Solusio Plasenta
Solusio Plasenta
TINJAUAN PUSTAKA
B. Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira - kira 1 diantara 50 persalinan. Di RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo antara tahun 1968 - 1971 solusio plasenta terjadi pada kira - kira
2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang, dan
86% solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didisgnosis,
mungkinkarena penderita selalu terlambat datang ke rumah sakit; atau, tanda -
tanda dan gejalanya terlampau ringan, sehingga tidak menarik perhatian penderita
maupun dokternya (Sumapraja & Rachimhadhi, 2008).
C. Etiologi
Etiologi solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, walaupun
beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya, seperti umur ibu yang tua,
multiparitas, penyakit hipertensi menahun, pre-eklampsia, trauma, tali pusat yang
pendek, tekanan pada vena kava inferior, dan defisiensi asam folik.
Pengalaman di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa kejadian
solusio plasenta meningkat dengan meningkatnya umur dan paritas ibu. Hali ini
dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, making tinggi frekuensi penyakit
hipertensi menahun. Demikian pula, makin tinggi paritas ibu, makin kurang baik
endometriumnya. di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo 16,3% solusio plasenta disertai
penyakit hiprtensi menahun, 15,5% disertai pre eklampsi, dan 1,2% disertai
trauma.
D. Patofisiologi
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis
menyebabkan hematoma retroplasenta. Hematoma dapat semakin mengarah ke
pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan
keluar melalui ostium uteri, sebaliknya jika amniokharion tidak terlepas berarti
Solusio plasenta
Klinik
Nadi
Ringan
Tidak berubah
Sedang
Meningkat
Berat
Meningkat
Tekanan darah
Tak berubah
Menurun
Syok
Tidak Pernah
Kadang - kadang
Selalu Syok
Hipofibrinogen
Selalu hipofibrinogen
Normal
Sedikit tegang
Tegang-keras sehingga
Dapat meninggal
sulit palpasi
Selalu meninggal
Uterus
Janin
Hidup
Perdarahan
Kurang
1000 cc
Diatas 2500 cc
bila persalinan telah selesai penderita belum bebas dari bahaya perdarahan
post partum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk mengentikan
perdarahan pada kala III, dan kelianan pembekuan darah.
Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan oleh ekstravasasi darah
diantara otot - otot miometrium seperti yang terjadi pada uterus Couvelaire.
Paabila perdarahn postpartum tidak diatasi dengan kompresi bimanual uterus,
pemberian uterotonika maupun pengobatan kelainan pembekuan darah maka
tindakan terakhir
b.Jika ibu dalam persalinan dan janin matur, pecahkan selaput ketuban untuk
memeriksa keadaan cairan dan memberikan kemudahan bagi janin untuk
dilakukan pemantauan denyut jantung janin secara langsung.
c. Lakukan observasi ketat. Mencakup juga kardiotokografi tambahan jika
dilakuakan penatalaksanaan konservatif. Pemisahan plasenta kemudian dapat
terjadi.
2. Perdarahan Sedang
a.Ganti kehilangan darah
b.Lakukan penapisan koagulasi dan koreksi defek
c.Pecahkan ketuban, berikan oksitosik jika persalinan terlambat
d.Lakukan seksio sesaria untuk distress janin. Defek koagulasi harus
disingkirkan pertama kali.
e.Drain menetap untuk abdomen dan luka setelah seksio sesaria disarankan
f. Diperlukan dokter obstetri dan dokter anastesi yang berpengalaman
g.Pastikan keseimbangan cairan yang ketat dan pantau haluran renal (> 20
ml/jam)
h.Anastesia epidural dikontraindikasikan jika ibu hipotensi atau ada bukti
koagulopati
i. Adanya pre-eklampsia memerlukan pemantauan fluktasi tekanan darah yang
ketat, henti renal dan gangguan elektrolit. Ibu sebaiknya diobservasi di bangsal
persalinan sampai stabil secara klinis.
j. Pertahankan kontraksi uterus dengan infus sintosinon intravena setelah
kelahiran
k.Seorang dokter neonatologi harus mendampingi kelahiran. Kehilangan darah
janin (asfiksia pallida) akan memerlukan resusitasi segera.
3. Perdarahan berat
a.Sering terjadi kematian janin
b.Koreksi defek koagulasi
c.Diperluskan tranfusi darah
d.Kendalikan penggantian cairan dengan menggunakan jalur sentral (singkirkan
koagulopati).
BAB II
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA SOLUSIO PLASENTA
A. Data Subjektif
1. Usia dan paritas ibu, kasus pada RS. Cipto Mangunkusuomo menunjukkan
bahwa kejadian solusio plasenta meningkat dengan meningkatnya umur dan
paritas ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin
tinggi frekuensi penyakit hipertensi menahun. Demikian pula, makin tinggi
paritas ibu, makin kurang baik endometriumnya.
2. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam yang disertai nyeri uterus adalah gejala khas
pelepasan plasenta premature. Perdarahan dapat minimal sampai banyak,
biasanya terjadi secara tiba-tiba dan diluar dugaan pada trimester ketiga.
Perdarahan sering berwarna lebih gelap dari darah merah segar yang
berkaitan dengan plasenta previa. Darah gelap ini menunjukkan suatu
bekuan retroplasenta dari dinding uterus yang mengelupas dan mengalir
melalui serviks.,
3. Nyeri abdomen
Bersifat konstan, biasanya disertai dengan perdarahan eksternal. Nyeri yang
tiba-tiba dan berat merupakan suatu tanda perdarahan retroplasenta yang
menginfiltrasi otot uterus. Nyeri abdomen mungkin merupakan satu-satunya
gejala ketika perdarahan retroplasenter dan tersembunyi. Kontraksi uterus
dapat ada atau tidak ada.
4. Riwayat Obstetrik, wanita dengan riwayat solusio plasenta memiliki
peninkatan resiko kekambuhan sekitar 10 kali lipat pada kehamialn
berikutnya (Leveno, 2009).
5. Riwayat penyakit dahulu.
Pasien dengan penyakit hipertensi kehamilan memiliki suatu kenaikan
resiko pelepasan plasenta premature. Pada RS. Cipto Mangunkusumo 16,3%
solusio plasenta disertai penyakit hipertensi menahun, 15, 5 % disertai
preeklampsi dan 1,2% disertai trauma. Pada penilitian oleh Blumenfeld dkk.
Faktor resiko tertinggi dari solusio plsenta adalah hipertensi pada
kehamilan.
6. Pola hidup sehari - hari
B. DATA OBJEKTIF.
1. Pemeriksaan Umum
dengan
pemeriksaan
menggunakan
ultrasonografi
berhasil
pada uterus.
2. Ganguan rasa nyeri
Salah satu gambaran klinis dari solusio plasenta adalah nyeri pada
abdomen, khusunya pada kasus solusio plasenta berat nyeri akan
semakin bertambah.
Dx Potensial : IUFD, PERDARAHAN POST PARTUM, SYOK
Masalah Potensial :-
D. PLANNING
1. Melakukan Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lengkap.
2. Beri cairan dekstrosa 5% dan RL melalui intra vena dengan kateter
ukuran 16.
3.
4.
5.
6.
7.
8.