Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA AN.

W DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN DENGAN DX
NYERI PRE OP APPENDICTOMY HARI PERTAMA
DI RUANG KENANGA
RSUD HJ ANNA LASMANAH

Disusun Oleh :
Eka Nanda Murfiantono

( A01301742 )

Hasan Kurniawan

( A01301756 )

Nesi Nur Istiqomah

( A01301788 )

Nur Khoiriyah Solikhin

( A01301796 )

Nur Zaadah

( A01301797 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN
A. Definisi
Apendiksitis adalah radang akut apendiks, apendiksitis mempunyai
kembaran klinis yang sangat berfariasi, seperti : nyeri, anoreksia, muntah,
konstipasi, diare, demam ringan dan terjadi nyeri tekan atau nyeri lepas yang
dapat menandakan adanya peradangan. Nyeri dapat menyerang individu dengan
kasus appendiksitis baik pre operatif maupun post operatif (Brough, 2007).
Pengobatan

appendiksitis

terbaik

adalah

appendectomy

secara

dini.

Appendectomy adalah pengangkatan appendic. Appendectomy harus dilakukan


segera setelah kondisi anak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan.
Appendectomy dilakukan dengan insisi transfersal sepanjang 5 cm atau
olik, dibuat diatas titik maksimal nyeri tekan atau masa yang dapat dipalpasi pada
fosa iliaka kanan. Otot dipisahkan kelateral rektus abdominalis . mesentrium
appendicular, dasar appendic diikat dan diangkat. Pasien yang akan menjalani
appendectomy harus disiapkan dengan rehidrasi, koreksi elektrolit, pengendalian
demam, kemungkinan penekanan saluran cerna, dan pemberian anti biotic yang
sesuai. Walaupun mungkin memerlukan waktu beberapa jam, tetapi hal ini
membantu mencegah penyulit yang tidak dikehendaki. Apabila tampak normal
pada laparotomi, appendic harus diangkat dan diteliti secara cermat untuk
mengetahui adanya penyakit lain. Apabila merdang tetapi tidak mengalami
ganggren atau perforasi, appendic diangkat dan dilakukan pembiakan yang sesuai.
(Menurut Stevenson dalam Rudolph, 2006 ).
Kenyamanan merupakan sesuatu hal yang dibutuhkan individu dalam
mengatasi

nyeri.

Kenyamanan

merupakan

konsep

sentral

tentang

giat

keperawatan. (menurut Donahue dalam buku potter dan perry 2005, meringkaskan
melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan, perawat
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan.
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar

klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Konsep


kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu
memiliki karekteristik fisiologis, social, spiritual, psikologis, dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri.
Colcaba dalam potter dan perry 2005, mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu
keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan akan kentrentaman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Suatu cara pandang yang
holistic tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi 4 konteks,
antara lain : fisik b.d sensasi tibuh, social b.d hubungan interpersonal, keluarga
dan social, psikospiritual b.d kewaspadaan internal dalam diri sendiri meliputi :
harga diri, seksualitas, makna kehidupan dan yang terakhir lingkungan b.d latar
belakang pengalaman eksternal manusia meliputi : cahaya, bunyi, temperature,
warna, dan unsure-unsur ilmiah.
Menurut

IASP

dalam

Potter

dan

Perry

mendefinisikan

nyeri

mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori sebjektif dan pengalaman emosional


yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual
atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan. Fisiologi nyeri menurut Mc Nair dalam Potter dan Perry 2005 nyeri
dapat mempengaruhi reksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk
memahami nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis
sebagai berikut, yakni : resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spenalis dan menjalani salahsatu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai
didalam masa berwarna abu-abu didalam medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri
yang dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor. Sekali stimulus nyeri
mencapai kekorteks cerebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dalam
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang
asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.

lalu serta

B. Anatomi fisiologi
System pencernaan makanaan adalah saluran cerna yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan
proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran)dengan enzim dan
zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai dengan anus.
Saluran pencernaan, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Mulut
Faring
Esophagus
Ventrikulus (Lambung)
Intestinum Minor (usus halus)
a. Duodenum (usus 12 jari)
b. Jejunum
c. Ileum
6. Intestinum mayor (usus besar)
a. Seikum
b. Kolon assenden
c. Kolon transfersum
d. Kolon desenden
e. Kolon sigmoid
7. Rectum
8. Anus
Alat- alat penghasil getah bening:
a. Kelenjar ludah
1) Kelenjar parotis
2) Kelenjar submaksilaris
3) Kelenjar sublingualis
b. Kelenjar gtah lambung (HCL)
c. Kelenjar hati
d. Kelenjar pancreas (insulin)
e. Kelenjar getah usus.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan
vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
a. Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo
saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan
ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks

terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat.
b. Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan
bersifat basa mengandung amilase dan musin.
c. Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke
arah di dinding abdomen. Pelvis minor.
C. Penyebab
Beberapa faktor penyebab terjadinya appendiksitis menurut Wijaya Kusuma
(2004) adalah:
a. Infeksi Bakteri
Karena bakteri dapat menyebabkan infeksi bagian appendik dan
menimbulkan peradangan pada daerah tersebut.
b. Penyumbatan Appendik
Timbulnya jaringan limfe,tinja,tumor appendik dan cacing askaris dapat
menyebabkan penyumbatan appendik. ruang dalam appendik

sangat sempit,

sehingga bahan-bahan buangan atau benda asing diatas yang terperangkap di


dalam appendik dan menyebabkan penyumbatan yang menimbulkan radang hebat
dan dapat meninmbulkan infeksi.
c. Hambatan aliran lendir sekum
Appendik menghasilkan lendir 1-2 ml perhari, lendir itu secara normal
dicurahkan kedalam lubang.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang sering timbul pada appendisitis adalah nyeri
abdomen di kuadran kanan bawah,nyeri pada saat ditekan,dilepas,ditekukdan juga
pda saat kaki kanan ditekuk dan diluruskan,anoreksia sehingga badan terasa
lemah,dipalpasi dijumpai ketegangan otot sekitarnya perut kaku seperti
papan.peningkatan suhu tubuh dan taki kardi peningkatan jumlah sel leukosit,
nyeri difusi yang mendadak didalam epigastrum atau perkumbilikus,demam suhu

badan akan meninggi dan akan merasa mual disebabkan rangsangan usus buntu
yang meradang pada selaput lendir perut atas peritoneum (Corwin,2001,529).
E. Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian pada klien dengan appendiktomi menurut doenges
(2000:58) adalah:
a. Aktifitas / istirahat
Gejala : malaise
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi
c. Elimanasi
Gejala : konstipasi pada awalnya, diare ( kadang-kadang)
Tanda :
1) Disinfensi abdomen
2) Nyeri tekan / Nyeri lepas
3) Kekakuan perut
4) Penurunan atau tidak ada bising usus
d. Nyeri atau / ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigasterium umbilikus yang meningkat berat dan
terlokasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau
panas dalam (infark) , keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas
e. Keamanan
Tanda : Demam / biasanya rendah
f. Pernafasan
Tanda :
1) Takipnoe
2) Pernafasan dangkal
g. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen.
F. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agen cidera fisik

Ketidak

seimbangan

nutrisi

Kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b.d

ketidakmampuan untuk mencerna makanan


G. Intervensi Keperawatan
Prioritas masalah nyeri akut b.d agen cedera fisik pada an.W penulis akan
membahas intervensi keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang dengan criteria
hasil skala nyeri 1, ekspresi wajah klien tampak rileks, mampu mengontrol nyeri.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi
karakteristik nyeri ( penyebab nyeri, kualitas nyeri, tempat atau bagian yang
dirasakan nyeri, skala nyeri , waktu terjadi nyeri ). Rasionalnya untuk membantu
mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan ketidakefektifan analgesic, kaji TTV
(tekanan

darah,

nadi,

pernafasan,

suhu)

rasionalnya

untuk

memantau

perkembangan pasien, berikan posisi nyaman (supinasi dan semifowler),


rasionalnya untuk mengurangi tegangan pada pasca pembedahan dan membantu
mengurangi nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi seperti
membaca buku, bermain game, membayangkan hal-hal yang indah, pemberian
analgesic seperti advice dokter, rasionalnya untuk mengurangi nyeri.

LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. BIODATA
1. Biodata pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Tanggal masuk
Pukul

: An. Wisnu Barata


: 11Th
: Laki-laki
: Islam
: Clapar, Rt04/05 Madukara
: 20 Juni 2014
: 20.05

Tanggal pengkajian
: 21 Juni 2014
No.Rm
: 98.11.32
2. Biodata penanggungjawab
Nama
: Ny,Parisem
Umur
: 50th
Alamat
: Clapar, 04/05 madukara
Agama
: Islam
Hubungan
: Ibu
Pekerjaan
: Tani
B. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri
2. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien Datang kerumah sakit dengan keluhan
4hari demam, nyeri perut bagian kanan bawah di kuadran 4.
P : Pasien mengatakan nyeri
Q : Rasa nyeri seperti disayat-sayat
R : Nyeri pada abdomen kanan bawah
S : Dengan skala nyeri 5
T : Rasa nyeri timbul hilang selama 4 hari
3. Riwayat kesehatan dahulu : pasien mengatakan belum pernah mengalami
sakit appendiksitis atau penyakit seperti komplikasinya
4. Riwayat kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan keluarga pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti : hipertensi, Diabetes,
hepatitis dan sakit seperti pasien
5. Pengkajian pola fungsional Virginia hendarson :
a. Pola oksigenasi
Sebelum sakit
: Pasien mengatakan dapat bernapas secara normal
Selama sakit

: Pasien mengalami sesak napas yang hilang timbul dan

merasa nyeri saat batuk dengan RR 22x/menit.


b. Pola nutrisi
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan jarang makan teratur 3x sehari, sering
pilih-pilih makanan, minum 5 gelas setiap hari makan yang sering dimakan
nasi, lauk ikan, jarang makan sayur.
Selama sakit
:Pasien setelah operasi makan sedikit hanya 3 sendok
karena tidak nafsu makan dan minum 4 gelas air putih setiap hari selama
dirumah sakit
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit

:Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi

lembek dengan warna kuning, BAK 4x sehari tidak terlalu banyak dan
berwarna kuning pekat.

Selama sakit

:Pasien mengatakan BAB 1x dengan konsentrasi cair ada

sedikit ampas berwarna merah, BAK berwarna kuning pekat 5x/ hari
d. Pola aktivitas
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan sering beraktivitas seperti sekolah,
bermain, dan mengaji.
Selama sakit
: Pasien mengatakan hanya istirahat di tempat tidur karena
nyeri di abdomen
P :Pasien mengatakan nyeri
Q : Rasa nyeri seperti disayat-sayat
R : Nyeri pada abdomen kanan bawah
S: Dengan skala nyeri 5
T : Rasa nyeri timbul hilang selama 4 hari
e. Pola istirahat
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan kadang-kadang tidur siang dan tidur
malam dari jam 20.00 WIB sampai jam 05.00 WIB.
Selama sakit
:Pasien tidak bisa tidur nyenyak dan sering terbangun saat
merasa nyeri sakit di daerah operasi
P :Pasien mengatakan nyeri
Q : Rasa nyeri seperti disayat-sayat
R : Nyeri pada abdomen kanan bawah
S : Dengan skala nyeri 5
T : Rasa nyeri timbul hilang selama 4 hari
f. Pola berpakaian
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan bisa berpakaian sendiri, pakaian ganti
2x dalam sehari.
Selama sakit
:Pasien mengatakan membutuhkan bantuan orang lain
untuk berpakaian, dan baru 1x mengganti baju sejak pertama kali masuk
rumah sakit.
g. Pola suhu tubuh
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan saat merasa kepanasan pasien memakai
pakaian tipis, saat kedinginan pasien menggunakan pakaian yang tebal.
Selama sakit
:Pasien mengatakan saat merasa kepanasan pasien memakai
pakaian biasa, saat kedinginan pasien menggunakan selimut. Suhu badan
39,1o C.
h. Pola personal hygiene
Sebelum sakit

: Pasien mengatakan mandi 2x sehari, keramas 2x

seminggu, gosok gigi 2x sehari dan memotong kuku 1minggu sekali.

Selama sakit

:Pasien mengatakan tidak mandi hanya disekah 1x sehari,

tidak gosok gigi dan belum pernah dikeramasi dan memotong kuku saat di
rumah sakit.
i. Pola kebutuhan rasa aman nyaman
Sebelum sakit

:Pasien mengatakan nyaman ketika badan sehat

Selama sakit

:Ditempat tidur pasien terpasang restren agar pasien tidak

jatuh dan pasien merasa aman dan nyaman ketika ada yang menjaganya.
j. Pola komunikasi
Sebelum sakit

:Pasien mengatakan dapat berinteraksi dengan baik dan

jelas, dengan menggunakan bahasa jawa ngoko


Selama sakit

:Pasien mengatakan dapat berinteraktik dengan baik dan

jelas, dengan menggunakan bahasa jawa ngoko


k.

Pola spiritual
Sebelum sakit

:Pasien mengatakan melakukan sholat 5 waktu dan dapat

berwudlu seperti biasanya dan kadang melakukan sholat sunnah.


Selama sakit

:Pasien Tidak sholat karena tidak bisa sholat dengan

berbaring.
l. Pola rekreasi
Sebelum sakit

:Pasien mengatakan mendapatkan hiburan saat bermain

dengan teman-temannya dan terkadang refresing dengan keluarga saat hari


libur.
Selama sakit

: Pasien mengatakan merasa bosan dan tidak dapat refresing

seperti biasa karena sakit.


m. Pola bekerja
Sebelum sakit

:Pasien

mengatakan

sering

membantu

orang

tua

membersihkan rumah.
Selama sakit
sakit.
n. Pola belajar

:Pasien tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah karena

Sebelum sakit

:Pasien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit

appendiksitis seperti yang dideritanya.


Selama sakit

:Pasien

mengatakan

mendapatkan

informasi

tentang

penyakitnya dari pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat.


6. Pemeriksaan Umum

7.
a.
b.
c.

Keadaan Umum (KU)

: compos mentis

Kesadaran

: baik

TD

: 100/70 mm Hg

: 106 x /menit

: 39,1o C

RR
: 22 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada nodul dan lesi , rambut hitam lurus, bersih
Muka
: Wajah oval, tidak ada memar, muka pucat
Mata
: Seklera uniksteri, konjungtiva anemis, tidak ada gangguan

penglihatan
d. Hidung : Hidung mancung dan lubang hidung bersih tidak ada polip, dan
tidak ada cuping hidung
e. Mulut
: Bersih, gigi putih, mukosa kering, lidah bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada pembersaran tonsil, tidak ada caries
f. Telinga : Tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
g. Leher
: Tidak ada udem, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Dada
:
Jantung menggunakan IPPA : I: Ictus cordis tidak tampak, P: Ictus cordis teraba
di SIC 5, P: pekak, A: tidak ada wheezing dan ronci, pernafasan vesikuler normal
(22x/menit).
Paru-paru menggunakan tekhnik (IPPA), I : simetris, P : fokal fremetus kanan dan
kiri sama, P : sonor, A :tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
(IAPP) , I : simetris, A: bising usus 10 x/menit, Palpasi dan perkusi tidak
dilakukan karena klien merupakan pre op hari pertama tidak dilakukan dan klien
saat diobservasi tampak meringis menahan sakit.

j. Ekstremitas:
Ekstremitas atas : CRT 2 detik tidak ada udem, tidak ditemukan sianosis pada
ujung jari, tidak ada gangguan fungsi gerak, reflek gerak baik , tangan kanan
terpasanng infuse RL
Ektremitas Bawah : CRT 2 detik tidak ada udem, tidak ditemukan sianosis pada
ujung jari, tidak ada gangguan fungsi gerak, reflek gerak baik.
k. Kulit

: Berwarna sawo matang, kering, tidak ada lesi, tidak terdapat

udem.
l. Genetalia : Bersih, tidak terpasang DC
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hematologi
Pemeriksaan

Hasil

Hb

Normal
L:13,5-18;

11,0

Eritrosit

5,3 juta

Leukosit
Trombosit

7800
250.000

P:11,5-16
L:4,6-6,5 juta;
P:3-6 juta
4-11 ribu
150-450 ribu

b. Terapi Obat
Nama Obat
Ondasetron
Keterolac
Ceftriakson
Ranitidin
Bioxon
Toramin

Waktu
Pemberian
Setelah
dilakukan
operasi
Pagi, 07.15
Sore, 15.00
Pagi, 07.15
Pagi, 07.15
Sore, 15.00
Pagi, 07.15
Pagi, 07.15
Sore, 15.00
Malam,

Dosis
4 mg

Indikator
Untuk mengatasi mual
muntah

3 % 2x1

Untuk mengurangi nyeri

1x1 /gr

Untuk antibiotic
Untuk mengurangi

2x ampul
1x1
3x1

produksi asam lambung


Analgesic
Pemakaian jangka
pendek pada nyeri
sedang atau berat sampai

23.00
Setiap 8
RL

jam 30

prosedur operasi
Mengembalikan
20 tetes/menit

menit

keseimbangan elektrolit
pada pasien dehidrasi

C. ANALISA DATA
No.
1

Tanggal/jam
Data Fokus
Etiologi
Masalah
21 juni 2014/11.00 Ds :
Nyeri akut Agen cidera
Pasien mengatakan nyeri
WIB
(00132)
fisik
perut dikanan bawah
selama 4 hari dengan
skala 5.
Pasien

mengatakan

demam sudah 4 hari


Do :
Pasien tampak meringis
kesakitan

TD

: 100/70 mm Hg

: 106 x/mnt

: 39,1o C

RR

: 22 x/mnt

Faktor
Biologis

21 juni 2014/11.00

Ds:
Pasien

WIB

makan sedikit hanya 3


sendok

mengatakan
karena

tidak

Ketidak
seimbangan
4 gelas air putih.
nutrisi:
DO:
kurang dari
Mukosa bibir pasien kebutuhan
tampak kering, Bising tubuh
(00002)
usus 10 x/menit
nafsu makan dan minum

N: 106 x /menit

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.
Nyeri akut b.d agen cidera fisik
II.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor
biologis

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal

No.

/ jam
21 juni

Dx
I

2014
11.00
WIB

Tujuan
.Setelah

Intervensi
Atur

Rasionalisasi

posisi semi 1.Perubahan lokasi

fowler 30-45 0
2. Monitor
tindakan 3x 24
manejemen nyeri
jam
masalah
3. Tingkatkan istirahat
nyeri akut dapat
cukup
teratasi dengan
4. Observasi
reaksi
dilakukan

KH:
1.Nyeri

non

verbal

atau intensitas
nyeri merupakan
indikasi proses
infeksi dan
memberikan

dari intervensi

dapat ketidaknyamanan
berdasarkan
5. Ajarkan teknik non
berkurang
tingkat nyeri yang
farmakologi
2.Pasien
dirasakan.
(distraksi)
nyaman
dan
2. Posisi pilihan
6. Anjurkan kompres
tenang
klien dapat
air
hangat
di
3.Pasien mampu
meningkatkan
abdomen

TTD

mengenali

7. Kontrol lingkungan

skala nyeri

yang

mampu

mempengaruhi

keamanan dan
mengurangi
nyeri .

nyeri, seperti suhu 3. kolaborasi obat


ruangan
II

21 juni
2014/
12.30
WIB

dan

kebisingan
8. Kolaborasi medis

Setelah dilakukan
tindakan

3x 24

jam

masalah

nutrisi
teratasi

dapat
dengan

KH :
1. Berat

Badan

Normal
2. Nutrusi
tercukupi

dapat
mengurangi
nyeri.

1. Kaji
adanya
alergi makan
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah
nutrisi
yang dibutuhkan 1.Untuk
3. Monitir
status
mengetahui
nutrisi
pasien
4. Monitor status
mempunyai
hidrasi
alergi
tehadap
(kelembaban
makanan
Membran
tertentu.
mukosa)
2.Untuk
5. Anjuran makan
mengetahui
sedikit
tapi
jumlah
kalori
sering
dan nutrisi yang
6. Kolaborasi
dibutuhkan
Medis
pasien

F. IMPLEMENTASI

No
.
1.

No
Tanggal

21 juni 2014/

Dx
I

Implementasi

Respon

TTD

11.00 WIB
S:

11.00
1.Mengatur
11.10

posisi P:Pasien

semi fowler 30-450


2.Memonitor

11.15

Q:Rasa nyeri seperti

managen nyeri
3.Meningkatkan

11.20

mengatakan nyeri
tersayat-sayat
R:Nyeri

istirahat yang cukup

abdomen

4.Mengobservasi
ketidaknyamanan

kanan

bawah

reaksi non verbal dari S:Dengan


11.40

pada

skala

nyeri 5

5.Mengajarkan teknik T:Rasa nyeri timbul


non
11.55

farmakologi

hilang selama 4

(distraksi)
6.Menganjurkan

hari
O:

kompres air hangat Pasien tampak


di abdomen

melindungi area

7.Mengontrol
2.

II

12.15

lingkungan

nyeri.
yang Pasien tampak

mampu

gelisah dengan

mempengaruhi

nyerinya.

nyeri, seperti suhu Pasien tampak nyeri


ruangan

dan kesakitan.

kebisingan
8. Kolaborasi medis
21 juni 2014/
12.30WIB
12.30
12.35
12.45
12.50

12.55
13.00

S:

1. Mengkaji adanya
alergi makan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah
nutrisi
yang dibutuhkan
3. Memonitor status
nutrisi
4. Memonitor status
hidrasi
(kelembaban
Membran mukosa)
5. Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
6. Kolaborasi Medis

Pasien mengatakan
tidak nafsu makan,
Pasien mengatakan
makan 3x sehari
sebanyak 3 sendok
makan,
Pasien mengatakan
minum 4 gelas air
putih setiap hari
selama sakit.
O:
Pasien tampak terlihat
lemas, mukosa bibir
kering

3.

22 Juni 2014/
7.30 WIB
7.30

I
S:
1.Mengatur

7.35

posisi P: Pasien

semi fowler 30-450

7.40

2.Memonitor

berkurang

menejemen nyeri

7.50

3.Meningkatkan

Q: Rasa nyeri
seperti tersayat-sayat

istirahat yang cukup

8.30

mengatakan nyeri

4.Menganjurkan

R: Nyeri pada
abdomen kanan

kompres air hangat bawah

9.00
22 Juni 2014/
14.25 WIB
14.25

di abdomen

S: Dengan skala

5.Mengontrol

nyeri 5 menjadi 3

lingkungan
II

yang T: Rasa nyeri hilang

mampu

timbul

mempengaruhi

O:

nyeri, seperti suhu Pasien tampak


ruangan

dan meringis kesakitan

kebisingan
16.30
16.40

16.45
16.50

saat nyeri timbul

6. Kolaborasi medis
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah
nutrisi
yang dibutuhkan
2. Memonitor status
nutrisi
3. Memonitor status
hidrasi
(kelembaban
Membran
mukosa)
4. Menganjurkan
makan
sedikit
tapi sering

S:
Pasien mengatakan
nafsu makan sedikit,
Pasien mengatakan
makan 3x sehari
sebanyak seperempat
porsi diit yang
diberikan,
Pasien mengatakan
minum 4 gelas air
putih setiap hari
selama sakit.
O:

5. Kolaborasi Medis Pasien tampak terlihat


lebih semangat ,
mukosa bibir lembab

23 Juni 2014/
14.40 WIB
14.40

I
1.Memonitor

S:

menejemen nyeri

14.50

2.Meningkatkan

mengatakan nyeri

istirahat yang cukup

15.30

3.Mengobservasi
reaksi
15.45

non

dari

abdomen kanan

4.Mengontrol

bawah
yang

mampu
6

II

T: Rasa nyeri hilang

nyeri, seperti suhu


dan

kebisingan
16.35
16.40

16.45

S: Dengan skala
nyeri 3 menjadi 2

mempengaruhi
ruangan

seperti tersayat-sayat
R: Nyeri pada

ketidaknyamanan

16.50
23 Juni 2014/
16.30

berkurang
Q: Rasa nyeri

verbal

lingkungan

P: Pasien

5. Kolaborasi medis

timbul
O:
Pasien tampak dekil

dan kotor, kesakitan


1. Kolaborasi
saat nyeri timbul
dengan ahli gizi
S:
untuk

16.50
2.
3.

4.

5.

menentukan
jumlah
nutrisi
yang dibutuhkan
Memonitor status
nutrisi
Memonitor status
hidrasi
(kelembaban
Membran
mukosa)
Menganjurkan
makan
sedikit
tapi sering
Kolaborasi Medis

Pasien mengatakan
nafsu makan sedikit,
Pasien mengatakan
makan 3x sehari
sebanyak se porsi diit
setengah yang
diberikan,
Pasien mengatakan
minum 4 gelas air
putih setiap hari
selama sakit.
O:
Pasien tampak terlihat
lebih semangat ,
mukosa bibir lembab,
BAB cair ada ampas
dan ada darah

A. EVALUASI

No

Tanggal

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

TTD

1.

23 juni 2014

Nyeri akut b.d agen


cidera fisik

S:
P:Pasien
mengatakan nyeri
sudah berkurang.
Q:Rasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R:Nyeri
abdomen

pada
kanan

bawah
S:Dengan

skala

nyeri 3
T:Rasa nyeri timbul
hilang selama 4
hari
O:Pasien tampak lebih
ceria
S: 37,5oC
TD : 100/70 mm
Hg
N

: 106 x/mnt

RR : 22 x/mnt
A:Masalah teratasi
P:Intervensi
dipertahankan
1. Memonitor
menejemen nyeri
2. Mengobservasi reaksi
non verbal dari
ketidaknyamanan
3. Kolaborasi medis
S:Pasien mengatakan
sudah

siap

menjalani

untuk
operasi

2.

Ketidakseimbangan
23 juni 2014

nutrisi : kurang dari


kebutuhan tubuh b.d
factor biologis

appendictomy
P:Pasien mengatakan
jika

makan

disajikan

yang
habis

setengah porsi.
O: Pasien sudah tidak
terlihat

pucat

dan

mukosa bibir pasien


lembab.
A: Masalah teratasi
P:Intervensi
dipertahankan
1. Kolaborasi Medis

2. Kolaborasi dengan
ahli
gizi
untuk
menentukan jumlah
nutrisi
yang
dibutuhkan
3. Memonitor
status
nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

Brough, H.2007. Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Doenges, M.E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Nanda.2012. Nursing Diagnosis-Definition and Clafisication 2012-2014. Jakarta :
EGC
Pery dan Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta :
EGC
Rudolph,A.M. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph, vol.1, Ed.20. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai