Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah
membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara
tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan
keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah. Ia dan semesta tidak
terjadi dengan sendirinya, tapi diciptakan oleh Allah. Seperti dalam firman
Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 40 :
Artinya :
Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki,
kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (kembali ke
akhirat).(Q.S. 30 Ar-Rum 40).
Manusia adalah makhluk Allah swt yang sangat unik dan misterius.
Kenyataan ini, membuat banyak para ahli yang berlomba-lomba meneliti dan
membahas tentang arti sebenarnya tentang manusia, namun meskipun begitu
masih belum ada kata sepakat untuk hakikat manusia sebenarnya.
Bertitik tolak dari uraian latar belakang tersebut diatas maka
penyusun membuat makalah yang berjudul: Hakikat Manusia dalam
Prespektif Islam

1.2.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak di capai dalam makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana asal-usul manusia?
2. Bagaimana manusia dalam prespektif islam?

1.3.

Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan lebih dalam tentang asal-usul manusia.
2. Untuk menambah wawasan lebih dalam tentang manusia dalam prespektif
islam

1.4.

Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
Bagi Mahasiswa :
1

Menambah pengetahuan lebih dalam tentang asal-usul manusia.


Menambah pengetahuan lebih dalam tentang manusia dalam prespektif
Islam.

Bagi Institut :

Memberikan pengalaman dalam penyusunan suatu makalah sehingga


kedepannya para mahasiswa memperoleh bekal yang memadai.

BAB II
PEMBAHASAN
Asal-Usul Manusia

2.1.

Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah


mulai membuat cerita tentang asal-usul manusia, awalnya Malaikat
Jibril merasa khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan di
muka

bumi.

Di

dalam

Al-Quran,

kejadian

itu

diabadikan.

"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,


'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka,
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke

dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan


bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Dalam firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada
manusia, sementara iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak
melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh
makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis
menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka.
Setelah menciptakan Adam dari tanah lalu Allah meniupkan ruhnya. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam yang
dibuat dari salah satu tulang rusuk Adam.
Sebelumnya, Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak
mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka
sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan.
Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada
akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah,
namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Inilah yang menjadi dasar bahwa
Adam dan Hawa adalah ayah dan ibu generasi pertama.
Dalam buku Tafsir Al-Misbah volume 2 tepatnya pada halaman
102, penciptaan manusia sebagaimana disimpulkan Quraish Shihab
terdiri dari empat model penciptaan. Model pertama menciptakan dengan
tanpa ayah dan ibu, yaitu Adam as. Kedua menciptakan setelah
disampingnya ada lelaki, yaitu isteri Adam as. Model ketiga menciptakan
hanya dengan

ibu tanpa ada ayah, yaitu Isa as. Dan yang terakhir

menciptakan melalui pertemuan lelaki dan perempuan yaitu generasi


manusia setelah Adam as.1
Setelah meruntut tentang penciptaan Adam dan Hawa, selanjutnya
adalah penciptaan manusia selanjutnya. Menurut Proses penciptaan

1 Opened http://jafarmusaddad.blogspot.com/2013/02/makalahmanusia-dalam-perspektif-al.html. at 8 Oktober 2013, 21.00 WIB.

manusia dijelaskan Allah SWT dalam beberapa firman-Nya melalui


berbagai fase atau tahapan. Salah satunya pada QS. Al-Muminun : 12-14 :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari

saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik. (QS. al-Muminun : 12-14)
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo
volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah
makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id),
psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat
unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan
laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam
bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang
Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak
disebabkan aspek.
2.2.

Manusia dalam Prespektif Islam


Prespektif dalam hal ini berarti pandangan, jadi maksud dari
manusia dalam prespektif islam adalah pandangan islam tentang manusia.
Manusia pada hakikat nya adalah makhluk yang paling sempurna dalam
penciptaan-Nya, makhluk yang paling tinggi derajat-Nya diantara makhluk
yang lainnya, namun akan berbeda jika dalam bertindak manusia tidak lagi
menggunakan akal, fikiran, kalbu, panca indera dengan baik dan benar,

maka yang seperti itu adalah manusia dalam bentuk serendah-rendahnya


lebih rendah dari binatang. Seperti dalam firman Allah swt :
Artinya :..mereka (jin dan manusia) punya hati teteapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak
dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya telinga
tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti
itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari
binatang (Q.S. Al-Araf : 179)
Di dalam Al-quran manusia disebut dengan :

Bani Adam ( Q.S Al-Isra : 70 )


Basyar ( Q.S Al-Kahfi : 10 )
Al-insan ( Q.S Al-Insan : 1 )
An-Nas (Q.S An-Anas(114) : 1 )
Manusia juga memiliki karekteristik yang telah banyak disebutkan

dalam Al-Quran diantaranya adalah salah satunya adalah, manusia adalah


makhluk yang paling unik, mempunyai sifat paling kompleks, dan
diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Seperti dalam firman Allah
dalam surah At-Tin ayat 4,
Artinya : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam brntuk
sebaik-baiknya.
Keunikan dari manusia dapat dilihat dari bentuk struktur tubuhnya,
gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi dalam
organ tubuhnya, proses pertumbuhan yang berproses dari tahap-tahap
tertentu.
Namun, meskipun menjadi makhluk yang sempurna dari semua
makhluk Allah swt, manusia tidak lepas dari kelemahan, kekeurangan,
diantaranya adalah :
a. Melampaui batas (Q.S. Yunus :12)

b. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil,


aniaya) dan mengingkari karunia (pemberian) Allah (Q.S.
Ibrahim : 34)
c. Tergesa-gesa (Q.S.Al-Isra : 11)
d. Suka membantah (Q.S.Al-Kahfi :54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (Q.S.Al-Kahfi)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (Q.S. Al-Adiyat:6).2
Prinsip-prinsip ini digali dari Al-Quran dengan memahaminya dari
berabgai aspek penafsiran dan kenyataan yang dapat dihayati. Dalam
hubungannya dengan pendidikan islam akan kita lihat dari titik saja, yaitu :
a. Manusia sebagai makhluk yang mulia
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan
pelaksana ajaran. Oleh karena itu, ia ditempatkan pada kedudukn
yang mulia, ini ditegaskan dalam Al-Quran pada surah AL-Isra
ayat 70
Artinya : dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam
(manusia) kami tempatkan mereka itu didarat dan dilaut kami beri
mereka rizki yang baik-baikdan kami lebihkan mereka dari
makhluk Kami yang lain.
b. Manusia sebagai khalifah di bumi
c. Manusia sebagai makhluk paedogodik3

2
3 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bumi Aksara : Jakarta, 2012)
hlm.3

Anda mungkin juga menyukai