Anda di halaman 1dari 5

HATAH

PASAL 131 IS
(1)

Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan
pidana, diatur dengan undang-undang (ordonansi), dengan tidak mengurangi
wewenang yang diberikan oleh atau berdasarkan undang-undang kepada
pembentuk perundang-undangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk
seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk itu ataupun
sebagian dari golongan itu, ataupun baik untuk bagian-bagian dari daerah secara
bersama maupun untuk satu atau beberapa golongan atau bagian dari golongan itu
secara khusus.

(2)

Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini


a.

Untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di negeri


Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan
mengingat baik yang khusus berlaku menurut keadaan di Indonesia, maupun
demi kepentingan mereka yang ditundukkan kepada peraturan perundangundangan menurut ketentuan yang sama bagi satu atau beberapa golongan
penduduk lainnya;

b.

Untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari


golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari penduduk,
sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki diberlakukan baik ketentuan
perundang-undangan untuk golongan Eropa, sedapat mungkin dengan
mengadakan perubahan-perubahan seperlunya, maupun ketentuan
perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedang untuk halhal lain yang belum diatur disitu, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang
bertalian dengan agama dan adat kebiasaan mereka, yang hanya dapat
menyimpang dari itu, apabila ternyata kepentingan umum atau kebutuhan
masyarakat menghendakinya. (IS. 163; S. 1882-152; S. 1917-129; S. 1931-53
jo. 177).

(3)

Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum pidana, hukum seats perdata dan
hukum acara pidana, bila hal itu berlaku secara khusus untuk golongan Eropa, dianut
undang-undang yang berlaku di negeri Belanda, akan tetapi dengan perubahanperubahan yang diperlukan yang disebabkan oleh keadaan khusus di Indonesia, bila
karena penerapan atau penundukan diri kepada peraturan umum yang berlaku sama
bagi golongan lain atau sebagian dari golongan itu, barulah undang-undang itu
diberlakukan bila terdapat persesuaian dengan keadaan yang khusus itu.

(4)

Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang mereka belum


ditundukkan kepada peraturan yang sama bagi golongan Eropa, berhak untuk
menundukkan secara keseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan hukum
tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum perdata dan hukum
dagang untuk golongan Eropa yang sebetulnya tidak berlaku bagi mereka itu.
Penundukkan diri kepada hukum Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur
dengan ordonansi. (IS. 163; S. 1917-12, 528 jo. S. 1926-360).

(5)

Ordonansi-ordonansi yang disebutkan dalam pasal ini berlaku hanya didaerahdaerah dimana orang-orang Indonesia diberi kebebasan untuk menggunakan hukum
acaranya sendiri dalam berpekara, bila penerapannya dapat disesuaikan dengan
keadaan setempat. (S. 1932-80).

(6)

Hukum perdata dan hukum dagang yang sekarang berlaku bagi orang-orang
Indonesia dan golongan Timur Asing masih tetap berlaku selama belum diganti
dengan ordonansi-ordonasi seperti disebutkan dalam ayat (2)b seperti tersebut
diatas. (IS. 134, 163).

PASAL 163 IS
(1)

Bila ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini, peraturan umum seperti dan


verordening lainnya, reglemen, pemeriksaan polisi dan peraturan administrasi
berbeda-beda yang digunakan untuk golongan Eropa, orang Indonesia dan golongan
Timur Asing, berlakulah pelaksanaan-pelaksanaan seperti berikut :

(2)

Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa berlaku bagi :


1.

Semua orang Belanda;

2.

Semua orang yang tidak termasuk dalam No. 1 yang berasal dari Eropa.

3.

Semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yang
tidak termasuk dalam No. 1 dan 2 yang di negeri asalnya berlaku bagi mereka
hukum keluarga yang pada dasarnya mempunyai asas-asas hukum yang
sama dengan hukum keluarga Belanda.

4.

Anak-anak yang belum sah atau yang diakui sah berdasarkan undangundang di Indonesia beserta keturunan-keturunan dari orang-orang seperti
yang disebutkan dalam No. 2 dan 3.

(3)

Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi orang-orang Indonesia, kecuali bagi orangorang Kristen Indonesia yang keadaan hukumnya telah ditetapkan dengan
ordonansi, berlaku bagi semua orang yang termasuk penduduk asli Indonesia dan
yang mengalihkan status hukumnya ke golongan lain dari penduduk asli Indonesia,
dan termasuk mereka yang merupakan golongan lain dari penduduk asli Indonesia
akan tetapi telah membaurkan diri dalam penduduk Indonesia.

(4)

Ketentuan-ketentuan untuk golongan Timur Asing, kecuali yang status hukumnya


telah ditetapkan dalam ordonansi bagi mereka yang memeluk agama Kristen,
berlaku bagi semua orang yang tidak memenuhi unsur-unsur seperti yang
disebutkan dalam ayat (2) dan (3) pasal ini.

(5)

Dengan persetujuan Raad Van Indonesia, Gubernur Jenderal berwenang untuk


memberlakukan ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa bagi mereka yang tidak
tunduk kepada ketentuan-ketentuan tersebut diatas, pernyataan berlakunya
ketentuan-ketentuan ini bagi mereka, berlaku pula demi hukum bagi anak-anak
mereka yang sah yang dilahirkan kemudian dan anak-anak mereka yang sah
berdasarkan undang-undang dan keturunan-keturunan lanjutan mereka. (S. 1883192).

(6)

Setiap orang berdasarkan peraturan yang ditetapkan dalam ordonansi dapat


mengajukan permohonan kepada hakim untuk ditetapkan dalam kategori mana
orang itu berada.

PASAL 131 I.S, 163 I.S, 3 GOLONGAN PENDUDUK & MSG2 BLAKU YG MANA

3 Golongan Penduduk menurut pasal 163 I.S :


1.

Golongan Eropa
a.

Bangsa Belanda.

b.

Bukan Bangsa Belanda, tetapi orang yang asalnya dari Eropa.

c.

Bangsa Jepang (untuk kepentingan hubungan perdagangan).

d.
Orang-orang yang berasal dari negara lain yang Hukum Keluarganya sama
dengan Hukum Keluarga Belanda (Amerika, Australia, Rusia, Afrika Selatan).
e.
2.

3.

Keturunan mereka yang tersebut diatas.

Golongan Timur Asing


a.

Golongan Cina (Tionghoa).

b.

Golongan Timur Asing bukan Cina (Arab, India, Pakistan, Mesir, dll).

Golongan Bumiputra (Indonesia)


a.
Orang-orang Indonesia Asli serta keturunannya yang tidak memasuki
golongan rakyat lain.
b.
orang yang mula-mula termasuk golongan rakyat lain, lalu masuk dan
menyesuaikan hidupnya dengan golongan Indonesia asli.

Hubungan Hukum antar Golongan dan Hukum yang berlaku 131 I.S :
1.
Bagi Warga Negara Indonesia yang berasal dari golongan Eropa, berlaku KUHPer &
KUHD yang diselaraskan (konkordan) dengan KUHPer & KUHD yang berlaku di negeri
Belanda (KUHPer & KUHD di Indonesia).
2.
Bagi orang asing di Indonesia yang berasal dari golongan Eropa berlaku KUHPer &
KUHD Barat di Eropa.
3.

Bagi WNI yang berasal dari golongan Timur Asing :


a.
Golongan Cina, berdasarkan Stb. 1924 No. 557 berlaku KUHPer & KUHD
Barat di Indonesia, dengan di kecualikan (pada masa lampau) peraturan-peraturan
tentang :
1)

Pencatatan Sipil (kini hanya satu catatan sipil untuk semua WNI).

2)
Cara-cara perkawinan (kini berlaku UU No.1 / 1974 untuk seluruh
WNI) ditambah dengan peraturan-peraturan tentang :
a)

Pengangkatan Anak (adopsi).

b)

Kongsi (kongsi disamakan dengan Firma dalam KUHD).

b.
Golongan bukan Cina, berdasarkan Stb. 1924 No. 556 berlaku KUHPer &
KUHD Barat di Indonesia, dengan di kecualikan :
1)

Hukum Kekeluargaan.

2)
Hukum waris tanpa wasiat / Hukum Waris menurut UU / Hukum Waris
abintestaat (ab instato).
(Hal ini disebabkan golongan ini sebagian besar beragama Islam, sehingga
Hukum Kekeluargaan KUHPer Barat yang mengandung asas monogami
tidak dapat berlaku, dan Hukum Waris mereka adalah berdasarkan Alquran)
kini berlaku UU No. 1 / 1974 bagi seluruh WNI.
4.
Bagi orang asing di Indonesia yang berasal dari golongan Timur Asing berlaku
Hukum Perdata & Hukum Dagang Timur Asing, yang berlaku di negaranya masing-masing.
5.
Bagi WNI Asli berlaku Hukum Perdata Adat (Hukum Adat). Hukum Adat sering
bertentangan karena perbedaan corak di tiap-tiap daerah. Jika Hukum Adat bertentangan
dengan asas-asas kepatutan dan keadilan, maka Hukum Perdata Barat di Indonesia
menjadi pegangan.
6.
Bagi orang asing yang berasal dari golongan Indonesia, berlaku Hukum Perdata dari
negara di mana ia termasuk (tunduk).

Pasal 131 I.S yang dalam pokoknya sebagai berikut :


1.

Hukum perdata dan dagang (begitu pula hukum pidana beserta hukum acara
perdata dan pidana) harus diletakan dalam kitab-kitab undang-undang yaitu dikodifisir.

2.

Untuk golongan bangsa Eropa dianut perundang-undangan yang berlaku di


Negara Belanda (asas konkordansi).

3.

Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing jika ternyata
kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk
bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka baik seutuhnya maupun dengan perubahanperubahan dan juga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama, untuk
selainnya harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku di kalangan mereka, dan boleh
diadakan penyimpangan jika diminta oleh kepentingan umum atau kebutuhan
kemasyarakatan mereka (ayat 2).

4.

Orang Indonesia asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum
ditundukan di bawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa diperbolehkan
menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh
dilakukan baik secara umum maupun secara hanya mengenai suatu perbuatan tertentu saja
(ayat 4).

5.

Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di dalam undang-undang bagi


mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka yaitu hukum adat
(ayat 6).

Cara Penundukkan B.W Thd Hukum Barat Sesuai Pasal 131 I.S Ayat (4) :
1. Penundukan pada seluruh Hukum Perdata Barat di Indonesia untuk selama-lamanya.
2. Penundukan pada sebagian hukum perdata Eropa yang dimaksudkan hanya pada hukum
kekayan / Harta benda saja (vermogensrecht, seperti yang telah dinyatakan berlaku bagi
golongan Timur Asing bukan Tionghoa (Cina) dalam Stb. 1924 No. 556).
3. Penundukan mengenai suatu perbuatan hukum tertentu saja.
a. Dengan akte disebutkan didalamnya perbuatan-perbuatan mana yang diperlakukan
Hukum Perdata Barat di Indonesia bagi kedua belah pihak.
b. Dengan perjanjian khusus.
4.
Penundukan secara diam-diam menurut pasal 29. Disebut juga Penundukkan
Anggapan yaitu penundukkan diri secara tidak sengaja pada Hukum Perdata Barat di
Indonesia, misalnya : orang-orang Indonesia asli menggunakan wesel, cek, mendirikan PT,
dll. Pasal 29 Jika seorang bangsa Indonesia asli melakukan perbuatan hukm yang tidak
dikenal dalam hukumnya sendiri, maka ia dianggap secara diam-diam menundukkan dirinya
pada Hukum Eropa.

Anda mungkin juga menyukai