas dari alat pendukung. Adapun standar kuantitas dan
kualitas alat pendukung ini dapat diidentifikasikan melalui :

Aman : Apakah objek yang diangkut aman selama proses perpindahan dan mencapai
tujuan dalam keadaan utuh, tidak rusak atau hancur ?

Cepat : Apakah objek yang diangkut dapat mencapai tujuan sesuai dengan batasan
waktu yang telah ditentukan ?

Lancar : Apakah selama proses perpindahan, objek yang diangkut tidak mengalami
hambatan atau kendala ?

Nyaman : Apakah selama proses perpindahan objek yang diangkut terjaga keutuhannya
dan situasi bagi sang pengangkut menyenangkan ?

Ekonomis : Apakah proses perpindahan tidak memakan biaya yang tinggi dan
merugikan objek yang diangkut ?

Terjamin kesediannya : Alat pendukung selalu tersedia kapan saja objek yang diangkut
membutuhkannya, tanpa memperdulikan waktu dan tempat.
Dalam ilmu transportasi, alat pendukung ini diistilahkan dengan sistem tranportasi yang

didalmnya mencakup berbagai unsur (subsistem) berikut :

Ruang untuk bergerak (jalan).

Tempat awal/akhir pergerakan.


4

Yang bergerak (alat angku/kendaraan dalam bentuk apapun.

Pengelolaan : yang mengkoordinasikan ketiga unsur sebelumnya.

Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang diinginkan, tidaklah
terlepas dari kehadiran seluruh subsistem tersebut diatas secara serentak. Masing-masing
unsur tersebut tidak dapat hadir dan beroperasi masing-masing, kesemuanya harus
terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja unsur tidak hadir, maka alat
pendukung proses perpindahan (sistem transportasi) tidak dapat bekerja dan berfungsi.
2.2. Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS)
Sistranas (Sistem Transportasi Nasional) adalah tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman, yang terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi
sungai dan danau, transportasi penyebrangan, transportasi laut, transportasi udara serta
transportasi pipa yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana (kecuali transportasi
pipa) yang saling berinteraksi membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan
efisien, terpadu dan harmonis, berkembang serta dinamis (Munawar, 2005).
Dari pengertian diatas, terdapat beberapa tujuan Sistranas, yakni:
1. Efektivitas, dalam hal kemudahan, kapasitas, keselamatan, kualitas.
2. Efisiensi, dalam hal keterjangkauan, beban publik, serta utilisasi.
3. Keterpaduan, dalam arti kemudahan pergantian antar moda transportasi baik inter
maupun intra moda.
Tataran transportasi merupakan suatu perwujudan dari tatanan transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman, terdiri dari semua jaringan dan moda transportasi.
Keberadaan tataran transportasi ini dilatarbelakangi oleh adanya otonomi daerah. Secara
lingkup daerah, tataran transportasi dapat diwujudkan dalam lingkup berikut ini.
a. Dalam ruang lingkup Nasional, disebut Tataran Trasnportasi Nasional (Tatranas), yang
bertujuan membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien
dan berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau kota
nasional (SKN) dan dari simpul atau kota nasional ke luar dan atau sebaliknya.
b. Dalam ruang lingkup propinsi, disebut Tataran transportasi wilayah (Tatrawil), yang
bertujuan membentuk suatu sisitem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien
dan berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau kota
wilayah (SKW), dan dari simpul atau kota wilayah ke simpul atau kota nasional dan
sebaliknya.
5

c. Dalam ruang lingkup kabupaten/kota, disebut tatanan transportasi lokal (Tatralok), yang
bertujuan membentuk suatu sisitem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien
dan berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau kota lokal
(SKL), dan dari simpul lokal ke simpul wilayah dan simpul nasional terdekat atau
sebaliknya, dan dalam kota.
Dalam pelaksanaannya, ketiga tataran tersebut dapat dikembangkan secara terpadu
dengan memperjelas dan mengharmoniskan peran masing-masing instansi pemerintah baik di
pusat maupun di daerah yang terlibat di bidang pengaturan administrasi dan penegakan
hukum, berdasarkan asas dekonsentrasi ndan desentralisasi, menentukan bentuk koordinasi
dan konsultasi termasuk mekanisme hubungan kerja antar instansi pemerintah baik di pusat,
daerah, penyelenggara dan pemakai jasa transportasi, serta meningkatkan keterpaduan
perencanaan antar pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam
berbagai aspek.
2.3. Angkutan Umum
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan
sistem sewa atau bayar (Ahmad Munawar,2001).Pengankutan umum dibedakan dalam tiga
kategori utama yaitu Angkutan Antar Kota, Angkutan Perkotaan dan Angkutan
Pedesaan.Angkutan Antar Kota dibagi dua yaitu Angkutan Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP), yakni pelayanan jasa angkutan umum antar kotayang melampaui batas administrasi
provinsi, dan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), yakni pelayanan jasa angkutan
umum antar kota dalam satu wilayah administrasi provinsi.
2. 4. Tujuan Angkutan Umum
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang aman, cepat,
nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakinmeningkat, terutama bagi
para pekerja dalam menjalankan kegiatannya. Bagi angkutan perkotaan, keberadaan angkutan
umum apalagi angkutan umum massal sangat membantu manajemen lalu lintas dan angkutan
jalan karena tingginya tingkat efisiensi yang dimilikisarana tersebut dalam penggunaan
prasarana jalan.
Pada hakekatnya yakni operator harus memahami pola kebutuhan, dan harus mampu
mengerahkan penyediaan untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomis. Jadi, dalam hal ini
dapat dikenali adanya unsur-unsur:
6

sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu banyaknya orang
atau muatan yang dapat diangkut.

biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan operasi pelayanan
sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.

prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan angkutan.

staf atau sumber daya mausia yang mengoperasikan pelayanan angkutan.

2.5 Permasalahan Angkutan Umum di Indonesia


Tantangan bagi perencana transportasi dan angkutan umum di Indonesia dan kotakota besar di dunia adalah masalah kemacetan lalulintas serta pelayanan angkutan umum
perkotaan (Tamin, 2000). Masalah kemacetan ini biasanya timbul di kota yang penduduknya
lebih dari 2 juta jiwa, yang sampai tahun 1996 telah dicapai oleh beberapa kota di Indonesia,
seperti DKI-jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Jogjakarta.
Pada akhir tahun 2000, diperkirakan kemacetan akan terjadi di beberpaa kota lain
seperti Semarang, Palembang, Ujung pandang, Bogor, disusul kemudian oleh kota Malang,
Bandar Lampung. Sementara pada tahun 2020, hampir semua ibukota propinsi di Indonesia
akan dihuni oleh sekitar 2 juta jiwa, yang berarti pada dasawarsa tersebut para pembina
daerah perkotaan akan dihadapkan pada permasalahan baru yang memerlukan solusi yang
baru pula, yaitu masalah transportasi perkotaan.Walaupun kota yang lebih kecil juga
mempunyai masalah transportasi yang perlu pemecahan secara dini, pada umumnya masih
dalam skala kecil dan tidak memerlukan biaya besar.
Menurunnya peranan angkutan umum dapat dilihat dari dua sisi yang saling berkaitan,
yaitu sisi penyedia jasa dan sisi pemakai jasa. Penyediaan jasa angkutan umum yang belum
memadai dapat menimbulkan semakin jeleknya citra mereka yang pada akhirnya
menyebabkan semakin rendahnya tingkat pemakaian angkutan umum. Untuk memperbaiki
keadaan ini, perlu segera dilakukan beberapa tindakan nyata dalam meningkatkan pelayanan
angkutan umum, baik yang menyangkut kapasitas pelayanan, jaringannya, serta penggunaan
modanya.
2.6 Tingkat Efektivitas Angkutan Mobil Penumpang Umum
Penilaian ini diberikan pada moda angkutan umum. Adapun yang termasuk dalam
penilaian tingkat efektifitas adalah kemudahan, kapasitas, frekuensi, headway, waktu tempuh,
kecepatan operasi, waktu tunggu penumpang.
7

2.6.1 Kemudahan
Indikator kemudahan tidak memiliki standar, sehingga akan menggunakan rumus
panjang rute/jumlah armada sebagai tolak ukur. Menggunakan waktu tunggu penumpang
sebagai patokan, standar waktu tunggu penumpang 20 menit (3 bus setiap jamnya). Jadi
kalau jam operasional bus 12 jam maka bis yang lewat 36 bis. Panjang rute 20 km,
Semakin kecil hasilnya tingkat kemudahan akan menjadi baik.
Tabel 2.1. Kemudahan
Waktu tunggu penumpang
Kemudahan
Kriteria
>20 menit
>0,57
Kurang
5-20 menit
0,55
Standar
1-4 menit
<0,54
Baik
Sumber: (Data Primer Tahun 2015 oleh Prasetya, 2016)

Skor
1
2
3

2.6.2 Tingkat Operasi


Tingkat operasi adalah persentase jumlah bus kota yang rata-rata beroperasi dengan
jumlah bus kota yang memiliki trayek (jumlah bus kota yang ada). Tingkat operasi angkutan
umum dipengaruhi oleh permintaan (demand) dan kelaikan jalan dari kendaraan. Disamping
itu, umur kendaraan sangat berpengaruh terhadap kelaikan dan efisiensi operasional
kandaraan, semakin tua kendaraan, efisiensi semakin menurun.Standar tingkat operasi
adalah 80-90%.
Tabel 2.2. Tingkat operasi
Kapasitas
Kriteria
Skor
<80 %
Kurang
1
80-90 %
Standar
2
>90 %
Baik
3
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)

2.6.3 Frekuensi
Standar untuk frekuensi adalah 3-6 kendaraan per jam.
Tabel 2.3. Frekuensi
8

Frekuensi Kendaraan Kriteria


Skor
<3 kendaraan / jam
Kurang
1
3-6 kendaraan / jam Standar
2
>6 kendaraan / jam
Baik
3
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)
2.6.4 Headway
Headway didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jarak atau waktu ketika
bagian depan kendaraan yang berurutan melewati suatu titik pengamatan pada ruas jalan.
Headway rata-rata berdasarkan jarak merupakan pengukuran yang didasarkan pada
konsentrasikendaraan, dirumuskan sebagai berikut: (Morlok, 1985)
Hd = 1/q
Dimana : Hd = Headway
q = volume lalulintas yang melewati suatu titik pengamatan
Standar headway adalah 5-10 menit. Headway sangat berkaitan dengan waktu tunggu
penumpang, semakin kecil headway maka waktu tunggu penumpang tidak akan lama.
Tabel 2.4. Standar Headway
Headway
Kriteria
Skor
1-4 menit
Baik
3
5-10 menit
Standar
2
>10 menit
Kurang
1
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)

2.6.5 Waktu Tempuh


Standar untuk waktu tempuh adalah 1-1,5 jam dan maksimal 2 jam. Sehingga dapat
dibandingkan nilai waktu tempuh angkutan kota dengan standar yaitu antara 1-2 jam.
Tabel 2.5. Standar Waktu Tempuh
Waktu tempuh
<1 jam
1-2 jam

Kriteria
Baik
Standar

Skor
3
2
9

>2 jam
Kurang
1
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)
2.6.6 Kecepatan Operasi
Standar indikator kecepatan adalah 10-12 km/jam untuk daerah perkotaan dan
maksimal 40 km/jam untuk daerah kepadatan penduduk rendah atau luar kota.
Tabel 2.6. Standar Headway
Kecepatan
Kriteria
Skor
<10 km/jam
Kurang
1
10-12 km/jam
Standar
2
>12 km/jam
Baik
3
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)
2.6.7 Waktu Tunggu Penumpang
Standar waktu tunggu penumpang adalah 5-10 menit, maksimum 10-20 menit.
Tabel 2.7. Standar Headway
Waktu tunggu

Kriteria

Skor

Penumpang
1-4 menit
Baik
3
5-20 menit
Standar
2
>20 menit
Kurang
1
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)

Keterangan :
Jumlah skor maksimal adalah 21 dan jumlah skor minimal adalah 7.
EFEKTIF

: Skor 17-21

KURANG EFEKTIF

: Skor 12-16

TIDAK EFEKTIF

: Skor 7-11

2.7 Tingkat Efisiensi Angkutan Mobil Penumpang

Penilaian kriteria efisiensi diberikan pada aspek penumpang, biaya dan kapasitas
operasional angkutan umum. Adapun yang termasuk dalam penilaian tingkat efisiensi
angkutan umum adalah utilisasi kendaraan dan load factor.
10

2.7.1 Utilisasi Kendaraan

Utilasi menggambarkan efisiensi penggunaan angkutan , yaitu dalam hal jarak yang
ditempuh perhari. Standarnya adalah 230-260 km/bus/hari.
Tabel 2.8. Standar Utilisasi Kendaraan
Utilisasi Kendaraan
Kriteria
Skor
<230 km/bus/hari
Kurang
1
230-260 km/bus/hari Standar
2
>260 km/bus/hari
Baik
3
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)
2.7.2 Load Factor

Faktor muatan penumpang didefinisikan sebagai perbandingan antara banyaknya


penumpang per-jarak dengan kapasitas tempat duduk angkutan umum yang tersedia,
dirumuskan sebagai berikut : (Morlok, 1985). Standar untuk load factor adalah 70% dari
kapasitas tersedia.
f = M/S
dimana : f = load factor
M = penumpang per-km yang ditempuh
S = kapasitas tempat duduk yang tersedia
Tabel 2.8. Standar Load Factor
Load Factor
Kriteria
Skor
<70 %
Kurang
1
70 %
Standar
2
>70 %
Baik
3
Sumber: (World bank, 1986) (dalam Prasetya, 2016)
Keterangan :
Jumlah skor maksimal adalah 6 dan jumlah skor minimal adalah 2.
EFISIEN

: Skor 5-6

TIDAK EFISIEN

: Skor 2-4

11

DAFTAR PUSTAKA
Miro, Fidel. (2004). Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencanan, dan
Praktisi. Padang : PT Gelora Aksara Pratama.
Morlok, Edward K. (1984). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Munawar, Ahmad. (2011). Dasar-Dasar Teknik Transportasi. Yogyakarta : Beta Offset.
Nasution, H.M.N. (2003). Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia.

12

Prasetya, Denis., Murtini, Sri. (2016). Kajian Efektivitas dan Efisiensi Moda Transportasi
Bus Kota trayek Terminal Purabaya-Perak. Swara Bumi. Volume 01 Nomor 01
Tahun 2016
Situmeang, Poltak. (2008). Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum
Antar Kota (Studi Kasus: Angkutan Umum Trayek Medan-Tarutung).
Tamin, Ofyar Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Penerbit ITB
World Bank. (1986). Indikator Kinerja Pelayanan Angkutan Umum

13

Anda mungkin juga menyukai