Definisi
Sifilis adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis
biasanya menular melalui hubungan seksual atau dari ibu kepada bayi, akan tetapi sifilis
juga dapat menular tanpa hubungan seksual pada daerah yang mempunyai kebersihan
lingkungan yang buruk dan dapat juga menular melalui transfusi darah.
Patogenesis
Stadium dini
T. pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya
melalui sanggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk
infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- sel plasma, terutama di perivaskular,
pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. pallidum dan sel-sel
radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan
perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan
hipertrofikendotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai S1.
Sebelum S1 terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke
semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. Multiplikasi ini
diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi enam sampai delapan minggu
sesudah S1. S1 akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut jumlahnya
berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa
sikatriks. SII jugs mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.Tibalah stadium
laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat.
Stadium lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam
keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat berubah, sebabnya belum jelas,
mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat itu muncullah SIII
berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan T. pallidum,
reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah
mengalami mass laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat lain.
Gambaran Klinis
Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan laboratorium berupa :
1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ream sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh
dari bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar.
b. Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM), lama kerja tujuh
puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
a. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juts unit akan bertahan dalam serum dua sampai tiga
minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan intramuskular. Derivat penisilin per oral tidak
dianjurkankarena absorpsi oleh saluran cerma kurang dibandingkan dengan suntikan.
Cara pemberian penisilin tersebut sesuai dengan lama kerja masing-masing; yang
pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga hari, dan yang ketiga biasanya setiap
minggu.
Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, make kadar obat dalam serum dapat bertahan lama dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu disuntik setiap hari seperti pada pemberian penisilin G prokain dalam akua. Obat ini mempunyai kekurangan, yakni tidak dianjurkan
untuk neurosifilis karena sukar masuk ke dalam darah di otak, sehingga yang dianjurkan ialah
penisilin G prokain dalam akua. Karena penisilin G benzatin memberi rasa nyeri pada tempat
suntikan, ada penyelidik yang tidak menganjurkan pemberiannya kepada bayi. Demikian pula
PAM memberi rasa nyeri pada tempat suntikan dan dapat mengakibatkan abses jika suntikan
kurang dalam; obat ini kini jarang digunakan.
2. Antibiotik Lain
Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik yang dapat digunakan sebagai pengobatan
sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin.
Bagi yang alergi terhadap penisilin diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau
aeritromisin 4 x 500 mg/hri, atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan 15 hari bagi S I
dan S II dan 30 hari bagi stadium laten. Eritromisin bagi yang hamil, efektivitasnya meragukan.
Doksisiklin absorbsinya lebih baik daripada tetrasiklin, yakni 90-100%, sedangkan tetrasiklin
hanya 60-80%.
Pada penelitian terbaru didapatkan bahwa doksisiklin atau eritromisin yang diberikan
sebagai terapi sifilis primer selama 14 hari, menunjukkan perbaikan.
Obat yang lain ialah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500 mg sehari selama
15 hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal i.m. atau i.v. selama 15 hari.
Azitromisin juga dapat digunakan untuk S I dan S 11, terutama dinegara yang sedang
berkembang untuk menggantikan penisilin.Dosisnya 500 mg sehari sebagai dosis tunggal. Lama
pengobatan 10 hari.
6 B. TERANGKAM DAN PENGOBATAN PIODERMA
Definisi
Pioderma ialah penyakit kulit yang menyebabkan oleh staphylococcus, streptococcus, atau
oleh kedua-duanya.
Etiologi
Penyebabnya yang utama ialah staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus,
sedangkan staphylococcus epidermidis merupakan penghuninormal di kulit dan jarang
menyebabkan infeksi.
Faktor predisposisi
1. Higiene yang kurang
2. Menurunnya daya tahan misalnya; kekurangan gizi,anemia, penyakit kronik, neoplasma
ganas ,diabetes mellitus.
3. Telah ada penyakit lain di kulit karena terjadi kerusakan diepidermis, maka fungsi kulit
pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Klasikasi
1. Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
biasanya satu macam mikroorganisme.
2. Pioderma Sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain, gambaran klinisnya tak khas dan
mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut
impetigenista, contohnya; dermatitis impatigenista,scabies impetigenista. Tanda impetigenista,
ialah jika terdapat pus,pustule, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah
bening regional,leukositosis,dapat pula disertai demam.
Pengobatan umum
1. Sistematik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma. Berikut ini disebutkan
contoh-contohnya.
a) Penisilin g prokain dan semisitetiknya
- Penisilin g prokain
Dosisnya 1,2 juta per hari i.m. obat ini tidak dipakai dengan dosis tinggi, dan makin
-
Dosisnya sama dengan ampisilin, kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan
setelah makan. Jugaa cepat diabsorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga
konsentral dalam plasma lebih tinggi.
b) Golongan obat resisten-penisiline
Yang termasuk golongan ini contohnya; okasilin, kloksasilin, dikloksilin, perhari sebelum
makan. golongan obat ini mempunyai kelebihan karena juga berkhasiat bagi
staphylococcus aureus yang telah membentuk penisilinase.
c) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 kali 500 mg perhari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 kali 150 mg sehari per os. Pada infeksi untuk pioderma
disamping golongan obat penisilin resisten-penesilinase. Efek samping yang di sebut
kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah penulis temukan.
Linkomiskin agar tidak karena potensi antibakterialnya lebih sedikit, pada pemberian per
oral tidak terlalau dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
d) Eritromisin
Dosisnya 4 kali 500 mg perhari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindimisin dan obat golongan penisilin resisten-penesilinase dan obat
golongan penisilin. Obat ini cepat menyebabkan resisistensi sering member rasa tak enak
di lambung.
e) Sefalosporin
Pada pioderma yang betat atau yang tidak member renspons dengan obat-obatan tersebut
diatas, dapat dipakai sefalosporin . Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman
positif-gram ialah generasi I, Juga generasi Iv. Contohnya sefadroksil yang generasi 1
dengan dosis untuk orang dewasa 2 kali 500% mg atau 2 kali 100 mg perhari.
2. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengobatan pioderma. Obat
topikal anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi
resistensi dan hiversensitivitas, contohnya ialah basitrasin,neomisin, dan mipirosin. Niomisin
juga berkasiat untuk kuman negative-gram. Neomisin , yang di negeri Barat dikatakan sering
menyebabkan sensitisasi, menurut pengalaman penulis jarang, teramisin dan kioramfenikol
tidak begitu efektif,banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut sebagai
salap atau krim.
Sebagai obat topikal juga kompres terbuka, contohnya; larutan permanganas kalikus
1/500, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali. Yang terakhir
ini lebih efektif hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol
mempuyai kekurangan karena mengotori seprei.
Pemeriksaan Pembantu
Pada pemeriksaan laboratorik terdapat leukositosis. Pada kasus-kasus yang kronis dan
sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan
stafilokokus atau streptokokus melainkan kuman negative-gram. Hasil tes resistensi hanya
bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
Bentuk Pioderma
Berbagai bentuk pioderma akan di bicarakan satu persatu.
A. Impetigo
a. Definisi
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas dan epidermis)
b. Klasifikasi
Terdapat 2 bentuk ialah imfetigo krustosa dan impetigo bulosa.
1. Impetigo Krustosa
Sinonim
Impetigo kontogiosa, infetigo vulgaris, invetigo tillbury fox.
Etiologi
Biasanya streptococcus B hemolyticus.
Gejala klinis
Tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak, tempat redileksi
muka,karena di anggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit ialah
eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat
yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan
tampak serperti erosi dibawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh
dibagian tengah.
Komplikasi ; glomerulonefritis (2-5%) yang disebabkan oleh sero tipe tertentu.
Diagnosis banding
Ektima
Pengobatan
Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotic. Kalau banyak diberi pula
tibiotik sistemik.
2. Impetigo bulosa
Sinonim
Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet.
Etiologi
Biasanya staphylococcus aurerus.
Gejala klinis
Keadaan umumnya tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, pinggung.
Sering kali miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa
eritema,bula, dan bula hipopion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat,
vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak koleret dan dasarnya masih
eritematosa.
Diagnosis banding
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip
dematofitosis. Pana anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat
lepuh. Jika ada, diagnosisnya ialah impetigo bulosa.
Pengobatan
Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula, dipecahkan lalu diberi salap antibiotic
atau cairan antiseptic. Kalau banyak diberi pula antibiotic sistemik. Faktor
predisposasi dicari, jika karena banyak keringat, ventilasi diperbaiki.
3. Imfetigo neonatorum
Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonates.
Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai
demam.
Diagnosis banding
Sifilis congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat ditelapak tangan dan kaki,
terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot.
Pengobatan
Antibiotik harus diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2%
B. Folikulitis
a. Definisi
kedua-duanya
berkrusta
berwarna
kuning,
perbedanya impetigo krustosa terdapat pada anak, berlokasi dimuka, dan dasrnya ialah
erosi. Sebaliknya ektima predilekai di tungkai bawah, dan dasarnya ialah ulkus.
e. Pengobatan
Jika terdapat sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotic. Kalau banyak
juga diobati antibiotic sistemik.
E. Pionikia
a. Definisi
Staphylococcus aureus dan/atau streptococcus B hemolyticus.
b. Gejala klinis
Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda
radang, kemudian menjalar ke metrics dan lempeng kuku (nail plate), dapat terbentuk
abses subungual.
c. Pengobatan
Kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika terjadi abses
subungual kuku diekstraksi.
F. Erisipelas konsitusi
a. Definisi
Erysipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala
utamanya ialah eritema berwarna cerah. Dan berbatas tegas serta disertai gejala
konstitusi.
b. Etilogi
Biasanya streptococcus B hemolyticus.
c. Gejala klinis
Terdapat gejala konsititusi; demam,malese. Lapisan kulit diserang ialah epidermis
dan dermis. Penyakit ini didahuluka trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya
tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah,
terbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai
edema,vesikel,dan bula. Terdapat leukositosis.
Jika tidak diobati akan menjalar kesekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering
residif di tempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.
d. Diagnosis banding
Selulitis, pada penyakit ini terdapat infiltrate di subkutan.
e. Pengobatan
Istirahat, tungkai bawah kaki yg di serang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih
tinggi dari pada letak kor, pengobatan sistemik ialah antibiotic, topikal diberikal
kompres terbuka dengan larutan antiseptic. Jika di berikan diuretika.
G. Selulitis
Etiologi, gejala konsitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratorik, dan
terapinya sama dengan erysipelas.
Kelainan kulit berupa infiltrate yang diful disubkutan dengan tanda-tanda radang akut.
H. Flegmon
Flegmon ialah selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis hanya
ditambah insisi.
I. Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus diatasnya. Dibedakan
dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-gram, oleh karena itu perlu
dilakukan kultur
J. Abses Multipel Kelenjar Keringat
a. Definisi
Abses multipel kelenjar keringat ialah infeksi yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus pada kelenjar keringat, berupa abses multipel tak nyeri berbentuk
kubah.
b. Etiologi
Biasanya staphylococcus aureus.
c. Gejala klinis
Didapati pada anak. Faktor predisposisi
ialah
daya
tahan
yang
menurun
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesuatu akil
balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma/mikrotrauma, misalnya;
banyak keringat, pemakaian Deodorant atau rambut ketiak digunting.
Penyakit ini disertai gejala konstitusi; demam,malese. Rumah berupa nodus
dengan kelima tanda radang akut. Kemudisn dapat melunak menjadi abses, dan
memecah membentuk fistel dan disebut hidraadenitis supurativa. Pada yang menahun
dapat terbentuk abses,fistel, dan sinus yang mutipel. Terbanyak berlokasi diketiak, juga
di perineum, jadi tempat-tempat yang banyak kelenjar apokrim. Terdapat leukositosis.
d. Diagnosis banding
Skrofuloderma. Persamaannya terdapat nodus, abses, dan fistel. Perbedaannya, pada
hidraadenitis supurativa pada skrofuloderma tidak terdapat tanda-tanda radang akut dan
tidak ada leukositosis.
e. Pengobatan
Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses, diinsisi. Kalau belum melunak diberi
kompres terbuka. Pada kasus yang kronik residif kelenjar apokrin dieksisi.
L. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
a. Definisi
S.S.S.S. ialah infeksi kulit oleh staphylococcus aureus tipe tertentu dengan cirri yang
khas ialah terdapatnya epidermolisis.
b. Epidemiologi
Penyakit itu terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, pria lebih banyak daripada
wanita.
c. Etiologi
Etiologinya ialah diantaranya staphylococcus aureus grup II faga 52,55 dan/atau faga 71
d. Patogenenesis
Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata,hidung,tenggorok, dan telinga.
Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat efidermolitik (epidermolin,eksfoliatin) yang
beredar diseluruh tubuh, sampai pada epidermis dan menyebabkan kerusakan , karena
epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin ini. Pada kulit tidak selalu
ditemukan kuman penyebab.
Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengekskresikan ekspoliatin. Pada
anak-anak dan bayi diduga fungsi ekskreasi ginjal belum sempurna, karena itu
umumnya penyakit ini terdapat pada golongan orang dewasa diduga karena terdapat
kegagalan fungsi ginjal, atau terdapat gangguan imunologik, termasuk yang mendapat
obat imunosupresif.
e. Gejala klinis
Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi di saluran napas
bagian atas. Kelainan kulit yang pertama timbul ialah eritema yang timbul mendadak
pada muka,leher,ketiak,dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24 jam.
Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding kendur. Jika kulit yang
tampaknya normal ditekan dan digeser kulit tersebut akan terkelupas sehingga member
tanda nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai
pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosive. Akibat
eidermolisis tersebut,gambarannya mirip kombusito. Daerah-daerah tersebut akan
mongering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Deskuamasi pada daerah yang
tidak eritmatosa, yang tidak mengelupas terjadi dalam waktu 10 hari. Meskipun bibir
sering dikenai, tetapi mukosa jarang diserang. Penyembuhan penyakit akan terjadi
setelah 10-14 hari tanpa disertai sikatriks.
f. Komplikasi
Meskipun S.S.S.S. dapat sembuh spontan, dapat pula terjadi pula terjadi
komplikasi, misalnya; selulitis pneumonia, dan septicemia.
g. Pemeriksaan bakteriologi
Jika terdapat infeksi ditempat lain, misalnya disaluran napas dapat dilakukan
pemeriksaan bakteriologik. Juga sebaliknya diperiksa mengenai tipe kuman,karena
S.S.S.S disebabkan oleh staphylococcus aureus tipe tertentu. Pada kulit, seperti telah
disebutkan, tidak didapati kuman penyebab karena kerusakan kulit akibat toksin.
h. Histopatologi
Pada S.S.S.S terdapat gambaran yang khas, yakni terlihat lepuh intraepidermal,
cerah terdapat di stratum granulosum. Meskipun ruang lepuh sering mengandung sel-sel
akan tolitik, epidermis sisanya tampaknya utuh tanpa disertai nekrosis sel.